Anda di halaman 1dari 108

1

DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

PENDAHULUAN ..............................................................................................................3

BAB 1 Pengertian Dan Pemeheman ................................................................................4

BAB II Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA .....................................................................8

BAB III Teori Belajar IPA ................................................................................................11

BAB IV Strategi Pembelajaran IPA ................................................................................17

BAB V Pendekatan Inkuiri ..............................................................................................25

BAB VI Pembelajaran kontekstual ..................................................................................32

BAB VII Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA .............................................39

BAB VIII UTS ....................................................................................................................47

BAB IX Pengembangan Rancangan Program Pembelajaran .......................................48

BAB X Simulasi Pembelajaran IPA Bagi ABK ..............................................................60

Daftar Pustaka ..................................................................................................................104

2
PENDAHULUAN

Konsep pembelajaran IPA yang utama adalah memalui pengamatan dan


eksperimen. Pengamatan bukan sekedar memanfaatkan indra penglihatan, namun mengamati
dengan multisensory. Eksperimen dapat dilakukan sekalipun sederhana, namun proses
menemukan sendiri terhadap konsep yang dipelajari akan lebh bermaksana.
Peserta didik anak berkebutuhan khusus mampu melakukan kegiatan di atas,
namun tetap disaradari tidak semua konsep dapat diperoleh melalui bermacam indra.Model
pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan oleh guru. Model pembelajaran untuk perserta didik ABK tidak berbeda dengan
pembelajaran bagi anak di sekolah reguler pada umumnya.
Tujuan Penulisan:
Tujuan penulisan buku ini adalah untuk memberikan tambahan wawasan bagi mahasiswa dan
guru dalam proses pembelajaran IPA bagi Anak Berkebutuhan Khusus .Pembelajaran ini
hendaknya dimulai dari yang diketahui perserta didik. Pembelajaran dimulai dari yang
konkrit sampai dapat dirasakan, didengar, diraba dibau. Manfaat pendekatan mutisensory
agar mengeliminasi hambatan yang diabaikan oleh keterbatasan anak ABK.

Proses dalam IPA merupakan aktifitas dalam pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang
telah dirumuskan yaitu: tahap penanaman konsep yang bertujuan untuk menanamkan hal baru
kepada peserta didik melalui berbagai media (multimedia dan multisensory). Penanaman
konsep IPA lebih baik dilakukan dengan observasi dan eksperimen.

3
BAB I
PENGERTIAN DAN PEMAHAMAN IPA

PERTEMUAN KE-1

PENDAHUUAN
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa dapat memahami materi pembelajaran IPA
bgi anak berkebutuhan khusus dan kaitannya dengan pendidikan bagi mahasiswa
dalam mengikuti proses perkuliahan di jurusan pendidikan luar biasa.
Tujuan:
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat
1. Memahami pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
2. Menjelaskan pentingnya mengajarkan IPA bagi ABK.
3. Memahami kegunaan / manfaat dari IPA untuk ABK.
4. Memahami cara mengajarIPA bagi ABK.
5. Memahami cara menanamkan sikap pada ABK.

Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. “Ilmu”artinya suatu
pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan
menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif.
Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Objektif artinya sesuai
dengan objeknya IPA itu suatu cara atau metode untu mengamati alam. IPA dapat dipandang
sebagai :
1. Institusi
2. Metode
3. Kumpulan pengetahuan
4. Faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi
5. Faktor penting yang mempengaruhi sikap dan pandangan manusia terhadap alam, seperti
observasi, eksperimen penggunaan alat dan berbagai perhitungan matematik
IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya.
IPA dapat dipandang sebagai proses. Sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan
gejala alam yang satu dengan alam yang lain.

4
IPA dapat pula dipandang sebagai sebagai produk. Produk ini berupa prinsip-prinsip teori-
teori, hukum-hukum, konsep-konsep maupun fakta-fakta yang kesemuanya itu ditujukan
untuk menjelaskan tentang berbagai gejala alam

Mengajarkan IPA
Dengan pengajaran IPA diharapkan siswa :
1. Memahami alam sekitarnya
2. Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA
3. Memiliki sikap ilmiah
4. Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan

Manfaat IPA
1. IPA, menolong anak didik untuk dapat berfikir logis
2. IPA, dapat menolong dan meningkatkan kualitas hidup manusia
3. IPA, berorientasi pada keilmuan dan teknologi
4. IPA, dapat menghasilkan perkembangan pola berpikir yang baik
5. IPA, dapat membantu secara positif

Mangajar IPA ?
Wynne Harlen (1987) Ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak
usia Sekolah Dasar, yaitu :
a. Sikap ingin tahu (curiousity)
b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
c. Sikap kerjasama (co operation)
d. Sikap tidak putus asa (perseverence)
e. Sikap tidak berpransangka (open-mindedness)
f. Sikap mawas diri (self criticism)
g. Sikap bertanggung jawab (responsibility)
h. Sikap berfikir bebas (independence in thinking)
i. Sikap kedisiplinan diri (self discipline)

SIKAP YANG DIKEMBANGKAN PADA ANAK


Sikap yang perlu dkembangkan pada anakkelas I dan II dalam belajar IPA antara lain :
 Rasa aman
5
Merasa aman untuk tinggal dan belajar di sekolah bagi anak kelas satu pada awal
tahun ajaran.
 Senang berkawan
Sikap ini penting agar anak tidak terasing satu dengan yang lainya.
 Ingn tahu
Memperlihatkan keingintahuan terhadap benda-benda disekitarnya. Terutama benda-
benda yang tidak biasa dilihatnya.
 Keaslian
Dapat dilatih untuk melontarkan gagasan yang asli yang betul-betul daru pikiranya.
 Tekun
Tidak mudah putus asa.
 Kerja keras
Menggunakan usaha yang banyak untuk mencapai tujuan
 Bertanggung jawab
Dapat berusaha sendiri untuk mengatasi tugas yang sulit, walaupun demikian dapat
memberikan bantuan kepda oranga lain bila dibutuhkan.
 Kerja sama
Menyadari adanya rasa saling membutuhkan terutama untuk tawar menawar berbagai
silang pendapat agar diperoleh suatu keputusan.
 Mandiri
Dalam hal-hal tertentu yang sesuai dengan kemampuan dan tahapn perkembanganya.

TUGAS PERTEMUAN 1

1. Jelaskan mengapa ananda sebagai mahasiswa perlu memahami pembelajaran


IPA Bagi ABK
2. Jelaskan pula mengapa anak berkebutuhan khusus perlu mendapakan materi
pembelajaran IPA!
3. Carilah beberapa pengertian IPA menurut beberapa sumber!
4. Jelaskan mengapa dalam pembelajaran IPA diperlukannya mengembangkan
sikap terhadap anak berkebutuhan khusus!

6
5. Silahkan anda melakukan observasi ke SLB untuuk melihat kurikulum yanng
digunakan, RPP, media pembelajaran dan proses pelaksanaan pembelajaran IPA bagi
ABK.
6. Buat laporan hasi observasi untuk dipersentSIKan.

7
BAB II
Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA

PERTEMUAN KE-2
Materi pertemuan dua ini membahas tentang prinsip - prinsip mengajar ilmu pengetahuan
alam, manfaat lingkungan dalam proses pembelajaran IPA, penerapan psikologi pendidikan
dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar maupun di sekolah luar biasa.
Tujuan
Setelah mempelajari materi ini Mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang prinsip – prinsip pembelajaran IPA bagi ABK
2. Menjelaskan tentang manfaat lingkungan dalam proses pembelajaran IPA di
sekolah
3. Mengaplikasikan penerapan psikologi pendidikan dalam pembelajaran IPA di
sekolah dasar maupun di SLB.

Prinsip Mengajar IPA


1. Prinsip keterlibatan siswa secara aktif
2. Prinsip belajar berkesinambungan
3. Prinsip motivasi
contoh:
a. memberikan kesempatan kepada siswauntuk melakukan pekerjaan mandiri
b. memberikan tanggung jawab
c. memberikan kesempatan untuk mendemontrasikan hasil ekperimentasinya
d. memberikan kesempatan kepada sekelompok siswa untuk melaporkan hasil studi-
wisatanya
4. Prinsip multi saluran
5. Prinsip penemuan
6. Prinsip totalitas
7. Prinsip perbedaan individu.

Manfaat Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA


1. Sebagai sasaran belajar
2. Sebagai sumber belajar

8
3. Sebagai sarana belajar

Aspek Pedagogis Dapat Dikembangkan Melalui Interaksi Dengan Lingkungan


1. Dapat mengembangkan sikap dan keterampilan
2. Dapat digunakan bagi siswa dari semua tingkat perkembangan intelektual

Penerapan Psikologi Pendidikan dalam Pendidikan IPA di Sekolah Dasar


1. Perkembangan Intelektual Anak menurut Piaget
Tahap Sensorimotorik (0-2 th)
a. Perkembangan pikirannya sangat tergantung pengaruh luar

b. Ungkapan pikiran melalui perbuatan


c. Mengenal benda-benda sekitarnya, membedakan dan akhirnya mengenal
fungsinya
d. Terikat pada “waktu sekarang” (tidak dapat membedakan waktu lalu atau yang
akan datang)

Tahap Praoperasional (2-7 th)


a. Mulai mengenal kata-kata

b. Berpikir selalu kedepan (tidak berpikir apa yang pernah dipikir)


c. Egosentris
d. Pikiran/perbuatannya masih banyak dipengaruhi oleh rangsangan langsung dari
luar
e. Berfikir statis (tidak melihat proses tetapi keadaan awal dan akhir)
f. Pada akhir tahap ini mereka dapat membedakan tentang masa lalu, masa sekarang
dan masa yang akan datang, dalam jangka pendek
g. Mengenal urutan pertambahan, pengurangan dan klasifikasi atas dasar bentuk
luarnya

Tahap Operasional Konkret (7-11 th)


a. Dapat mengalikan, membagi, mengurutkan, mengganti, menganalisis, dan
mensintesis

b. Pada akhir tahap ini anak dapat berkorespondensi

9
c. Memahami konsep yang abstrak misalnya konsep berat, gaya, dan energi

Tahap Operasional Formal (11-15 th)


a. Dapat berpikir deduktif, membuat hipotesis

b. Dapat berpikir reflektif atau evauatif


c. Dapat mengontrol variabel dari berbagai kemungkinan

TUGAS!
1. Jelaskan masing-masing prinsip pembelajaran IPA bagi ABK!
2. Jelaskan manfaat dari pembelajaran IPA bagi anak berkebutuhan khusus untuk
kelas rendah dan tinggi!
3. Berikan beberapa contoh dari manfaat lingkungan dalam proses pembelajaran
IPA!
4. Berikan contoh penerapan psikologi pendidikan dalam pembelajaran IPA bagi
ABK!

10
BAB III

TEORI BELAJAR YANG MENDUKUNG PEMBELAJARAN IPA

PERTEMUAN KE-3

Materi pada pertemuan tiga ini membahas tentang teori belajar yang mendukung
pembelajaran IPA, teori belajar behavioristik, teori belajar kognitivisme, teori belajar
konstruktivisme, penerapan teori piaget dalam pengejaran IPA.

Tujuan

Setelah mempelajari materi ini Mahasiswa diharapkan dapat:

1. Menerapkan teori behavioristik dalam pembelajaran IPA bagi ABK


2. Mengimplementasikan teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran IPA bagi ABK
3. Melaksanakan teori konstruktivisme dalam pembelajaran IPA bagi ABK
4. Menerapkan teori piaget dalam pembelajaran IPA bagi ABK

TEORI BELAJAR YANG MENDUKUNG PEMBELAJARAN IPA

Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai


suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan
pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu,
keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar
adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga
membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. (Wikipedia)

Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar,


sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Ada
tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan

11
Konstruktivisme. Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya,
sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan
jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri.

Beberapa teori belajar yang mendukung pembelajaran IPA

1. Teori belajar behaviorisme

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
[1]
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman . Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan


orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin,
2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan
guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka

12
respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative
reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement


and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of
Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning;
(6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark


Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran
behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.

Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran.
Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi
(gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Dalam
melakukan penelitian, behavioris tidak mempelajari keadaan mental. Jadi, karakteristik
esensial dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar adalah pemahaman terhadap
kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang, bukan pikiran,
perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam diri orang tersebut.
Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus. Para tokoh
yang memberikan pengaruh kuat pada aliran ini adalah Ivan Pavlov dengan teorinya yang
disebut classical conditioning, John B. Watson yang dijuluki behavioris S-R (Stimulus-
Respons), Edward Thorndike (dengan teorinya Law of Efect), dan B.F. Skinner dengan
teorinya yang disebut operant conditioning.
Behaviorisme, sebagai teori belajar, dapat ditelusuri kembali ke Aristoteles, yang
esai “Memory” berfokus pada asosiasi yang dibuat antara acara-acara seperti petir dan
guntur. filsuf lain yang diikuti’s pikiran Aristoteles adalah Hobbs (1650), Hume (1740),
Brown (1820), Bain (1855) dan Ebbinghause (1885) (Black, 1995).
Teori belajar behaviorisme berkonsentrasi pada studi tentang perilaku terbuka yang
dapat diamati dan diukur (Good & Brophy, 1990). Ini pandangan pikiran sebagai “kotak
hitam” dalam arti bahwa respon terhadap stimulus dapat diamati secara kuantitatif, sama
sekali mengabaikan kemungkinan proses pemikiran yang terjadi dalam pikiran. Beberapa
pemain kunci dalam perkembangan teori behavioris yang Pavlov, Watson, Thorndike dan
Skinner.

13
2. Teori belajar kognitivisme

Pada awal tahun 1920-an orang mulai menemukan keterbatasan dalam pendekatan
behavioris untuk belajar memahami ditemukan. Edward Tolman bahwa tikus yang
digunakan dalam percobaan tampaknya memiliki peta mental dari labirin ia gunakan.
Ketika ia menutup sebagian tertentu dari labirin, tikus tidak repot-repot untuk mencoba
jalur tertentu karena mereka “tahu” bahwa hal itu mengarah ke jalan yang diblokir. Secara
visual, tikus tidak bisa melihat bahwa jalan akan menghasilkan kegagalan, namun mereka
memilih untuk mengambil rute yang lebih panjang yang mereka tahu akan berhasil
(Operan penyejuk [On-line]).

Behavioris tidak dapat menjelaskan perilaku sosial tertentu. Misalnya, anak-anak


tidak meniru semua perilaku yang telah diperkuat. Selanjutnya, mereka mungkin model
hari perilaku baru atau minggu setelah pengamatan pertama awal mereka tanpa diperkuat
untuk perilaku tersebut. Karena pengamatan ini, Bandura dan Walters berangkat dari
pengkondisian operan penjelasan tradisional bahwa anak harus melakukan dan menerima
penguatan sebelum bisa belajar. Mereka menyatakan dalam buku mereka tahun 1963,
Sosial Belajar dan Pengembangan Kepribadian, bahwa seseorang bisa model perilaku
dengan mengamati perilaku orang lain. Teori ini menyebabkan Kognitif Sosial Bandura
Teori (Dembo, 1994).

Menjelang berakhirnya tahun 1950-an banyak muncul kritik terhadap


behaviorisme. Banyak keterbatasan dari behaviorisme dalam menjelaskan berbagai
masalah yang berkaitan dengan belajar. Banyak pakar psikologi waktu itu yang
berpendapat behaviorisme terlalu fokus pada respons dari suatu stimulus dan perubahan
perilaku yang dapat diamati.
Kognitivis mengalihkan perhatiannya pada “otak”. Mereka berpendapat bagaimana
manusia memproses dan menyimpan informasi sangat penting dalam proses belajar.
Akhirnya proposisi (gagasan awal) inilah yang menjadi fokus baru mereka. Kognitivisme
tidak seluruhnya menolak gagasan behaviorisme, namun lebih cenderung perluasannya,
khususnya pada gagasan eksistensi keadaan mental yang bisa mempengaruhi proses
belajar. Pakar psikologi kognitif modern berpendapat bahwa belajar melibatkan proses
mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan
pemecahan masalah. Mereka meneliti bagaimana manusia memproses informasi dan
membentuk representasi mental dari orang lain, objek, dan kejadian.
14
3. Teori belajar konstruktivisme

Bartlett (1932) merintis apa yang menjadi pendekatan konstruktivis (Good &
Brophy, 1990). Konstruktivis percaya bahwa “peserta didik membangun kenyataan
mereka sendiri atau paling tidak menafsirkannya berdasarkan persepsi mereka tentang
pengalaman, sehingga pengetahuan individu adalah fungsi dari pengalaman sebelumnya
satu, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk menafsirkan objek dan
peristiwa.” “Apakah seseorang mengetahui didasarkan pada persepsi pengalaman fisik dan
sosial yang dipahami oleh pikiran.” (Jonasson, 1991).

Jika salah satu pencarian melalui teori-teori filosofis dan psikologis banyak dari
masa lalu, benang konstruktivisme dapat ditemukan dalam penulisan orang-orang seperti
Bruner, Ulrick, Neiser, Goodman, Kant, Kuhn, Kwek dan Habermas. Yang paling
berpengaruh besar adalah Jean Piaget pekerjaan yang diinterpretasikan dan diperpanjang
oleh von Glasserfield (Smorgansbord, 1997).

Konstruktivisme memandang belajar sebagai proses di mana pembelajar secara


aktif mengkonstruksi atau membangun gagasan-gagasan atau konsep-konsep baru
didasarkan atas pengetahuan yang telah dimiliki di masa lalu atau ada pada saat itu.
Dengan kata lain, ”belajar melibatkan konstruksi pengetahuan seseorang dari
pengalamannya sendiri oleh dirinya sendiri”. Dengan demikian, belajar menurut
konstruktivis merupakan upaya keras yang sangat personal, sedangkan internalisasi
konsep, hukum, dan prinsip-prinsip umum sebagai konsekuensinya seharusnya
diaplikasikan dalam konteks dunia nyata.

Guru bertindak sebagai fasilitator yang meyakinkan siswa untuk menemukan


sendiri prinsip-prinsip dan mengkonstruksi pengetahuan dengan memecahkan problem-
problem yang realstis. Konstruktivisme juga dikenal sebagai konstruksi pengetahuan
sebagai suatu proses sosial. Kita dapat melakukan klarifikasi dan mengorganisasi gagasan
mereka sehingga kita dapat menyuarakan aspirasi mereka. Hal ini akan memberi

15
kesempatan kepada kita mengelaborasi apa yang mereka pelajari. Kita menjadi terbuka
terhadap pandangan orang lain.

Hal ini juga memungkinkan kita menemukan kejanggalan dan inkonsistensi karena
dengan belajar kita bisa mendapatkan hasil terbaik. Konstruktivisme dengan sendirinya
memiliki banyak variasi, seperti Generative Learning, Discovery Learning, dan knowledge
building. Mengabaikan variasi yang ada, konstruktivisme membangkitkan kebebasan
eksplorasi siswa dalam suatu kerangka atau struktur.Dalam sudut pandang lainya.
konstruktivisme merupakan seperangkat asumsi tentang keadaan alami belajar dari
manusia yang membimbing para konstruktivis mempelajari teori metode mengajar dalam
pendidikan. Nilai-nilai konstruktivisme berkembang dalam pembelajaran yang didukung
oleh guru secara memadai berdasarkan inisiatif dan arahan dari siswa sendiri.

Ada istilah lain yang sering disalahartikan sama dengan konstruktivisme, yaitu
maturationisme. Konstruktivisme (yang merupakan perkembangan kognitif) merupakan
suatu aliran yang "yang didasarkan pada gagasan bahwa proses dialektika atau interaksi
dari perkembangan dan pembelajaran melalui konstruksi aktif dari siswa sendiri yang
difasilitasi dan dipromosikan oleh orang dewasa " Sedangkan, "Aliran maturationisme
romantik didasarkan pada gagasan bahwa perkembangan alami siswa dapat terjadi tanpa
intervensi orang dewasa dalam lingkungan yang penuh kebebasan " (DeVries et al, 2002).

Penerapan Teori Piaget Dalam Pengajaran IPA


1. Belajar melalui perbuatan
2. Perlu berbagai variasi kegiatan dalam proses belajar mengajar
3. Guru perlu mengenal tingkat perkembangan siswanya
4. Perlu latihan yang berulang untuk pengembangan berpikir operasional
5. Khususnya untuk siswa kelas VI, agar diberi kesempatan untuk mengembangkan pola
berpikir operasi formal

Tugas
1. Jelaskan dan berikan contoh penerapan teori piaget dalam pembelajaran IPA
bagi ABK!
2. Jelaskan dan berikan contoh cara menerapkan beberapa teori dalam
pembelajaran IPA bagi ABK!

16
BAB IV

STRATEGI PEMBELAJARAN IPA

PERTEMUAN KE - 4
Materi pada pertemun ini membahas tentang strategi pembelajaran IPA bagi ABK. Dalam
proses pembelajaran IPA seorang Guru perlu memperhatikan strategi atau cara yang dapat
digunakan untuk belajar mengolah atau bereksperimen untuk menemukan sesuatu. Strategi
yang digunakan untuk anak berkebutuhan khusus disesuaikan dengan karakteristik dan
kemampuan ABK.
Tujuan
Setelah proses belajar mengajar, mahasiswa dapat:
1. Menerapkan strategi pembelajaran IPA yang sesuai dengan ABK
2. Memilih strategi yang tepat untuk anak yang mengalami gangguan penglihatan
3. Mampu menerapkan strategi pembelajaran IPA yang cocok untuk anak
tunarungu

STRATEGI PEMBELAJARAN IPA

Strategi belajar adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh siswa untuk dapat
belajar mengolah pikiran sendiri. Sedangkan posisi guru, lebih diharapkan mengembangkan
atau mencari alternatif yang digunakan untuk membimbing siswa. Pada dasarnya, tidak ada
strategi belajar yang paling ideal. Masing-masing strategi mempunyai kelebihan dan
kekurangan sendiri. Hal ini sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai,
pengguna strategi(guru), ketersediaan fasilitas, dan kondisi siswa.

Proses belajar akan lebih efektif jika guru mengkondisikan agar setiap siswa terlibat
secara aktif dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling mendukung antara siswa satu
dengan siswa yang lain.Strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir
yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal-hal yang dipelajari, termasuk proses
memori dan metakognitif.

17
Michael Pressley menyatakan bahwa strategi ini adalah operator-operator kognitif
meliputi dan terdiri atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan
suatu tugas (belajar). Strategi belajar tersebut merupakan strategi-strategi yang digunakan
siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu. Untuk menyelesaikan tugas belajar siswa
memerlukan keterlibatan dalam proses-proses berpikir dan perilaku, membaca sepintas judul-
judul utama, meringkas, dan membuat catatan, di samping itu juga memonitor jalan berpikir
diri sendiri.

Nama lain untuk strategi tersebut adalah strategi kognitif, sebab strategi tersebut lebih
dekat pada hasil belajar kognitif daripada tujuan - tujuan belajar perilaku. Norman juga
memberikan argumen yang kuat tentang pentingnya pengajaran strategi. Pengajaran strategi
belajar berlandaskan pada dalil bahwa keberhasilan belajar siswa sebagian besar bergantung
pada kemahiran untuk belajar secara mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri.

Ini menjadikan strategi tersebut mutlak diajarkan kepada siswa secara tersendiri,
mulai dari kelas-kelas rendah sekolah dasar dan terus berlanjut sampai sekolah menengah dan
pendidikan tinggi.

Tujuan utama pengajaran strategi belajar menurut Wienstein dan Meyer adalah
mengajarkan siswa untuk belajar atas kemauan dan kemampuan diri sendiri. Merupakan hal
yang aneh apabila kita mengharapkan siswa belajar, namun jarang mengajarkan mereka
tentang belajar.

Kita mengharapkan siswa untuk memecahkan masalah, namun tidak mengajarkan


mereka tentang pemecahan masalah. Dan sama halnya, kita kadang-kadang meminta siswa
mengingat sejumlah besar bahan ajar, namun jarang mengajarkan mereka seni menghafal.

Siswa yang dapat belajar atas kemauan dan kemampuan diri-sendiri dengan strategi
belajar tertentu dikatakan sebagai pembelajaran mandiri. Menurut Arends, pembelajar
mandiri (self regulated learner) adalah pembelajaran yang dapat melakukan empat hal
penting, yaitu:

1. Secara cermat mendiagnosis suatu situasi pembelajaran tertentu.


2. Memilih suatu strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajar
tertentu yang dihadapi.

18
3. Memonitor keefektifan strategi tersebut.
4. Cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalah
tersebut terselesaikan.

Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa tentang
bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri
mereka sendiri. Pembelajaran strategi lebih menekankan pada kognitif, sehingga
pembelajaran ini dapat disebut dengan strategi kognitif.
Beberapa strategi belajar yang bisa digunakan dalam pembelajaran IPA

a. Strategi Mengulang (Rehearsal).


Strategi mengulang terdiri dari strategi mengulang sederhana (rote rehearsal) dengan cara
mengulang-ulang dan strategi mengulang kompleks dengan cara menggaris bawahi ide-ide
utama (under lining) dan membuat catatan pinggir (marginal note)

b. Strategi Elaborasi
Elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih
bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberi
kepastian.(Nur,2000:30). Strategi ini dapat dibedakan menjadi : 1). Notetaking
(pembuatan catatan); pembuatan catatan membantu siswa dalam mempelajari informasi
secara ringkas dan padat untuk menghafal atau pengulangan. Metode ini digunakan pada
bahan ajar kompleks, bahan ajar konseptual dimana tugas yang penting adalah
mengidentifikasi ide-ide utama.Membuat catatan memerlukan proses mental maka lebih
efektif daripada hanya sekedar menyalin apa yang dibaca, 2) Analogi yaitu perbandingan-
perbandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara cirri-ciri pokok sesuatu
benda atau ide-ide, selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti sistem kerja otak dengan
komputer dan 3) Metode PQ4R adalah preview,question, read, reflect, recite dan review.
Prosedur PQ4R memusatkan siswa pada pengorganisasian informasi bermakna dan
melibatkan siswa pada strategi-strategi yang efektif.

c. Strategi Organisasi
Strategi Organisasi bertujuan membantu siswa meningkatkan kebermaknaan materi baru,
terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur peng-organisasian baru pada

19
materi-materi tersebut. Strategi organisasi mengidentifikasi ide-ide atau fakta-fakta kunci
dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Strategi ini meliputi :
1) Pembuatan Kerangka (Outlining); dalam pembuatan kerangka garis besar, siswa belajar
menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama
2) Pemetaan ( mapping) biasa disebut pemetaan konsep di dalam pembuatannya dilakukan
dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide
penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain
3) Mnemonics; berhubungan dengan teknik-teknik atau strategi-strategi untuk membantu
ingatan dengan membantu membentuk assosiasi yang secara alamiah tidak ada. Suatu
mnemonics membantu untuk mengorganisasikan informasi yang mencapai memori
kerja dalam pola yang dikenal sedemikian rupa sehingga informasi tersebut lebih
mudah dicocokkan dengan pola skema di memori jangka panjang. Contoh mnemonics
yaitu : a). Chunking (pemotongan) b). Akronim (singkatan), c). Kata berkait (Link-
work) : suatu mnemonics untuk belajar kosa kata bahasa asing.
d. Strategi Metakognitif
Metakognitif adalah pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau
berfikir tentang kemampuannya untuk menggunakan strategi-strategi belajar tertentu
dengan benar.(Arends, 1997:260). Metakognitif mempunyai dua komponen yaitu (1)
pengetahuan tentang kognitif yang terdiri dari informasi dan pemahaman yang dimiliki
seorang pebelajar tentang proses berfikirnya sendiri dan pengetahuan tentang berbagai
strategi belajar untuk digunakan dalam suatu situasi pembelajaran tertentu, (2)
mekanisme pengendalian diri seperti pengendalian dan monitoring kognitif. (Nur,
2000:41)

Strategi Penggunaan Lingkungan Dalam Proses Belajar Mengajar


1. Gunakanlah lingkungan sebagai lahan pengembangan keterampilan proses
2. Gunakanlah lingkungan sebagai lahan pengembangan sikap
3. Gunakan untuk pengayaan
4. Strategi pengembangan wawasan lingkungan menurut kelompok umur

STRATEGI MENGAJAR BERDASARKAN PROSES KONSEP

Bagaimana cara mengajarkan IPA? apa yang diajarkan?,mengapa diajarkan?, bila


ajarkan, siapa yang akan mengajarkannya?, siapa yang ikut belajar IPA, maka setiap guru
20
hendaknya mampu memahammi dan mengembangkan suatu strategi mengajar IPA. Di bawah
ini akan diberikan salah satu contoh strategi mengajar yang berdasarkan konsep-konsep.
Dalam strategi ini ditekankan proses-proses yang digunakan siswa untuk belajar, dan
pengembangan dan penerapan konsep-konsep dasar IPA. Penggunaan strategi mengajar
berdasarkan proses-konsep dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahapan pembukuan,
tahap pengembangan dan tahap kontribusi.

A. Tahapan pembukuan, Tahapan ini terdiri dari :


1. Merumuskan Tujuan pembelajaran yang didasarkan atas perubahan tingkah
laku siswa.
2. Memberikan pre test
3. Memberikan pengalaman yang dapat menimbulkan minat dan motivasi siswa
untuk mengikuti pelajran baru.

B. Tahapan perkembangan. Dalam tahapan ini siswa dibimbing untuk :


1. memperoleh pengalaman langsung
2. mengumpulkan dan mengidentifikasi
3. mengolah data
4. membentuk konsep
5. membentuk hipotesa
6. meneliti lebih lanjut

C. Tahapan kontribusi dan pngandalan, Tahapan ini terdiri dari :


1. Penilaian pengalaman
2. Rangkuman.

Untuk lebih menjelaskan strategi belajar mengajar berdasarkan proses-proses yang


diuraikan diatas, di bawah ini diberikan sebuah ilustrasi. Konsep yang akan diajarkan ialah:
Masa jenis zat cair dan zat padat di tingkat SD/SLB kelas tinggi
A. Tahapan pembukaan
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
1.1. Melalui latihan siswa dapat menerapkan ketrampilan yang telah dipelajari
sebelumya dalam menimbang dan mengukur.

21
1.2. Melalui penugasan siswa dapat membuat tabel atau grafik tentang
hubungan masa dan volume.
1.3. Melalui demonstrasi siswa dapat memperoleh data yang diperlukan untuk
membuat grafik grafik
1.4. Melalui pengamatan siswa dapat menentukan masa jenis dari beberapa
sempel zat pada dan zat air.
1.5. Melalui penugasan siswa dapat mencari perbandingan masa ( gram )dan
volume ( ml ) dari sampel zat padat dan zat cair.
1.6. Melalui contoh siswa dapat menghitung masa jenis zat itu lebih kecil atau
lebih besar dari masa jenis air.
2. Memberikan pre test untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami
konsep masa jenis dan seberapa jauh kemampuan siswa untuk melakukan
proses-proses dalam menentukan masa jenis zat padat dan masa zat cair.
3. Memberikan demonstrasi, misalnya tentang beberapa benda yang terapung dan
tenggelam dalam air, dengan tujuan agar pada siswa timbul pertanyaan
mengapa suatu benda itu tenggelam atau terapung dalam air.

B. Tahapan Perkembangan
1. Pengalaman langsung
Diberikan contoh-contoh, agar siswa dapat melihat bahwa zat-zat yang
memiliki masa sama, dapat memiliki volume yang berbeda. Demikian pula
siswa dapat melihat berbagai zat yang bervolume sama dapat mempunyai
massa yang berbeda.
2. Pengumpulan dan pengolahan data
Disediakan beberapa macam zat padat : potongan besi, tembaga, kayu, plastik
dan lain-lain yang tidak sama besarnya, timbangan, pengukur, dan kertas
grafik. Setiap siswa diberi tiga buah dari zat-zat padat ini, secara berpasangan
siswa-siswa menentukan volume dan massa tiap-tiap benda ( beberapa kali )
dan mencatat hasilnya pada suatu tabel.
Guru mendemonstrasikan bagaimana mengubah data dari tabel menjadi grafik
dengan menggunakan volum sebagai variabel independen. Pada grafik yang
sama diperlihatkan perbandingan massa /volum dari berbagai zat padat .Tiap-
tiap garis ditandai dengan nama zat padat yang digunakan.
3. Pembentukan konsep
22
Diminta siswa memperhatikan ” kemiringan ” dari garis lurus dari grafik bagi
berbagai zat itu. Siswa ditanya kesimpulan apa yang dapat diambil dari grafik
itu. Siswa dapat melihat bahwa makin bertamba volume makin bertambah
pula massa bagi suatu macam zat. Begitu juga volume tertentu dari suatu zat
dapat lebih berat dari zat lain dengan volume sama. Diperlihatkan pulabagai
mana memperolah tambahan data dengan interpolasi dan akstrapolasi, siswa
diminta untuk mempelajari data yang diperolehnya ( tabel dan grafik ) dan
diperlihatkan apakah siswa dapat menyatakan hubungan antara volume dan
massa suatu zat. Diterangkan bahwa para ahli mengatakan berapa berat suatu
zat dengan ukuran tertentu dengan menentukan perbandingan massa dan
volume dari benda itu. Perbandingan ini disebut massa jenis zat. Siswa
diminta menentukan massa jenis berbagai zat dengan mengunakan tabel dan
grafik. Massa jenis ini mula-mula dinyatakan dalam perbandingan dan
kemudian dalam bentuk desimal. Diperlihatkan pula membaca massa jenis
dari tabel dalam ” handbook ” Dapat diberikan tambahan pengalaman untuk
mengembangkan konsep[ masa jenis ini. Dapat ditest pemahaman konsep dan
proses.
4. Pembentukan hipotesa
Siswa diminta menyusun hipotesa dari grafik zat apakah yang terapung dalam
air. Setelah setiap siswa menyusun hipotesanya, ia diminta utuk
mengembangkan suatu rencana untuk menguji hipotesanya itu.
5. Penelitian lebih lanjut
Setiap siswa melakukan penelitian sendiri, mengumpulkan dan menyusun
data. Penelitian dapat mencakup penentuan massa jenis beberapa jenis zat cair
yang lain, dan penentuan zat-zat padat yang manayang terapung dalam setiap
zat cair itu.

C. Tahapan kontribusi atau pengandalan


1. Penilaian pengalaman
Siswa dibimbing untuk menilai pengamatan, data,konsep hipotesa, proses,
yang dikembangkan selama penelitian lebih lanjut.
Juga dibahas perbedaan data yang diperoleh para siswa, dan mengapa ada
pernbedaan-perbedaan itu ?
2. Rangkuman
23
Diadakan diskusi untuk merangkum dan mereview konsep dan proses-proses
yang dikembangkan mengenai sifat-sifar zat . Diberikan penerapa-penerapan
untuk memperlihatkan kegunaan dari konsep masa jenis itu.
Ditentukan perubahan tingkah laku sesuai dengan TIK yang telah disusun
pada permulaan pelajaran. Dibunakan berbagai alat evaluasi, termasuk
menentukan massa jenis dari zat-zat cair dan zat pada yang belum dikenal
secara eksperimen dari tabel, dari grafik, dan penggunaan tast tertulis.

TUGAS!
1. Jelaskan strategi yang digunakan dalam pembelajaran IPA bagi anak hambatan
penglihatan, pendengaran, intelektual, fisik dan motorik, autis!
2. Rancanglah strategi pembelajaran IPA yang sesuai dengan anak berkebutuhan
khusus untuk kelas rendah dan tinggi!
3. Jelaskan perbedaan dari setiap strategi dalam pembelajaran IPA bagi ABK!

24
BAB V
PENDEKATAN INKUIRI

PERTEMUAN KE 5
Pada pertemuan ini membahas tentng pendekatan inkuiri dalam proses pembelajaran IPA.
Dalam pembelajaran IPA, mengapa menggunakan pendekatan inkuiri, mengembangkan sikap
inkuiri, macam – macam pendekatan inkuiri, peranan pertanyaan dalam pendekatan inkuiri,
strategi mengajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri.
Tujuan
Setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA bagi
ABK
2. Menggunakan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA bagi anak
gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran, serta anak gangguan fisik
3. Mengembangkan sikap inkuiri pada anak gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran dan gangguan fisik dalam pembelajaran IPA
4. Menjelaskan macam – macam pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA
5. Menjelaskan peranan pertanyaan dalam pendekatan inkuiri pada proses belajar
IPA.

PENDEKATAN INKUIRI
Kata Inkuari berasal dari kata bahasa Inggris ’ inquiry’ dan menurut kamus berarti ’
pertanyaan’ penyelidikan.
A. Apakah pendekatan Inkuiri itu ?

Mari kita tinjau dari beberapa pendapat para ahli yang coba menerangkan apakah
yang dimaksud dengan pendekatan inkuari. Piaget memberikan definisi fungsionil dari
pendekatan inkuari sebagai berikut :
Pendidikan yang baik mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan
ekperimen sendiri, dalam arti luas –ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan

25
mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubngkan penemuan yang satu dengan
penemuan yang lai, membandingkan apa yang ditemukannya dengan ditemukan anak-
anak lainya.
Kuslan dan Stone memberikan definisi :
Pengajaran inkuari merupakan pengajaran dimana guru dan anak-anak mempelajari
peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuan atau para scientist.
Kuslan dan Stoe juga memberikan difenisi operasionil tentang pendekatan inkuari.
Menurut mereka proses belajar dengan pendekatan inkuari ditandai oleh ciri – ciri berikut
:
1. Menggunakan proses IPA
2. Waktu tidaj menjadi masalah, tidak ada keharusan untuk menyelesaikan unit
tertentu dalam waktu tertentu.
3. Jawaban jawaban yang dicari tidak diketahui terlebih dahulu. Jawaban-
jawaban ini tidak ditemukan dalam buku-buku teks, sebab buku teks dan petunjuk-
petujuk yang dipilih memuat pertanyaan-pertanyaan dan saran-saran untuk
menemukan jawaban, bukan memberikan jawaban.
4. Anak-anak berhasrat, sekali untuk menemukan pemecahan masalah.
5. Proses belajar-mengajar berpusat pada pertanyaan ” mengapa ”Pertanyaan ”
bagaimana kita mengetahui? ” betulkah kesimpulan ini? sering pula kemukakan.
6. suatu masalah ditemukan dan dipersempit, hingga terlihat ada kemungkinan
masalah ini dapat dipecahkan oleh siswa.
7. Hipotesa dirumuskan oleh siswa-siswa untuk membimbing penyelidikan.
8. Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan melakukan
ekperimen, mengadakan pengamatan, menbaca dan menggunakan sumber-sumber
lain.
9. semua usul ini dinilai bersama. Bilamungkin ditentukan asumsu-asumsi,
keterbatasan-keterbatasan dan kesukaran-kesukaran.
10. Para siswa melakukan penelitian, secara individu atau kelompok, untuk data yang
diperlukan untuk menguji hipotesa.
11. Para siswa mengolah data dan mereka sampai pada kesimpulan sementara. Juga
diusahakan untuk memberikan uraian-uraian ilmiah.

Pendekatan inkuari

26
Bruner (1963) seorang ahli ilmu jiwa mengemukakan, bahwa penggunaan pendekatan
inkuari memberikan kebaikan-kebaikan berikut :
1. Pendekatan inkuari meningkatkan potensi intelektuil siswa. Hal ini disebabkan,
karena dengan ini siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan keteraturan-
keteraturan dan hal yang berhubungan melalui kerangka pengamatan dan pengalaman sendiri.
Seorang siswa menemukan sendiri bahwa air itu memuai bila dibekukan, lebih diharapkan
untuk menjelaskan mengapa es itu terapung diatas air, mengapa botol berisi penuh dengan air
akan retak bila air dalamya bila membeku.
2. Kerena siswa itu telahberhasil dalam penemuanya, ia memperoleh suatu
kepuasan intelektuil yang datang dari dalam, suatu hadiah intrinsik. Kegiatan kognitif
siswa akan lebih dipengaruhi oleh hadiah instrinsik dari pada hadiah akstrinsik, misalnya
pujian dari guru.
3. Bruner mengemukakan bahwa seorang siswa itu dapat belajar bagaimana
melakaukan penemuan hanya melalui proses melakukan penemuan.
4. Belajar melalui inkuari memperpanjang proses ingatan atau dengan
lainperkataan hal-hal yang dipelajari melalui inkuari lebih lama dapat di ingat.

Mengembangkan sikap inkuari


Sejak kecil banyak anak-anak mempunyai sikap inkuari. Melimpahkan pertanyaan-
pertanyaan, pandangan dan keinginan tahu mereka pada orang tua atau orang dewasa lainya
yang ada disekitar mereka, tetapi kerapkali kegemaran mereka ini akhirya berubah menjadi
permainan atau fantasi. Adakalanya pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan tidak
memperoleh jawaban yang memuaskan, dan ada pula orang tua yang tidak mau diganggu
oleh pertanyaan-pertanyaan anak-anak ini.
Seorang guru yang ingin mengembangkan sikap inkuari, berusaha menyalurkan
kegemaran anak-anak ini. Mereka diajak melakukan penyelidikan untuk menemukan
hubunganhubungan yang tidak disadari oleh anak-anak itu. Guru tidak langsung menjawab
pertanyaan-pertanyaan anak-anak yang diajukan, akan tetapi membimbing menemukan
jawaban atas pertanyaan mereka. Diusahakan, agar pertanyaan yang trjawab, setiap
kegemaran yang telah terpuaskan, akan membuka pintu bagi pertanyaan yang baru dan
kegemaran yang baru.
Selanjutnya guru yang berorientasi inkuari membimbing siswanya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang baik. Dengan bertanya guru menolong siswa dalam

27
menggunakan pikirannya. Penggunaan pendekatan inkuari akan mencakup lebih sedikit
materi pelajaran untuk dapat mengembangkan berbagai cara berpikir,mengajukan
pertanyaan,dan menemukan jawaban-jawaban.

Macam-macam pendekatan inkuari


Sund dan trowbridge mengemukakan tiga macam pendekatan inkuari yaitu:
1. inkuari terpimpin ( guided inquary )
2. inkuari bebas ( free inquary )
3. inkuari bebas yang di modifikasikan.
Dalam proses belajar mengajar melalui pendekatan inkuari terpimpin siswa memperoleh
petunjuk-petunjuk seperlunya. Petunjuk – petunjuk ini pada umumnya berupa pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat membimbing. Pendekatan ini terutama digunakan bagi siswa-siswa
yang belum berpengalaman belajar dengan inkuari. Pada permulaan diberikan lebih banyak
bimbingan. Lambat laun bimbingan ini akan berkurang.
Dalam proses belajar mengajar melalui pendekatan inkuari bebas siswa melakukan
penelitian sendiri dseperti seorang sceintest. Pada kenyataanya inkuari bebas yang murni
sukar di terapkan pada siswa,sebab pada umumnya siswa sewaktu-waktu masi memerlukan
bimbingan guru.
Dalam suatu situasi belajar dengan pendekatan inkuari bebas yang dimodifikasikan, guru
yang menyiapkan masalah bagi siswa. Sebagai contoh misalnya :
1. Ini ada beberapa zat cair. Tentukanlah sifat-sifat fisika dan sifat-sifat kimia
tiap-tiap zat itu.
2. Ini ada beberapa pesawat sederhana. Tentukanlah kegunaan tiap-tiap pesawat
sederhana itu.
3. Dikebon sekolah ada beberapa tanaman. Golongkan tanaman-tanaman itu
menurut berbagai cara yang kamu pelajari.

Peranan pertanyaan dalam pendekatan inkuari


Dalam proses belajar-mengajar pada umumnya pertanyaan mempunyai peranan yang
sangat penting. Dari pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan siswa dapat diketahui sejauh
mana siswa itu berfikir. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajuakan guru dapat diketahui
sejauh mana guru membimbing atau mengarahkan siswa untuk menggunakan pikiranya
secara kreati dan kritis.

28
Dalam situasi belajar menggunakan pendekatan inkuari peranan pertanyaan ini
hendaknya benar-benar mendapat perhatian. Partisipasi pennuh siswa hanya dapat dicapat
bila guru menciptakan suasana belajar kearah itu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaan yang berkualitas bukan hanya ditanyakan selamah menggunakan metoda
ceramah, melaikan waktu guru melakukan demostrasi di muka kelas, selama siswa
melakukan eksperimen di laboratorium, selama diadakan diskusi, selama para siswa di ajak
mengadakan peninjauan di lapangan atau selama mengerjakan kerja swasta. Pertanyaan-
pertanyaan dapat digolongkan sebagi berikut :
1. Divergen atau konvergen
2. Berdasarkan taksonami bloom
3. Berdasarkan proses IPA.
Pertanyaan yang banyak jawabanya disebut pertanyaan divergen. Fungsi pertanyaan
divergen ialah untuk menarik spekulasi dan jawaban kreatif dari para siswa. Pertanyaan
konvergen terbatas jumlah jawaban yang dapat diberikan serta menuju kearah kesimpulan.
Pertanyaan konvergen menghendaki jawaban” ya ” atau ” tidak ” hendaknya dihindari dalam
proses beljar mengejar.
Sebagai tujuan inturksionil diklasifisikan berdasarkan taksonomi bloom, pertnyaan-
pertnyaan diklasifikasikan seperti demikian. Dalam mengunakan pendekatan inkuari banyank
pertnyaan diajukan tentang proses-proses IPA.
Beberapa contoh pertanyaan diberikan di bawah ini :

Pertanyaan Macam pertanyaan


1. Apakah yang akan ibu lakukan Divergen, proses
dengan alat ini ?
2. Kesimpulan apakah yang dapat Konvergen, konsep, bloom
kamu ambil dalam data ini.
3. Apakah sifat-sifat logam ? Bloom

STRATEGI MENGAJAR DENGAN PENDEKATAN INKUARI

Dari uraian-uraian terdahulu dapat disimpulkan, bahwa dalam menyusun strategi mengajar
dengan pendekatan inkuari hendaknya diperhatikan tiga hal sebagai berikut :
1. siswa hendaknya melakukan sebagian dari proses-proses yang dilakukan oleh para scienst.

29
2. sesuai dengan teori belajar, maka siswa harus secara aktif berpartisipasi dalam proses
belajar-mengajar.
3. guru harus mengetahui tingksat perkembengan siswa.
Dibawah ini akan diberikakan contoh strategi mengajar deng menggunakan pedekatan
inkuari terpimpin. Dapat dilihat, bagai mana guru memberikan bimbingan, dan bagaimana
siswa-siswa mengejukan pertanyaan untuk memperoleh data agar mereka dapat memecahkan
masalah yang mereka hadapi.
Pengalaman pendahuluan
Selama beberapa jam pelajaran sebuah kelas berbagai pendulu. Mereka menyelidiki
bagai mana pengaruh mengubah massa bandul pendulum dengan panjang tali tidak diubah.
Dan bagaimana mangubah panjang tali dengan massa bandul tetap. Beberapa siswa
menggambarkan pada kertas grafik panjang tali terhadap jumlah ayunan ( frekuensi ayunan ).
Beberapa siswa dapat meramalkan frekuensi ayunan bagi panjang tali tertentu. Demikian pula
diberikan frekuensi merka dapat meramalkan panjang tali pendulum.
Untuk merangsang para siswa, guru memutar sebuah film mengenai pendula. Dalam
film itu, lima pendulum dilepaskan dari suatu statif bersama. Setiap bandul bervolum sama,
tetapi dibuat dari bahan yang tidak sama, yaitu dari baja, timah hitam, kayu jati, kayu lunak
dan dari stirofom.
Setelah selesai melihat film, salah satu pertanyaan guru untuk memulai inkuari siswa
ialah :
”Siapa diantaramu yang dapat menerangakn mengapa pada permulaan semua pendulum itu
berayun dengan panjang busur yang sama, tetapi kemudian sekonyang-koyong ada
diantaranya ( yang dari kayu lunak dan stifrofom ) mulai berkurang ayunanya, hanpir-hampir
berhenti, sedangkan yang lain masi berayun.

Strategi guru
Strategi guru ialah menghadapkan para siswa dengan masalah ( seperti yang telah
dikemukakan diatas ). Selanjutnya para siswalah yang akan mencoba memeragakan peristiwa
yang telah meraka amati itu. Meraka pula yang harus menguji hipotesa yang mereka lakukan
dengan ekperimen. Peranan guru ialah menyiapkan data tentang film itu yang dibutuhkan
para siswa, tetapai bukan mengajukan para siswa tentang ketepatan pemikiran mereka. Guru
akan menolong siswa dalam melaksanakan ekperimen yang telah dirancang oleh para siswa.
Selanjutnya guru menyiapkan waktu bagi para siswa untuk membuat laporan tentang
penemuan mereka.
30
Tugas
1. Berikan contoh strategi mengajar yang menggunakan pendekatan inkuiri pada anak
gangguan penglihatan
2. Carilah beberapa jurnal/artikel tentang pendekatan inkuri dalam pembelajaran IPA bagi
ABK
3. Menjelaskan hubungan perananan pertanyaan dalam pendekatan inkuiri
4. Carilah video pembelajaran IPA yang menggunakan pendekaan inkuiri dan berikan
pendapat anda tentang video tersebut.

31
BAB VI
Pembelajaran Kontekstual

PERTEMUAN KE-6
Pada pertemuan ini membahasa tentang pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPA
bagi ABK, implementasi pembelajaran IPA emnggunakan kontekstual.
Tujuan
1. Setelah mempelajari ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian
pembelajaran kontekstual
2. Mampu membedakan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPA bagi ABK
3. Melaksanakan pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajaran ipa bagi ABK
4. Mempraktikan pembelajaran kontekstual pada ABK

A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual


Menurut Nurhadi (dalam Rusman, 2011:189), menjelaskan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata anak dan mendorong anak membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
Menurut Trianto (2009) Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching and
learning) adalah pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
Menurut Komalasari (2014:7) Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi
kehidupannya.

32
Menurut Nurhadi (dalam Rusman, 2011:189), menjelaskan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata anak dan mendorong anak membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
Menurut abdul kadir (2013: 25) pembelajaran kontektual (contectual learning and
leading) adalah konsep belajar yang membantu guru yang mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pendekatan efektif yakni
kontruktifisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, penilaian
sebenarnya.
Menurut Suprijono ( 2010:79-80) dalam (Mohammad Faizal Amir, 2015)
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. (Suprijono, 2010:79-80).
Menurut Kartini Hutagaol (2013 : 92) Pembelajaran Kontekstual lebih
menitikberatkan pada hubungan antara materi yang dipelajari siswa dengan kegunaan
praktis dalam kehidupan sehari-hari akan menekankan kebosanan siswa saat mempelajari
konsep matematika dan meningkatkan minat siswa dalam belajar. DIKNAS (2002) dalam
(Kartini Hutagaol, 2013) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual melibatkan
tujuh komponen utama, yakni:
1. Konstruktivisme (Construktivism)
Konstruktivisme (Construktivism) merupakan landasan berpikir (filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong.
2. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaran yang kontekstual. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berpikir siswa.
33
3. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual.
Pengetahuan dan keterampilan diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
perangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
kegiatan yang merujuk pada kegiatan yang menumukan.
Memperhatikan hal di atas, salah satu peran yang harus dilakukan pengawas
sekolah adalah bagaimana mengarahkan pihak pengelola sekolah, khususnya guru, agar
dalam penyusunan silabus didasarkan atas pertimbangan yang matang supaya siswa
memiliki pengalaman belajar yang bermakna. Silabus yang dikembangkan dengan tepat
dan efektif akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.
Komponenkomponen dalam silabus tersebut harus disusun dan dikembangkan secara
sistematis dan sistemik, dan dalam pengembangannya harus berorientasi pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah dikembangkan oleh BSNP.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
hasil kerja sama dengan orang lain. Dalam kelas dengan pembelajaran kontekstual,
guru selalu disarankan melaksanakan pembelajaran dalam kelompokkelompok belajar.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai
mengajar yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap
mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan
seterusnya.
5. Pemodelan (Modeling)
Komponen pembelajaran kontekstual yang selanjutnya adalah pemodelan.
Maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada
model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara
memanipulasi benda-benda kongkrit untuk menemukan dalil Pythagoras, dan
sebagainya, guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru
memberi model tentang bagaimana cara belajar.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi juga merupakan bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru,
yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
34
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu
diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran
dengan benar. Karena asesmen menekankan proses pembelajaran, maka data yang
dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat
melakukan proses pembelajaran.

B. Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Bagi ABK


Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment).
Menurut Akhmad Sudrajad (2008: 3), “Model pembelajaran (contextual teaching
and learning-CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke
permasalahan/konteks lainnya”.
Elaine B. Johnson (2007: 14) dalam Sukarto (2009: 3) memberikan penjelasan
bahwa pembelajaran konstektual (Contextual Teaching Learning) adalah sebuah sistem
belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa 7 mampu menyerap pelajaran
apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan
mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan
informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki
sebelumnya.
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran konstektual (Contextual Teaching Learning) adalah model pembelajaran
yang menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa yang
35
bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan
atau ditransfer dari suatu permasalahan yang satu ke permasalahan yang lain dan dari
konteks satu ke konteks yang lain serta konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengembangan komponen-komponen model kontekstual dalam pembelajran dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermakna.
2. Melaksanakan kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pertanyaan-pertanyaan
4. Menciptakan masyarakat belajar
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Tahapan penting dalam kontekstual tersebut meliputi:
1. Pemanasan, Pemanasan ini dimulai dengan semacam “uraian pikiran” tentang
“gambaran mental” yang dimiliki subjek didik tentang topik yang dipelajarinya.
Kegiatan ini bertujuan agar siswa menyadari pokok permasalahan dan secara mental
emosional, fisik siap untuk memecahkannya,
2. Pengamatan; Ini berarti penggunaan indera yang diperlukan untuk memperoleh
informasi sebanyak mungkin dan bertujuan agar siswa mengenal fenomena yang
sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok permasalahan,
3. Interprestasi; Tujuannya agar siswa memperoleh kesimpulan hasil pengamatan yang
satu dengan yang lain
4. Peramalan (prediction); Pola dan hubungan yang sudah diamati digunakan untuk
meramalkan kejadian yang belum diamati. Proses peramalan bertumpu dari
penalaran terhadap observasi tertentu dengan mengantisipasikan kejadian yang akan
datang secara hipotesis.

Menurut Muryani Nurhayati, dkk (2013) Pendekatan kontekstual tepat digunakan


pada pembelajaran IPA, karena pendekatan ini merupakan konsep belajar yang
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna, selain itu juga dapat mengurangi ketergantungan
guru untuk melakukan praktikum di laboratorium. Waktu yang digunakan untuk
36
praktikum di luar jam sekolah, yaitu pada sore hari agar siswa lebih leluasa dalam
mengerjakan proyek. Klassen (2006) dalam (Muryani Nurhayati, dkk, 2013)
penelitiannya menyimpulkan, bahwa pendekatan pengajaran kontekstual umumnya
diakui sebagai strategi yang rasional dan diinginkan untuk meningkatkan pembelajaran
siswa dalam sains
Menurut Halil dalam Prihutami (2010:22) Langkah-langkah pembelajaran
kontekstual adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak anak belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Menurut Dimyati dan Moedjiono (2006) dalam (Gusti Ayu Sugiartini,dkk, 2015)
salah satu hal yang mendukung terciptanya suasana belajar yang kondusif yaitu,
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran seorang guru harus memahami pentingnya pendekatan
yang digunakan dalam penyampaian materi pada beberapa mata pelajaran seperti IPA,
IPS, Bahasa Indonesia, PKn dan Matematika Guru. Berbeda dengan pendidikan di
sekolah dengan kondisi anak normal, siswa-siswa yang memiliki kebutuhan khusus
memerlukan perhatian yang lebih intensif. Oleh sebab itu dalam pembelajaran IPA
diperlukan suatu metode yang mampu mengakomodasi masalah kondisi belajar
tersebut.Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode
pembelajaran kontekstual berbantuan media gambar. Gambar merupakan media yang
melihatkan rupa atau bentuk, Gambar dapat dibuat dari berbagai sudut pandang,
Gambar dapat merangsang indera penglihatan, Gambar mempermudah seseorang untuk
menangkap ide atau informasi yang terkandung didalamnya dengan jelas dari pada
yang diungkapkan dengan kata-kata.
Implementasi metode pembelajaran kontekstual berbantuan media gambar
berdampak terhadap hasil belajar IPA. Hal ini disebabkan karena pembelajaran
kontekstual sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran
37
kontekstual (contextual teaching and learning) adalah pendekatan pembelajaran yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari–hari (Trianto,2009 : 107) dalam
(Gusti Ayu Sugiartini,dkk, 2015).
Model pembelajaran pendekatan kontekstual pada ABK misalnya pada anak
tunagrahita. Model pembelajaran pendekatan kontekstual nyaberbasis alam
memberikan alternatif dalam upaya memaksimalkan kemampuan anak tunagrahita
ringan. dalam model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual berbasis alam
terdapat komponen-komponen pembelajaran yang jika dalam model pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual berbasis alam terdapat komponen-komponen
pembelajaran yang jika dikaitkan dengan baik akan mengaktifkan kembali pengetahuan
yang sudah dimiliki siswa, menciptakan pengetahuan baru, serta membayangkan dan
memikirkan segala yang telah dilakukannya (Zahorik dalam Suryaman, 2008:31).
pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong Siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari (Depdiknas, 2002:5).
Dengan pembelajaran kontekstual dapat membantu siswa tunagrahita dalam belajar
sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Seperti yang dijelaskan oleh Maria J
Wantah (2007:15) yang menyatakan bahwa anak tunagrahita memiliki karakteristik
sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan titik penggunaan model pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual berbasis alam dapat membantu siswa mengenal
lingkungan sekitarnya dengan lebih baik sehingga dapat mendorong dan membantu
siswa mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Tugas
1. Buatlah rancangan pembelajaran kontekstual bagi anak yang mengalami gangguan
penglihatan, pendemgaran, fisik dan autis!
2. Laksanakanlah pembelajaran kontekstual yang sederhana bagi anak yang
mengalami gangguan intelegensi..

38
BAB VII
Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA

PERTEMUAN KE 7
Pada pertemuan ini membahas tentang keterampilan proses dalam pembelajaran IPA,
pengertian keterampilan proses, prinsip – prinsip dalam keterampilan proses, klasifikasi
keterampilan proses, indikator keterampilan proses IPA bagi ABK dan siswa di sekolah
dasar.
Tujuan
Setelah mempelajari ini Mahasiswa diharapkan dapat:
1. Melaksanakan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA
2. Menerapkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA bagi anak gangguan
penglihatan, gangguan pendengaran dan gangguan fisik
3. Menjelaskan klasifikasi keterampilan proses dalam pembelajaran IPA
4. Mampu menugaskan pesera didik dalam menggunakan keterampilan proses pada
pembelajaran IPA di kelas.

A. Pengertian Keterampilan Proses


Menurut Semiawan (1985: 18) pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan
belajar yang mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan, anak akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep, selain itu menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang diharapkan. Pendekatan keterampilan proses
memiliki tujuan agar aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
dan dapat mengembangkan sendiri fakta dan konsep, selain itu menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi pendekatan keterampilan proses
adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan
kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap,
serta menerapkan dalam kehidupan sehari – hari. Dari pengertian tersebut, termasuk

39
diantaranya keterlibatan fisik, mental, dan social peserta didik dalam proses pembelajaran,
untuk mencapai suatu tujuan.

B. Langkah-langkah melaksanakan keterampilan proses


1. Pendahuluan atau pemanasan
a. Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami peserta didik yang ada
hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.
b. Kegiatan menggugah dan mengarahkan peserta didik dengan mengajukan
pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda lain yang
berhubungan dengan materi yang akan diajarkan
2. Pelaksanaan proses belajar mengajar atau bagian inti
a. Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragaan, demonsrasi, gambar, model
bagan yang sesuai dengan keperluan.
b. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau
mengklasifikasikan materi pembelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan
terhadap bahan pelajaran.
c. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal, dan
peristiwa yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
d. Meramalkan sebab akibat kejadian prihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi
di waktu lain atau mendapat suatu perluasan yang berbeda.
e. Menerapkan pengetahuan, keterampilan, sikap yang ditentukan atau diperoleh dari
kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.
f. Merencanakan penelitian, dengan percobaan sehubungan masalah yang belum
terselesaikan.
g. Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah,
mengarang dan lain-lain.

3. Prinsip-prinsip pendekatan keterampilan proses


Menurut Cony (1992) Terdapat sepuluh prinsip yang harus dipahami yang meliputi :
1. Kemampuan mengamati

2. Kemampuan menghitung

40
3. Kemampuan mengukur

4. Kemampuan mengklasifikasikan

5. Kemampuan menemukan hubungan

6. Kemampuan membuat prediksi

7. Kemampuan melaksanakan meneliti

8. Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data

9. Kemampuan menginterpretasi data

10. Kemampuan menyampaikan hasil

Berdasarkan pendapat Cony tersebut jelaslah bahwa kesepuluh prinsip tersebut harus
diikuti dengan baik ketika guru menerapkan pendekatan keterampilan proses.

KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN IPA


A. Pengertian Keterampilan Proses IPA
Pembelajaran IPA harus dirancang untuk memupuk sikap ilmiah disamping juga
meningkatkan pola berpikir logis yang menjadi landasan dalam proses ilmiah untuk
menghasilkan produk ilmiah. Guru memiliki perananan penting dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA/Sains, sehingga guru harus dapat
menggunakan pendekatan yang sesuai dengan materi kurikulum yang berlaku.
Pendekatan keterampilan proses Sains merupakan salah satu tehnik yang dapat
membantu guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Pendekatan keterampilan proses
adalah pendekatan yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas
peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta
menerapkan dalam kehidupan sehari – hari. Dari pengertian tersebut, termasuk
diantaranya keterlibatan fisik, mental, dan social peserta didik dalam proses
pembelajaran, untuk mencapai suatu tujuan. ( Arrefa.2011:96) Sejalan dengan itu
menurut Semiawan (1985: 18) pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan
belajar yang mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan, anak akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep, selain itu menumbuhkan dan

41
mengembangkan sikap dan nilai yang diharapkan. Pendekatan keterampilan proses
memiliki tujuan agar aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari dan dapat mengembangkan sendiri fakta dan konsep, selain itu menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang diharapkan Menurut Marini (2012) dalam Warda
(2017) “Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang
dirancangsedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun
konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa
sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung kegiatan-kegiatan ilmiah seperti
yang dikerjakan pada ilmuan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud
menjadikan setiap siswa menjadi ilmuan. Keterampilan berarti kemampuan
menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai
suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan demikian tidak ada lagi siswa yang
bergurau, berbisik-bisik dengan temantemannya dan pembelajaran tidak hanya berpusat
pada guru tetapi berpusat pada siswa, pembelajaran seperti ini memungkinkan tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.”

B. Klasifikasi Keterampilan Proses IPA `


Keterampilan proses IPA lanjutan dipergunakan untuk melakukan beberapa
mempertimbangkan terakhir di pemecahan masalah pengetahuan melalui percobaan.
Keterampilan proses IPA dasar sangat ditekankan pada sekolah dasar (Patta Bundu.
2006:19). Dengan keterampilan proses dasar Sains akan membentuk fondasi untuk
kemudian dan keterampilan pemikiran lebih rumit. Oleh karena itu, untuk tingkat
pendidikan dasar di SD maka penguasaan proses IPA difokuskan pada keterampilan
proses sains dasar (basic science process skills) yang meliputi:
1. Keterampilan observasi (pengamatan)
Kegiatan pengamatan merupakan keterampilan dasar dalam penelitian ilmiah dan
penting dalam mengembangkan keterampilan proses lainnya seperti komunikasi,
menyimpulkan, prediksi, mengukur dan klasifikasi (Funk, dkk. 1995: 3).
Pengamatan dilakukan menggunakan indera-indera untuk melihat, mendengar,
mengecap, meraba, dan membau. Senada dengan pendapat tersebut. Srini M.
Iskandar (1997:49) menyatakan bahwa, pengamatan ilmiah adalah proses
pengumpulan informasi dengan mempergunakan semua indera atau memakai alat
untuk membantu indera misalnya, kaca pembesar. Dari pendapat-pendapat diatas
42
dapat disimpulkan bahwa observasi adalah pengumpulan informasi dengan
menggunakan semua panca indera untuk melihat, mendengar, mengecap, meraba
dan membau untuk dapat dikembangkan dalam keterampilan lainnya.
Keterampilan mengamati merupakan keterampilan proses IPA yang paling dasar
karena kebenaran ilmu yang didapat dari penyelidikan bergantung pada kebenaran
dan kecermatan hasil observasi yang terorganisasi. Kebenaran dan kecermatan
observasi yang terorganisasi merupakan dasar dari penyelidikan yang terarah.
Contoh : Sekelompok siswa diminta mengamati beberapa tepung yang berbeda
warna, rasa, warna, ukuran serbuk, dan baunya. Gunakan panca inderamu untuk
mengetahui jenis-jenis tepung yang tersedia di piring.
2. Keterampilan Klasifikasi (penggolongan)
Pengklasifikasian adalalah mengorganisasikan materi kejadian atau fenomena ke
dalam kelompok logis (Patta Bundu: 26). Dengan kata lain, mengelompokan
objek-objek menurut sifat-sifat tertentu baik ukuran, bentuk, warna, atau
fenomena lannya. Sedangkan menurut Usman Samatowa (2006: 95), menyatakan
mengelompokan merupakan suatu proses pemilihan objek-objek atau peristiwa-
peristiwa berdasarkan persamaan dan perbedaan sifat atau cirri-ciri dari suatu
objek atau peristiwa tersebut. Kegiatan mengelompokan dapat dapat berupa
mencari persamaan, perbedaan atau membandingkan antar objek. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa menggolongkan adalah pengorganisasian
objekobjek dengan mencari persamaan, perbedaan, ataupun membandingkan
berdasarkan menurut sifat-sifat tertentu baik ukuran, bentuk, warna, atau
fenomena lannya. Klasifikasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk sesuai
dengan tujuan pengamatan. Bentuk yang paling sederhana adalah menggolongkan
atau mengelompokkan atas dasar kriteria tertentu. Kriteria itu dapat berupa warna,
bentuk, bahan, jenis kelamin dan sebagainya. Penggolongan dapat pula dilakukan
atas dasar lebih dari satu kriteria. Kriteria itu dapat berupa berat ringannya, tinggi
rendahnya, besar kecilnya, tua mudanya dan sebagainya. Bentuk yang paling
kompleks dari keterampilan klasifikasi adalah mengelompokkan dan sekaligus
mengurutkan berdasarkan jenjangnya secara hirarkis (taksonomis). Biasanya data
yang telah berhasil dikelompokkan secara hirarkis/taksonomis itu dapat memberi
makna tertentu.

3. Keterampilan Pengukuran
43
Mengukur merupakan pencarian ukuran suatu objek untuk menentukan panjang,
masaa maupun ruang yang ditempati objek (Trianto, 2010: 146). Dalam prosesnya
objek dibandingkan dengan suatu pengkuran standar dengan alat atau satuan
sesuai. Keterampilan mengukur penting untuk melakukan pengamatan kuantitatif,
membandingkan, dan klasifikasi objek serta mengkomunikasikan secara efektif
(Funk, dkk. 1995: 43). Jadi mengukur merupakan penentukan ukuran suatu objek
didasarkan pada pengukuran standar baik panjang, masa, volume yang dapat
menentukan dalam keterampilan proses lainnya secara efektif.

4. Keterampilan Inferensi (menyimpulkan)


Inferensi merupakan penarikan kesimpulan dan penjelasan dari hasil pengamatan
(Patta Bundu 2006: 28). Hasil yang telah terkumpul dari pengamatan selajutnya
dilakukan penafsiran atau penjelasan. Senada pendapat tersebut menurut Trianto
(2010: 145) mengiferensi adalah pengajuan hasil-hasil yang dihasilkan dari suatu
pengamatan. Dalam inferensi kesimpulan yang diperoleh bersifat tentative atau
sementara saat itu dan selalu terbuka untuk diuji lebih lanjut. Dengan demikian,
mengiferensi adalah penarikan kesimpulan sebagai hasil dari penafsiran yang
didasarkan pada hasil pengamatan terhadap objek dan bersifat tentatif.

5. Keterampilan Komunikasi
Komunikasi adalah kemampuan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau
pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain baik secara lisan maupun tertulis
(Patta Bundu. 2006: 26). Bentuknya dapat berupa grafik, laporan, gambar,
diagram, atau tabel. Sementara Dimyati dan Mudjiono (2006:150),
mengkomunikasikan adalah menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan
prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual.
Komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah maupun
mengemukakan ide dan gagasan sehingga dapat dipahami dan mengerti orang
lain.

6. Keterampilan Prediksi
Prediksi merupakan pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu
percobaan (Trianto. 2010: 145). Hasilnya didasarkan pada pengamatan dan
inferensi sebelumnya. Senada dengan pendapat tersebut, Patta Bundu (2006: 27)
44
menyatakan prediksi adalah suatu perkiraan yang spesifik pada bentuk observasi
yang akan datang. Kemampuan prediksi akan mempermudah kemampuan
beriteraksi dengan lingkungannya belajar kemungkinan terjauh datang dengan
mempelajari pola-pola yang sebelumnya terjadi. Dengan demikian, prediksi
adalah perkiraan yang didasarkan pada pengamatan dan inferensi sebelumnya
untuk dapat melihat pola-pola yang terjadi yang akan datang.

C. Indikator Keterampilan Proses IPA Siswa SD


Dalam keterampilan proses siswa melakukan sebuah pembelajaran yang aktif.
Siswa menggunakan semua indra untuk untuk mengamati objek dan peristiwa dan
mereka menemukan pola dari hasil pengamatan. Mereka mengklasifikasi untuk
menemukan konsep baru dengan mencari persamaan dan perbedaan. Dengan lisan
maupun tertulis, mereka mengkomunikasikan apa yang mereka ketahui dan mampu
untuk lakukan. Untuk penjelasan kuantitatif dari suatu objek dan peristiwa mereka
mengukur. Mereka menyimpulkan untuk menjadi sebuah informasi baru yang ada.
Serta mereka memprediksi kemungkinan terjauh datang sebelum mereka mengamati
sebenarnya.
Trianto (2010: 144) mengemukakan sejumlah keterampilan proses tersebut dengan
ciri-ciri yang perlu dilatihkan pada siswa SD, yaitu:
a. Observasi
1) Menggunakan indera-indera tidak hanya penglihatan
2) Mengidentifikasi banyak sifat
3) Melakukan pengamatan kuantitatif
4) Melakukan pengamatan kualitatif
b. Pengklasifikasian
1) Mengindetifikasi suatu sifat umum
2) Memilah-milah dengan menggunakan dua sifat atau lebih.
3) Mengorganisasi objek-objek menurut satu sifat tertentu
c. Pengukuran
1) Mengukur panjang, volume, massa, temperature, dan waktu dalam satuan yang
sesuai.
2) Memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu.

d. Penginferensian

45
1) Mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu
2) Mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengatan.
TUGAS!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA
2. Jelaskan bagaimana cara menerapkan keterampilan proses dalam melaksanakan
pembelajaran IPA
3. Carilah jurnal/artikel yang berhubungan dengan keterampilan proses, dan berikan
tanggakan anda tentang jurnal tersebut.

46
UJIAN TENGAH SEMESTER
PERTEMUAN KE-8
PETUNJUK;

Kerjakanlah soal dibawah ini berdasarkan pemahaman saudara dan rasa penuh
tanggung Jawab!

1. Jelaskanlah dan deskripsikan, kurikulum RPP, bahan ajar yang digunakan oleh
sekolah saat anda melakukan observasi dan jelaskan lah perbedaan
pelaksanaannya dengan apa yang anda pelajari pada pembelajaran IPA bagi ABK.
2. Jelaskan konsep dasar, Tujuan dan manfaat pembelajaran IPA bagi anak
berkebutuhan khusus di SLB
3. Jelaskan beserta contoh cara menerapkan teori- teori belajar IPA pembelajarannya
bagi ATN, ATR dan Autis
4. Jelaskan dan beri contoh perbedaan antara pembelajaran kontekstual, pembelajaran
langsung dan pembelajaran tidak langsung sesuai prinsip-prinsip pembelajaran
matematika bagi ATN,ATR,ATG, dan Anak Autis
5. Jelaskan dan beri contoh perbedaan antara metode, strategi dan pendekatan yang
digunakan dalam pembelajaran IPA bagi anak berkebutuhan khusus.

SELAMAT MELAKSANAKAN UJIAN

47
BAB VIII
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPA

PERTEMUAN KE-9
Pada pertemuan ini membahas tentang model – model pembelajaran IPA bagi anak gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan fisik, ganngguan intelegensi dan autis!
Tujuan
1. Mengetahui model – model pembelajaran IPA bagi ABK
2. Memberikan contoh – contoh dalam pembelajaran IPA
3. Merancang pembelajaran IPA untuk ABK.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPA


Model-Model Mengajar:
1. Model Pengembangan Konsep
2. Model Berpikir Induktif
3. Model “Advance Organizer”
4. Model Pengembangan Intelektual
5. Model Latihan Inkuari
6. Model Pengembangan Pola Berpikir Ilmiah.

Salah satu contoh model pembelajaran IPA:

MODEL PEMBELAJARAN IPA BAGI ABK Di SEKOLAH

Materi Pembelajaran : Jenis-jenis tanah

Tanah

48
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk
bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Tanah
dipandang sebagai alat produksi pertanian, karena tanah berfungsi sebagai media tumbuhnya
tanaman.

Tanah terdiri dari lapisan bawah tanah berasal dari pelapukan batuan yang terkikis dari
gunung-gunung batu. Pelapukan batu terjadi karna pengaruh panas matahari, air, bahan-
bahan kimia dan aktifitas mahluk hidup misalnya tumbuh-tumbuhan.

Jenis-jenis Tanah

Tentunya setiap tanah memiliki kemampuan menye- rap dan menyimpan air yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, tumbuhan yang ditanam di tanah, yang mampu menyerap
dan menyimpan air, akan tumbuh dengan baik. Penyerapan air ke dalam tanah bergan- tung
pada jenis tanah. Berikut, akan dijelaskan jenis- jenis tanah yang dapat kamu temukan di
sekitarmu.

49
Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang
berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu:

A. Tanah Humus

Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang
pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Tanah humus merupakan tanah yang:

1. Berasal dari pelapukan sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk;


2. Berwarna kehitaman;
3. Sangat baik untuk lahan pertanian;
4. Kemampuan menyerap airnya sangat tinggi;
5. Dapat menggemburkan tanah.

B. Tanah Pasir

Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari
batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil. Tanah berpasir
biasanya digunakan untuk bahan mem- bangun rumah. Tanah ini dicampur dengan semen
untuk memasang batubata. Perhatikanlah Gambar Tanah berpasir merupakan tanah yang:

1. Banyak mengandung unsur hara;


2. Warnanya lebih gelap;

50
3. Berasal dari gunung berapi yang meletus;
4. Sangat mudah menyerap air;
5. Sangat subur untuk lahan pertanian

C. Tanah Alluvial / Tanah Endapan

Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di
dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.

51
D. Tanah Podzolit

Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan
curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.

E. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi

Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung
berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai
di sekitar lereng gunung berapi. Tanah Vulkanik biasanya terdapat di sekitar gunung
berapi, seperti Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Galunggung di Jawa Barat.
Perhatikanlah Gambar. Tanah vulkanik merupakan tanah yang:

1. Banyak mengandung unsur hara;


2. Warnanya lebih gelap;
3. Berasal dari gunung berapi yang meletus
4. Sangat mudah menyerap air
5. Sangat subur untuk lahan pertanian.

52
Setiap jenis tanah memiliki kemampuan yang ber- beda-beda dalam menyerap air.
Tanah yang berasal dari kebun atau persawahan sangat mudah menyerap dan menyimpan
air. Selain itu, tanah kebun juga banyak mengandung humus. Tanah liat dan tanah
berpasir sulit menyerap air. Namun, ada tumbuhan yang dapat hidup di tanah berpasir.
Contohnya, kaktus.

F. Tanah Laterit

Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,
namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh :
Kalimantan Barat dan Lampung.

G. Tanah Liat / Empung

Tanah liat ini merupakan tanah yang

53
1. Butiran-butiran tanahnya halus;
2. Setiap butiran saling melekat satu sama lain, sehingga jika basah lengket;
3. Sukar menyerap air
4. Sering dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan, seperti pot bunga, mangkuk dan
ceret.

Dalam penggunaannya tanah liat yang sudah dibentuk dikeringkan supaya kering
dan kuat

5. Tumbuhan sulit tumbuh di tanah liat

H. Tanah Mediteran / Tanah Kapur

Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan
batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

I. Tanah Gambut / Tanah Organosol

54
Bahan organik ini terdiri atas akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah mengalami
humifikasi, tetapi belum mengalami mineralisasi. Tanah ini belum dimanfaatkan, tetapi
dapat dimanfaatkan untuk persawahan. Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang
subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa.
Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.

A. Ciri-Ciri Benda

Ayo, mengamati gambar berikut.

Benda apa saja yang ada pada gambar? Pada gambar terdapat air, perahu, dan bukit
karang. Perahu dan bukit karang merupakan benda padat. Air merupakan benda cair.
Bagaimanakah ciri-ciri dari benda tersebut? Di sekitarmu banyak terdapat benda padat.
Misalnya kursi, meja, dan papan tulis.
Ayo, perhatikanlah gambar berikut.

Image:kursi meja.JPG

55
Ketiga benda tersebut bersifat keras dan padat. Disimpan di tempat apa pun bentuknya
akan tetap. Jika benda keras kamu pegang, terasa keras. Benda keras ditekan, tidak akan
mudah patah.
Ayo, amatilah perlakuan berikut pada benda.

Image:orangkursi.JPG
Apa yang terjadi jika kursi diduduki? Apa pula yang terjadi jika meja disimpan
terbalik? Bagaimana dengan sifat air? Air memiliki sifat yang berbeda dari kursi.
Ayo, perhatikanlah gambar berikut.

Image:galon.JPG
Air memiliki bentuk sesuai dengan tempatnya. Jika air dimasukkan dalam botol,
bentuknya akan seperti botol. Bagaimanakah bentuk air dalam gelas? Selain itu, air
memiliki sifat tidak keras.

56
Image:tangan dingin.JPG
Masukkan tanganmu ke dalam air. Tanganmu dapat masuk ke dalam air.
Perhatikanlah gambar tersebut.

B. Perubahan Bentuk pada Benda

Ayo, amatilah benda-benda di sekitarmu.


Adakah benda yang dapat mengalami perubahan bentuk? Plastisin dapat mengalami
perubahan bentuk.

Ayo, perhatikanlah gambar berikut.

C. Kegunaan Benda
Setiap hari, kamu sering menggunakan benda-benda. Setiap benda yang ada di sekitarmu
mempunyai kegunaan.

57
Image:ember merah.JPG
Jika ke kamar mandi, kamu pasti akan melihat ember. Ember adalah benda untuk
menampung air. Apakah ember mempunyai kegunaan yang lain? Kamu tentu mengenal
gambar di samping. Kamu sering memakainya. Sepatu digunakan untuk alas kaki. Benda
apakah yang tampak pada gambar berikut ini?

Image:sepatu putih.JPG
Apakah kamu memiliki bolpoin? Bolpoin digunakan untuk menulis dan menggambar.
Adakah benda lain yang digunakan untuk menulis?

Image:bolen.JPG

Benda apakah yang tampak pada gambar di samping?

Image:piring kembang.JPG

58
Gambar tersebut ialah piring.
Kamu tentu menggunakannya ketika makan.
Piring dapat digunakan untuk menyimpan makanan.

Pernahkah kamu melihat petani di sawah?


Apakah nama alat yang digunakan petani? Alat yang digunakan petani tersebut ialah cangkul.
Cangkul berguna untuk mencangkul tanah.

59
BAB IX

PENGEMBANGAN RANCANGAN PROGRAM


PEMBELAJARAN

Pertemuan ke-10
Pengembangan RPP
Setelah mempelajari pengembangan rancangan program pembelajaran pada semester
sebelumnya pada matakuliah kurikulum maka, diharapkan mahasiswa menyelesaikan tugas-
tugasnya:
1. Membuat beberapa indikator menjadi beberapa tujuan tujuan pembelajaran sesuai dengan
materi untuk pembelajaran IPA bagi ABK di sekolah luar biasa.
2. Membuat materi ajar dan merumuskan evaluasi
3. Merancang program pembelajaran bagi ABK (tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, autis) ubtuk kelas rendah dan tinggi di SLB.

Tugas
1. Setelah membuat indikator kembangkan menjadi tujuan pembelajaran
2. Buatlah materi berdasarkan indikator pembelajaran
3. Silahkan merumuskan teknik evaluasi yang digunakan dalam rancangan program
pembelajran.

60
Pertemuan ke-11
Simulasi pembelajaran IPA bagi anak yang mengalami gangguan penglihatan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


A. IDENTITAS SEKOLAH
Satuan Pendidikan :

Kelas/Semester :

Tema :

Sub tema :

Pembelajaran :

Alokasi waktu :

B. KOMPETENSI INTI
KI-1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

KI-2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,


peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan guru

KI-3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati


(mendengar, membaca dan menanya) berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah
KI-4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

C. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


Matematika
Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Menjelaskan nilai terkecil dan 3.5.1 Menghafal satuan berat dari
terbesar dari hasil pengukuran

61
panjang atau berat berdasarkan terbesar hingga terkecil
pembulatan yang disajikan dalam
bentuk tabel sederhana 3.5.2 Menjelaskan hubungan antar
satuan berat

4.5 Menyajikan nilai terkecil dan 4.5.1 Mengubah satuan berat


terbesar dari hasil pengukuran
panjang atau berat berdasarkan 4.5.2 Menyajikan hasil pengukuran
berat secara berurutan dari
data yang disajikan dalam bentuk
tabel sederhana terbesar hingga terkecil

SBdP
Kompetensi Dasar Indikator

3.1 Memahami cara membuat 3.1.1 Mengidentifikasi bahan dan alat


cinderamata sederhana yang digunakan dalam membuat
maracas sederhana menggunakan
beras dan botol bekas
Menyebutkan cara membuat
3.1.2 maracas sederhana menggunakan
beras dan botol bekas

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan mengamati media tangga satuan berat, siswa dapat menghafal satuan berat
dari terbesar hingga terkecil dengan tepat.
2. Melalui penjelasan guru dan tanya jawab, siswa dapat menjelaskan hubungan antar
satuan berat dengan jelas dan benar.
3. Setelah mendengarkan penjelasan guru dan mengamati contoh, siswa dapat
mengubah satuan berat dengan benar dan tepat.
4. Melalui penugasan, siswa dapat menyajikan hasil pengukuran berat secara tertulis
dengan tepat.

62
5. Setelah mengamati maracas sederhana, siswa dapat mengidentifikasi alat dan
bahan yang digunakan untuk membuat maracas sederhana dengan tepat.
6. Melalui penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan cara membuat maracas
sederhana dengan tepat.

E. MATERI PEMBELAJARAN

Amatilah berat bahan makanan yang dibawa!


Manakah menurutmu yang lebih berat?

Amati tangga satuan berat berikut!

Misalkan:
Beras 0,3 kg. Jika diubah menjadi gram berarti dikali 10 karena dari kg menuju gram
turun 3 tingkat. Oleh karena itu 0,3 kg x 10 x 10 x 10 = 300 g. Jika diubah lagi
menjadi ons maka ons sama dengan hg berarti dibagi 10 karena dari gram menuju hg
naik 2 tingkat. Oleh karena itu 300 g : 10 : 10 = 3 ons.

Ubahlah satuan berat bahan makanan yang tadi diamati kemudian tuliskan dengan
mengurutkan dari terbesar hingga terkecil!

1. Nama Bahan Makanan : ....


Berat : .... kg = ....g = ....ons
2. Nama Bahan Makanan : ....
Berat : .... kg = .....ons = ....g
3. Nama Bahan Makanan :
Berat : ....g = ....kg = ....ons

63
Membuat Maracas Sederhana
Alat dan Bahan
Alat :
1. Corong kecil
Bahan :
1. Botol bekas
2. Beras
Dengarkan langkah-langkah berikut tentang cara membuat maracas sederhana!
1. Bukalah tutup botol
2. Isilah botol dengan beras menggunakan corong kecil agar tidak tumpah.
3. Sesuaikan ukuran botol dengan banyak beras. Jangan terlalu memenuhi botol.
4. Tutup botol kembali.
5. Coba bunyikan! Kurangi atau tambah isian beras ke dalam botol agar bunyi
yang dihasilkan sesuai keinginan.

F. METODE/PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Metode : Ekspositori
Pendekatan : Saintifik

G. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN


Media : Tangga satuan berat, maracas sederhana
Alat : Stillus dan reglet

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam saat masuk ke kelas
kemudian siswa menjawab salam dari guru

2. Siswa berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu


siswa untuk memulai pembelajaran

3. Guru melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa

4. Guru melakukan apersepsi dengan mengulang materi


yang telah lalu

64
Kegiatan Inti 1. Guru menunjukkan tiga jenis bahan makanan dengan
berat yang berbeda kepada siswa.

2. Guru menanyakan kepada siswa manakah diantara


ketiga bahan makanan tersebut yang lebih berat.

3. Guru menyebutkan berat masing-masing bahan


makanan tersebut dengan satuan berat.

4. Guru meminta siswa untuk mengamati tangga satuan


berat. Bagi siswa low vision mengamati gambar
tangga satuan berat dan siswa tunanetra total
mengamati media tangga satuan berat yang disertai
keterangan tertulis braille.

5. Siswa menyebutkan satuan berat pada tangga secara


bersama-sama dari terbesar hingga terkecil.

6. Guru menugaskan siswa untuk menghafal satuan berat


tersebut.

7. Guru menjelaskan tentang hubungan satuan berat


diselingi dengan tanya jawab.

8. Guru menjelaskan dan memberi contoh cara


mengubah satuan berat.

9. Siswa mencoba mengubah satuan berat.

10. Guru meminta siswa untuk menyajikan hasil


pengukuran berat bahan makanan yang dibawa secara
tertulis dengan urutan dari yang terbesar ke terkecil.

11. Guru menjelaskan bahwa salah satu bahan makanan


yang dibawa yaitu beras dapat dijadikan suatu kreasi
dan kreasi tersebut dapat menjadi cinderamata atau
kenang-kenangan jika diberikan kepada orang lain.

12. Guru menunjukkan maracas sederhana kepada siswa.


Kemudian membunyikannya.

13. Guru dan siswa mengkomunikasikan tentang bahan


dan alat yang digunakan dalam membuat maracas
sederhana tersebut.

14. Siswa mengamati penjelasan guru tentang cara


membuat maracas sederhana.

65
Penutup 1. Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi
pembelajaran

2. Guru menutup pembelajaran dengan membimbing


anak membaca doa.

66
I. PENILAIAN
B. Penilaian
KI-1 Sikap Spiritual
Kriteria
1. Menjawab salam
2. Berdoa sebelum memulai belajar
3. Berdoa setelah belajar
4. Bersalaman dengan guru

Nama Penilaian Berdasarkan Kriteria Nilai


Ket
No. Siswa 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

Total Nilai = Jumlah penilaian kriteria x 100%


4
KI-2 Sikap Sosial
No Nama Perubahan Tingkah Laku
. Siswa Percaya Diri Menghargai Disiplin
Orang Lain
B M B S B M B S B M B S
T T M M T T M M T T M M
1.
2.
3.
4.
5.

K
eterangan penilaian
BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat BM : Belum Muncul SM : Sudah Muncul

67
KI-3 Pengetahuan
Pengetahuan Matematika
1. Menghafal satuan berat
2. Menjelaskan hubungan antar satuan berat
Penilaian Total
Nama Kriteria Nilai
No. Siswa
1 2

1.

2.

3.

4.

5.

Pengetahuan SBdp
1. Mengidentifikasi alat dan bahan membuat maracas sederhana
2. Menyebutkan langkah-langkah membuat maracas sederhana

Penilaian Total
Nama Kriteria Nilai
No.
Siswa
1 2

1.

2.

3.

4.

5.

Total Nilai = Jumlah penilaian kriteria x 100%


2

68
KI-4 Keterampilan
Menyajikan hasil pengukuran bahan makanan
Keterangan:
Setiap satu butir soal terdapat 4 poin penilaian yaitu menuliskan nama bahan makanan
dan mengubah satuan berat dari kg, g dan ons.

Skor Nilai per Soal


Nama
No. Soal Soal Soal Skor Total
Siswa
No 1 No 2 No 3

1.

2.

3.

4.

5.

69
Pertemuan ke-12
Simulasi pembelajaran IPA bagi siswa gangguan pendengaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


TEMATIK
Nama Sekolah :
Satuan Pendidikan :
Jenis Kekhususan :
Tema/ Sub Tema :
Pembelajaran Ke- :
Kelas/ Semester :
Alokasi Waktu :

A. KOMPETENSI INTI
KI 1 : menerima dan menjalankan ajaran agama yang di anutnya
KI 2 : memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
KI 3 : Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menyapa berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatanya dan berbeda-beda yang dijumpainya dirumah dan disekolah
KI 4 : Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya
yang estesis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


Bahasa Indonesia
3.1 Mengenal teks laporan sederhana tentang alam sekitar, hewan, dan tumbuhan serta
jumlahnya dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa indonesia lisan dan tulis yang dapat
diisi dengan kosa kata bahasa daerah untuk membantu pemahaman
4.1 Mengamati dan mencoba menyajikan teks laporan sederhana tentang alam sekitar,
hewan, dan tumbuhan serta jumlahnya secara mandiri dalam bahasa indonesia lisan dan tulis
yang dapat diisi dengan kosa kata bahasa daerah untuk membantu penyajian

PPKn

70
3.2 Memahami tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari dirumah
dan sekolah
4.2 Melaksanakan tata tertib dan aturan dilingkungan keluarga dan sekolah
SBdP
3.1 Mengenal bahan dan alat serta tekniknya dalam membuat karya seni rupa
4.4 Memmbentuk karya refil dari bahan yang ada dilingkungan sekitar

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


Bahasa Indonesia
3.1.1 Menceritakan gambar yang diperlihatkan oleh guru
4.1.1 Menulis peristiwa yang ada pada gambar
PPKn
3.2.1 Menyebutkan contoh tata tertib yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari dirumah
3.2.11 Menyebutkan contoh hidup rukun dalam pergaulan
4.2.2 Menentukan gambar hidup tertib dalam keluarga
SBdP
3.1.1 Menentukan bahan dan alat dalam membuat karya seni
4.4.1 Membentuk karya relif dari bahan yang ada di lingkungan sekitar

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan membaca laporan teks sederhana tentang bencana Gunung Sinabung, siswa
dapat mengidentifikasi teks laporan sederhana tentang alam sekitar dengan cermat dan
tanggung jawab
2. Dengan penugasan dan teks bacaan tentang Gunung Sinabung, siswa dapat menulis
laporan sederhana tentang hasil pengamatan alam sekitar dengan cermat dan percaya diri
3. Dengan mengamati gambar, tanya jawab dan penugasan, siswa dapat mengidentifikasi
tata tertib yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari dirumah dengan percaya diri
4. Dengan tanya jawab dan gambar tentang hidup rukun, siswa dapat menyebutkan contoh
hidup rukun dalam pergaulan
5. Dengan mengetahui contoh aturan dilingkungan keluarga, siswa dapat melaksanakan
aturan dilingkungan keluarga
6. Dengan tanya jawab dan petunjuk kerja sederhana. Siwa dapat menentukan bahan dan
alat dalam membuat karya seni dengan tanggung jawab dan percaya diri
7. Dengan penugasan dan petunjuk kerja sederhana, siswa dapat membentuk karya relif
dari bahan yang ada dilingkungan sekitar

D. MATERI PEMBELAJARAN

71
Bahasa Indonesia
Gunung Sinabung

Gunung Sinabung terletak di daerah Sumatera Utara.


Meletus pada bulan September 2013.
Letusannya menyebabkan hujan abu.
Dan sering terjadi gempa bumi.
Penduduk harus pergi ketempat pengungsian.
Mereka harus tidur di satu ruangan.
Mereka tidak dapat bekerja seperti biasanya.
Anak-anak tidak bisa sekolah.
Hal itu harus mereka alami agar terhindar
dari bencana.
PPKn

Berilah centang ( √ ) pada gambar yang menunjukkan tindakan yang mematuhi tata
tertib.

72
SBdP

E. METODE, PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN


1. Metode Pembelajaran :bimbingan guru, Tanya jawab, demonstrasi, penugasan,
latihan
2. Pendekatan : saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi dan mengomunikasikan
3. Model Pembelajaran : Discovery learning

73
F. MEDIA/ALAT DAN SUMBER BELAJAR
1. Media/ Alat Belajar
a. Media Belajar : papan tulis
b. Alat Peraga : gambar bumi dan gunung meletus
2. Sumber Belajar
a. Buku Guru Tunarungu Kelas IV Tema 2
Penulis : Endang Purbaningrum
Penerbit : Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus Pendidikan Dasar
Tahun Terbit : 2014
b. Buku Guru Tunarungu Kelas IV Tema 2
Penulis : Endang Purbaningrum
Penerbit : Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus Pendidikan Dasar
Tahun Terbit : 2014

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu

Pendahuluan 1. Salam : Assalamualaikum Wr.Wb 10 menit

Selamat pagi anak-anak!

2. Mengkondisikan kelas:
a. siswa yang masih berjalan di suruh duduk
b. meluruskan meja dan kursi siswa
c. siswa diminta untuk sikap berdoa
d. siswa diminta memasang heraingaid
3. siswa berdoa bersama
4. guru mengambil daftar hadir siswa
5. Apersepsi
a. Guru menanyakan kepada siswa tentang materi
pelajaran minggu lalu
b. Secara bergantian siswa menyebutkan materi
pelajaran minggu lalu

74
Inti 1. Siswa mengamati gambar gunung berapi meletus 100 menit
(memngamati)
2. Siswa membuat pertanyaan mengenai letusan gunung
berapi sesuai gambar yang diamati (memngamati)
3. Siswa menjawab pertanyaan yang dibuat (nalar)
4. Siswa membaca teks tentang Gunung Sinabung meletus
dengan suara yang nyaring
5. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di
Buku Siswa berkaitan dengan isi teks yang dibacanya
(menalar)
6. Siswa membaca kembali teks tentang peristiwa gunung
meletus (memngamati)
7. Siswa menulis hal-hal yang terjadi di daerah yang
terkena bencana menurut cerita dalam teks. Siswa
menulis dengan huruf tegak bersambung (mencoba)
8. Pada saat menulis kejadian-kejadian didaerah bencana,
siswa ditumbuhkan sikap toleransinya terhadap
penderitaan sesama
9. Siswa menulis hal-hal yang mungkin terjadi, yang
belum dituliskan pada teks tersebut (menalar)
10. Siswa mengamati gambar-gambar yang terdapat dibuku
siswa tentang berbagai sikap (memngamati)
11. Siswa menentukan gambar yang menunjukan kepatuhan
pada tata tertib (menalar)
12. Siswa menceritakan makna gambar-gambar tersebut
(mengomunikasikan)
13. Siswa mengungkapkan perasaanya bila mengalami hal
seperti itu (mencoba)
14. Siswa mempersiapkan bahan dan alat yang akan
digunakan (menalar)
15. Siswa membaca cara kerja kegiatan yang terdapat pada
buku siswa (mengamati)
16. Siswa membuat relief gunung berapi dari bahan yang
tersedia sesuai cara kerjanya (mencoba)
17. Siswa mengamati apa yang terjadi dari percobaan
tentang gunung berapi dari larutan yang dicampurkan

75
(mengamati)
18. Siswa mencatat hasil percobaanya (mencoba)
Penutup 1. Siswa bersama guru melakukan refleksi terhadap materi 10 menit
yang sudah dipelajari
2. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran
yang sudah dipelajari
3. Siswa mendengarkan guru menyampaikan rencana
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
4. Siswa bersama guru menutup pelajaran dengan
membaca hamdalah “Alhamdulillahirabbil’alamiin”
H. PENILAIAN DAN TINDAK LNJUT
1. PENILAIAN
a. Penilaian Pengetahuan

Nama Siswa
No Aspek Penilaian Brilliant Dwi Tegar Ket
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1. Mengidentifikasi kegiatan pada
gambar bumi
2. Membuat pertanyaan berdasarkan
teks
3. Menjawab pertanyaan berdasarkan
teks
4. Menyebutkan contoh kepatuhan
dan tata tertib
5. Mengidentifikasikan benda-benda
bekas disekitar
6. Menyebutkan langkah-langkah
membuat relief dari bahan sekitar
Tes : Lisan
Keterangan: Kriteria Penilaian:
4 : Baik Sekali 4 = apabila melakukan sesuai pertanyaan secara
3 : Baik mandiri
2 : Cukup 3 = apabila melakukan sesuai pertanyaan dengan

76
1 : Perlu Bimbingan bimbingan guru
2 = apabila mlakukan sesuai pernyataan dengan
arahan dan bimbingan guru
1 = apabila belum bias melakukan sesuai
pernyataan

Nilai Pengetahuan =

Istrumen penilaian
1) Apa yang terjadi pada gambar?
2) Apa saja tata tertib dan kepatuhan?
b. Penilaian Keterampilan

Nama Siswa
No Aspek Penilaian Brilliant Dwi Tegar Ket
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1. Menulis kejadian dalam teks
2. Menceritakan kegiatan pada
gambar
3. Menuliskan kejadian bencana
4. menuliskan contoh kepatuhan dan
tata tertib
5. Memanfaatkan benda-benda bekas
disekitar
6. Membuat relief dari bahan sekitar
1) Rublik penilaian keterampilan

Perlu
Kriteria Baik Sekali Baik Cukup
No Bimbingan
Penilaian
4 3 2 1
1. Menulis Mampu Mampu Mampu menulis Belum mampu
kejadian dalam menulis menulis kejadian dalam menulis
teks kejadian dalam kejadian dalam teks dengan kejadian dalam
teks dengan teks dengan bantuan guru teks

77
mandiri sedikit bantuan
guru
2. Menceritakan Kata yang Kata yang Kata yang Kata yang
kejadian dalam digunakan digunakan digunakan tidak digunakan
teks runtut dan runtut tetapi runtut tidak runtut
sesuai dengan tidak sesuai tetapi tidak
cerita dengan cerita sesuai dengan
cerita
3. Menyebutkan Mamapu Mamapu Mamapu Belum mampu
tata tertib dan menyebutkan menyebutkan menyebutkan menyebutkan
kepatuhan tata tertib dan tata tertib dan tata tertib dan tata tertib dan
kepatuhan kepatuhan kepatuhan kepatuhan
dengan mandiri dengan sedikit dengan bantuan
bantuan guru guru
4. Membuat relief Mampu Mmpu Mampu Belum mampu
dari bahan membuat relief membuat relief membuat relief membuat relief
sekitar dari bahan dari bahan dari bahan dari bahan
sekitar dengan sekitar dengan sekitar dengan sekitar
mandiri sedikit bantuan bantuan guru
guru

Nilai =

2. Tindak Lanjut
a. Remedial
1) Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum menguasai materi atau
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
2) Guru melakukan pembahasan ulang terhadap materi yang telah diberikan dengan
cara/ metode yang berbeda untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih
memudahkan peserta didik dalam memaknai dan menguasai materi ajar
3) Program remedial dilakukan diluar jam efektif
b. Pengayaan
Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang telah menguasai materi dengan baik
atau telah mencapai kriteria ketuntasan minimal

78
1) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang lebih variatif dengan menambah
keluasan dan kedalaman maeri yang mengarah pada high order thingking
2) Program pengayaan dilakukan diluar jam belajar efektif.

Padang, ..............................
Mahasiswa

..................................
NIP.

79
Pertemuan ke-13
Simulasi pembelajaran IPA bagi anak gangguan intelektual
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah :

Satuan Pendidikan :

Jenis Kekhususan :

Kelas/Semester :

Tema :

Sub tema :

Pembelajaran :

Alokasi waktu :

J. KOMPETENSI INTI
KI-1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

KI-2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,


dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru
dan tetangganya

KI-3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati


(mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah dan tempat bermain
KI-4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

K. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar Indikator

80
3.3 Menggali informasi teks laporan 3.3.1 Membaca teks
observasi sederhana tentang alam 3.3.2 Menjawab pertanyaan berdasarkan
sekitar dalam bahasa Indonesia teks
baik lisan maupun tulis yang
dibantu dengan kosakata bahasa
daerah
4.3 Menyebutkan isi teks laporan hasil 4.3.1 Menceritakan isi teks
observasi sederhana tentang alam
4.3.2 Menulis kata yang ada pada teks
sekitar dalam bahasa Indonesia
baik lisan maupun tulis yang
dibantu dengan kosakata bahasa
daerah

PKN
Kompetensi Dasar Indikator

3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk 3.4.1 Menyebutkan macam-macam


keberagaman suku bangsa, sosial tarian tradisional
dan budaya dalam masyarakat
Menyebutkan asal daerah macam-
3.4.2 macam tarian tradisional

4.4 Menciptakan berbagai bentuk 4.4.1 Mencocokkan gambar tarian


kerjasama dalam keberagaman tradisional dengan daerah asal
suku bangsa, sosial dan budaya
dalam masyarakat Menjelaskan sikap terhadap
4.4.2 keragaman tarian tradisional

MTK
Kompetensi Dasar Indikator

3.6 Mengenal konsep waktu hari, 3.6.1 Menyebutkan nama-nama hari


tanggal dan bulan
3.6.2 Menyebutkan nama-nama bulan

4.6 Menulis nama hari, tanggal dan 4.6.1 Menghitung jumlah hari dalam
bulan seminngu

Menghitung jumlah bulan dalam

81
4.6.2 setahun

Menuliskan jumlah hari, bulan

4.6.3

L. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui teks, siswa dapat membaca dan menceritakan isis teks dengan baik dan
benar.
2. Melalui tanya jawab dan penugasan, siswa dapat menjawab pertanyaan dan
menuliskan kata kata pada teks yang disebutkan oleh guru dengan benar dan
tepat.
3. Melalui pengamatan pada gambar dan menyimak penjelasan guru, siswa dapat
menyebutkan macam-macam tarian tradisional dan daerah asalnya dengan tepat
4. Melalui penugasan, siswa dapat mencocokkan gambar tarian tradisional dengan
rumah adat daerah asal tarian tersebut dengan tepat.
5. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan sikap terhadap keberagaman tarian
tradisional dengan baik.
6. Melalui penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan nama-nama hari dan bulan
dengan benar.
7. Melalui tanya jawab dan penjelasan guru, siswa dapat menghitung jumlah hari
dan jumlah bulan dengan tepat.
8. Melalui penugasan, siswa dapat menuliskan jumlah hari dan bulan dengan baik
dan benar.

M. MATERI POKOK PEMBELAJARAN


1. Teks “SLBN 1 Padang Berprestasi”
2. Keberagaman Tarian Tradisional Daerah
3. Konsep Waktu (Hari dan Bulan)

N. METODE/PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Metode : Kolaboratif
Pendekatan : Saintifik

O. MEDIA, ALAT DAN SUMBER PEMBELAJARAN

82
Media : Teks, gambar tarian tradisional daerah, video tarian tradisional daerah.

Alat : Laptop dan Alat tulis

Sumber : Buku Guru dan Buku Siswa, Internet

P. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Jenis
Rincian Kegiatan Alokasi Waktu
Kegiatan

Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam saat masuk ke kelas 10 menit


kemudian siswa menjawab salam dari guru

2. Siswa berdoa bersama yang dipimpin oleh salah


satu siswa untuk memulai pembelajaran

3. Guru melakukan komunikasi tentang kehadiran


siswa

4. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan


pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan
dengan pebelajaran yang akan dilaksanakan.

5. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang


akan dilaksanakan.

Kegiatan Inti 15. Siswa membaca teks dan siswa lainnya 100 menit
menyimak bacaan.

16. Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang


teks

17. Siswa menceritakan isi teks

18. Siswa menuliskan kata yang ada pada teks

19. Siswa menyimak penjelasan guru dan


mengamati gambar macam-macam tarian
tradisional

20. Siswa menyebutkan macam-macam tarian


tradisional dan daerah asalnya.

21. Siswa menyimak penjelasan guru tentang tarian


tradisional dan rumah adat asal daerah tarian
tersebut untuk dipasangkan secara benar dan
tepat

83
22. Siswa mencocokkan gambar tarian tradisional
dengan gambar rumah adat asal daerah tarian
tersebut.

23. Siswa menyimak penjelasan guru tentang sikap


terhadap keberagaman tarian tradisional

24. Siswa menyimak penjelasan guru tentang nama-


nama hari dan bulan

25. Siswa menyebutkan nama-nama hari dan bulan

26. Siswa menghitung jumlah hari dalam seminggu


dan jumlah bulan dalam setahun kemudian
menuliskan jumlahnya di papan tulis

27. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh


guru

Penutup 3. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan 10 menit


pembelajaran

4. Siswa membaca doa selesai belajar

5. Siswa bersalaman dengan guru dan siswa lain

Q. PENILAIAN
Sikap
Instrumen penilaian: Ceklis

No Nama Perubahan Tingkah Laku


Siswa Percaya Diri Disiplin Menghargai
Orang Lain
B M B S B M B S B M B S
T T M M T T M M T T M M
1. Rafi Nuzambri
P 2. Muhammad Ulhaq
enget 3. Rahma Zalika
ahua 4. Safira Aulia
n
I
nstrumen penilaian: Tes lisan
Nilai Ket
Aspek Penilaian Rafi Muhammad Rahma Safira
Nuzambri Ulha Zalika Aulia
Menjawab
pertanyaan

84
berdasarkan teks

Soal
a. Apakah bukit itu?
b. Manakah yang lebih tinggi antara bukit dan gunung?
d. Bagaimanakah bentuk bukit nabu?
Kunci Jawaban
a. Bukit adalah bentang alam yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya
b. Gunung lebih tinggi daripada bukit
c. Bukit nabu terlihat seperti segitiga dan banyak pohonnya

85
Keterangan: Kriteria Penilaian:
4 : Baik Sekali 4 = Melakukan sesuai pernyataan secara mandiri
3 : Baik 3 = Melakukan sesuai pernyataan dengan
2 : Cukup bimbingan guru
1 : Perlu Bimbingan 2 = Melakukan sesuai pernyataan dengan arahan
dan bimbingan guru
1 = Belum bisa melakukan sesuai pernyataan

Nilai Pengetahuan =

KI-4 Keterampilan
Instrumen penilaian: Unjuk Kerja
Nilai Ket
Aspek Penilaian Rafi Muhammad Rahma Safira
Nuzambri Ulha Zalika Aulia
Menceritakan isi
teks

Rubrik Penilaian
KriteriaPenilaian Perlu
Baik Sekali Baik Cukup
No Bimbingan
Aspek 4 3 2 1
1. Ketepatan isi teks Mampu Mampu Mampu Belum
menceritakan menceritakan menceritakan mampu
isi teks isi teks isi teks
dengan dengan dengan
pokok-pokok pokok-pokok pokok-pokok
pikiran teks pikiran teks pikiran teks
yang disusun yang yang disusun
terbolak- dengan
balik arahan dan
bantuan guru
2. Kelancaran Mampu Mampu Mampu Belum
menceritakan menceritakan menceritakan mampu
dengan dengan namun
bahasa yang dengan
bahasa yang
tepat namun arahan dan
tepat dan sedikit bantuan guru
lancar terputus-
putus

I. TINDAK LANJUT
a. Remedial

86
1) Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum menguasai materi
atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
2) Guru melakukan pembahasan ulang terhadap materi yang telah diberikan
dengan cara/ metode yang berbeda untuk memberikan pengalaman belajar
yang lebih memudahkan peserta didik dalam memaknai dan menguasai
materi ajar
3) Program remedial dilakukan diluar jam efektif
b. Pengayaan
Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang telah menguasai materi
dengan baik atau telah mencapai kriteria ketuntasan minimal
1) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang lebih variatif dengan
menambah keluasan dan kedalaman maeri yang mengarah pada high order
thingking
2) Program pengayaan dilakukan diluar jam belajar efektif.

Padang, .......................
Mahasiswa

..................................
NIM.

87
Pertemuan ke-14
Pembelajaran IPA bagi siswa hambatan fisik dan motorik
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
TEMATIK

Nama Sekolah :
Satuan Pendidikan :
Jenis Kekhususan :
Kelas/ Semester :
Tema :
Sub Tema :
Pembelajaran Ke- :
Alokasi Waktu :

A. KOMPETENSI INTI
KI 1: Menerima dan menjalankan ajaran agama yang di anutnya

KI 2: Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
KI 3: Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menyapa berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatanya dan berbeda-beda yang dijumpainya dirumah
dan disekolah

KI 4: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estesis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia

B. KOMPETENSI DASAR
Bahasa Indonesia
3.5 Memahami teks buku harian sederhana tentang kegiatan pribadi dan dokumen
milik pribadi dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dibantu dengan kosakata
daerah

88
4.5 Mengungkapkan teks buku harian sederhana tentang kegiatan pribadi dan
dokumen milik pribadi dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dibantu dengan
kosakata daerah

PPKN
3.4 Menemukan arti bersatu dalam kehidupan di sekolah

4.4 Menceritakan arti bersatu dalam kehidupan di sekolah

Matematika
3.4 Menjelaskan penjumlahan bilangan yang melibatkan bilangan asli sampai 50
4.4 Menyelesaikan masalah penjumlahan bilangan yang melibatkan bilangan asli
sampai 50

C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


Bahasa Indonesia
3.5.1 Menyebutkan isi teks buku harian sederhana tentang kegiatan ke kebun
3.5.2 binatang
Menjawab pertanyaan terkait teks buku harian sederhana tentang kegiatan ke
kebun binatang
4.5.1 Menuliskan kata yang ada pada teks buku harian sederhana tentang kegiatan
ke kebun binatang
4.5.2 Menceritakan kembali teks buku harian sederhana tentang kegiatan ke kebun
binatang

PPKN
3.4.1 Menyebutkan contoh sikap bersatu dalam kehidupan di sekolah
3.4.2 Menunjukkan gambar contoh sikap bersatu dalam kehidupan di sekolah
4.4.1 Menjelaskan arti bersatu dalam kehidupan di sekolah
4.4.2 Menceritakan sikap bersatu dalam kehidupan di sekolah

Matematika
3.4.1 Menyebutkan konsep penjumlahan

89
3.4.2 Menjelaskan cara menjumlahkan sampai 10
4.4.1 Menghitung hasil penjumlahan sampai 10
4.4.2 Menuliskan hasil penjumlahan sampai 10
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui teks yang dibacakan oleh guru, siswa dapat menyebutkan isi dari teks buku
harian sederhana tentang kegiatan ke kebun binatang dan menceritakan kembali
dengan baik dan benar.
2. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjawab pertanyaan terkait teks teks buku
harian sederhana tentang kegiatan ke kebun binatang dengan benar.
3. Melalui penugasan, siswa dapat menuliskan kata yang ada pada teks buku harian
sederhana dengan baik.
4. Melalui penjelasan guru dan tanya jawab, siswa dapat menyebutkan contoh sikap
bersatu dalam kehidupan di sekolah dan menjelaskan arti bersatu dengan baik
5. Melalui pengamatan pada gamabr, siswa dapat menunjukkan gambar dan
menceritakan contoh sikap bersatu dalam kehidupan di sekolah dengan tepat
6. Melalui penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan konsep penjumlahan dan
menjelaskan cara menjumlahkan sampai 10 dengan baik
7. Melalui penugasan, siswa dapat menghitung dan menuliskan hasil penjumlahan
dengan baik dan benar.

E. MATERI POKOK PEMBELAJARAN


1. Perilaku bersatu di lingkungan sekolah
2. Teks buku harian sederhana tentang ke kebun binatang
3. Penjumlahan sampai 10

F. METODE DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN


Metode : Kolaboratif
Pendekatan : Saintifik

G. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN


Media : Video, gambar, kartu gambar

Alat : Laptop dan alat tulis

90
91
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Jenis
Rincian Kegiatan Alokasi Waktu
Kegiatan

Pendahuluan 6. Guru mengucapkan salam saat masuk ke kelas 10 menit


kemudian siswa menjawab salam dari guru

7. Siswa berdoa bersama yang dipimpin oleh salah


satu siswa untuk memulai pembelajaran

8. Guru melakukan komunikasi tentang kehadiran


siswa

9. Guru melakukan apersepsi dengan


mengkomunikasikan kegiatan liburan ke tempat
umum dan mengajak siswa mengamati gambar
lingkungan tempat umum (kebun binatang, pasar
malam, mall/supermarket, taman bermain air)

Kegiatan Inti 28. Siswa mengamati video berkunjung ke kebun 130 menit
binatang

29. Siswa menyimak penjelasan guru tentang cerita


di video dapat ditulis dalam buku harian dan
guru menuliskan teks buku harian tentang
kunjungan ke kebun binatang di papan tulis

30. Siswa menyebutkan dan menceritakan isi teks

31. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang teks

32. Siswa menuliskan kata yang ada pada teks

33. Siswa menyimak penjelasan guru tentang arti


bersatu dalam kehidupan terutama di lingkungan
sekolah

34. Siswa mengamati gambar contoh sikap bersatu


dalam kehidupan di lingkungan sekolah

35. Siswa menyebutkan, menunjukkan dan


menceritakan sikap bersatu dalam kehidupan di
lingkungan sekolah

36. Siswa menyimak penjelasan guru tentang


penjumlahan

92
37. Siswa menghitung hasil penjumlahan
menggunakan gambar binatang

38. Siswa mengerjakan soal penjumlahan

Penutup 6. Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi 10 menit


pembelajaran

7. Guru menutup pembelajaran dengan


membimbing anak membaca doa.

I. PENILAIAN
Sikap
Instrumen Penilaian: Ceklis
Keterangan penilaian
BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat BM : Belum Muncul SM : Sudah Muncul

No Nama Perubahan Tingkah Laku


Siswa Percaya Diri Disiplin Menghargai
Orang Lain
B M B S B M B S B M B S
T T M M T T M M T T M M
1. Adel
P
2. Fatir
enget
ahua 3. Pampam
n
I
nstrumen penilaian: Lisan

Nilai Ket
Aspek Penilaian
Adel Fatir Pampam
Menjawab pertanyaan terkait teks

Soal
Lisan
1. Kapan Diva dan teman-teman pergi ke kebun binatang?
2. Siapa yang menemani Diva dan teman-teman ke kebun binatang?
3. Apa kendaraan yang mereka gunakan untuk pergi ke kebun binatang?
4. Binatang apa saja yang dilihat oleh Diva?

Kunci Jawaban
1. Hari Sabtu
2. Ibu guru
3. Bus sekolah

93
4. Panda, domba, kelinci, monyet dan harimau

94
Keterampilan
Instrumen penilaian: Unjuk Kerja

Nilai Ket
Aspek Penilaian
Adel Fatir Pampam
Menulis

Rubrik Penilaian
KriteriaPenilaian Perlu
Baik Sekali Baik Cukup
No Bimbingan
Aspek 4 3 2 1
1. Kejelasan Mampu Mampu Mampu menulis Belum
huruf/angka menulis menulis huruf/angka mampu
huruf/angka huruf/angka dengan jelas dan menulis
dengan jelas dengan jelas tepat dengan huruf/angka
dan tepat secara dan tepat arahan dan
mandiri dengan sedikit bantuan guru
bantuan guru
2. Kerapian Hasil tulisan Hasil tulisan Hasil tulisan Hasil tulisan
sangat rapi, cukup rapi, kurang rapi tidak terbaca
terbaca, tidak sedikit keluar
keluar garis dan garis dan bersih
bersih

J. TINDAK LANJUT
c. Remedial
4) Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum menguasai materi
atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
5) Guru melakukan pembahasan ulang terhadap materi yang telah diberikan
dengan cara/ metode yang berbeda untuk memberikan pengalaman belajar
yang lebih memudahkan peserta didik dalam memaknai dan menguasai
materi ajar
6) Program remedial dilakukan diluar jam efektif
d. Pengayaan
Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang telah menguasai materi
dengan baik atau telah mencapai kriteria ketuntasan minimal
3) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang lebih variatif dengan
menambah keluasan dan kedalaman maeri yang mengarah pada high order
thingking

95
4) Program pengayaan dilakukan diluar jam belajar efektif.

Padang, ..................
Mahasiswa

................................
NIM.

96
Pertemuan ke-15
Simulasi pembelajaran IPA bagi anak autis

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


TEMATIK

Nama Sekolah :
Satuan Pendidikan :
Jenis Kekhususan :
Kelas/ Semester :
Tema Sub Tema :
Sub Tema :
Pembelajaran Ke- :
Alokasi Waktu :

I. KOMPETENSI INTI
KI 1: Menerima dan menjalankan ajaran agama yang di anutnya

KI 2: Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
KI 3: Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menyapa berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatanya dan berbeda-beda yang dijumpainya dirumah dan
disekolah

KI 4: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya
yang estesis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia

J. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar Indikator

3.1 Mengenal teks ungkapan dalam 3.1.1 Menyebutkan kalimat yang


bersikap santun terhadap sesama menggunakan ungkapan santun
dengan menggunakan bahasa

97
Indonesia yang benar, baik lisan 3.1.2 Menyebutkan tujuan
maupun tulis yang dibantu dengan menggunakan ungkapan santun
kosakata daerah

4.1 Menyajikan teks ungkapan dalam 4.1.1 Mempraktekkan percakapan yang


bersikap santun terhadap sesama menggunakan ungkapan santun
dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang benar, baik lisan Menuliskan contoh kalimat yang
4.1.2 menggunakan ungkapan santun
maupun tulis yang dibantu dengan
kosakata daerah

SBdP
Kompetensi Dasar Indikator

3.2 Mengenal ragam gerak tari 3.2.1 Menyebutkan judul tari


modern Menyebutkan tahapan gerak tari
3.2.2 Polisi Lalu Lintas

4.2 Melakukan gerak tari modern 4.2.1 Mengikuti tahapan gerak tari
Polisi Lalu Lintas diiringi musik
Menampilkan tahapan gerak tari
4.2.2 Polisi Lalu Lintas diiringi musik

IPA
Kompetensi Dasar Indikator

3.2 Mengenal perubahan wujud benda 3.2.1 Menyebutkan benda padat yang
(membeku dan mencair) dapat mencair
Menemukan hal yang
3.2.2 menyebabkan benda padat
mencair

4.2 Melakukan percobaan sederhana 4.2.1 Menunjukkan benda padat yang


perubahan wujud benda dapat mencair
(membeku dan mencair) Melakukan percobaan perubahan
4.2.2 benda padat menjadi benda cair

K. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui teks percakapan sederhana dan mengamati gambar, siswa dapat menyebutkan
kalimat ungkapan santun dan mempraktekkan percakapan sederhana dengan baik

98
2. Melalui tanya jawab dan mendengar penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan tujuan
menggunakan ungkapan santun dengan baik

3. Melalui penugasan siswa dapat menuliskan contoh kalimat ungkapan santun dengan baik
dan benar

4. Melalui penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan judul tari dengan baik

5. Melalui pengamatan dan contoh dari guru, siswa dapat menyebutkan dan mengikuti
tahapan gerak tari Polisi Lalu Lintas diiringi musik dengan baik

6. Melalui penugasan, siswa dapat menampilkan tahapan gerak tari Polisi Lalu Lintas
diiringi musik secara mandiri dengan baik dan benar

7. Melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan benda padat yang dapat mencair dan hal
yang membuat padat mencair dengan tepat

8. Melalui demonstrasi, siswa dapat melakukan percobaan perubahan wujud benda padat
menjadi benda cair dengan baik

L. MATERI POKOK PEMBELAJARAN


Bahasa Indonesia : Teks Percakapan dengan Kalimat Ungkapan yang Santun

“Terlambat ke Sekolah”

SBdP : Tari Polisi Lalu Lintas

IPA : 1. Pengertian Benda Padat dan Benda Cair

2. Perubahan Wujud Benda Padat menjadi Benda Cair

M. METODE DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN


Metode : Observasi, Ceramah, Tanya Jawab, Demonstrasi dan Penugasan.
Pendekatan : Saintifik

N. MEDIA, ALAT DAN SUMBER PEMBELAJARAN


Media : Gambar, musik, benda padat (batu es)

Alat : Handphone dan alat tulis

99
Sumber : Buku guru dan buku siswa Autis Kelas VI

O. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Jenis
Rincian Kegiatan Alokasi Waktu
Kegiatan

Pendahuluan 10. Guru mengucapkan salam saat masuk ke kelas 10 menit


kemudian siswa menjawab salam dari guru

11. Siswa berdoa bersama yang dipimpin oleh salah


satu siswa untuk memulai pembelajaran

12. Guru melakukan komunikasi tentang kehadiran


siswa

13. Guru melakukan apersepsi

Kegiatan Inti 39. Siswa mengamati gambar percakapan 130 menit


“Terlambat ke Sekolah”
40. Siswa menyimak guru membacakan teks
percakapan “Terlambat ke Sekolah”
41. Siswa mempraktekkan teks percakapan
“Terlambat ke Sekolah”
42. Siswa mendengar penjelasan guru tentang
ungkapan santun pada teks dan tujuan
menggunakan ungkapan santun
43. Siswa mendengar penjelasan guru tentang judul
tari
44. Siswa mengamati dan menirukan guru
melakukan gerak tari “Polisi Lalu Lintas”
diiringi musik
45. Siswa menyebutkan tahapan gerak tari “Polisi
Lalu Lintas”
46. Siswa menampilkan gerak tari “Polisi Lalu
Lintas” diiringi musik
47. Siswa mengamati dan mendengar penjelasan
guru tentang benda padat dan benda cair
48. Siswa melakukan percobaan perubahan wujud
benda padat menjadi benda cair
49. Siswa menemukan hal yang membuat es menjadi
air
50. Siswa mengerjakan tugas latihan dari guru
Penutup 8. Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi 10 menit
pembelajaran

9. Guru menutup pembelajaran dengan


membimbing anak membaca doa.

100
H. PENILAIAN
KI-1 Sikap Spiritual
Instrumen penilaian: Ceklis
Kriteria
5. Menjawab salam
6. Berdoa sebelum memulai belajar
7. Berdoa setelah belajar
8. Bersalaman dengan guru

Nama Penilaian Berdasarkan Kriteria Nilai


Ket
No. Siswa 1 2 3 4

1. Reza

101
KI-2 Sikap Sosial
Instrumen Penilaian: Ceklis
Keterangan penilaian
BT : Belum Terlihat MT : Mulai Terlihat BM : Belum Muncul SM : Sudah Muncul

No Nama Perubahan Tingkah Laku


Siswa Percaya Diri Menghargai Disiplin
Orang Lain
B M B S B M B S B M B S
T T M M T T M M T T M M
K 1. Reza
I-3
Peng
etahuan
Instrumen penilaian: Lisan
No Aspek Penilaian Nilai Ket
1. Menyebutkan kalimat yang
menggunakan ungkapan santun
2. Menyebutkan tujuan
menggunakan ungkapan yang
santun
3. Menyebutkan judul tari
4. Menemukan hal yang membuat
benda padat menjadi benda cair

Keterangan: Kriteria Penilaian:


4 : Baik Sekali 4 = Melakukan sesuai pernyataan secara mandiri
3 : Baik 3 = Melakukan sesuai pernyataan dengan
2 : Cukup bimbingan guru
1 : Perlu Bimbingan 2 = Melakukan sesuai pernyataan dengan arahan
dan bimbingan guru
1 = Belumbisa melakukan sesuai pernyataan

Nilai Pengetahuan =

102
Instrumen Pertanyaan
1. Manakah kalimat dengan ungkapan yang santun?
2. Mengapa kita harus menggunakan ungkapan yang santun?
3. Apa judul tarian yang kita lakukan?
4. Mengapa es bisa menjadi air?

KI-4 Keterampilan
Instrumen penilaian: Tulisan dan Unjuk Kerja
No Aspek Penilaian Nilai Keterangan
1. Menuliskan contoh
kalimat ungkapan santun
2. Menampilkan gerak tari
“Polisi Lalu Lintas”
diiringi musik
3. Melakukan percobaan
perubahan wujud benda
padat menjadi benda cair

Rubrik Penilaian
KriteriaPenilaian Perlu
Baik Sekali Baik Cukup
No Bimbingan
Aspek 4 3 2 1
1. Menuliskan Mampu Mampu Mampu Belum mampu
contoh kalimat menuliskan menuliskan menuliskan menuliskan
ungkapan santun contoh kalimat contoh kalimat contoh kalimat contoh kalimat
ungkapan ungkapan ungkapan ungkapan
santun dengan santun dengan santun dengan santun
baik secara sedikit bantuan arahan dan
mandiri guru bantuan guru
2. Menampilkan Mampu Mampu Mampu Belum mampu
gerak tari “Polisi melakukan melakukan melakukan menampilkan
Lalu Lintas” tahapan tahapan tahapan gerak tari
diiringi musik kombinasi kombinasi kombinasi
gerak sesuai gerak sesuai gerak sesuai
irama musik irama musik irama musik
dengan dengan sedikit dengan arahan
ekspresif dan bantuan guru dan bantuan
percaya diri guru
secara mandiri
3. Melakukan Mampu Mampu Mampu Belum mampu
percobaan melakukan melakukan melakukan melakukan
perubahan wujud percobaan dan percobaan dan percobaan dan percobaan
benda padat mengambil mengambil mengambil

103
menjadi benda kesimpulan kesimpulan kesimpulan
cair dengan mandiri dengan bantuan dengan arahan
guru dan bantuan
guru

J. TINDAK LANJUT
e. Remedial
7) Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum menguasai materi
atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
8) Guru melakukan pembahasan ulang terhadap materi yang telah diberikan
dengan cara/ metode yang berbeda untuk memberikan pengalaman belajar
yang lebih memudahkan peserta didik dalam memaknai dan menguasai
materi ajar
9) Program remedial dilakukan diluar jam efektif
f. Pengayaan
Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang telah menguasai materi
dengan baik atau telah mencapai kriteria ketuntasan minimal
5) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang lebih variatif dengan
menambah keluasan dan kedalaman maeri yang mengarah pada high order
thingking
6) Program pengayaan dilakukan diluar jam belajar efektif.

Padang,…......................
Mahasiswa

.....................................
NIM.

104
Pertemuan ke-16
UAS (MATERI YANG DIPELAJARI SETELAH UTS)

S0AL UJIAN AKHIR SEMESTER


PEMBELAJARAN IPA BAGI ABK

PETUNJUK
Kerjakanlah soal dibawah ini berdasarkan pemehaman saudara dan rasa penuh
tangguang jawab:
1. Sorang anak yang duduk dikelas 5 SD mengalami kesulitan dalam
matematika. Setelah guru melakukan identifikasi ternyata anak tersebut
mengalami gangguan penglihatan. Anda seebagai guru dikelas terbut
akan :
A. Melakukan asesmen terhadap pembelajaran IPA, jelaskan dan
uraikan materi apa yang sulit bagi anak tersebut.
B. Tentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang anda
temukan.
C. Rancanglah bahan ajarnya dan media apa yang digunakan.
D. Apa saja faktor yang menyebabkan kegagalan pada anak tersebutdan
apa pulafaktor pendukung keberhasilan anank dalam belajar IPA

105
106
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat, (2008). Metode Dan Tehnik Pembelajaran.(Online)
www.wijayalabs.wordpress.com. Diakses 5 Februarui 2015.
Arrofa Acesta.(2011). Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar .
Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam. Pembelajaran
Sains di SD. Jakarta : Depdiknas
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta.
Elin Rosalin. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Karsa
Mandiri Persada.
Faizal Amir, M. (2015). Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Pengaruh Pembelajaran
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar, (2011), 34–
42.
Haryo Kadarrisman, D. (2018). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar
IPA Pada Siswa Tunadaksa di SMPLB YPAC Surabaya. Jurnal Pendidikan Khusus, 1–15.
Hutagaol, K. (2013). Pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan representasi
matematis siswa sekolah menengah pertama. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika
STKIP Siliwangi, 2(1), 85–99.
Kadir, A. (2013). Konsep pembelajaran kontekstual di sekolah. Dinamika Ilmu, 13(3), 17–38.
Komalasari. 2014. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung. Refika Cipta.
Prihutami, Cahyaning. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar Perkalian Matematika Dengan
Pendekatan Contextual Teaching and Learning Pada Siswa Kelas II SDN III Wonoboyo
Wonogori Tahun 2010.
Ratnasari, N. (2014). Jurnal pendidikan khusus. Pembelajaran Kontekstual Terhadap
Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh Anak Tunagrahita Ringan.
Semiawan, C (1989) Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa
Dalam Belajar. Jakarta : Gramedia.
Srini M. Iskandar. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : DIKT.
Trianto.(2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto, 2009. Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp). Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

107
Warda,dkk.(2017). Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas VSDN 04 Lakea. Jurnal Kreatif
Tadulako Online.Vol. 5 No. 3.ISSN 2354- 614X.

108

Anda mungkin juga menyukai