DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “ANAK TUNALARAS TIPE AGRESIF
SOSIAL, PENCEMAS, TIDAK MATANG, DAN GANGGUAN PERILAKU “
dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 2
B. Pencemas ............................................................................................ 6
A. Kesimpulan ........................................................................................ 12
B. Saran .................................................................................................. 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Agresif Sosial
1. Pengertian anak tunalaras tipe agresif sosial
a. Menurut Atang Setiawan (2012), “perilaku agresif merupakan
bentuk perilaku yang bersifat anti sosial, bertentangan dengan
norma-norma sosial dan norma hukum yang berlaku di
lingkungannya, perilaku yang tidak dikehendaki oleh orang lain
baik individu maupu masyarakat secara luas. Perilaku tersebut
sangat merugikan perkembangan dirinya maupun keamanan dan
kenyamanan orang lain”.
b. Menurut Bandura dalam Atang Setiawan (2012), “agresif sebagai
suatu jenis yang spesifik dari tingkah laku sosialyang diperoleh dari
pengalaman apa yang dilihat dan yang didengar langsung
(merupakan hasil belajar)”. Perilaku agresif yang muncul pada diri
anak berasal dari hasil peniruan atau imitasi dan hasil penguatan
dari lingkungan.
c. Menurut Hidayani dalam Arya (2010), “bahwa perlaku agresif
dapat ditampilkan oleh individu (agresid tipe soliter) maupun
secara berkelompok (agresif tipe group). Pada perilaku agresif
yang dilakukan perkelompok atau group, biasanya ada anak yang
merupakan ketua kelompok dan memerintahkan teman-teman
sekelompoknya untuk melakukan perlakuan tertentu. Sedangkan
pada individu (tipe soliter), perilaku agresif dapat berupa fisik
maupun verbal”.
d. Menurut Freud dalam Atang Setiawan (2012), “energi agresif dapat
dikeluarkan dan diterima pada kehidupan sosial seperti melalui
pekerjaan atau permainan yang bertenaga, lebih sedikit aktivitas
yang tidak diinginkan seperti menghina orang lain, perkelahian,
atau pengrusakan”.
2
Jadi, agresif sosial adalah ketidakmampuan/ atau kurangnya
karakteristik sosial pada anak tunalaras dikarenakan perilaku
agresifnya sehingga ia tidak dapat mengkondisikan emosi secara
baik. Anak cenderung berperilaku mau menang sendiri bahkan
terkadang cuek pada lingkungannya. Mereka dapat diajarkan
norma yang baik, dengan penanganan serius pada sikap anak
tersebut agar anak memiliki interaksi sosial yang baik, dengan
harapan anak memiliki penyesuaian diri dan kepribadian yang baik.
3
kemampuan sosial yang kurang yang mempengaruhi
kemampuan untuk kerjasama dengan guru, fungsi sosial
memberikan respon yang kurang di dalam kelas, dan sulit
bergaul dengan siswa lain.
2) Karakteristik sosialnya, perilaku agresif merupakan bentuk
yang bersifat anti-sosial, bertentangan dengan norma-norma
sosial dan norma-norma hukum yang berlaku di lingkungan,
perilaku yang tidak dihendaki orang lain. Misalnya : menghina
orang lain, perkelahian, atau pengrusakan.
3) Karakteristik emosi, yang paling umum diperlihatkan adalah
masalah kekacauan emosi. Misalnya : memukul, berkelahi,
penolakan, harus terpenuhi permintaan, sifat suka merusak, dan
pemerasan.
4) Karakteristik fisik/ kesehatannya, yaitu berupa gangguan
makan, tidur dan lain-lain. Umumnya mereka merasa ada yang
tidak beres dengan jasmaninya, ia mudah mengalami
kecelakaan, merasa cemas pada kesehatannya, seolah-olah
merasa sakit dan lain-lain. Kelainan berupa fisik yaitu gagap,
buang air tidak terkontrol, sering mengompol dan lain-lain.
b. Karakteristik menurut berdasarkan tingkah laku anak tunalaras
yang agresif bersosialisasi ialah :
1) Mempunyai komplotan jahat.
2) Berbuat onar bersama komplotannya.
3) Membuat geng.
4) Suka diluar rumah sampai larut.
5) Bolos sekolah.
6) Pergi dari rumah.
c. Adapun karakteristik lainnya yaitu :
1) Karakteristik kepribadian, menurut Hidayani dalam Arya
(2010), bahwa perlaku agresif dapat ditampilkan oleh individu
dan kelompok. Perilaku agresif yang dilakukan berkelompok
biasanya ada anak yang menjadi ketua kelompok dan
4
memerintahkan teman-temannya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tertentu. Sedangkan pada individu yaitu dapat berupa
fisik maupun verbal, anak sering kali menjauhkan diri dari
orang lain.
2) Mengalami gangguan/ merasa kurang senang menghadapi
pergaulan.
3) Tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup bergaul
4) Menurut Mahmud Saefi dalam Arya (2010), perilaku agresif
biasanya ditunjukkan untuk menyerang, menyakiti, atau
melawan orang lain baik secara fisik maupun verbal.
Contohnya : berbentuk pukulan, tendangan, dan perilaku fisik
lainnya, atau berbentuk cercaan, makian, ejekan, bantahan dan
semacamnya.
4. Pembinaan dan Penanganan
a. Menghapuskan pemberian imbalan atau penguatan negatif, yaitu
menghilangkan rangsangan yang tidak menyenangkan atau
hukuman setelah ditampilkan perilaku yang diharapkan
memperkuat munculnya frekuensi prilaku yang diharapkan
tersebut.
b. Strategi memperagakan atau pelatihan
1) Menciptakan lingkungan yang nonagresif, misalnya dengan
menghilangkan tontonan, bacaan, yang memperlihatkan
kekerasan, kebrutalan, mkesadisan dan sebagainya, terutama
film-film dan adegan-adegan ynag ada pada TV, komik dan
bacaan lainnya.
2) Mengembangkan sikap empati
Contohnya menunjukkan konsekuensi-konsekuansi yang
berbahaya dari tindakan-tindakan anak yang agresif,
menempatkan anak di tempat kejadian korban dan
membayangkan bagaimana rasanya jadi korban.
3) Hukuman, yang bersifat mendidik dan manusiawi dengan
ketentuan gunakan hukuman hanya setelah metode koreksi
5
positif gagal, selanjutnya hukuman harus digunakan oleh
orang-orang yang memiliki kedekatan dan kasih sayang
terhadap anak, menghukum seperti adanya tanpa kejengkelan,
ancaman atau melanggar moral, hukuman harus bersikap adil,
konsisten, dan segera. Hukum harus intens secara akal dan
proposional.
B. Pencemas
1. Pengertian anak tunalaras tipe pencemas
a. Menurut Sigmund Freud dalam Wiji (2012: 22), mengemukakan
bahwa kecemasan sebagai fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga
dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
b. Freud dalam Wiji(2012: 17), mengatakan bahwa kecemasan
merupakan suatu keadaan tegang yang memotivasi seseorang untuk
melakukan sesuatu.
c. Freud dalam Wiji (2012: 76), mengatakan juga kecemasan adalah
reaksi terhadap ancaman.
6
a. Kecemasan kronis, gejalanya seperti mudah marah, merasa
ketakutan yang tidak jelas penyebabnya, gangguan tidur dan selera
makan, sering menangis tanpa sebab, dan merasa lesu dan tidak
bergairah.
b. Rasa takut kronis, dimana perasaan takut tersebut tidak diketahui
faktor penyebabnya atau rasa takut irrasional, contohnya pobia
sekolah, pobia kematian dan lain-lain.
c. Obsesi dan komplusi, yang sering stereotif atau tuda dapat
dikontrol. Komplusi ialah pengulangan perilaku atas desakan yang
timbul dengan berbagai cara. Obsesi adalah suatu keasikan dalam
pemikiran/ingatan terhadap suatu objek yang sama. Kedua hal
tersebut merupaka gejala meningkatnya kecemasan yang bersifat
sementara. Misalnya berperilaku yang dilakukan berulang-ulang.
3. Karakteristik Anak Tunalaras Tipe Pencemas
a. Karakteristik berdasarkan tingkah laku anak tunalaras yang
mengalami kecemasan dan menyendiri :
1) Cemas.
2) Tegang.
3) Tidak punya teman.
4) Tertekan.
5) Sensitif.
6) Rendah diri.
7) Mudah frustasi.
8) Pendiam.
9) Mudah bimbang.
b. Menurut (Hawari,2001)
1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang
2) Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)
3) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum
“demam panggung”
4) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
5) Seringkali mengeluh dalam berbagai hal
7
6) Mudah tersinggung, suka membesarbesarkan masalah yang
kecil (dramatisasi)
7) Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan
ragu
8
kurang dewasa (immaturity) adalah suatu permasalahan yang
memperlihatkan perilaku yang tidak sesuai dengan usianya.
D. Gangguan Perilaku
9
Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa anak
tunalaras dengan tipe gangguan perilaku adalah individu yang memiliki
perilaku negatif yang menetap dan berulang dengan menampilkan
perilaku yang tidak sesuai dengan norma ditengah masyarakat.
10
e. Pendekatan psikoanalitik, menampilkan masalah-masalah pada anak
yang dinilai sebagai dasar dalam komplik bawah sadar dan motivasi,
yaitu untuk mengungkapkan dan menyelesaikan masalah-masalah
mendalam.
f. Pendekatan humanistik, menekankan pada cinta dan percaya dalam
proses belajar mengajar.
g. Pendekatan biogenik, dalam bentuk penanganan pengobatan berbasis
rumah sakit dan rehabilitasi.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
Ciri-ciri yang dapat dikenali adalah perilaku memberontak dari norma perilaku
yang ada di tengah masyarakat.
B. Saran
13
DAFTAR RUJUKAN
Annisah, Ani Siti. 2017. Gangguan Perilaku Pada Anak Sekolah Dasar. Jakarta:
Gunung Mulia.
Dadang, Hawari. 2001. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Depok: FKUI.
Mahabbati, Aini. 2014. Pola Prilaku Bermasalah dan Rancangan Intervensi pada
Anak Tunalaras Yipe Gangguan Prilaku (Conduct Disorder) Berdasarkan
Fungtional BehaviorAssessment. Jurnal Dinamika Pendidikan. No 1.
14
Olivia, Stella. 2015. Deteksi Dini Psikologi Balita Hingga Manula. Jakarta:
Gramedia.
Pradhyawati, Dewi dan I Gusti Ayu Endah Ardana. 2015. "Gangguan Tingkah
Laku Pada Anak". Medicina Vol. 46 No.2.
Rini, Indah Ria Sulistya. 2010. “Mengenal Gejala dan Penyebab dari Conduct
Disorder”. Jurnal Psycho Idea. Vol. 8 No 1.
Sejati, Nurmantika Wiji dkk. 2012. “Tingkat Kecemasan Sarjana Fresh Graduate
menghadapi Persaingan Kerja dan Meningkatnya Pengangguran
Intelektual”. Jurnal Psikologi Ilmiah. Vol 4(3).
Setiawan, Atang. 2016. Penangan Perilaku Agresif Pada Anak. JASSI ANAKKU.
Vol.9.No.1.
15