Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERSPEKTIF PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ANAK


TUNALARAS

“ANAK TUNALARAS TIPE AGRESIF SOSIAL, PENCEMAS, TIDAK


MATANG, DAN GANGGUAN PERILAKU”

DOSEN PENGAMPU :

Dra. Fatmawati, M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

1. Hanif Syahidan (18003099)


2. Iqlimatul Awaliyah (18003012)
3. Muzi Latunil Isma (18003145)
4. Sri Rofiatul Amalia (18003077)
5. Wulandari (18003112)

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “ANAK TUNALARAS TIPE AGRESIF
SOSIAL, PENCEMAS, TIDAK MATANG, DAN GANGGUAN PERILAKU “
dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa.


2. Ibu Dra. Fatmawati, M.Pd selaku dosen mata kuliah perspektif
pendidikan dan pembelajaran anak tunalaras.
3. Teman-teman terkasih.

Selanjutnya kami berharap semoga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh


semua pihak dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Kami menyadari
dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Maka dari itu, kami berharap kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan dan kebaikan makalah ini.

Padang, Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1

C. Tujuan ............................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 2

A. Agresif Sosial ..................................................................................... 2

B. Pencemas ............................................................................................ 6

C. Tidak Matang ..................................................................................... 8

D. Gangguan Perilaku ............................................................................. 9

BAB III : PENUTUP...................................................................................... 12

A. Kesimpulan ........................................................................................ 12

B. Saran .................................................................................................. 13

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pandangan masyarakat terhadap anak dengan gangguan emosi dan
perilaku (tunalaras) adalah anak yang nakal, suka merusak, dan agresif.
Padahal anak tunalaras mempunyai beberapa klasifikasi, yakni: agresif
sosial, pencemas, tidak matang dan juga gangguan perilaku. Dari
klasifikasi tersebut, masing-masing dari tipe tersebut mempunyai
karakteristiknya sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang dibahas pada materi anak tunalaras dengan tipe agresif
sosial ?
2. Apa yang dimaksud dengan anak tunalaras dengan tipe pencemas ?
3. Apa yang dibahas pada anak tunalaras dengan tipe tidak matang ?
4. Apa yang dimaksud dengan anak tunalaras dengan tipe gangguan
perilaku ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembahasan pada materi anak tunalaras dengan tipe
agresif sosial.
2. Untuk mengetahui maksud anak tunalaras dengan tipe pencemas.
3. Untuk menn getahui apa saja yang dibahas pada anak tunalaras dengan
tipe tidak matang.
4. Untuk mengetahui maksud anak tunalaras denga tipe gangguan
perilaku.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Agresif Sosial
1. Pengertian anak tunalaras tipe agresif sosial
a. Menurut Atang Setiawan (2012), “perilaku agresif merupakan
bentuk perilaku yang bersifat anti sosial, bertentangan dengan
norma-norma sosial dan norma hukum yang berlaku di
lingkungannya, perilaku yang tidak dikehendaki oleh orang lain
baik individu maupu masyarakat secara luas. Perilaku tersebut
sangat merugikan perkembangan dirinya maupun keamanan dan
kenyamanan orang lain”.
b. Menurut Bandura dalam Atang Setiawan (2012), “agresif sebagai
suatu jenis yang spesifik dari tingkah laku sosialyang diperoleh dari
pengalaman apa yang dilihat dan yang didengar langsung
(merupakan hasil belajar)”. Perilaku agresif yang muncul pada diri
anak berasal dari hasil peniruan atau imitasi dan hasil penguatan
dari lingkungan.
c. Menurut Hidayani dalam Arya (2010), “bahwa perlaku agresif
dapat ditampilkan oleh individu (agresid tipe soliter) maupun
secara berkelompok (agresif tipe group). Pada perilaku agresif
yang dilakukan perkelompok atau group, biasanya ada anak yang
merupakan ketua kelompok dan memerintahkan teman-teman
sekelompoknya untuk melakukan perlakuan tertentu. Sedangkan
pada individu (tipe soliter), perilaku agresif dapat berupa fisik
maupun verbal”.
d. Menurut Freud dalam Atang Setiawan (2012), “energi agresif dapat
dikeluarkan dan diterima pada kehidupan sosial seperti melalui
pekerjaan atau permainan yang bertenaga, lebih sedikit aktivitas
yang tidak diinginkan seperti menghina orang lain, perkelahian,
atau pengrusakan”.

2
Jadi, agresif sosial adalah ketidakmampuan/ atau kurangnya
karakteristik sosial pada anak tunalaras dikarenakan perilaku
agresifnya sehingga ia tidak dapat mengkondisikan emosi secara
baik. Anak cenderung berperilaku mau menang sendiri bahkan
terkadang cuek pada lingkungannya. Mereka dapat diajarkan
norma yang baik, dengan penanganan serius pada sikap anak
tersebut agar anak memiliki interaksi sosial yang baik, dengan
harapan anak memiliki penyesuaian diri dan kepribadian yang baik.

2. Klasifikasi anak tunalaras tipe agresif sosial


a. The Semi-socialize child, dapat mengadakan hubungan sosial tetapi
terbatas pada lingkungan tertentu. Misalnya : keluarga dan
kelompoknya. Keadaan seperti ini datang dari lingkungan yang
menganut norma-norma tersendiri dan bertentangan dengan
masyarakat.
b. Children arrested at a primitive level of socialization, anak yang
tidak pernah mendapat bimbingan kearah sikap sosial yang benar
dan terlantar pendidikan sehingga melakukan apa saja yang
dikehendaki. Hal ini karena tidak adanya perhatian dari orang tua
sehingga mengakibatkan perilaku anak yang dikuasai nafsu saja.
Namun, anak masih dapat memberikan respon pada perlakuan yang
ramah.
c. Children with minimum socialization capacity, anak kelompok ini
tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar sikap-
sikap sosial disebabkan pembawaan/ kelainan atau anak tidak
pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga ia bersifat apatis
dan egois.
3. Karakteristik Anak Tunalaras Tipe Agresif Sosial
a. Karakteristik yang berkaitan dengan akademik, sosial/emosional
dan fisik/kesehatan anak tunalaras :
1) Atang Setiawan (2012), bahwa anak yang agresif umumnya
memiliki prestasi akademik yang rendah untuk usia mereka,
mayoritas anak agresif memiliki kesulitan akademis. Memiliki

3
kemampuan sosial yang kurang yang mempengaruhi
kemampuan untuk kerjasama dengan guru, fungsi sosial
memberikan respon yang kurang di dalam kelas, dan sulit
bergaul dengan siswa lain.
2) Karakteristik sosialnya, perilaku agresif merupakan bentuk
yang bersifat anti-sosial, bertentangan dengan norma-norma
sosial dan norma-norma hukum yang berlaku di lingkungan,
perilaku yang tidak dihendaki orang lain. Misalnya : menghina
orang lain, perkelahian, atau pengrusakan.
3) Karakteristik emosi, yang paling umum diperlihatkan adalah
masalah kekacauan emosi. Misalnya : memukul, berkelahi,
penolakan, harus terpenuhi permintaan, sifat suka merusak, dan
pemerasan.
4) Karakteristik fisik/ kesehatannya, yaitu berupa gangguan
makan, tidur dan lain-lain. Umumnya mereka merasa ada yang
tidak beres dengan jasmaninya, ia mudah mengalami
kecelakaan, merasa cemas pada kesehatannya, seolah-olah
merasa sakit dan lain-lain. Kelainan berupa fisik yaitu gagap,
buang air tidak terkontrol, sering mengompol dan lain-lain.
b. Karakteristik menurut berdasarkan tingkah laku anak tunalaras
yang agresif bersosialisasi ialah :
1) Mempunyai komplotan jahat.
2) Berbuat onar bersama komplotannya.
3) Membuat geng.
4) Suka diluar rumah sampai larut.
5) Bolos sekolah.
6) Pergi dari rumah.
c. Adapun karakteristik lainnya yaitu :
1) Karakteristik kepribadian, menurut Hidayani dalam Arya
(2010), bahwa perlaku agresif dapat ditampilkan oleh individu
dan kelompok. Perilaku agresif yang dilakukan berkelompok
biasanya ada anak yang menjadi ketua kelompok dan

4
memerintahkan teman-temannya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tertentu. Sedangkan pada individu yaitu dapat berupa
fisik maupun verbal, anak sering kali menjauhkan diri dari
orang lain.
2) Mengalami gangguan/ merasa kurang senang menghadapi
pergaulan.
3) Tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup bergaul
4) Menurut Mahmud Saefi dalam Arya (2010), perilaku agresif
biasanya ditunjukkan untuk menyerang, menyakiti, atau
melawan orang lain baik secara fisik maupun verbal.
Contohnya : berbentuk pukulan, tendangan, dan perilaku fisik
lainnya, atau berbentuk cercaan, makian, ejekan, bantahan dan
semacamnya.
4. Pembinaan dan Penanganan
a. Menghapuskan pemberian imbalan atau penguatan negatif, yaitu
menghilangkan rangsangan yang tidak menyenangkan atau
hukuman setelah ditampilkan perilaku yang diharapkan
memperkuat munculnya frekuensi prilaku yang diharapkan
tersebut.
b. Strategi memperagakan atau pelatihan
1) Menciptakan lingkungan yang nonagresif, misalnya dengan
menghilangkan tontonan, bacaan, yang memperlihatkan
kekerasan, kebrutalan, mkesadisan dan sebagainya, terutama
film-film dan adegan-adegan ynag ada pada TV, komik dan
bacaan lainnya.
2) Mengembangkan sikap empati
Contohnya menunjukkan konsekuensi-konsekuansi yang
berbahaya dari tindakan-tindakan anak yang agresif,
menempatkan anak di tempat kejadian korban dan
membayangkan bagaimana rasanya jadi korban.
3) Hukuman, yang bersifat mendidik dan manusiawi dengan
ketentuan gunakan hukuman hanya setelah metode koreksi

5
positif gagal, selanjutnya hukuman harus digunakan oleh
orang-orang yang memiliki kedekatan dan kasih sayang
terhadap anak, menghukum seperti adanya tanpa kejengkelan,
ancaman atau melanggar moral, hukuman harus bersikap adil,
konsisten, dan segera. Hukum harus intens secara akal dan
proposional.

B. Pencemas
1. Pengertian anak tunalaras tipe pencemas
a. Menurut Sigmund Freud dalam Wiji (2012: 22), mengemukakan
bahwa kecemasan sebagai fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga
dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
b. Freud dalam Wiji(2012: 17), mengatakan bahwa kecemasan
merupakan suatu keadaan tegang yang memotivasi seseorang untuk
melakukan sesuatu.
c. Freud dalam Wiji (2012: 76), mengatakan juga kecemasan adalah
reaksi terhadap ancaman.

Dari pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


anak dengan tipe pencemas adalah individu yang tidak bisa
mengontrol rasa cemas dalam dirinya sehingga menyebabkan
ketidakmampuannya dalam memotivasi dirinya dalam mengatasi
masalah yang ada.

Jadi, anak tunalaras tipe pencemas ialah suatu keadaan yang


memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu seperti merasa tegang
atau reaksi terhadap suatu ancaman. Disebabkan karena berpikir
tentang bahaya yang nyata maupun khayalan, cenderung mencari-cari
berbagai hal untuk di cemaskan.

2. Klasifikasi kecemasan menurut Telford dan Sawrey dalam (Wiji:


2012).

6
a. Kecemasan kronis, gejalanya seperti mudah marah, merasa
ketakutan yang tidak jelas penyebabnya, gangguan tidur dan selera
makan, sering menangis tanpa sebab, dan merasa lesu dan tidak
bergairah.
b. Rasa takut kronis, dimana perasaan takut tersebut tidak diketahui
faktor penyebabnya atau rasa takut irrasional, contohnya pobia
sekolah, pobia kematian dan lain-lain.
c. Obsesi dan komplusi, yang sering stereotif atau tuda dapat
dikontrol. Komplusi ialah pengulangan perilaku atas desakan yang
timbul dengan berbagai cara. Obsesi adalah suatu keasikan dalam
pemikiran/ingatan terhadap suatu objek yang sama. Kedua hal
tersebut merupaka gejala meningkatnya kecemasan yang bersifat
sementara. Misalnya berperilaku yang dilakukan berulang-ulang.
3. Karakteristik Anak Tunalaras Tipe Pencemas
a. Karakteristik berdasarkan tingkah laku anak tunalaras yang
mengalami kecemasan dan menyendiri :
1) Cemas.
2) Tegang.
3) Tidak punya teman.
4) Tertekan.
5) Sensitif.
6) Rendah diri.
7) Mudah frustasi.
8) Pendiam.
9) Mudah bimbang.
b. Menurut (Hawari,2001)
1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang
2) Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)
3) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum
“demam panggung”
4) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
5) Seringkali mengeluh dalam berbagai hal

7
6) Mudah tersinggung, suka membesarbesarkan masalah yang
kecil (dramatisasi)
7) Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan
ragu

4. Gejala-gejala kecemasan meliputi menangis, berteriak, berlari,


berpikir obsesif, insomnia, mimpi buruk, nafsu makan buruk,
berkeringat, perut terasa mulas, mual, dan sesak napas.
5. Pembinaan dan Penanganan
Melalui aktivitas fisik
a. Bernafas dalam-dalam agar dapat rileks, karena bernafas lebih
cepat dari biasanya ketika sedang cemas maka akan
memperburuk keadaan.
b. Relaksasi otot.
c. Bermeditasi aktif, yaiu latihan untuk menghadapi kehidupan
dengan membuat intensi, mengenali saat ini dan berkosentrasi.

C. Tidak Matang (Immaturity)

1. Pengertian Anak Tunalaras Tipe Tidak Matang (Immaturity)

Setiap individu memiliki pertumbuhan dan tugas perkembangan


yang harus dilaluinya. Individu yang mencapai usia dewasa biasanya akan
berusaha mencapai tingkat kematangan bagi dirinya. Pernyataan tersebut
menandakan bahwa umur seseorang tidak mencerminkan tingkat
kematangan atau kedewasaanya. Bagi individu yang tidak mempunyai
keselarasaan antara umur dengan sikap kedewasaan, maka individu tersebut
memiliki kelainan dalam diri berupa ketidakmatangan.

Menurut (Sumadi, 2007) ketidakmatangan adalah ketidakselarasan


antara fungsi-fungsi fisik dan psikis yang merupakan hasil dari pertumbuhan
dan perkembangan. Adapun menurut (Olivia, 2015) ketidakmatangan atau

8
kurang dewasa (immaturity) adalah suatu permasalahan yang
memperlihatkan perilaku yang tidak sesuai dengan usianya.

Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengertian


ketidakmatangan adalah ketidakselarasan antara fungsi-fungsi fisik dan
psikis yang menampilkan perilaku yang tidak sesuai dengan usianya.

2. Karakteristik Anak Tunalaras Tipe Tidak Matang (Immaturity)

Menurut (Marlina, 2015) karakteristik anak tunalaras tipe tidak


matang (immaturity) adalah sebagai berikut:

a. Kurang perhatian, gangguan konsentrasi dan melamun.


b. Canggung, kurang koordinasi dan suka bengong.
c. Kurang insiatif, pasif, dan ceroboh.
d. Tidak tabah, tidak gigih dalam mencapai tujuan.

3. Pembinaanan dan Penanganan

a. Membiarkan anak untuk berhubungan dengan teman sebayanya


b. Memberikan motivasi
c. Mengajak anak untuk bermain di alam bebas

D. Gangguan Perilaku

1. Pengertian Anak Tunalaras Tipe Gangguan Perilaku

Menurut (Pradnyawati dan Ardana, 2015) gangguan perilaku adalah


kumpulan perilaku yang bersifat negatif pada diri seorang anak. Dimana
perilaku tersebut termasuk agresi kepada orang lain, hewan, merusak
barang dengan sengaja, mencuri, berbohong, dan membolos sekolah.
Adapun menurut DSM IV dalam (Anisah, 2017) gangguan perilaku
adalah pola perilaku menetap dan berulang ditunjukan dengan perilaku
yang tidak sesuai dengan nilai kebenaran yang dianut oleh masyarakat
atau tidak sesuai dengan norma sosial untuk rata-rata seusianya.

9
Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa anak
tunalaras dengan tipe gangguan perilaku adalah individu yang memiliki
perilaku negatif yang menetap dan berulang dengan menampilkan
perilaku yang tidak sesuai dengan norma ditengah masyarakat.

2. Karakteristik Anak Tunalaras Tipe Gangguan Perilaku

Menurut (Marlina, 2015) karakteristik anak tunalaras tipe gangguan


perilaku adalah sebagai berikut:

a. Suka berkelahi, memukul, dan menyerang


b. Pemarah
c. Tidak mau mengikuti peraturan
d. Merusak milik orang lain maupun miliknya sendiri
e. Tidak sopan, kurang ajar, dan kasar
f. Tidak dapat berkerjasama, penentang, dan kurang perhatian
g. Suka menganggu
h. Pemarah
i. Menolak mengakui kesalahan dan suka menyalahkan orang lain
j. Suka membantah.

3. Penanganan dan pembinaan (Aini, 2014)


a. Melalui pendekatan behavior difokuskan pada lingkungan belajar
yng sangat terstruktur dan bahan pengajaran untuk anak-anak yang
diukur dengan hati-hati dan sesering mungkin.
b. Pendekatan ekologis, masalah anak dipandang sebagai hasil dari
interaksi dan keluarga, sekolah dan masyarakat dalam hal ini
difokuskan pada pola asuh orang tua.
c. Pendekatan sosial kognitif, anak diajarkan interaksi antara pengaruh
lingkungan dan prilakunya contohnya mengendalikan kemarahan
dan manfaat dari mengendalikan kemarahan tersebut.
d. Pendekatan psikoedukasional, digabungkan dengan prinsip-prinsip
mengajar, dengan perlakuan diukur terutama dalam hal belajar.

10
e. Pendekatan psikoanalitik, menampilkan masalah-masalah pada anak
yang dinilai sebagai dasar dalam komplik bawah sadar dan motivasi,
yaitu untuk mengungkapkan dan menyelesaikan masalah-masalah
mendalam.
f. Pendekatan humanistik, menekankan pada cinta dan percaya dalam
proses belajar mengajar.
g. Pendekatan biogenik, dalam bentuk penanganan pengobatan berbasis
rumah sakit dan rehabilitasi.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian dari anak tunalaras dengan tipe agresif sosial adalah


ketidakmampuan/ atau kurangnya karakteristik sosial pada anak tunalaras
dikarenakan perilaku agresifnya sehingga ia tidak dapat mengkondisikan emosi
secara baik. Anak cenderung berperilaku mau menang sendiri bahkan
terkadang cuek pada lingkungan.

Adapun pengertian anak tunalaras dengan tipe pencemas adalah individu


yang tidak bisa mengontrol rasa cemas dalam dirinya sehingga menyebabkan
ketidakmampuannya dalam memotivasi dirinya dalam mengatasi masalah yang
ada. Dengan ciri-ciri cemas, khawatir, tidak tenang, ragu, bimbang,
memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir), kurang percaya diri,
gugup apabila tampil di muka umum, sering merasa tidak bersalah,
menyalahkan orang lain, seringkali mengeluh dalam berbagai hal, mudah
tersinggung, suka membesarbesarkan masalah yang kecil (dramatisasi), dalam
mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu.

Adapun pengertian ketidakmatangan adalah ketidakselarasan antara


fungsi-fungsi fisik dan psikis yang menampilkan perilaku yang tidak sesuai
dengan usianya. Ciri-ciri yang paling mudah dikenali adalah kurang perhatian,
gangguan konsentrasi, melamun, canggung, kurang koordinasi dan suka
bengong.

Adapun anak tunalaras dengan tipe gangguan perilaku adalah individu


yang memiliki perilaku negatif yang menetap dan berulang dengan
menampilkan perilaku yang tidak sesuai dengan norma ditengah masyarakat.

12
Ciri-ciri yang dapat dikenali adalah perilaku memberontak dari norma perilaku
yang ada di tengah masyarakat.

B. Saran

Dengan adanya klasifikasi dari anak tunalaras, maka diharapkan para


pembaca dapat mengetahui bagaimana sifat-sifat dari masing-masing tipe dari
anak tuna laras dan bagaimana penanganan dari masing-masing tipe anak tersebut.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih ada kekurangan disana
sini, jadi penulis memintak kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Untuk perbaikan pembutan makalah kedepannya.

13
DAFTAR RUJUKAN

Annisah, Ani Siti. 2017. Gangguan Perilaku Pada Anak Sekolah Dasar. Jakarta:
Gunung Mulia.

Arya. 2010. Karakteristik Pelaku Agresif. Bandung: Eresco.

Dadang, Hawari. 2001. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Depok: FKUI.

Mahabbati, Aini. 2014. Pola Prilaku Bermasalah dan Rancangan Intervensi pada
Anak Tunalaras Yipe Gangguan Prilaku (Conduct Disorder) Berdasarkan
Fungtional BehaviorAssessment. Jurnal Dinamika Pendidikan. No 1.

Marlina. 2015. Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Padang: UNP Press.

14
Olivia, Stella. 2015. Deteksi Dini Psikologi Balita Hingga Manula. Jakarta:
Gramedia.

Pradhyawati, Dewi dan I Gusti Ayu Endah Ardana. 2015. "Gangguan Tingkah
Laku Pada Anak". Medicina Vol. 46 No.2.

Rini, Indah Ria Sulistya. 2010. “Mengenal Gejala dan Penyebab dari Conduct
Disorder”. Jurnal Psycho Idea. Vol. 8 No 1.

Sejati, Nurmantika Wiji dkk. 2012. “Tingkat Kecemasan Sarjana Fresh Graduate
menghadapi Persaingan Kerja dan Meningkatnya Pengangguran
Intelektual”. Jurnal Psikologi Ilmiah. Vol 4(3).

Setiawan, Atang. 2016. Penangan Perilaku Agresif Pada Anak. JASSI ANAKKU.
Vol.9.No.1.

Sumadi. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Gramedia.

15

Anda mungkin juga menyukai