Anda di halaman 1dari 135

Buku Panduan

Asesmen Bina Diri dan Bina Gerak

Tunadaksa

Disusun Oleh

MAHASISWA PENDIDIKAN KHUSUS

KELAS A

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

ANGKATAN 2019

Dosen Pengampu

Sistriadini Alamsyah Sidik, M.Pd


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT. yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat

menyelesaikan penyusunan buku yang berjudul

“Buku Panduan Asesmen Bina Diri dan Bina

Gerak Tunadaksa”

Buku ini berisi tentang kumpulan cara

untuk mengasesmen kemampuan bina diri dan bina

Gerak bagi Tunadaksa agar dapat mengetahui

kemampuan yang dimiliki oleh Tunadaksa. Kami

berharap dengan kehadiran buku ini dapat

memberikan manfaat bagi para pembaca atau

para pendamping tunadaksa.

Kamipun ingin mengucapkan terima kasih

kepada Ibu Sistriadini Alamsyah Sidik, M.Pd

selaku dosen pengampu kami yang telah

1
memberikan bimbingan kepada kami dalam proses

penyusunan buku panduan ini, sehingga kami

dapat menyelesaikan buku panduan mengenai

asesmen bina diri dan bina gerak untuk

tunadaksa ini.

Kami menyadari, bahwa buku ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu kami

berhadap para pembaca dapat memberikan kritik

dan saran yang dapat membangun dari para

pembaca. Kami ucapkan terima kasih semoga allah

SWT. senantiasa membimbing kita semua di

dalam segala situasi.

Rabu, 08 Desember 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang...........................................................5

1.2 Rumusan Penulisan Buku........................................10

1.3 Manfaat Penulisan Buku.........................................11

BAB 2 KAJIAN TEORI

1.2 Kajian Tentang Tunadaksa....................................12

a. Pengertian Anak Tunadaksa.............................12

b. Faktor Penyebab Anak Tunadaksa.................13

c. Karakteristik Anak Tunadaksa........................15

2.2 Jenis – Jenis Tunadaksa......................................20

a. Klasifikasi Anak Tunadaksa.............................20

3.2 Kajian tentang Bina Diri dan Gerak...................28

a. Bina Diri................................................................28

b. Bina Gerak............................................................43

c. Persamaan Bina Diri dan Bina Gerak.............50

3
BAB 3 INSTRUMEN ASESMEN

3.1 Instrumen Asesmen Bina Diri.............................52

a. Pengertian Instrumen Penilaian......................52

b. Pengertian Asesmen..........................................54

c. Metode yang Dipakai Dalam Asesmen Bina


Diri ……………………………………………………………………………57

d. Subjek Penelitian................................................61

3.2 Instrumen Asesmen Bina Gerak.........................79

a. Metode yang dipakai dalam Asesmen Bina


Gerak.............................................................................79

b. Subjek Penelitian...............................................82

3.3 Contoh Penilaian Asesmen Bina Diri dan Gerak


………………………………………………………………………………..91

a. Instrumen Penilaian Asesmen Bina Diri............91

b. Instrumen Penilaian Asesmen Bina Gerak......110

BAB 4 ANALISIS KEGUNAAN PANDUAN


ASESMEN BINA DIRI DAN GERAK

4.1 Cara Penggunaan Instrumen...............................121

4.2 Penilaian Dalam Instrumen................................123

4.3 Pengolahan Nilai....................................................124

a. Penilaian Instrumen Asesmen BinaDiri.......125

4
b. Penilaian Instrumen Asesmen Bina Gerak. 126

BAB 5 KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan..............................................................129

5.2 Saran.......................................................................132

DAFTAR PUSTAKA.........................................................133

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Anak dengan hambatan fisik

motorik adalah anak yang mengalami

hambatan pada sendi, tulang dan otot

yang mengharuskan anak mendapatkan

pelayanan khusus. Istilah tunadaksa berasal

dari kata “tuna” dan “daksa”, tuna yang

berarti rusak atau cacat dan “daksa” yang

5
berarti tubuh. Menurut Sutjihati Somantri

tunadaksa adalah suatu keadaan yang

terganggu atau rusak sebagai akibat dari

gangguan bentuk atau hambatan pada otot,

sendi dan tulang dalam fungsinya yang

normal.Kondisi ini bisa disebabkan oleh

kecelakaan, penyakit atau juga bisa

disebabkan karena pembawaan sejak lahir.

Menurut Efendi (2006 : 114 ) anak dengan

hambatan fisik motorik adalah

ketidakmampuanya anggota tubuh dalam

melaksanakan fungsinya yang disebabkan

oleh berkurangnya kemampuan anggota

tubuh untuk melaksanakan fungsi secara

normal akibat dari luka, penyakit, atau

pertumbuhan yang tidak sempurna

sehingga diperlukan layanan khusus.

6
Dari pengertian di atas, dapat

disimpulkan bahwa tunadaksa adalah suatu

kelainan fisik atau tubuh yang diperoleh

sejak lahir maupun karena trauma, penyakit,

atau kecelakaan.

Menurut Permanarian (2005)

asesment adalah proses pengumpulan

informasi tentang kekuatan dan kebutuhan

anak yang akan digunakan untuk membuat

program pembelajaran untuk anak secara

individual.Meskipun asesmen pertama kali

dilakukan sebelum kegiatan

pembelajaran,asesmen sesungguhnya

berlangsung sepanjang proses pembelajaran.

Asesmen merupakan kegiatan

penyaringan terhadap anak-anak yang di

identifikasi sebagai anak berkebutuhan

khusus. Anak berkebutuhan khusus sendiri

7
dapat dikelompokkan menjaditunanetra,

tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,

tunalaras, autis, lamban belajar, anak

berbakat, dll.

Asesmen perkembangan motorik

adalah suatu proses dalam memperoleh data

tentang kemampuan seorang anak dalam

melakukan aktifitas perkembangan motorik

serta hambatan-hambatan yang dialaminya.

Perkembangan motorik melibatkan

pergerakan di kaki, tangan dan keseluruhan

anggota badan seperti berjalan, meloncat

jauh, berlari dan menangkap bola dan lain-

lain.

Tidak sedikit anak dengan hambatan

fisik motorik mengalami ganguan dalam

gerak, koordinasi, dan dalam bermobilitas

yang mengakibatkan anak kurang

8
mampu bahkan tidak mampu melakukan

kegiatan sehari-hari layaknya anak pada

umumnya, maka dari ituanak dengan

hambatan fisik motorik harus diberikan

layanan khusus berupa bina diri dan bina

gerak.Bina diri dan bina gerak merupakan

segala usaha dan bentuk bantuan baik

dalam bentuk bimbingan ataupun

latihan secara terencana dan

terprogram terhadap peserta didik

hambatan fisik motorik, dalam rangka

membangun diri baik sebagai individu

maupun makhluk sosial yang harus

berpartisipasi dalam masyarakat.

Sehingga terwujudnya kemampuan

mengurus diri, menolong diri, merawat diri

dan mobilisasi dalam kehidupan sehari-hari.

(Damastuti, 2019) Sangat penting bagi anak

9
dengan hambatan fisik motorik mendapatkan

layanan bina diri dan bina gerak, karena bina

diri dan bina gerak merupakan program

pembelajaran yang berfungsi untuk

mengembangkan gerak yang dapat

berfungsi secara optimal sesuai dengan

potensi yang dimilikinya.

Oleh karena itu, kami membuat buku

asesmen ini untuk bisa lebih tahu tentang

asesmen bina diri dan bina gerak bagi

anak dengan hambatan fisik dan motorik.

1.2 Rumusan Penulisan Buku

Dari latar belakang yang telah dipaparkan,

dirumuskan beberapa masalah yaitu sebagai

berikut:

10
1) Bagaimana instrumen aseesmen bina diri

untuk anak dengan hambatan fisik dan

motorik?

2) Bagaimana instrumen asesmen Bina gerak

untuk anak dengan hambatan fisik dan

motorik?

3) Bagaimana contoh penilaian asesmen Bina

diri dan bina gerak untuk anak dengan

hambatan fisik dan motorik?

4) Bagaimana analisis kegunaan panduan

asesmen Bina diri dan bina gerak untuk

anak dengan hambatan fisik dan motorik?

1.3 Manfaat Penulisan Buku

Penulisan buku asesemen ini

diharapkan dapat bermanfaat untuk

menambah pengetahuan para pembaca dan

buku ini dapat bermanfaat sebagai referensi

11
pembelajaran baik di perkuliahan maupun

dikehidupan sehari-hari.

BAB 2

KAJIAN TEORI

1.2 Kajian Tentang Tunadaksa

a. Pengertian Anak Tunadaksa

Tunadaksa berasal dari kata “Tuna”

yang berarti rugi, kurang dan “Daksa”

berarti tubuh. Dalam banyak literatur

cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak

terlepas dari pembahasan tentang

kesehatan sehingga sering dijumpai judul

“Physical and Health Impairments”

(kerusakan atau gangguan fisik dan

kesehatan). Hal ini disebabkan karena

12
seringkali terdapat gangguan kesehatan.

Sebagai contoh, otak adalah pusat

kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila

ada sesuatu yang salah pada otak (luka

atau infeksi), dapat mengakibatkan

sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi

atau terhadap fungsi - fungsi mental,

luka yang terjadi pada bagian otak baik

sebelum, pada saat, maupun sesudah

kelahiran, Menyebabkan retardasi dari

mental (tunagrahita).

b. Faktor Penyebab Anak Tunadaksa

Menurut Sutjihati Somantri, bahwa

tunadaksa adalah suatu keadaan rusak

atau terganggu sebagai akibat gangguan

bentuk atau hambatan pada tulang, otot

dan sendi dalam fungsinya yang normal.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh

13
penyakit, kecelakaan atau dapat juga

disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.

Sedangkan menurut Mohammad Efendi,

bahwa tunadaksa adalah ketidakmampuan

anggota tubuh untuk melaksanakan

fungsinya disebabkan oleh berkurangnya

kemampuan anggota tubuh untuk

melaksanakan fungsi secara normal

akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan

yang tidak sempurna. Dan dipertegas lagi

oleh Aqila Smart, bahwa tunadaksa

merupakan sebutan halus bagi orang-

orang yang memiliki kelainan fisik,

khususnya anggota badan, seperti kaki,

tangan, atau bentuk tubuh.

 Jadi anak tunadaksa adalah

seseorang yang dimana mengalami

gangguan pada anggota tubuhnya baik itu

14
disebabkan oleh penyakit, kecelakaan

atau dapat juga disebabkan oleh

pembawaan sejak lahir.

c. Karakteristik Anak Tunadaksa

Menurut Aziz (2015), seorang

penyandang tunadaksa memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Karakteristik Kognitif 

Implikasi dalam konteks

perkembangan kognitif ada empat

aspek yang turut mewarnai yaitu:

pertama, kematangan yang merupakan

perkembangan susunan saraf misalnya

mendengar yang diakibatkan

kematangan susunan saraf tersebut.

Kedua, pengalaman yaitu hubungan

timbal balik antara organisme dengan

15
lingkungan dan dunianya. Ketiga,

transmisi sosial yaitu pengaruh yang

diperoleh dalam hubungannya dengan

lingkungan sosial. Keempat, ekuilibrasi

yaitu adanya kemampuan yang

mengatur dalam diri anak. Wujud

konkrit dapat dilihat dari angka

indeks kecerdasan (IQ). Kondisi

ketunadaksaan sebagian besar

menimbulkan kesulitan belajar dan

perkembangan kognitif.

2. Karakteristik Inteligensi 

Untuk mengetahui tingkat inteligensi

anak tunadaksa dapat digunakan tes

yang telah dimodifikasi agar sesuai

dengan anak tunadaksa. Tes tersebut

antara lain hausserman Test (untuk

16
tunadaksa ringan), illinois test dan

peabody picture vocabulary test.

3. Karakteristik Kepribadian 

Ada beberapa hal yang tidak

menguntungkan bagi perkembangan

kepribadian anak tunadaksa atau

cacat fisik, diantaranya: pertama,

terhambatnya aktivitas normal

sehingga menimbulkan perasaan

frustrasi. Kedua, timbulnya

kekhawatiran orangtua biasanya

cenderung over protective. Ketiga,

perlakuan orang sekitar yang

membedakan terhadap penyandang

tunadaksa menyebabkan mereka

merasa bahwa dirinya berbeda dengan

orang lain. Efek tidak langsung akibat

ketunadaksaan yang dialaminya

17
menimbulkan sifat harga diri rendah,

kurang percaya diri, kurang memiliki

inisiatif atau mematikan

kreativitasnya. Selain itu yang

menjadi problem penyesuaian

penyandang tunadaksa adalah

perasaan bahwa orang lain terlalu

membesar-besarkan

ketidakmampuannya.

4. Karakteristik Fisik

Selain potensi yang harus

berkembang, aspek fisik juga

merupakan potensi yang harus

dikembangkan oleh setiap individu.

Akan tetapi bagi penyandang

tunadaksa, potensi itu tidak utuh

karena ada bagian tubuh yang tidak

sempurna. Secara umum

18
perkembangan fisik tunadaksa dapat

dinyatakan hampir sama dengan orang

normal pada umumnya kecuali pada

bagian-bagian tubuh yang mengalami

kerusakan atau terpengaruh oleh

kerusakan tersebut.

5. Karakteristik Bahasa/Bicara 

Setiap manusia memiliki potensi untuk

berbahasa, potensi tersebut akan

berkembang menjadi kecakapan

berbahasa melalui proses yang

berlangsung sejalan dengan kesiapan

dan kematangan sensori motoriknya.

Pada penyandang tunadaksa jenis

polio, perkembangan bahasa atau

bicaranya tidak begitu normal, lain

halnya dengan penyandang cerebral

palsy. Gangguan bicara pada

19
penyandang cerebral palsy biasanya

berupa kesulitan artikulasi, phonasi,

dan sistem respirasi

2.2 Jenis – Jenis Tunadaksa

a. Klasifikasi Anak Tunadaksa

Dalam kajian kedokteran, secara umum

karakteristik kelainan yang dikategorikan

sebagai penyandang tunadaksa dapat

dikelompokkan menjadi (dalam Aziz,

2015): 

1. Tunadaksa Ortopedi 

Yaitu mereka yang mengalami kelainan,

kecacatan, ketunaan tertentu pada

bagian tulang, otot tubuh, ataupun

daerah persendian baik yang dibawa

sejak lahir maupun yang diperoleh

kemudian (karena penyakit atau

20
kecelakaan) sehingga mengakibatkan

terganggunya fungsi tubuh secara

normal. 

Adapun penggolongan penyandang

tunadaksa dalam kelompok kelainan

sistem otot dan rangka, adalah:

a. Poliomyelitis merupakan suatu

infeksi pada sumsum tulang belakang

yang disebabkan oleh virus polio

yang mengakibatkan kelumpuhan dan

bersifat menetap. Sedangkan dilihat

dari sel-sel motorik yang rusak,

kelumpuhan karena polio dibedakan

menjadi empat, yaitu tipe spinal

merupakan kelumpuhan pada otot

leher, sekat dada, tangan dan kaki.

Tipe bulbair merupakan kelumpuhan

fungsi motorik pada satu atau lebih

21
syaraf tepi dengan ditandai adanya

gangguan pernafasan. Tipe

bulbispinalis yaitu gabungan antara

tipe spinal dan bulbair. Serta tipe

encephalitis yang biasa disertai

dengan demam, kesadaran menurun,

tremor dan terkadang kejang. 

b. Muscle dystrophy merupakan jenis

penyakit yang mengakibatkan otot

tidak berkembang karena mengalami

kelumpuhan yang bersifat progresif

dan simetris. Penyakit ini ada

hubungannya dengan keturunan. 

c. Spina bifida merupakan jenis

kelainan pada tulang belakang yang

ditandai dengan terbukanya satu

tiga ruas tulang belakang dan tidak

tertutupnya kembali selama proses

22
perkembangan. Akibatnya fungsi

jaringan saraf terganggu dan dapat

mengakibatkan kelumpuhan. 

2. Tunadaksa saraf 

Mereka yang mengalami kelainan akibat

gangguan pada susunan saraf di otak.

Jika otak mengalami kelainan, sesuatu

akan terjadi pada organisme fisik,

emosi, dan mental. Sedangkan menurut

Mangunsong (2011), klasifikasi

tunadaksa dikategorikan menjadi:

a. Tunadaksa yang tergolong bagian D

adalah seseorang yang menderita 

gangguan karena polio atau lainnya,

sehingga mengalami ketidaknormalan

dalam fungsi tulang, otot-otot atau

kerjasama fungsi otot-otot namun

23
seseorang tersebut berkemampuan

normal. 

b. Tunadaksa yang tergolong bagian D1

adalah seseorang yang mengalami

gangguan semenjak lahir atau

cerebral palsy, sehingga mengalami

hambatan jasmani karena tidak

berfungsinya tulang, otot sendi, dan

syaraf - syaraf. Kemampuan

inteligensi seseorang tersebut

berada di bawah normal atau

terbelakang. 

Menurut Koening (Somantri,

2007), tunadaksa dapat

diklasifikasikan sebagai berikut: 

a. Kerusakan yang dibawa sejak

lahir atau kerusakan yang

24
merupakan  keturunan,

meliputi: 

1. Club-foot (kaki seperti

tongkat) 

2. Club-hand (tangan seperti

tongkat) 

3. Polydctylism (jari lebih dari

lima pada masing-masing

tangan dan atau kaki) 

4. Tort icolis (gangguan pada

leher sehingga kepala terkulai

ke muka) 

5. Syndactylism (jari-jari

berselaput atau menempel

satu dengan yang lainnya) 

6. Cretinism (kerdil)

7. Mycrocepalus (kepala

mengecil) 

25
8. Hydrocepalus (kepala

membesar karena adanya

cairan berlebih) 

9. Herelip (gangguan pada bibir

dan mulut) 

10. Congenital amputation (bayi

yang dilahirkan tanpa anggota

tubuh tertentu) 

b. Kerusakan pada waktu

kelahiran 

1. Erb‟s palys (kerusakan pada

syaraf lengan akibat

tertekan atau tertarik 

waktu kelahiran) 

2. Fra gilitas osium (tulang

rapuh dan mudah patah) 

3. Infeksi 

26
4. Tuberkolosis tulang

(menyerang sendi paha

sehingga menjadi kaku) 

5. Osteomyelitis (radang

didalam dan disekeliling

sumsum tulang karena

bakteri) 

6. Poliomyelitis (infeksi virus

yang menyebabkan

kelumpuhan) 

7. Tuberkolosis pada lutut atau

sendi lain 

c. Kondisi traumatik 

1. Amputasi (anggota tubuh

dibuang akibat kecelakaan) 

2. Kecelakaan akibat luka

bakar 

3. Patah tulang 

27
Dapat disimpulkan bahwa secara

keseluruhan jenis ketunadaksaan

terbagi menjadi dua, yaitu

tunadaksa ortopedi dan tunadaksa

saraf. Tunadaksa ortopedi berkaitan

dengan tulang, otot maupun rangka

yang disebabkan karena faktor

penyakit ataupun karena gen

bawaan. Sedangkan tunadaksa saraf

yaitu ketunadaksaan dengan kelainan

pada saraf otak.

3.2 Kajian tentang Bina Diri dan Gerak

a. Bina Diri

1. Konsep Dasar Bina Diri

Istilah Activity of Daily Living

(ADL) atau aktivitas kegiatan harian

yang lebih familiar dalam dunia

28
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) dikenal dengan istilah “Bina Diri”.

Bina Diri mengacu pada suatu kegiatan

yang bersifat pribadi, tetapi memiliki

dampak dan berkaitan dengan human

relationship. Disebut pribadi karena

mengandung pengertian bahwa

keterampilan – keterampilan yang

diajarkan atau dilatihkan menyangkut

kebutuhan individu yang harus

dilakukan sendiri tanpa dibantu oleh

orang lain bila kondisinya

memungkinkan.

Beberapa istilah yang biasa

digunakan untuk menggantikan istilah

Bina Diri yaitu “Self Care”, “Self Help

Skill”, atau “Personal Management”.

Istilah-istilah tersebut memiliki esensi

29
sama yaitu membahas tentang

mengurus diri sendiri berkaitan dengan

kegiatan rutin harian.

Ditinjau dari arti kata : Bina berarti

membangun/proses penyempurnaan

agar lebih baik, maka Bina Diri adalah

usaha membangun diri individu baik

sebagai individu maupun sebagai

makhluk sosial melalui pendidikan di

keluarga, di sekolah, dan di masyarakat

sehingga terwujutnya kemandirian

dengan keterlibatannya dalam

kehidupan sehari-hari secara memadai.

Bila ditinjau lebih jauh, istilah Bina

Diri lebih luas dari istilah mengurus

diri, menolong diri, dan merawat diri,

karena kemampuan bina diri akan

mengantarkan anak berkebutuhan

30
khusus dapat menyesuaikan diri dan

mencapai kemandirian.

Pembelajaran Bina Diri diajarkan

atau dilatihkan pada ABK mengingat

dua aspek yang melatar belakanginya.

Latar belakang yang utama yaitu aspek

kemandirian yang berkaitan dengan

aspek kesehatan, dan latar belakang

lainnya yaitu berkaitan dengan

kematangan sosial budaya. Beberapa

kegiatan rutin harian yang perlu

diajarkan meliputi kegiatan atau

keterampilan mandi, makan, menggosok

gigi, dan ke kamar kecil (toilet);

merupakan kegiatan yang sangat erat

kaitannya dengan aspek kesehatan

seseorang. Kegiatan atau keterampilan

bermobilisasi (mobilitas), berpakaian

31
dan merias diri (grooming) selain

berkaitan dengan aspek kesehatan juga

berkaitan dengan aspek social budaya,

hal ini sejalan dengan Arifah A. Riyanto

(1979: 93) yang menyatakan, ditinjau

dari sudut social budaya maka pakaian

merupakan salah satu alat untuk

berkomunikasi dengan manusia lain.

Dengan demikian jelaslah bahwa

pakaian ini bukan saja untuk memenuhi

kebutuhan yang bersifat biologis

material, tetapi juga akan berhubungan

dengan pemenuhan kebutuhan social

psikologis. Berpakaian yang cocok atau

serasi baik dengan dirinya ataupun

keadaan sekelilingnya akan dapat

memberikan kepercayaan pada diri

sendiri.

32
2. Tujuan Bina Diri

Astati Mulyati menjelaskan tujuan

bina diri adalah mengembangkan

keterampilan dasar dalam memelihara

danmemenuhi kebutuhan sehingga

dapat hidup mandiri. Sedangkan tujuan

secara khusus:

1. Menumbuhkan dan meningkatkan

kemampuan anak tunadaksa dalam

memelihara diri.

2. Menumbuhkan dan meningkatkan

kemampuan anak dalam

berkomunikasi dan memahami

maksud orang lain serta dapat

mengkomunikasikan diri.

3. Menumbuhkan dan meningkatkan

kemampuan anak tunadaksa dalam

bersosialisasi dan dapat berperan

33
sebagai warga negara serta

perwujudan hak.

4. Menumbuhkan dan meningkatkan

kemampuan dalam melakukan suatu

keterampilan yang diharapkan dapat

digunakan untuk bekal hidup

terutama untuk kegiatan rumah.

Tujuan bina diri secara umum yaitu

mengembangan kemampuan anak yang

secara dasar agar mereka dapat

mengurus diri sendiri dan tidak selalu

bergantung pada orang lain, dan jika

disimpulkan tujuan bina diri secara

khusus yaitu anak tunadaksa diharapkan

mampu mengembangkan kemampuannya

dalam hal memelihara diri,

berkomunikasi dengan orang lain,

bersosialisasi dengan lingkungan

34
sekitar, dan dapat menumbuhkan

keterampilan untuk bekal hidupnya

terutama di rumah.

3. Prinsip Dasar Bina Diri

Prinsip dasar kegiatan Bina Diri

meliputi dua hal, yaitu :

1. Berkaitan dengan peristilahan yang

dipergunakan seperti dijelaskan

sebelumnya. Perbedaan istilah di

atas bila ditinjau dari sudut

kepentingan masyarakat tidaklah

berbeda, secara esensi sama yaitu

membahas tentang aktivitas yang

dilakukan seseorang dalam

memenuhi kebutuhan hariannya

dalam hal perawatan atau

pemeliharaan diri.

35
2. Berkaitan dengan fungsi dari

kegiatan Bina Diri, yaitu:

a. Mengembangkan keterampilan-

keterampilan pokok/penting

untuk memelihara (maintenance)

dalam memenuhi kebutuhan-

kebutuhan personal.

b. Untuk melengkapi tugas-tugas

pokok secara efisien dalam

kontak social sehingga dapat

diterima di lingkungan

kehidupannya.

c. Meningkatkan kemandirian.

Prinsip umum pelaksanaan Bina Diri

yaitu:

1. Assesmen : Observasi secara

alamiah., Menemukan hal-hal yang

sudah dan belum dimiliki anak dalam

36
berbagai hal dan menemukan

kebutuhan anak

2. Keselamatan (safety)

3. kehati-hatian (poise)

4. Kemandirian (independent)

5. Percaya diri(confident)

6. Tradisi yang berlaku disekitar anak

berada (traditional manner)

7. Sesuai dengan usia (in appropriate)

8. Modifikasi; alat dan cara

9. Analisa tugas (task analysis).

4. Pendekatan Pembelajaran Bina Diri

Pembelajaran merupakan proses

interaksi antara guru dan siswa tentang

hal-hal yang dipelajari dengan

mengupayakan keterlibatan siswa

secara aktif untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam hubungan ini perlu

37
menggunakan strategi/pendekatan dan

teknik-teknik untuk melaksanakan

proses pembelajaran tersebut.

Muatan pembelajaran Bina Diri

adalah keterampilan (skill), maka dalam

proses pembelajaran ranah yang

dikembangkan adalah ranah

keterampilan. Meskipun demikian,

tidak berarti ranah kognitif dan

afektif tidak dikebangkan.

Dalam melaksanakan pembelajaran

ranah keterampilan, perlu

memperhatikan hal- hal sebagai

berikut:

1. Tahap Persepsi

Pada tahap ini siswa dikondisikan

untuk menerima stimulus indrawi,

yang meliputi persepsi visual

38
(penglihatan), auditif (pendengaran),

taktil (raba) dan kinestetik (kesan

terhadap gerak), dan

dikoordinasikan dengan baik.

2. Tahap Kesiagaan

Pada tahap ini siswa dibawa kedalam

suasana siap secara fisik,

mental,dan emosi untuk melakukan

suatu kegiatan. Bentuk kongkrit

pelaksanaan tahap ini, antara lain

latihan peniruan gerak, dan

pengulangan gerak. Ada

kemungkinan, siswa perlu dibimbing

untuk melakukan gerakan-gerakan

tersebut.

3. Tahap Sambutan (Guided

Response)

39
Pada tahap ini siswa dibawa untuk

memulai suatu kecakapan, yaitu

kecakapan untuk mengikuti contoh-

contoh tindakan yang diperagakan

guru. Diawali dengan menirukan,

yang kemudian mencoba sendiri.

Dalam melaksanakan tahap ini,

latihan dan pengulangan memiliki

peran yang sangat penting.

4. Tahap Tindakan Mekanis

Pada tahap ini siswa dilatih untuk

memiliki keterampilan-keterampilan

tertentu secara bertahap dan

konstan. Kecakapan tersebut sudah

menjadi miliknya atau sudah menjadi

kebiasaan. Misalnya menggosok gigi

setiap selesai makan.

5. Tahap Sambutan yang Kompleks

40
Sebagai kelanjutan dari tindakan

mechanism, proses pembelajaran

ditujukan kepada siswa untuk

memiliki kecakapan tentang hal-hal

yang sama dengan kualitas yang

lebih baik, efisien dan relative

beravariasi.

6. Tahap Variasi

Kecakapan atau keterampilan yang

telah dimiliki akan dimanifestasikan

sesuai dengan situasi dan problema

yang dihadapinya. Contoh sederhana,

siswa yang telah dilatih menyisir

rambut dan yang bersangkutan

sudah terampil. Keterampilannya itu

akan digunakan setiap habis mandi

dan dia tetap bias menyisir rambut

41
dengan rapi meskipun tidak di depan

cermin.

7. Tahap Originasi

Keterampilan - keterampilan yang

telah dimiliki, harus diaplikasikan

sesuai dengan kondisi, situasi dan

problematika yang dihadapinya.

Agar Guru dapat melaksanakan

proses pembelajaran sebagaimana

yang telah dikemukakan, perlu

menerapkan model pendekatan

analisis tugas (taks of analysis).

Pendekatan ini menekankan bahwa

suatu keterampilan atau kecakapan

yang akan diajarkan dirinci dan

diurutkan berdasarkan urutan dan

tingkat kesulitannya.

42
b. Bina Gerak

1. Konsep Dasar Bina Gerak

Bina gerak berasal dari kata bina

dan gerak, yang berarti segala usaha

yang berupa latihan yang bertujuan

mengubah, memperbaiki dan

membentuk pola gerak yang mendekati

wajar.

Bina gerak merupakan suatu upaya

pendidikan dalam bentuk kegiatan,

pengembangan dan latihan dalam

mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap bagi anak

yang mengalami gangguan motorik untuk

membina gerakannya dalam melakukan

aktivitas hidup sehari-hari.

43
2. Tujuan Bina Gerak

Tujuan yang ingin dicapai dalam bina

gerak adalah untuk memperbaiki dan

mengembangkan fungsi gerak pada

anak. Atau untuk memberikan bekal dan

kemampuan gerak yang dapat

mengantarkan anak mampu bergerak

untuk berpartisipasi dan bersosialisasi

dengan lingkungannya.

Macam-macam gerak sendi adalah:

1. Fleksi (membengkok/melengkung,

memperkecil sudut)

2. Ekstensi (gerakan meluruskan)

3. Abduksi (menjauhi sumbu tubuh)

4. Adduksi (gerakan mendekati

sumbu tubuh)

5. Rotasi (putaran)

44
6. Sirkumduksi (gerakan yang

memutar)

7. Pronasi (gerakan memutar tangan

bawah ke dalam)

8. Supinasi (pemutaran lengan

bawah ke luar).

Sebelum melakukan bina gerak

terlebih dahulu dilakukan asesmen.

Cara melakukan asesmen dapat

dilakukan dengan cara tes dan

observasi. Caranya dengan meminta

anak untuk melakukan gerakan

pesendian tertentu sesuai dengan

kemungkinan gerak sendi pada

persendian yang bersangkutan.

3. Metode Bina Gerak

Banyak metode dan teknik yang

dapat digunakan untuk melatih

45
kemampuan gerak anak-anak tunadaksa,

antara lain:

1. Aktivitas gerak persepsual

Aktivitas gerak persepsual

merupakan kemampuan dasar anak

dalam menerima, menginterpretasi

dan merespon secara baik pada

informasi sensori. Baik melalui

penglihatan, pendengaran, perabaan,

pencecapan. Keterampilanini penting

sebagai preventif untuk

keterampilan gerak secara

keseluruhan. Contoh aktivitas untuk

mengembangkan kemampuan gerak

perceptual adalah:

a. Gross motor activities

(locomotor) (berjalan, melompat,

berlari, dsb)

46
b. Vestibular activities (meniti,

papan keseimbangan, melompat,

terowong silinder, dsb)

c. Visual motor activities

(Manipulative) (menata puzzle,

menggambar, berjalan di kotak

warna, dsb)

d. Auditory motor activities

(bernyanyi sambil bergerak)

e. Tactile activities (sentuh, raba,

pijat, dsb)

f. Lateralisation activities

(kesadaran sisi badan, arah

gerakan, dll)

g. Body awareness (kesadaran

bagian badan)

h. Spatial awareness (kesadaran

posisi ruangan, dsb)

47
2. Latihan keterampilan

Latihan keterampilan tertentu

dapat digunakan sebagai wahana

menanamkan kemampuan gerak

anak-anak yang mengalami

gangguanmotorik. Misalnya

keterampilan memegang, menjepit,

menangkap, melempar, keterampilan

dalam kegiatan hidup sehari-hari

(ADL), bina diri, keterampilan

menulis, menggambar, dll.

3. Permainan

Bermain merupakan kegiatan untuk

menyalurkan emosi (seperti rasa

senang, rasa setuju, rasa kesal)

melalui permainan. Banyak jenis

permainan yang dapat membantu

membina kemampuan gerak anak

48
gangguan motorik , misalnya: Sambil

bernyanyi “ Naik-naik ke puncak

Gunung”, anak berjalan pelan pelan.

Dan masih banyak lagi permainan

yang bias dilakukakan oleh anak-

anak yang lain diadaptasi untuk

permainan anak-anak tunadaksa.

4. Pendidikan olahraga

Pendidikan olahraga merupakan

salah satu pendekatan yang dapat

untuk mengembangkan kemampuan

gerak individu. Baik gerak

lokomotor,non-lokomotor, koordinasi

gerak, penguatan otot, pelemasan

otot, mempertahankan kekuatan

otot, melatih gerak sendi, dsb. Para

guru dituntut kreativitasnya dalam

memilih aktivitas olahraga yang

49
memiliki makna bina gerak, sehingga

aktivitas olahraga yang dilakukan

dapat memperbaiki kemampuan

gerak anak.

c. Persamaan Bina Diri dan Bina Gerak

Bina diri dan bina gerak memiliki

kesamaan dalam melatih kemandirian pada

anak yang memiliki hambatan seperti anak

tunadaksa melatih bina diri dalam

melakukan kegiatan sehari-hari seperti

mandiri dalam melakukan makan,minum dan

kegiatan lainnya melatih kemandirian agar

anak tidak selalu bergantung dengan

bantuan orang lain. Tahap pelaksanaan

program bina diri dan bina gerak dapat

dilakukan oleh orang-orang yang kompeten

yaitu ahli terapi okupasi dan fisio terapi,

tetapi jika sekolah belum mempunyai ahli

50
tersebut pelaksanaan dapat dilakukan oleh

guru pendidikan khusus yang sudah

terampil melakukannya. Kegiatan dapat

dilaksanakan di ruangan (in door) atau di

luar ruangan (out door), hal ini disesuaikan

dengan kondisi anak materi kegiatan dan

kondisi sekolah.

Langkah terakhir dalam pelaksanaan

program bina diri dan bina gerak yakni

evaluasi. Evaluasi digunakan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan maupun

kendala-kendala dalam pelaksanaan

program bina diri dan bina gerak. Hasil

dari evaluasi sebagai dasar untuk membuat

pelaporan tentang kemajuan yang dicapai

maupun kendala yang terjadi pada masing-

masing anak cerebral palsy dalam

51
melakukan kegiatan bina diri dan bina

gerak.

BAB 3

INSTRUMEN ASESMEN

3.1 Instrumen Asesmen Bina Diri

a. Pengertian Instrumen Penilaian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010;

203) menyatakan bahwa “instrument

adalah alat yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan data agar kegiatan

tersebut menjadi sistematis dan

dipemudah olehnya”. Alat atau

instrument evaluasi dalam Suharsimi

(2012; 40-51) alat adalah sesuatu yang

dapat digunakan untuk mempermudah

seseorang dalam melaksanakan tugas

52
atau mencapai tuuan secara lebih

efektif dan efiesien. Anas Sudjiono

(2011; 4) menjelaskan “menilai adalah

kegiatan pengambilan keputusan

terhadap sesuatu dengan mendasarkan

diri atau berpegangan pada ukuran baik

atau buruk, sehat atau sakit, pandai

atau bodoh, dan sebagainya”.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli

diatas dapat dikatakan bahwa intrumen

adalah alat bantu yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi tentang

variable yang sedang diteliti. Penilaian

adalah proses sistematis meliputi

pengumpulan informasi (angka atau

deskripsi verbal), analisis, dan

instrument dan penilaian tersebut

dapat disimpulkan bahwa, instrument

53
penilaian adalah alat yang digunakan

dalam mengumpulkan data yang

digunakan sebagai landasan analisis dan

interpretasi untuk mengambil

keputusan.

b. Pengertian Asesmen

Istilah asesmen (assessment)

diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai

penilaian proses, kemajuan, dan hasil

belajar siswa (outcomes). Sementara

itu asesmen diartikan oleh Kumano

(2001) sebagai “ The process of

Collecting data which shows the

development of learning”. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa

asesmen merupakan istilah yang tepat

untuk penilaian proses belajar siswa.

54
Namun meskipun proses belajar siswa

merupakan hal penting yang dinilai

dalam asesmen, faktor hasil belajar

juga tetap tidak dikesampingkan. Gabel

(1993: 388-390) mengkategorikan

asesmen ke dalam kedua kelompok

besar yaitu asesmen tradisional dan

asesmen alternatif. Asesmen yang

tergolong tradisional adalah tes benar-

salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi,

dan tes jawaban terbatas. Sementara

itu yang tergolong ke dalam asesmen

alternatif (non-tes) adalah

essay/uraian, penilaian praktek,

penilaian proyek, kuesioner, inventori,

daftar Cek, penilaian oleh teman

sebaya/sejawat, penilaian diri (self

55
assessment), portofolio, observasi,

diskusi dan interviu (wawancara).

Wiggins (1984) menyatakan bahwa

asesmen merupakan sarana yang secara

kronologis membantu guru dalam

memonitor siswa. Oleh karena itu, maka

Popham (1995) menyatakan bahwa

asesmen sudah seharusnya merupakan

bagian dari pembelajaran, bukan

merupakan hal yang terpisahkan.

Resnick (1985) menyatakan bahwa pada

hakikatnya asesmen menitikberatkan

penilaian pada proses belajar siswa.

Berkaitan dengan hal tersebut,

Marzano et al. (1994) menyatakan

bahwa dalam mengungkap penguasaan

konsep siswa, asesmen tidak hanya

mengungkap konsep yang telah dicapai,

56
akan tetapi juga tentang proses

perkembangan bagaimana suatu konsep

tersebut diperoleh. Dalam hal ini

asesmen tidak hanya dapat menilai hasil

dan proses belajar siswa, akan tetapi

juga kemajuan belajarnya

c. Metode yang Dipakai Dalam Asesmen

Bina Diri

Metode asesmen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode

asesmen wawancara dan metode

asesmen perilaku.

1) Wawancara

Wawancara merupakan salah

satu teknik pengumpulan data.

Teknik ini paling luas digunakan

untuk memperoleh informasi dari

57
responden/informan (subyek yang

akan dimintakan informasinya).

Teknik wawancara disomping

memerlukan waktu yang cukup lama,

juga membutuhkan cara dan

pelaksanoan tersendiri. Memberikan

angket kepoda responden dan

menghendaki jowaban tertentu lebih

mudah jika dibandingkan dengan

wawancara untuk menggali jawaban

responden dengan bertatap muka

karena interaksi verbal antara

peneliti dengan responden.

Tujuan dari wawancara ini adalah

1) memperoleh informasi, misalnya

mendapat data atas dasar riwayat

gangguan, 2) menilai secara jujur ( to

impart) informasi, seperti

58
menentukan jurusan berdasarkan

informasi nilai prestasi berdasarkan

raport sekolah, 3) mengakses

seseorang, misalnya menentukan

status mental pasien, 4)

mempengaruhi, mengubah perilaku

yang diwawancarai.

Dalam penelitian ini peneliti

mewawancarai seorang wali kelas

untuk mendapatkan data yang valid.

2) Asesmen Perilaku

Asesmen perilaku merupakan alat

dalam modifikasi perilaku yang

digunakan untuk mengukur perilaku

individu apakah perilaku yang

dimunculkan itu meningkat atau

berkurang.

59
Perilaku berkaitan dengan sikap,

karena perilaku dapat menentukan

sikap. Namun perilaku dan sikap itu

berbeda, perilaku merupakan

kegiatan manusia yang dapat diukur

dan diamati, sedangkan sikap hanya

dapat diamati dan tidak dapat

diukur. Perilaku adalah perbuatan

atau tindakan seseorang individu

yang merupakan cerminan dari

sikapnya. Perilaku dibedakan

menjadi dua bentuk, yaitu pertama

perilaku yang menyangkut tindakan

fisik yaitu perilaku yang tampak

(over behavior) atau berupa

perbuatan yang dilakukan secara

nyata sebagai respons atas interaksi

seorang individu dengan

60
lingkungannya yang dapat diamati.

Sementara itu yang kedua adalah

perilaku yang menyangkut aktivitas

mental, yaitu perilaku pada tingkat

pemikiran (convert behavior) yang

tersembunyi di dalam diri seorang

individu.

d. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek berinisial

MP dan duduk di Sekolah Dasar kelas 6.

MP merupakan seorang tunaganda, yaitu

penyandang tunagrahita ringan dan

penyandang juga tunadaksa ringan. MP

mempunyai kekurangan dalam tangan

kirinya, yaitu tangan kirinya mengalami

kekakuan dibagian pergelangan tangan

sehingga sulit untuk digerakkan.

61
Data Angket Atau Kuisioner

DATA PRIBADI SISWA

(Diisi Oleh Orangtua/ Wali Kelas)

A. Data Siswa

Nama :

Nama Panggilan :

Jenis Kelamin :

Anak ke- :

Tempat, Tanggal Lahir :

Agama :

No.Hp :

Jarak Ke Sekolah :

Transportasi :

Alamat Rumah :

Hobi :

Cita – Cita :

62
Ketunaan :

B. Data Ayah

Nama Lengkap :

Agama :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

No.Hp :

Pekerjaan :

Tempat, Tanggal Lahir :

Penghasilan :

C. Data Ibu

Nama Lengkap :

Agama :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

No.Hp :

63
Pekerjaan  :

Tempat, Tanggal, Lahir :

Penghasilan :

Instrumen Assesmen Bina Diri

ASESMEN BINA DIRI ANAK

TUNADAKSA

DAILY LIVING SKILLS

Nama Anak :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Nama Ayah    :

Nama Ibu    :

Tanggal Asesmen  :

Petunjuk    : 

64
Lembaran ini diisi oleh peneliti, berilah

tanda centang (√) untuk setiap

pernyataan dibawah ini pada salah satu

kolom “1 s/d 4” di bawah ini sesuai dengan

tindakan yang dilakukan oleh subjek :

Keterangan :

1 : Tidak Mampu 

2 : Kurang Mampu

3 : Mampu / Mampu Dengan Bantuan

4 : Sangat Mampu

PENILAIAN
KEMAMPUAN KETERANGAN
1 2 3 4

Keterampilan Makan

1. Berdoa sebelum dan

sesudah makan

2. Mencuci tangan

sebelum makan

65
3. Mengerti saatnya

makan

4. Duduk tegak dikursi

5. Mengambil nasi

dengan centong

6. Mengambil sendok

7. Mencapai dan

memegang sendok

8. Menyendok makanan

(nasi) dari mangkuk

9. Membawa makanan

kemulut

10. Mengeluarkan

sendok dari mulut

dengan sedikit

tumpah atau tidak

ada tumpahan

66
11. Berbicara saat

makan

12. Membersihkan

mulut setelah makan

13. Mencuci tangan

setelah makan

14. Merapikan meja

makan setelah

selesai makan

Keterampilan Minum

1. Menuangkan air dari

teko/dispenser ke

gelas

2. Mengambil Gelas

3. Menuangkan air

kebotol minum

67
4. Minum menggunakan

sedotan

5. Minum mengunakan

gelas

6. Membuka tutup

botol

Self Dressing Milestones (tonggak

berpakain sendiri) 

1. Memakai kaos kaki

2. Memakai sepatu

3. Memakai Tali

Sepatu

4. Mengancingkan baju

5. Mampu memakai

celana dalam sendiri

6. Mampu memakai

baju sendiri

68
7. Mampu memakai

singlet/baju dalam

sendiri

8. Mampu memakai

celana sendiri

9. Mampu melepas

baju sendiri

10. Mampu melepas

celana sendiri

11. Memakai ikat

pinggang

Penampilan

1. Menyisir rambut

2. Memakai parfum

3. Memakai bedak

Menggunakan Toilet

69
1. Mengenal peralatan

yang ada ditoilet

2. Membuka dan

menutup pintu keran

3. Meyiram kloset

setelah digunakan

4. Menutup pintu saat

menggunkan toilet

5. Cebok setelah

buang air kecil

6. Cebok setelah

buang air besar

7. Mencuci tangan

setelah buang air

kecil dan  buang air

besar

Kebersihan

70
1. Menggunakan sikat

gigi

2. Sikat gigi

menggunakan pasta

gigi

3. Anak mampu ke

toilet sendiri

4. Mencuci muka

5. Mencuci rambut

6. Mencuci kaki

7. Mencuci telinga

8. berkumur

9. Mampu untuk mandi

sendiri

(menggunakan

sabun)

Kesehatan

71
1. Mengetahui kondisi

badan/suhu badan

(panas atau dingin)

2. Mengetahui dan

mengobati luka

ketika terjatuh

Keselamatan

1. Membuka

bermacam-macam

kunci

2. Orientasi ruang

(naik/turun tangga)

3. Mengetahui benda-

benda bahaya (ex.

Pisau, gas dsb)

4. Berhati – hati

menggunakan

kendaraan Umum/

72
Pribadi

5. Lalu lintas

(menyeberang jalan)

Berkomunikasi

1. Menunjukan gambar

benda yang

disebutkan

2. Mengerti kata

larangan

3. Mengerti kata

perintah

4. Cara memegang

buku bacaan

5. Berbahasa secara

lisan

6. Membaca simbol

Membaca simbol

khusus,

73
khusus,misalnya

tanda misalnya

tanda WC

7. Menggunakan

telepon

8. Cara membuka

halaman buku

9. Dapat berbicra

cukup jelas untuk

dipahami oleh orang

lain

10. Dapat menyebutkan

nama lengkapnya

11. Dapat memahami

konsep waktu

Lingkungan di rumah

1. Mengenal orang-

orang terdekat

74
dirumahnya

2. Menolong orang lain

3. Menjaga emosi

terhadap (orangtua,

guru, keluarga,

teman, dsb.)

4. Hygiene personal

(cuci muka,

menyisir, gosok gigi,

mandi)

5. Penyesuian diri

terhadap lingkungan

sekitar

6. Anak mampu

merapihkan tempat

tidur sendiri

7. Anak mampu

menyiapkan makan

75
sendiri

8. Menggunting kuku

9. Membuang ingus

Lingkungan Sekolah

1. Bermain dengan

teman sekolah

2. Mengikuti aturan

sekolah

3. Mengikuti kegiatan

kelompok sederhana

4. Bertanya ketika

tidak mampu

memahami apa yang

diperintahkan guru

5. Menjawab

pertanyaan yang

diberikan guru

76
6. Memperhatikan

guru ketika belajar

7. Mengungkapkan

pendapatnya kepada

teman/guru

Total Aspek 84

Indikator yang  mempunyai  point 1

(satu), yaitu  2 s/d 4. Indikator yang

mempunyai point 0 (nol), yaitu 1

Rubrik Penilaian Instrumen Asesmen Bina

Diri

Skor akhir menggunakan skala 1 sampai

dengan 4

Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : 

77
skor perole h an
skor ak h ir= x 100 %
skor keseluru h an
Keterangan :

Skor Perolehan : Jumlah dari skor yang di

dapat

Skor Keseluruhan : Jumlah keseluruhan Aspek

dalam Instrumen Assesmen

100% : Nilai Tetap 

Kriteria Penilaian :

Tingkat
Nilai/Point Bobot Predikat
Penguasaan

Sangat
100% - 85% 1 0
Baik

84% - 75% 2 1 Baik

74% - 65% 3 1 Cukup

64% - <50% 4 1 Kurang

78
3.2 Instrumen Asesmen Bina Gerak

a. Metode yang dipakai dalam Asesmen

Bina Gerak

Metode asesmen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode

asesmen wawancara, dan metode

asesmen perilaku.

1) Wawancara

Menurut Goldenberg (1983),

wawancara merupakan pertemuan

yang bersifat percakapan yang

diinisiasikan dengan penuh

pertimbangan antara dua atau lebih

orang, melibatkan komunikasi verbal

maupun nonverbal di mana seseorang

berusaha mendapatkan informasi

tentang orang lain. Meskipun

dikemukakan sebagi percakapan,

79
namun inisiatif dan arah serta

tanggung jawab ada pada orang

tertentu, tidak pada kedua belah

pihak. Tujuan dari wawancara ini

adalah 1) memperoleh informasi,

misalnya mendapat data atas dasar

riwayat gangguan, 2) menilai secara

jujur (to impart) informasi, seperti

menentukan jurusan berdasar

informasi nilai prestasi berdasarkan

raport sekolah, 3) mengakses

seseorang, misalnya menetukan

status mental pasien, 4)

mempengaruhi, mengubahperilaku

yang diwawancarai.

Dalam penelitian ini peneliti

mewawancarai seorang wali kelas

untuk mendapatkan data yang valid.

80
2) Asesmen perilaku

Asesmen perilaku merupakan alat

dalam modifikasi perilaku yang

digunakan untuk mengukur perilaku

individu apakah perilaku yang

dimunculkan itu meningkat atau

berkurang.Martin dan Pear (2003)

mengemukakan bahwa asesmen

perilaku meliputi proses

pengumpulan dan analisis terhadap

data atau informasi untuk tujuan-

tujuan sebagai berikut: 1.

mengidentifikasi perilaku target,

yaitu perilaku yang menjadi sasaran.

2. Mengidentifikasi penyebab-

penyebab munculnya perilaku

tertentu 3. menentukan metode

81
intervensi yang dilakukan. 4.

mengevaluasi hasil tritmen.

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan asesmen perilaku

untuk mengamati perilaku subjek.

b. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek berinisial

M. Siswa tersebut merupakan kategori

tunagrahita sedang, berjenis kelamin

laki-laki. Siswa seorang pengguna kursi

roda, dan memiliki kekakuan pada

tangannya, sehingga masih bergantung

pada orang-orang disekitarnya.

Adapun instrument asesmen yang

digunakan pada penelitian ini yaitu:

IDENTITAS SISWA

82
(Di isi oleh Orangtua/Wali Kelas)

Nama Anak :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Nama Ayah :

Nama Ibu :

Tanggal Asesmen :

Asesor :

Instrumen Assesment Bina Gerak

Kompetens
Indikator 1 2 3 Keterangan
i

Gerakan 1. Mengangkat

kontrol kepala dalam

kepala keadaan

tengkurap

83
2. Mempertaha

nkan kepala

tegak dalam

berbagai

posisi

3. Menyundul

bola

4. Menggerakan

kepala ke kiri

dan ke kanan

5. Menggerakan

kepala ke

atas dan ke

bawah

Gerak 6. Gerakan

kontrol berselonjor

kaki 7. Gerakan

menekuk

84
8. menggerakan

tumit

9. Posisi

jongkok

10. Berdiri

11. Jalan

ditempat

Gerakan 12. Mengangkat

kontrol bahu naik

badan turun

13. Posisi duduk


Gerak
14. Posisi berdiri
keseimban
15. Posisi
gan
berjalan

Gerak 16. Berjalan

pindah membawa

benda

17. Mengambil

85
benda

sendiri

18. Merangkak

19. Melempar

bola

20.Menangkap
Gerak
bola
koordinasi
21. Memukul
motorik
bola dengan
kasar
tangan atau

alat

22.Menendang

bola

Gerak 23.Mewarnai

koordinasi gambar

motorik 24.Menggunting

halus lurus,

lengkung, dan

86
lingkaran

25.Menempelkan

kertas

26.Meremas

kertas

27.Merobek

kertas

Gerak 28.Menyusun

koordinasi benda dari

mata dan ukuran kecil

tangan ke besar dan

sebalik nya

29.Memasukan

benda

kedalam

tempatnya

30.Menyusun

benda dari

87
yang tinggi

ke rendah

dan

sebaliknya

31. Membongkar

dan

memasang

puzzle

32.Berjalan

lurus
Gerak
mengikuti
koordinasi
pola
mata dan
33.Berjalan
kaki
mengikuti

pola

Alat bantu 34.Memasang

gerak yang brace sepatu

melekat 35.Melepas

88
brace sepatu

36.Memakai
Alat bantu
walker
yang
37.Memakai
bergerak
crawler

Total Aspek 37

Rubrik Penilaian Instrumen Asesmen Bina

Gerak

Pentunjuk Penskoran :
R
NP= × 100 %
SM

Keterangan :

NP : Nilai akhir yang dicari

R : Jumlah skor mentah yang

diperoleh siswa

89
SM : Jumlah skor maksimum ideal dari

tes

100% : bilangan tetap.

Berdasarkan rumus tersebut, nilai

yang diperoleh dikategorikan sesuai

dengan kriteria yang ditentukan. Berikut

ini merupakan patokan kriteria yang

digunakan dalam penelitian ini:

Tingkat Nilai Bobot Predikat

Penguasaa Huruf

86% - A 4 Sangat

100% Baik

76% - 85% B 3 Baik

60% - 75% C 2 Cukup

55% - 59% D 1 Kurang

90
≤ - 54% TL 0 Kurang

Sekali

3.3 Contoh Penilaian Asesmen Bina Diri dan

Gerak

a. Instrumen Penilaian Asesmen Bina Diri

Data Angket Atau Kuisioner

DATA PRIBADI SISWA

(Diisi Oleh Orangtua/ Wali Kelas)

B. Data Siswa

Nama : MP

Nama Panggilan :M

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Anak ke- :1

91
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 12
Maret 2006

Agama : Islam

No.Hp :-

Jarak Ke Sekolah : ± 1 KM

Transportasi :-

Alamat Rumah : Ciceri, Kota

Serang -

Banten

Hobi : Kerajinan

tangan

Cita – Cita : Wirausaha

Ketunaan : Tunaganda

(Tunagrahita

Ringan &

Tunadaksa

Ringan)

92
C. Data Ayah

Nama Lengkap : AP

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : Ciceri, Kota

Serang –

Banten

No.Hp :-

Pekerjaan : Wiraswasta

Tempat, Tanggal Lahir : -

Penghasilan :-

D. Data Ibu

Nama Lengkap :N

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : Ciceri, Kota

Serang - Banten

93
No.Hp :-

Pekerjaan : Pedagang

Tempat, Tanggal, Lahir: -

Penghasilan :-

Instrumen Assesmen Bina Diri

ASESMEN BINA DIRI ANAK

TUNADAKSA

DAILY LIVING SKILLS

Nama Anak : MP

Jenis Kelamin : Laki - laki

Kelas : 6 SD

Nama Ayah : AP

Nama Ibu :N

Tanggal Asesmen  : 28 November 2021

Petunjuk : 

94
Lembaran ini diisi oleh peneliti, berilah

tanda centang (√) untuk setiap

pernyataan dibawah ini pada salah satu

kolom “1 s/d 4” di bawah ini sesuai dengan

tindakan yang dilakukan oleh subjek :

Keterangan :

1 : Tidak Mampu 

2 : Kurang Mampu

3 : Mampu / Mampu Dengan Bantuan

4 : Sangat Mampu

PENILAIAN
KEMAMPUAN KETERANGAN
1 2 3 4

Keterampilan Makan

1. Berdoa sebelum √

dan sesudah

makan

2. Mencuci √

95
tangan sebelum

makan

3. Mengerti √

saatnya makan

4. Duduk tegak √

dikursi

5. Mengambil √

nasi dengan

centong

6. Mengambil √

sendok

7. Mencapai dan √

memegang sendok

8. Menyendok √

makanan (nasi)

dari mangkuk

96
9. Membawa √

makanan kemulut

10. Mengeluarkan √

sendok dari mulut

dengan sedikit

tumpah atau tidak

ada tumpahan

11. Berbicara √

saat makan

12. Membersihka √

n mulut setelah

makan

13. Mencuci √

tangan setelah

makan

14. Merapikan √

meja makan

setelah selesai

97
makan

Keterampilan Minum

1. Menuangkan √

air dari

teko/dispens

er ke gelas

2. Mengambil √

Gelas

3. Menuangkan √

air kebotol minum

4. Minum √

menggunakan

sedotan

5. Minum √

mengunakan gelas

6. Membuka √

tutup botol

98
Self Dressing Milestones (tonggak

berpakain sendiri) 

1. Memakai kaos kaki √

2. Memakai sepatu √

3. Memakai Tali √

Sepatu

4. Mengancingkan baju √

5. Mampu memakai √

celana dalam sendiri

6. Mampu memakai √

baju sendiri

7. Mampu memakai √

singlet/baju dalam

sendiri

8. Mampu memakai √

celana sendiri

99
9. Mampu melepas √

baju sendiri

10. Mampu melepas √

celana sendiri

11. Memakai ikat √

pinggang

Penampilan

1.Menyisir rambut √

2.Memakai parfum √

3. Memakai bedak √

Menggunakan Toilet

1.Mengenal peralatan √

yang ada ditoilet

2.Membuka dan √

menutup pintu keran

3. Meyiram kloset √

setelah digunakan

100
4. Menutup pintu saat √

menggunkan toilet

5. Cebok setelah √

buang air kecil

6. Cebok setelah √

buang air besar

7. Mencuci tangan √

setelah buang air

kecil dan  buang air

besar

Kebersihan

1.Menggunakan sikat √

gigi

2.Sikat gigi √

menggunakan pasta gigi

3. Anak mampu ke √

toilet sendiri

101
4. Mencuci muka √

5. Mencuci rambut √

6. Mencuci kaki √

7. Mencuci telinga √

8. berkumur √

9. Mampu untuk mandi √

sendiri

(menggunakan

sabun)

Kesehatan

1.Mengetahui kondisi √

badan/suhu badan

(panas atau dingin)

2. Mengetahui dan √

mengobati luka

ketika terjatuh

Keselamatan

102
1.Membuka bermacam- √

macam kunci

2.Orientasi ruang √

(naik/turun tangga)

3. Mengetahui benda- √

benda bahaya (ex.

Pisau, gas dsb)

4. Berhati – hati √

menggunakan

kendaraan Umum/

Pribadi

5. Lalu lintas √

(menyeberang jalan)

Berkomunikasi

1.Menunjukan gambar √

benda yang

disebutkan

103
2.Mengerti kata √

larangan

3.Mengerti kata √

perintah

4. Cara memegang √

buku bacaan

5. Berbahasa secara √

lisan

6. Membaca simbol √

Membaca simbol

khusus,

khusus,misalnya

tanda misalnya

tanda WC

7. Menggunakan √

telepon

104
8. Cara membuka √

halaman buku

9. Dapat berbicra √

cukup jelas untuk

dipahami oleh orang

lain

10. Dapat menyebutkan √

nama lengkapnya

11. Dapat memahami √

konsep waktu

Lingkungan di rumah

1.Mengenal orang-orang √

terdekat dirumahnya

2.Menolong orang lain √

3.Menjaga emosi √

terhadap (orangtua,

guru, keluarga, teman,

105
dsb.)

4. Hygiene personal √

(cuci muka,

menyisir, gosok gigi,

mandi)

5. Penyesuian diri √

terhadap lingkungan

sekitar

6. Anak mampu √

merapihkan tempat

tidur sendiri

7. Anak mampu √

menyiapkan makan

sendiri

8. Menggunting kuku √

9. Membuang ingus √

Lingkungan Sekolah

106
1.Bermain dengan √

teman sekolah

2.Mengikuti aturan √

sekolah

3.Mengikuti kegiatan √

kelompok sederhana

4. Bertanya ketika √

tidak mampu

memahami apa yang

diperintahkan guru

5. Menjawab √

pertanyaan yang

diberikan guru

6. Memperhatikan guru √

ketika belajar

7. Mengungkapkan √

pendapatnya kepada

107
teman/guru

Total yang didapat 82

Indikator yang  mempunyai  point 1

(satu), yaitu  2 s/d 4. Indikator yang

mempunyai point 0 (nol), yaitu 1

Rubrik Penilaian Instrumen Asesmen Bina

Diri

Skor akhir menggunakan skala 1 sampai

dengan 4

Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : 


82
skor akhir= x 100 %
84

= 97,6 %

Kriteria Penilaian :

108
Tingkat
Nilai/Point Bobot Predikat
Penguasaan

Sangat
100% - 85% 1 0
Baik

84% - 75% 2 1 Baik

74% - 65% 3 1 Cukup

64% - <50% 4 1 Kurang

Kesimpulan :

Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari

nilai diatas adalah, kemampuan bina diri

yang didapat oleh MP mendapatkan nilai

97,6%. Berdasarkan hasil wawancara yang

didapat, jika dilihat dalam kriteria

penilaian kemampuan bina diri yang di

dapat oleh MP mendapatkan predikat

“sangat baik”. Kondisi yang dialami oleh

MP tergolong tunadaksa ringan, karena MP

109
hanya mempunyai kecacatan dibagian

tangan kanannya saja. Sehingga dalam

kehidupan sehari – harinya MP

mengandalkan tangan kirinya untuk

melakukan kegiatan.

b. Instrumen Penilaian Asesmen Bina Gerak

Pentunjuk :

Lembaran ini diisi oleh guru yang menilai

sikap bina diri peserta didik berilah tanda

ceklis (√) pada kolom skor sesuai dengan

sikap bina diri yang di tampilkan peserta

didik dengan kriteria berikut:

1 = Belum mampu

2 = Mampu dengan bantuan

3 = Mampu mandiri

Nama Anak :M

Jenis Kelamin : Laki-laki

110
Kelas : 6 SD

Nama Ayah :-

Nama Ibu :-

Tanggal Asesmen : Rabu, 24 November

2021

Asesor : Tim Peneliti

Kompetensi Indikator 1 2 3 Keterangan

Gerakan 1.Mengangkat

kontrol kepala dalam



kepala keadaan

tengkurap

2.Mempertahan √

kan kepala

tegak dalam

berbagai posisi

111
3.Menyundul

bola

4. Menggerakan

kepala ke kiri √

dan ke kanan

5. Menggerakan

kepala ke

atas dan ke

bawah

Gerak 6. Gerakan

kontrol berselonjor

kaki 7. Gerakan

menekuk

8. menggerakan

tumit

9. Posisi

jongkok

10. Berdiri √

112
11. Jalan

ditempat

Gerakan 12. Mengang

kontrol kat bahu naik √

badan turun

13. Posisi

duduk
Gerak
14. Posisi
keseimbang √
berdiri
an
15. Posisi

berjalan

16. Berjalan

membawa √

Gerak benda

pindah 17. Mengamb

il benda √

sendiri

Gerak 18. Merangk √

113
ak

19. Melempa

r bola

20. Menangk

koordinasi ap bola

motorik 21. Memukul

kasar bola dengan



tangan atau

alat

22. Menenda

ng bola

Gerak 23. Mewarnai



koordinasi gambar

motorik 24. Menggun

halus ting lurus,



lengkung, dan

lingkaran

25. Menempe √

114
lkan kertas

26. Meremas

kertas

27. Merobek

kertas

Gerak 28. Menyusu

koordinasi n benda dari

mata dan ukuran kecil √

tangan ke besar dan

sebalik nya

29. Memasuk

an benda

kedalam

tempatnya

30. Menyusu √

n benda dari

yang tinggi

ke rendah

115
dan

sebaliknya

31. Membong

kar dan

memasang

puzzle

32. Berjalan

lurus
Gerak √
mengikuti
koordinasi
pola
mata dan
33. Berjalan
kaki
mengikuti √

pola

34. Memasan

Alat bantu g brace √

gerak yang sepatu

melekat 35. Melepas



brace sepatu

116
36. Memakai
Alat bantu √
walker
yang
37. Memakai
bergerak √
crawler

Total skor yang di dapat 37

Rubrik Penilaian Instrumen Asesmen Bina

Gerak

Perhitungan Skor Akhir :

Jumlah skor mentah yang diperoleh oleh

siswa yaitu, 78

Jumlah skor maksimal yaitu, 37 x 3 = 111


78
NP= ×100 %=70,2%
111

Berdasarkan rumus tersebut, nilai yang

diperoleh dikategorikan sesuai dengan

kriteria yang ditentukan. Berikut ini

117
merupakan patokan kriteria yang digunakan

dalam penelitian ini:

Tingkat Nilai Bobot Predikat

Penguasaa Huruf

86% - A 4 Sangat

100% Baik

76% - 85% B 3 Baik

60% - 75% C 2 Cukup

55% - 59% D 1 Kurang

≤ - 54% TL 0 Kurang

Sekali

Maka dapat disimpul bahwa, siswa

memperoleh predikat CUKUP dengan

perolehan skor 70,2% berdasarkan tabel

diatas.

118
BAB 4

ANALISIS KEGUNAAN PANDUAN ASESMEN

BINA DIRI DAN GERAK

Salah satu kegiatan asesmen yang

dilakukan yaitu pengumpulan data atau

informasi tentang siswa dan lingkungannya.

Dalam kegiatan pengumpulan data diperlukan

suatu instrumen untuk mengumpulkan data

dan informasi yang akan digunakan untuk

menyusun dan mengembangkan program

asesmen. Instrumen asesmen adalah sebuah

alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

atau informasi untuk mengungkap kondisi

subjek yang akan diases atau dinilai. Masing-

masing instrumen dipilih dan digunakan sesuai

dengan informasi yang dikumpulkan. Kegiatan

dalam mengembangkan instrumen asesmen ada

119
beberapa prosedur atau strategi yang dapat

dipilih, yaitu asesmen formal dan asesmen

informal. Asesmen formal didasarkan pada

tes baku yang mencakup intruksi mengenai

pelaksanaan tes, kunci jawaban, cara

interpretasi hasil, dan alternatif penanganan

anak yang bersangkutan. Asesmen mengikuti

instrumen karena setiap instrumen juga

memiliki kekhususan penggunaan.

4.1 Cara Penggunaan Instrumen

Sebelum kita melakukan kegiatan

asesmen, kita harus melakukan identifikasi

masalah yang terjadi pada anak gangguan

emosi dan tingkah laku terlebih dahulu.

Identifikasi adalah proses penjaringan

awal atau upaya yang dilakukan oleh orang

tua, guru, maupun tenaga kependidikan

120
lainnya untuk melakukan proses

penjaringan terhadap anak yangmengalami

penyimpangan (fisik, intelektual, sosial,

emosi dan tingkah laku) sedinimungkin

untuk mengetahui dan memberikan layanan

yang sesuai dengan kebutuhannya.

Sedangkan asesmen adalah proses

penyaringan kelemahan yang dialami oleh

anak yanghasilnya akan dijadikan dasar

untuk penyusunan program pembelajaran

yang sesuai dengankemampuan dan

ketidakmampuan anak. Kemudian proses

asesmen dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1. Melakukan pembuatan tim khusus

yang terdiri dari guru bimbingan

konseling, gurupendidikan

khusus, dan tenaga ahli lainnya

121
yang memahami anak

berkebutuhan khusus.

2. Menyediakan instrumen dari

berbagai gejala permasalahan

yang dialami oleh anak

berkebutuhan khusus.

3. Membagi tim untuk melaksanakan

asesmen

4. Mengumpulkan dan

menggabungkan data yang

diperoleh

5. Menentukan hasil asesmen.

4.2 Penilaian Dalam Instrumen

Dalam pemberian penilaian

instrumen bina diri setiap penilai 1

diberikan kepada subjek jika subjek tidak

mampu dalam melakukan kemampuan

122
keterampilan, penilaian 2 diberikan kepada

subjek jika subjek kurang mampu dalam

melakukan kemampuan keterampilan,

penilaian 3 diberikan kepada subjek jika

subjek mampu dengan bantuan dalam

melakukan kemampuan keterampilan,

penilaian 4 diberikan kepada subjek jika

subjek sangat mampu dalam melakukan

kemampuan keterampilan.

Penilaian dalam instrumen bina

gerak, setiap pemberian penilaian 1 yaitu

ketika subjek belum mampu melakukan

aspek yang di amati, pemberian penilaian 2

yaitu ketika subjek mampu dengan bantuan

melakukan aspek yang di amati, pemberian

penilaian 3 yaitu ketika subjek mampu

mandiri tanpa bantuan ketika melakukan

aspek yang di amati.

123
4.3 Pengolahan Nilai

Untuk pemberian skor penilaian

terhadap hasil asesmen yang dilakukan.

Ada kriteria dan cara pengholahan skor

asesmen, adapun cara untuk mengolah skor

penilaian asesmen adalah sebagai berikut:

a. Penilaian Instrumen Asesmen BinaDiri

Setelah dilakukan asesmen bina diri

pada anak, maka dilakukanlah penghitungan

skor yang di dapat. Untuk skala penilaian

pada bina diri memakai skala penilaian dari

1 sampai dengan 4. Apabila anak tidak

mampu dalam salah satu aspek instrument

asesmen tersebut maka akan mendapatkan

skor 1, kemudian apabila anak kurang

mampu mendapat skor 2, skor 3 diberikan

apabila anak mampu dengan bantuan, dan

skor 4 diberikan apabila anak sudah sangat

124
mampu melakukan aspek instrument

asesmen tersebut.

Kemudian, skor tersebut

dijumlahkan sehingga menjadi sebuah skor

perolehan yang kemudian dihitung dengan

menggunakan rumus dimana skor perolehan

dibagi dengan skor keseluruhan kemudian

dikali 100%. Skor keselurahan disini adalah

jumlah dari keseluruhan aspek dalam

instrument asesmen.

Apabila hasil perhitungan skor asesmen

mendapatkan nilai 85-100% makatingkat

penguasaan bina diri sangat baik, apabila

mendapatkan nilai 75-85% maka tingkat

penguasaan bina diri baik, apabila

mendapatkan nilai 65-74% maka tingkat

penguasaan bina dirinya adalah cukup, dan

apabila mendapatkan nilai 50-64% maka

125
tingkat penguasaan bina dirinya masih

kurang.

b. Penilaian Instrumen Asesmen Bina Gerak

Untuk penilaian instrument asesmen

bina gerak, petunjuk pemberian skor untuk

setiap aspek menggunakan skala penilaian 1

sampai 3, dimana jika anak mendapatkan

nilai 1 maka dapat dikatakan anak tidak

mampu untuk melakukan salah satu aspek

dari instrument asesmen tersebut,

kemudian nilai 2 diberikan apabila anak

mampu dengan bantuan dalam

melakasanakan bina geraknya, dan jika

anak memperoleh nilai 3, maka anak dapat

dikatakan mampu untuk melaksanakan bina

gerak.

126
Setelah diberikan skor pada setiap

aspek asesmen, jumlahkan nilai yang

diperoleh dari setiap indikator asesmen

tersebut, setelah itu untuk mendapatkan

nilai akhir hitunglah jumlah skor yang

diperoleh yang dibagi dengan jumlah skor

maskimum ideal dari tes bina gerak

tersebut. Jumlah skor maksimal dari

instrument asesmen bina geraknya adalah

111. Kemudian dikali 100%. Setelah

mendapatkan nilai yang diperoleh,

makanilaitersebutdikategorikan sesuai

dengan kriteria yang ditentukan.

Apabila nilai yang diperoleh kurang dari

54% maka dapat dikatakan tingkat

penguasaan bina gerak anak kurang sekali,

kemudian jika anak memperoleh nilai 55%-

59%, maka dapat dikategorikan bahwa

127
anak tersebut masih kurang bina geraknya.

Untuk nilai 60%-75%, maka tingkat

penguasaan bina geraknya dapat dikatakan

cukup, selanjutnya apabila nilai yang

diperoleh mulai dari 76%-85%, maka

tingkat penguasaannya dapat dikatakan

baik, dan apabila anak mendapatkan nilai

mulai dari 86%-100%, maka dapat

dikatakan bahwa tingkat penguasaan bina

geraknya sangat baik.

BAB 5

KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Tunadaksa berasaldari kata “Tuna”

yang berarti rugi, kurangdan “Daksa”

berarti tubuh. Dalam banyak literature

128
cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak

terlepas dari pembahasan tentang

kesehatan sehingga sering dijumpai.

IstilahActivity of Daily Living (ADL)

atau aktivitas kegiatan harian yang lebih

familiar dalam dunia Pendidikan Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) dikenal

dengan istilah “Bina Diri”. Bina memiliki

arti proses penyempurnaan agar dapat

lebih baik, dalam hal ini maka bina diri

merupakan sebuah usaha untuk

menyepurnakan kemampuan diri individu

sebagai makhluk sosial melalui pendidikan

dalam keluarga, sekolah serta masyarakat

hingga terciptanya kemandirian pada aspek

social dan kesehatan. Sedangkan bina

gerak merupakan usaha-usaha latihan

untuk anak dengan hambatan fisik dan

129
motorik yang bertujuan untuk mengubah,

memperbaiki dan membentuk pola gerak

hingga mendekati wajar.

Persamaan Bina Diri dan Bina Gerak

memiliki kesamaan dalam melatih

kemandirian pada anak yang memiliki

hambatan seperti anak tunadaksa melatih

bina diri dalam melakukan kegiatan sehari-

hari seperti mandiri dalam melakukan

makan,minum dan kegiatan lainnya melatih

kemandirian agar anak tidak selalu

bergantung dengan bantuan orang lain.

Istilah asesmen (assessment)

diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai

penilaian proses, kemajuan, dan hasil

belajarsiswa (outcomes). Sementara itu

asesmen diartikan oleh Kumano (2001)

sebagai“ The process of Collecting data

130
which shows the development of learning ”.

Selanjutnya Menurut Suharsimi Arikunto

(2010; 203) menyatakan bahwa

“instrument adalah alat yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipemudah

olehnya”.

Metode yang dipakai dalam asesmen

bina diri yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode asesmen wawancara,

dan metode asesmen perilaku dan subjek

penelitian.

5.2 Saran

1. Saran kepada pembaca buku panduan

assessment bina diri dan bina gerak

tunadaksa bahwa di dalam memahami dan

131
akan lebih baik apabila pembaca juga

membaca buku yang telah diacu pada

kajian pustaka.

2. Penulis tentunya masih menyadari jika

buku ini masih terdapat banyak kesalahan

dan jauh dari kesempurnaan.

3. Penulis menyarankan selain memahami dan

membaca buku panduan assessment bina

diri dan bina gerak tunadaksa dapat

mengimpelemtasikannya secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. & Purbawanto, S. (2015). Pemahaman


Siswa Terhadap Pemanfaatan Media
Pembelajaran Berbasis Livewire pada Mata
Pelajaran Teknik Listrik Kelas X Jurusan
Audio Video Di SMK Negeri 4 Semarang. Edu
Elejtrija Journal, 4(2), 38-49.

132
Assjari, M., &amp; Biasa, J. P. L. (2010). Program

Khusus Untuk Tunadaksa (Bina Diri dan Bina

Gerak). Makalah dalam Workshop Pengelolaan

Program Kekhususan bagi

GuruSD/SMP/SMA/SMK penyelenggara

Pendidikan Inklusif (pp. 1-4).

Assjari, Musjafak. 2010. Program Khusus Untuk


Tunadaksa (Bina Diri Dan Bina Gerak).
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan
Menengah.

Efendi, Mohammad. (2006). Psikopedagogik Anak


Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ikhwanudin, Trisno. 2016. Modul Guru


Pembelajar Mata Pelajaran Plb Tunadaksa
Kelompok Kompetensi A. PEDAGOGIK:
Identifikasi dan Asesmen Peserta Didik
Tunadaksa PROFESIONAL: Konsep Dasar
Peserta Didik Tunadaksa. Bandung :
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik

133
dan Tenaga Kependidikan Bidang Taman
Kanak-kanak & Pendidikan Luar Biasa,
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan.

Somantri, T. S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa.


Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Sugiharto. 2021. Assessmen Anak Berkebutuhan


Khusus. Kalimantan Barat : BP PAUD &
DIKMAS.

Widati, S., &amp; Singkat, A. D. (2011).

Pengajaran bina diri dan bina gerak (BDBG).

Yuwono, imam. 2015. Identifikasi Dan Asesmen


Anak Berkebutuhan Khusus (Seting
Pendidikan Inklusif). Banjarmasin : Penerbit
Pustaka Buana.

134

Anda mungkin juga menyukai