Oleh : Kelompok 4
Reni Kamalina
Kelas : D3
Semester :5
BANJARMASIN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “TERAPI SENSORI INTEGRASI PADA ANAK
AUTIS”
Makalah ilmiah ini pun telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun Kelompok 4
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan....................................................................... ....................... 22
B. Saran................................................................................. ....................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori dan Terapi Sensori Integrasi pertama kali dicetuskan oleh Dr. Ayres, seorang terapis okupasi yang
mempunyai dasar pendidikan psikologi dan neurosains. Menurutnya, ada hubungan antara perilaku anak
dengan perkembangan fungsi otak. Ada beberapa fungsi luhur otak, seperti berbahasa, berpikir secara
emotif, berkomunikasi secara spontan, kreatif, fleksibel dan mampu memahami konsep-konsep abstrak.
Fungsi luhur otak ini merupakan ketrampilan yang harus dikuasai anak dalam setiap tahapan
perkembangannya. Teori ini juga menjelaskan bagaimana cara otak menerima atau memproses input-
input sensorik (berupa sentuhan, gerakan, kesadaran tubuh dan grafitasinya, penciuman, pengecapan,
penglihatan, dan pendengaran) daro lingkungan sekitarnya, serta bagaimana kita dapat mengamati
proses ini dari cara anak bereaksi. Otak yang mempunyai mekanisme sensorik yang baik, akan
menghasilkan perilaku dan cara belajar yang adaptif. Sementara, otak yang mengalami disfungsi
mekanisme sensori integrasi, akan menghasilkan perilaku dan cara belajar yang maladaptif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Sebuah proses otak alamiah yang tidak disadari. Dalam proses ini informasi dari seluruh indera akan
dikelola kemudia diberi arti lalu disaring, mana yang penting dan mana yang diacuhkan. Proses ini
memungkinkan kita untuk berprilaku sesuai dengan pengalaman dan merupakan dasar bagi terapi
kemampuan akademik dan terapi perilaku sosial.
Setiap detik, menit dan jam tak terhitung berapa banyak informasi sensori yang masuk kedalam tubuh
manusia seperti aliran air sungai yang tak hentinya. Tidak hanya dari telinga dan mata, tapi dari seluruh
bagian tubuh. Sang anak harus mampu untuk mengatur seluruh sensori tersebut jika seseorang ingin
bergerak, belajar dan berprilaku. Sensori tersebut memberikan informasi tentang kondisi fisik tubuh dan
lingkungan disekitar.
Terapi sensori ini diberikan jika anak mengalami masalah dengan daya sensorik karena alat-alat indera,
serabut saraf, dan jaringan sarafnya mengalami gangguan sehingga penyampain informasi ke otak tidak
sempurna. Selain itu untuk memberi STIMULUS (rangsangan), VESTIBULAR (keseimbangan),
PROPRIOSEPTIF (gerak, tekan, & posisi sendi otot), TAKTIL (raba), AUDITORI (pendengaran) dan VISUAL
(penglihatan). Terapi ini di berikan sesuai kebutuhan individual anak dalam terapi di usahakan anak
memberi reaksi yang baik dalam terhadap stimulus. Sedikit demi sedikit anak diberi aktivitas yang lebih
sulit agar dapat mengembangkan proses pengolahan informasi sensorik lebih baik.
Terapi Sensori Integrasi (“SI”) sebagai salah satu bentuk Terapi Okupasi dan treatment pada Anak
Berkebutuhan Khusus yang juga seringkali digunakan sebagai cara untuk melakukan upaya perbaikan,
baik untuk perbaikan gangguan perkembangan atau tumbuh kembang atau gangguan belajar, gangguan
interaksi sosial, maupun perilaku lainnya. Sensori Integrasi merupakan suatu proses mengenal,
mengubah, membedakan sensasi dari sistem sensori untuk menghasilkan suatu respon berupa “Perilaku
Adaptif Bertujuan”.
Terapi sensori integrasi bertujuan untuk membantu anak-anak belajar menggunakan semua indra
mereka sekaligus – indra yang dimaksud yaitu, sentuhan,perabaan, penciuman/ rasa, penglihatan dan
pendengaran. Diklaim bahwa terapi ini dapat meningkatkan perilaku tantangan yang disebabkan oleh
kesulitan pengolahan informasi sensorik.
Terapkan cara ini setelah mengetahui anak alami gangguan sensori integrasi.
1. Sensori Perabaan
a. Menyikat tubuh anak dengan sikat khusus (bisa dilakukan di rumah atau tempat terapi). Hanya
saja, perlu diperhatikan perbedaan tekanan saat menyikat untuk anak yang hipersensitif (merasa
kesakitan meski disentuh normal) dan hiposensitif (tidak merasakan apa-apa meski dicubit atau dipukul).
b. Menyeka tubuh dengan spons yang dibasahi dengan air hangat/air dingin.
c. Memijat.
g. Bermain playdough
2. Sensori Pendengaran
a. Kombinasi dengan terapi musik. Untuk anak hipersensitif: Musik lembut ke keras (volume rendah
ke tinggi). Untuk anak hiposensitif: Musik keras ke lembut (volume tinggi ke rendah).
b. Bermain bisik-bisik.
4. Sensori Visual/Penglihatan
a. Terapi Snoezelen atau terapi stimulasi multisensory berupa gerakan lampu.
b. Memijat.
d. Mengangkat kursi.
Terjadi karena otak tidak mampu mengolah input sensori secara efisien. Hal ini tidak berarti otak
mengalami kerusakan, tetapi otak tidak mampu mengolah informasi yang tepat.
1. Sensory Modulation Disorder (SMD). Pada SMD anak mengalami kesulitan merespon input sensori
sehingga memberikan respon perilaku yang tidak sesuai. Sensory Modulation Disorder terbagi menjadi
tiga subtipe, yaitu:
a. Sensory Over-responive (SOR), respon terhadap sensasi lebih cepat, intens dan lebih lama dari
sewajarnya.
c. Sensory Seeking/Craving (SS), seringkali merasa tidak puas dengan rangsangan sensori, cenderung
mencari aktivitas yang sensasional.
2. Sensory-Based Motor Disorder (SBMD). Pada SBMD, anak memiliki gerakan postural yang buruk.
Pada disfungsi ini anak mengalami kesalahan dalam menginterpretasikan input sensori yang berasal dari
sistem proprioseptif dan vestibular. SBMD mempunyai dua subtipe, yaitu:
a. Dyspraxia, anak memiliki gangguan dalam menerima dan melakukan perilaku baru juga memiliki
koordinasi yang buruk pada ranah oromotor, motorik kasar dan halus.
b. Postural Disorder, anak mengalami kesulitan untuk menstabilkan tubuh saat bergerak maupun
beristirahat. Anak dengan gangguan postural biasanya tampak lemah, mudah lelah, dan cenderung tidak
menggunakan tangan yang dominan.
3. Sensory Discrimination Disorder (SDD), pada sensory ini anak mengalami kesulitan dalam
menginterpretasikan kualitas rangsangan sehingga tidak dapat membedakan sensasi yang serupa. SDD
pada sistem visual dan auditory dapat menyebabkan gangguan bahasa dan belajar, sedangkan SDD pada
sistem taktil, proprioseptif dan vestibular menyebabkan gangguan kemampuan motorik.
1. Genetik
2. Anak yang mempunyai gangguan sensori integrasi, seringkali mempunyai saudara yang
mempunyai disfungsi yang sama.
4. Adanya kandungan kimia, medikasi, racun yang masuk ke dalam janin, ibu yang mengkonsumsi
narkoba, terjadinya komplikasi kehamilan seperti virus dan sebagainya.
5. Prematuritas
7. Terlalu banyak atau terlalu sedikit stimulasi setelah kelahiran sehingga kurangnya pengalaman
sensori anak.
1. Kelemahan terapi ini adalah hasil dari terapi tidak dapat bisa langsung dilihat hasilnya memerlukan
waktu dan keterlatenan. Dan minimnya fasilitas penunjang.
2. Kelebihan dari Terapi Sensori Integrasi adalah pengembangan SI dapat diintegrasikan ke semua
kegiatan anak sehari-hari
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Sebelum menentukan terapi apa yang akan diberikan terlebih dahulu harus diketahui tentang
karakteristik anak autis dalam hal ini di Pusat Terapi dan Sekolah Berkebutuhan Khusus.
2. Kelebihan dari Terapi Sensori Integrasi adalah pengembangan SI dapat diintegrasikan ke semua
kegiatan anak sehari-hari
3. Kegiatan dalam Terapi Sensori Integrasi dilakukan dengan bermain, karena sensasi-sensasi yang
membuat anak merasa senang lebih bersifat integrasi. Ketika seorang anak secara aktif terlibat dalam
terapinya sendiri, ia menjadi terorganisir, merasa senang, dan menjadi sinkron.
4. Cara terbaik untuk anak autis yang mengalami gangguan pemrosesan sensori adalah dengan
bermain, menggerakkan tubuh, dan berinteraksi dengan orang lain, serta lingkungannya, dapat
meningkatkan ketrampilan motorik , bahasa, dan sosial mereka.
5. Terapi Sensori Integrasi memberikan sumbangan besar dalam perkembangan sensorimotor anak
autis, terbukti semua bentuk kegiatan dalam terapi ini melatih anak untuk peka terhadap stimulus
sensori baik dari dalam maupun luar tubuhnya untuk mendapat respon yang bermakna.
6. Kekurangan terapi ini adalah hasil dari terapi tidak dapat bisa langsung dilihat hasilnya memerlukan
waktu dan keterlatenan. Dan minimnya fasilitas penunjang.
b. Saran
Demikianlah makalah ini dapat kami susun, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami
sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Demi perbaikan untuk masa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas. 2002. Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Autistik, Jakarta : Depdiknas.
Dodik Sanjaya. Pengembangan Model Terapi Sensori Integrasi (SI) Pada Anak Berkebutuhan Khusus.
Disampaikan dalam Seminar Balai