PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap peserta didik berhak mendapatkan perlakuan yang sesuai
bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki. Begitu juga pada peserta didik
anak berkebutuhan khusus, mereka perlu mendapat layanan pendidikan
dan rehabilitasi yang dibantu pihak Medik, Sosial, Pendidikan dan
keterampilan yang terkoordinasi dalam upaya melatih kemampuan
fungsionalnya setinggi mungkin.
Upaya untuk mendapatkan kemampuan-kemampuan yang
dimaksud disebut rehabilitasi. Guru Pendidikan Luar Biasa yang
professional tidak hanya dituntut dapat mengajar anak berkebutuhan
khusus tetapi juga harus dapat melaksanakan program- program
rehabilitasi.
Pendidikan jasmani adaptif adalah salah satu mata pelajaran yang
di dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan pada
pendidikan tinggi. Tujuan pendidikan jasmani yaitu untuk
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
keterampilan berfikir kritis,keterampilan sosial, penalaran, stabilitas
emosional dan aspek pola hidup.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong
pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayata nilai-nilai. Di samping itu
pendidikan jasmani meupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah
termasuk di sekolah dasar maupun di SLB, karena pendidikan jasmani
masuk dalam kurikulum pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Mendiskripsikan pengertian Rehabilitas Pada Pendidikan Jasmani
Adaptif
2. Mendiskripsikan rekreasi pada pendidikan jasmani adaptif
3. Menjelaskan terapi pada pendidikan jasmani adaptif
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian rehabilitas pada pendidikan jasmani
adaptif
2. Untuk menjelaskan tujuan rekreasi pada pendidikan jasmani adaptif
3. Untuk menjelaskan tujuan terapi pada pendidikan jasmani adaptif
BAB II
PEMBAHASAN
1) Pencegahan
Mencegah timbulnya masalah sosial penyandang cacat,
baik masalah itu datang dari penyandang cacat itu sendiri,
maupun masalah yang datang dari lingkungannya
2) Tahap rehabilitasi
Rehabilitasi diberikan melalui bimbingan sosial dan
pembinaan mental, bimbingan ketrampilan.
3) Resosialisasi
Resosialisasi ini bertujuan untuk menyiapkan penyandang
cacat agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat
4) Pembinaan tidak lanjut
Pembinaan tindak lanjut ini diberikan agar keberhasilan
klien dalam proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih
dimantapkan, dari pembinaan tidak lanjut ini npula diketahui
apakah klien dapat menyesuaikan diri dan dapat diterima di
masyarakat.
5. Prinsip-Prinsip Dasar Kegiatan Rehabilitasi
Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak
berkebutuhan khusus, diantaranya:
a. Ditinjau dari tujuan rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah
agar mereka mampu mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar
mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam
kehidu-pan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan
rehabilitasi tersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi
adalah:
1) Prinsip menyeluruh
Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyeluruh atau
lengkap, baik pada aspek fisik, psikhis, sosial maupun
ketrampilan (total care concept rehabilitation). Seorang anak
yang mengalami amputasi, sedini mungkin ditangani bidang
rehabilitasi medic tidak terbatas ke-pada mempercepat
penyembuhan luka-penguatan ptot, tetapi juga pembuatan
kaki palsu, mempersiapkan mental agar yang bersangkutan
menerima alat tersebut, melatih ketrampilan sesuai
dengan kemampuan yang ada, dsb.
2) Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini
Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini
atau segera setelah diketahui kebutuhan rehabilitasi yang
diperlukan masing-masing anak.
3) Prinsip prioritas
Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan
rasa sakit dapat mengganggu setiap aktivitas anak, maka
kegiatan rehabilitasi medik bagi anak yang memerlukan,
perlu didahulukan/mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain.
pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan pelayanan
segera, perlu memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.
4) Kegiatan berpusat pada anak
Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan, lebih
banyak memberikan kesempatan kepada anak/peserta
didik untuk mencoba sendiri, memecahkan
masalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri, sudah
tentu setelah mereka memperoleh penjelasan secukupnya dari
provider.
5) Prinsip konsisten
Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program
yang telah disiapkan sebelumnya, dan dievaluasi setiap
kemajuan yang dicapai anak/peserta didik secara konsisten.
6) Prinsip efektivitas dan penghargaan
Memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan
dan kemajuan kemampuan anak/peserta didik.
7) Prinsip pentahapan.
Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari
kegiatan yang minimal (kecil, sederhana, mudah) sampai
pada yang maksimal (luas, besar, sukar), baik yang
berhubungan dengan bentuk, sifat maupun hasil yang
diharapkan.
8) Prinsip kesinambungan, berulang&terus menerus.
Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal
perlu dilakukan berkesinambungan, berulang-ulang, terus
menerus. Jadi tidak berhenti sebelum terlihat hasilnya yang
lebih baik, menjadi bertambah meningkat kemampuannya,
menjadi berkurang kesulitan dan hambatannya, dsb.
9) Prinsip terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah
dengan kegiatan proses belajar mengajar dalam suatu bidang
studi tertentu, misalnya ketrampilan, olahraga, PMP, agama,
kesenian, dsb.
b. Ditinjau dari jenis dan macam kelainan
1) Orientasi pada pengembalian fungsi
Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorientasi
pada pengembalian fungsi. Setiap anak berkelainan memiliki
dampak primer tertentu sesuai dengan jenis kecacatannya.
Dampak primer tersebut sedapat mungkin dikembalikan
fungsinya, dan jika tidak mungkin dialihkan pada fungsi
organ tubuh yang lain/ketrampilan tertentu yang dapat
menggantikan fungsi organ yang berkelainan. Misalnya:
tunanetra, dampak primer tidak dapat melihat, kegiatan
rehabilitasi di bidang pendidikan dengan tulisan braille,
peragaan dengan bendy yang dapat diraba, dsb. Anak
tunadaksa jenis folio, dampak primer ambulasi terbatas,
kegiatan rehabilitasi melatih penggunaan kursi roda, kruk,
brace, dsb.
2) Pinsip individualisasi
Kegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan
dan kemampuan setiap anak/peserta didik. Pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi diperlukan pendekatan individual.
3) Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus
Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara
kelompok berdasarkan atas jenis kecacatan, macam kasus,
tingkat kelas, kelompok usia, dsb. MisaInya: semua anak
tunanetra memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua
anak tunarungu memerlukan latihan komunikasi, semua anak
tuna grahita dan tunadaksa memerlukan latihan ADL, dsb
c. Ditinjau dari kemampuan pelaksana ( provider )
1) Prinsip kerja tim
Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang
masing-masing bekerja sesuai dengan profesi dan
kemampuannya. Kerjasama yang baik entar anggota tim
rehabilitasi akan sangat menentukan keberhasilan program
rehabilitasi.
2) Prinsip kerja atas dasar profesi.
Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi
yang sama, itulah sebabnya bekerja atas dasar profesi akan
lebih mampu mengurangi resiko kesalahan, di samping itu
juga akan memperbesar efektivitas kerja. Sebelum kegiatan
rehabilitasi dimulai, terlebih dahulu difahami batas-batas
kewenangan masing-masing dan disusun pembagian togas
secara tertulis atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang
tergabung dalam tim rehabiliasi yang ada di sekolah masing-
masing.
Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan
tim rehabilitasi secara periodik perlu ditempuh di setup
sekolah, demi kelancaran kegiatan rehabilitasi dan
menghindari kesalahan dalam memberikan pelayanan
rehabilitasi yang dapat menimbulkan parahnya permasalahan
atau kecacatan yang disandang oleh anak/peserta didik yang
memperoleh pelayanan.
Seluruh program rehabilitasi berada di bawah
tanggung jawab ketua tim yang dibantu oleh tiga ahli di
bidang medik, social psikologis dan ketrampilan. Dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa pelaksana
rehabilitasi sesuai dengan kemamputan dan kewenangannya.
Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para
guru dan petugas rehabilitasi lainnya, agar anak segera
terpecahkan permasalahannya. Dalam hal ini perlu disertai
administrasi seperlunya (buku rujukan).
d. Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi
1) Prinsip integritas
Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan
secara ber-saina-sama, kecuali rehabilitasi ketrampilan
sebaiknya dilakukan setelah anak/peserta didik selesai
mengikuti rehabilitasi medik dan sosial. Misalnya anak
tunanetra untuk mengikuti latihan ketrampilan massage,
sebaiknya setelah menguasai orientasi mobilitas, tidak sakit,
dan setelah memiliki motivasi untuk bekerja bidang keahlian
massage.
Prinsip ini juga menggariskan bahwa pelaksanaan
rehabilitasi juga dapat dilakukan bersama-sama saat
penyafnpaian materi bidang studi tertentu di sekolah.
2) Prinsip keluwesan tempat dan waktu
Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan
dimana saja dan kapan raja, terkecuali pada kasus-kasus
tertentu. Misalnya operasi ortopedi harus dilakukan di rumah
sakit.
3) Prinsip kesederhanaan
Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah
didapat, murah harganya dan disesuaikan dengan kemampuan
lembaga/sekolah, kecuali pada kasuss-kasus tertentu, seperti
alat bantu untuk mendengar, alat bantu untuk melihat,
prothese, dsb.
4) Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat
Artinya kegiatan rehabilitasi perlu menyertaka
orangtua atau pembina asrama atau masyarakat, baik dalam
melakukan pelatihan, pengawasan dan pembinaan anak,
mengingat jumlah waktu anak kesehariannya lebih banyak di
rumah atau diasrama.
6. Pelaksanaan Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus
Kegiatan rehabilitasi dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak dan
berbagai tempat. Agar dapat mengetahui serba sedikit perihal tugas-
tugas dalam rehabilitasi, berikut ini akan dibahas para petugas yang
tergabung dalam tim rehabilitasi di suatu sekolah serta pembagian
tugasnya.
Tiap-tiap satuan pendidikan PLB, sudah tentu yang menjadi
anggota tim rehabilitasi jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebu-tuhan anak/peserta didik dan kemampuan sekolah yang
bersangkutan.
a. Tenaga Rehabilitasi
Ahli rehabilitasi pada satuan PLB, paling tidak terdiri dari 4
bidang keahlian, berdasarkan aspek yang perlu memperoleh
pelayanan rehabilitasi.
1) Aspek Medis
a) Dokter spesialis, seperti dokter spesialis rehabilitasi,
ortopedi, THT, Mesta, jiwa dan spesialis anak.
Tugas utamanya adalah memeriksa, menegakkan
diagnoses dan menentukan garis besar program
rehabilitasi medis untuk dilaksanakan oleh pelaksana
rehabilitasi.
b) Para medis, terdiri dari:
(1) Fisioterapis
Mempunyai keahlian dalam memanfaatkan
tenaga fisik dalam pengobatan, melaksanakan
program sesuai dengan yang telah ditentukan oleh tim
rehabilitasi. Sebelum dilaksanakan program perlu
diteliti lebih dahulu baik bentuk maupun Cara
pelaksanaannya (assesmen). Target utamanya adalah
melatih mobilisasi.
(2) Okupasional terapis
Mempunyai keahlian dalam mengadakan
evaluasi gangguan fungsi tangan serta memberikan
latihan pengembaliannya sesuai dengan program yang
telah ditentukan oleh tim rehabilitasi. Sebelum
dilaksanakan program perlu diteliti lebih dahulu baik
bentuk maupun cara pelaksanannya (assesmen).
Target utamanya adalah melatih mobilisasi.
(3) Protetis dan ortotis
Mempunyai keahlian sebagai tehnisi dalam
mengukur, membuat dan mengepas komponen tubuh
palsu (protesa) atau alai penunjang (ortosa) baqian
tubuh yang lumpuh, lemah, sakit, sesuai program
keputusan tim.
(4) Terapis bicara
Mempunyai keahlian dalam mengadakan
evaluasi serta melatih gangguan komunikasi (speech
problem).
(5) Perawat rehabilitasi
Mempunyai keahlian selain perawatan umum,
juga perawatan khusus problem rehabilitasi seperti
mencegah komplikasi istirahat lama.
(6) Ahli optical
Mempunyai keahlian dalam mengadakan
pengukuran tajam penglihatan, dan memilih alat bantu
melihat.
(7) Ahli audiologi
Mempunyai keahlian dalam mengadakan
pengukuran tajafn pendengaran, dan memilih alat
bantu mendengar.
2) Aspek psikologi
Tenaga ahli rehabilitasi di bidang psikologi adalah
seorang psikolog, yang mempunyai keahlian dalam
mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental
psikologis akibat cacat untuk meningkatkan motivasi,
berusaha mengatasi kecacatan serta akibatnya.
3) Aspek Sosial
Seorang pekerja ilato memiliki peranan dalam
mengevaluasi dan membantu memecahkan masalah –
masalah ilato yang berhubungan dengan keberadaan
kecacatan.
4) Aspek vokasional
Seorang ahli rehabilitasi harus mampu mengarahkan
kegiatan rehabilitasi itu menuju berbagai bentuk kegiatan
yang bersifat ketrampilan / kecakapan kerja, yang nantinya
akan berguna dalam hidup /kehidupan anak di masa datang.
Anak didik diharapkan akan memperoleh keahlian /
kecakapan dalam suatu bentuk pekeriaan tertentu yang akan
dapat dijadikan modal / pegangan dalam hidupnya.
b. Guru
Buku pedoman rehabilitasi ini memang diperuntukkan bagi
para guru di satuan pendidikan luar biasa dan orangtua yang
diharapkan juga dapat menangani kegiatan rehabilitasi.
Dalam hal ini guru pendidikan luar biasa berfungsi sebagai
asisten ahli rehabilitasi, karena sebelum sebagai guru telah
dibekali berbagai disi-plin ilmu yang berhubungan dengan
kegiatan rehabilitasi. Tugas utama guru dalam hal ini adalah:
1) Melakukan assesmen dalam rangka pengumpulan data anak
berkelainan yang ada di sekolahnya, baik yang berhubungan
dengan aspek fisik, psikhis dan ilato dan ketrampilan.
Terutama assesmen untuk memperoleh data kemampuan dan
ketidakmampuan anak. Data yang dapat dikumpulkan oleh
guru antara lain :
a) Identitas anak
b) Keadaan fisik dan kesehatan umum
c) Kemampuan/kecekatan fisik ( ADL)
d) Kesehatan gigi (umum)
e) Aspek psikologis (kecuali tes IQ)
f) Aspek psikhiatris
g) Aspek ilato anak
h) Aspek Agama dan budi pekerti
i) Aspek ketrampilan.
2) Mengadakan pencatatan yang berhubungan dengan
kecacatannya, termasuk perkembangan kemampuan, dan
ketidaktinampuannya.
3) Melaksanakan bentuk-bentuk kegiatan rehabilitasi, yang
sebenarnya melaksanakan proses belajar mengajar, yang
disesuaikan dengan batas-batas tertentu yang dipedomankan
oleh bagian ilat, ilato psikolgis dan ketrampilan serta ilator
belakangi oleh pengetahuan, pengalaman dan tujuan
rehabilitasi secara keseluruhan.
4) Melakukan pembinaan kepada orangtua untuk membantu
melakukan rehabilitasi dan pengawasan terhadap aktivitas anak
keseharian di lingkungan keluarga.
5) Melakukan perujukan anak untuk memperoleh pelayanan
rehabilitasi sesuai dengan kebutuhan.
c. Orang Tua
Di samping kedua petugas rehabilitasi di atas, tidak kalah
pentingnya peranan orangtua dan masyarakat. Para orangtua anak
berkelainan banyak berperan dalam tugas-tugas rehabilitasi. Pada
hakekatnya, banyak macam dan bentuk serta corak kegiatan
rehabilitasi yang erat hubungannya dengan kegiatan sehari-hari
(bagi anak sendiri, dalam kebersamaannya dengan keluarga dan
dengan lingkungannya).
Dengan demikian, kedudukan dan peranan prang tua dalam
hubungannya dengan kegiatan rehabilitasi sangat penting. Orang
tua dan masyarakat pada umumnya diharapkan berperan serta
dalam kegiatan pelayanan rehabilitasi, terutama pads saat anak
tinggal di rumah.
Sebagaimana persyaratan bagi para petugas rehabilitasi
lainnya, orangtua dan masyarakat juga perlu dibekali ilmu dan cara
melaksanakan rehabilitasi, terutama yang berkaitan dengan
kegiatan praktis keseharian anak di rumah.
A. Kesimpulan
Bahwasannya rehabilitasi sangat dibutuhkan oleh anak
berkebutuhan khusus agar mereka mampu mengoptimalkan diri sehingga
mampu untuk mengembangkkan dirinya terlebih untuk kemandiriaannya
atau untuk mengurus diri. Jika mampu lebih jauh mereka juga dapat
prestasi melalui pengenbangan yang diberikan kepada mereka melalaui
orang yang berperan dalam pelaksanaan rehabilitasi tersebut. Peran
mereka yang sangat mendukung anak berkebutuhan khusus untuk lebih
baik lagi dari keadaaan semula.
Jadi dapat di simpulkan Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang
ditujukan pada penderita cacat agar mereka cakap berbuat untuk memiliki
seopyimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan
ekonomi.
Pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif di Sekolah-Sekolah Luar
Biasa perlu bergeser orientasi dari pelaksanaan yang berbasis
pengembangan atau sosialisasi olahraga menjadi bentuk pelaksanaan
pendidikan jasmani yang berbasis terapi gerak.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terutama
bagaimana keterampilan berbahasa di terapkan dalam kehidupan sehari –
hari.
Kemudian, diharapkan dengan adanya makalah ini, semua
mahasiswa yang membacanya untuk selalu menggunakannya secara baik
agar tujuan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selain
itu penulis beharap semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA