Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap peserta didik berhak mendapatkan perlakuan yang sesuai
bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki. Begitu juga pada peserta didik
anak berkebutuhan khusus, mereka perlu mendapat layanan pendidikan
dan rehabilitasi yang dibantu pihak Medik, Sosial, Pendidikan dan
keterampilan yang terkoordinasi dalam upaya melatih kemampuan
fungsionalnya setinggi mungkin.
Upaya untuk mendapatkan kemampuan-kemampuan yang
dimaksud disebut rehabilitasi. Guru Pendidikan Luar Biasa yang
professional tidak hanya dituntut dapat mengajar anak berkebutuhan
khusus tetapi juga harus dapat melaksanakan program- program
rehabilitasi.
Pendidikan jasmani adaptif adalah salah satu mata pelajaran yang
di dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan pada
pendidikan tinggi. Tujuan pendidikan jasmani yaitu untuk
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
keterampilan berfikir kritis,keterampilan sosial, penalaran, stabilitas
emosional dan aspek pola hidup.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong
pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayata nilai-nilai. Di samping itu
pendidikan jasmani meupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah
termasuk di sekolah dasar maupun di SLB, karena pendidikan jasmani
masuk dalam kurikulum pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Mendiskripsikan pengertian Rehabilitas Pada Pendidikan Jasmani
Adaptif
2. Mendiskripsikan rekreasi pada pendidikan jasmani adaptif
3. Menjelaskan terapi pada pendidikan jasmani adaptif

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian rehabilitas pada pendidikan jasmani
adaptif
2. Untuk menjelaskan tujuan rekreasi pada pendidikan jasmani adaptif
3. Untuk menjelaskan tujuan terapi pada pendidikan jasmani adaptif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rehabilitasi Pada Pendidikan Jasmani Adaptif


1. Pengertian rehabilitasi
Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita
cacat agar mereka cakap berbuat untuk memiliki seopyimal mungkin
kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi. Rehabilitasi
didefinisikan sebagai “satu program holistik dan terpadu atas
intervensi-intervensi medis, fisik, psikososial, dan vokasional yang
memberdayakan seorang (individu penyandang cacat) untuk meraih
pencapaian pribadi kebermaknaan sosial, dan interaksi efektif yang
fungsional dengan dunia. ( Banja, 1990:615 )
Menurut Soewito dalam (Sri Widati, 1984:5) menyatakan bahwa :
Rehabilitasi penderita cacat merupakan segala daya upaya, baik dalam
bidang kesehatan, sosial, kejiwaan, pendidikan, ekonomi, maupun
bidang lain yang dikoordinir menjadi continous process ,dan yang
bertujuan untuk memulihkan tenaga penderita cacat baik jasmaniah
maupun rohaniah, untuk menduduki kembali tempat di masyarakat
sebagai anggota penuh yang swasembada, produktif yang berguna bagi
masyarakat dan negara.
Sifat kegiatan yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi adalah
berupa bantuan, dengan pengertian setiap usaha rehabilitasi harus
selalu berorientasi kepada pemberian kesempatan kepada peserta didik
yang dibantu untuk mencoba melakukan dan memecahkan sendiri
masalah-masalah yang disandangnya.
Arah tujuan rehabilitasi adalah refungsionalisasi dan
pengembangan. Refungsionalisasi dimaksudkan bahwa rehabilitasi
lebih diarahkan pada pengembalian fungsi dari peserta didik,
sedangkan pengembangan diarahkan untuk menggali atau menemukan
dan memanfaatkan kemampuan siswa yang masih ada serta potensi
yang dimiliki untuk memenuhi fungsi diri dan fungsi sosial dimana ia
berada.
2. Tujuan rehabilitasi
Dalam undang-undang Nomor 4 tahun 1997 dijelaskan bahwa
rehabilitasi diarahkan untuk memfungsikan kembali dan
mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial penyandang
cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai
dengan bakat,kemampuan, pendidikan dan pengalaman. Tujuan utama
rehabilitasi adalah membantu mencapai kemandirian optimal secara
fisik, mental, sosial, vokasional dan ekonomi sesuai dengan
kemampuannya. Jadi tujuan rehabilitasi adalah terwujudnya anak atau
peserta didik berkelainan yang berguna.
Aspek berguna dapat mencakup self realization, human
relationship, economic efficiency, dan civic responsibility. Artinya
melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi peserta didik cacat diharapkan
a. Dapat menyadari kelainannya dan dapat menguasai diri sedemikian
rupa, sehingga tidak menggantungkan diri pada orang lain (self
realization).
b. Dapat bergaul dan bekerjasama dengan orang lain dalam
kelompok, tahu akan perannya, dan dapat menyesuaikan diri
dengan perannya di lingkungannya (human relationship).
c. Mempunyai kemampuan dan keterampilan ekonomis produktif
tertentu yang dapat menjamin kehidupannya kelak dibidang
ekonomi (economic efficiency).
d. Memiliki tanggungjawab dan mampu berpartisipasi terhadap
lingkungan masyarakat (civic responsibility).
3. Fungsi rehabilitasi
Pada umumnya, rehabilitasi yang diberikan pada peserta didik
berkelainan berfungsi untuk pencegahan, penyembuhan atau
pemulihan dan pemeliharaan.
a. Fungsi pencegahan ,melalui program dan pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi peserta didik dapat menghindari hal-hal yang dapat
menambah kecacatan yang lebih berat/lebih parah. Misalnya
melalui terapi ,penyebaran kecacatan dapat dicegah dan dibatasi.
b. Fungsi penyembuhan/pemulihan, melalui kegiatan rehabilitasi
peserta didik dapat sembuh dari sakit, organ tubuh yang semula
tidak kuat menjadi kuat, yang tadinya tidak berfungsi menjadi
berfungsi, dsb. Dengan demikian fungsi penyembuhan dapat berarti
pemulihan atau pengembalian atau penyegaran kembali.
c. Fungsi pemeliharaan/penjagaan, bagi peserta didik yang pernah
memperoleh layanan rehabilitasi tertentu diharapkan kondisi
medik, sosial, dan keterampilan organ gerak/keterampilan
vokasional tertentu yang sudah dimiliki dapat tetap
terpelihara/tetap terjadi melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi yang
dilakukan.

Ditinjau dari bidang pelayanan, rehabilitasi memiliki fungsi


medik, sosial dan keterampilan :

a. Fungsi medik, kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh petugas


rehabilitasi medik memiliki fungsi untuk mencegah penyakit,
menyembukan dan meningkatkan serta memelihara status
kesehatan individu/peserta didik.
b. Fungsi sosial, peserta didik yang cacat pada umumnya memiliki
masalah sosial, baik yang bersifat primer (misalnya : rendah diri,
isolasi diri, dsb). Melalui upaya rehabilitasi dapat berfungsi
memupuk kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan
lingkungannya.
c. Fungsi keterampilan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik
akan memiliki dasar-dasar keterampilan kerja yang akan menjadi
fondasi dalam memilih dan menekuni keterampilan profesi
4. Jenis-Jenis Rehabilitasi
Rehabilitasi terdiri dari tiga jenis dimana satu sama lainnya
berkaitan erat dalam menangani suatu kasus
a. Rehabilitasi Medis ( Medical Rehabilition )
Menurut M. Minn ( Ahmad Tohamuslim 1985:3 )
Rehabilitasi medis adalah lapangan specialisasi ilmu kedokteran
baru, berhubungan dengan penanganan secara menyeluruh dari
pasien yang mengalami gangguan fungsi/cedera, kehilangan
fungsi/disability, yang berasal dari susunan otot-tulang, susunan
otot syaraf, susunan jantung dan paru-paru, serta gangguan mental,
sosial dan kekaryaan yang menyertai kelainan tersebut.
Tujuan rehabilitasi medis( Ahmad tohamuslim 1985:7 )
Mempunyai tujuan yaitu:
1) Jangka pendek
Pasien segera keluar dari tempat tidur dapat berjalan tanpa
atau dengan alat paling tidak mampu memelihara diri sendiri.
2) Jangka panjang
Pasien dapat hidup kembali ditengah masyarakat, paling
tidak mampu memelihara diri sendiri, ideal dan dapat dan
kembali kepada kegiyatan kehidupan semula paling tidak
mendekatinya.
b. Rehabilitasi Karya ( Vocational Rehabilitation )
Organisasi perburuhan internasional rokamdasi nomor 99
tahun 1955 tentang rehabilitasi vocasional untuk penyandang cacat
( Depneker 1981:14 ), memberikan definisi sebagai berikut:
Istilah rehabilitasi vokasional berarti bagian dari suatu
proses rehabilitasi secara berkesinambungan dan terkoordinasikan
yang menyangkut pengadaan pelayanan pelayanan dibidang
jabatan seperti bimbingan jabatan, latihan kerja, penempatan yang
selectif, adalah diadakan guna memungkinkan para penderita
kebutuhan memperoleh kepastian dan mendapatkan pekerjaan yang
layak.
Dari definisi tersebut maka kegiatan dalam rehabilitasi
vocasional meliputi:
1) Pertama Kegiatan evaluasi, baik medis, personal, sosial
maupun vocasional, dengan melalui berbagai teknik dan oleh
para ahli yang berwewenang, dan menggunakan data dari
berbagai sumber yang ada.
2) Kedua bimbingan vocasional, ialah membantu individu untuk
mengenal dirinya, memahami dirinya, memahami dirinya dan
menerima dirinya agar dapat menemukan atau memiliki
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang
sebenarnya.
Adapun pelayanan-pelayanan yang dapat diberikan dalam
bimbingan-bimbingan rehabilitasi vocasional seperti:
1) Bimbingan dan Konseling yang merupakan proses kontinu
selama program keseluruhan diberikan.
2) Pelayanan pemulihan, pemugaran, fisik, mental, psikologis,
dan emosional.
3) Pelayanan membaca, pelayanan oreintasi dan mobilitasi bagi
tunanetra dan banyak lagi pelayanana n yang dapat diberikan
dalam kegiatan bimbingan rehabilitasi vocasional ini.
4) Pelayanan kepada keluarga, karena hal ini perlu untuk
pencapaian penyesuaian terhadap rehabilitasi yang diberikan
kepada penderita atau kelien
5) Pelayanan pemulihan, pemugara, fisik, mental, psikologis, dan
emosional
6) Pelayanan penterjemah. interpreter untuk tunarungu
7) Sebelum latihan kerja ataupun memberikan bekal ketrampilan
tenaga rehabilitasi, intruktur, bersama-sama dengan klien dan
juga orangtua, wali, atau keluarga lain menyesuaikan program
rehabilitasi atas tujuan vokasional.
8) Ketiga latihan kerja setelah dilakukan evaluasi dan pemberian
informasi melalui bimbingan tentang dirinya dan lapangan
pekerjaan yang sesuai untuknya.
9) Keempat penempatan kerja dan follow up setelah mendapat
latihan kerja dan individu sudah memiliki ketrampilan bekerja,
maka individu dibantu untuk mendapatkan tempat untuk
bekerja baik sebagai karyawan pemerintah maupun sebagai
karyawan perusahaan/swasta, Atau kembalikemasyarakat
dengan berusahasendiri.
c. Rehabilitasi Sosial ( Social Rehabilitation )
Rehabilitasi Sosial merupakan bagian dari proses
rehabilitasi penderita hambatan yang berusaha untuk
menghilangkan atau setidaknya mengurangi semaksimal mungkin
pengaruh negatif yang disebabkan kehambatannya, sehingga
penderita dapat aktif dalam kehidupan dimasyarakat.
Tujuan rehabilitasi sosial adalah segala upaya untuk:
1) Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaarn
serta tanggung jawab terhaap masa depan diri, keluarga
maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya.
2) Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka kegiatan yang


dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Pencegahan
Mencegah timbulnya masalah sosial penyandang cacat,
baik masalah itu datang dari penyandang cacat itu sendiri,
maupun masalah yang datang dari lingkungannya
2) Tahap rehabilitasi
Rehabilitasi diberikan melalui bimbingan sosial dan
pembinaan mental, bimbingan ketrampilan.
3) Resosialisasi
Resosialisasi ini bertujuan untuk menyiapkan penyandang
cacat agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat
4) Pembinaan tidak lanjut
Pembinaan tindak lanjut ini diberikan agar keberhasilan
klien dalam proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih
dimantapkan, dari pembinaan tidak lanjut ini npula diketahui
apakah klien dapat menyesuaikan diri dan dapat diterima di
masyarakat.
5. Prinsip-Prinsip Dasar Kegiatan Rehabilitasi
Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak
berkebutuhan khusus, diantaranya:
a. Ditinjau dari tujuan rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah
agar mereka mampu mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar
mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam
kehidu-pan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan
rehabilitasi tersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi
adalah:
1) Prinsip menyeluruh
Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyeluruh atau
lengkap, baik pada aspek fisik, psikhis, sosial maupun
ketrampilan (total care concept rehabilitation). Seorang anak
yang mengalami amputasi, sedini mungkin ditangani bidang
rehabilitasi medic tidak terbatas ke-pada mempercepat
penyembuhan luka-penguatan ptot, tetapi juga pembuatan
kaki palsu, mempersiapkan mental agar yang bersangkutan
menerima alat tersebut, melatih ketrampilan sesuai
dengan kemampuan yang ada, dsb.
2) Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini
Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini
atau segera setelah diketahui kebutuhan rehabilitasi yang
diperlukan masing-masing anak.
3) Prinsip prioritas
Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan
rasa sakit dapat mengganggu setiap aktivitas anak, maka
kegiatan rehabilitasi medik bagi anak yang memerlukan,
perlu didahulukan/mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain.
pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan pelayanan
segera, perlu memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.
4) Kegiatan berpusat pada anak
Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan, lebih
banyak memberikan kesempatan kepada anak/peserta
didik untuk mencoba sendiri, memecahkan
masalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri, sudah
tentu setelah mereka memperoleh penjelasan secukupnya dari
provider.
5) Prinsip konsisten
Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program
yang telah disiapkan sebelumnya, dan dievaluasi setiap
kemajuan yang dicapai anak/peserta didik secara konsisten.
6) Prinsip efektivitas dan penghargaan
Memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan
dan kemajuan kemampuan anak/peserta didik.
7) Prinsip pentahapan.
Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari
kegiatan yang minimal (kecil, sederhana, mudah) sampai
pada yang maksimal (luas, besar, sukar), baik yang
berhubungan dengan bentuk, sifat maupun hasil yang
diharapkan.
8) Prinsip kesinambungan, berulang&terus menerus.
Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal
perlu dilakukan berkesinambungan, berulang-ulang, terus
menerus. Jadi tidak berhenti sebelum terlihat hasilnya yang
lebih baik, menjadi bertambah meningkat kemampuannya,
menjadi berkurang kesulitan dan hambatannya, dsb.
9) Prinsip terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah
dengan kegiatan proses belajar mengajar dalam suatu bidang
studi tertentu, misalnya ketrampilan, olahraga, PMP, agama,
kesenian, dsb.
b. Ditinjau dari jenis dan macam kelainan
1) Orientasi pada pengembalian fungsi
Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorientasi
pada pengembalian fungsi. Setiap anak berkelainan memiliki
dampak primer tertentu sesuai dengan jenis kecacatannya.
Dampak primer tersebut sedapat mungkin dikembalikan
fungsinya, dan jika tidak mungkin dialihkan pada fungsi
organ tubuh yang lain/ketrampilan tertentu yang dapat
menggantikan fungsi organ yang berkelainan. Misalnya:
tunanetra, dampak primer tidak dapat melihat, kegiatan
rehabilitasi di bidang pendidikan dengan tulisan braille,
peragaan dengan bendy yang dapat diraba, dsb. Anak
tunadaksa jenis folio, dampak primer ambulasi terbatas,
kegiatan rehabilitasi melatih penggunaan kursi roda, kruk,
brace, dsb.
2) Pinsip individualisasi
Kegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan
dan kemampuan setiap anak/peserta didik. Pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi diperlukan pendekatan individual.
3) Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus
Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara
kelompok berdasarkan atas jenis kecacatan, macam kasus,
tingkat kelas, kelompok usia, dsb. MisaInya: semua anak
tunanetra memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua
anak tunarungu memerlukan latihan komunikasi, semua anak
tuna grahita dan tunadaksa memerlukan latihan ADL, dsb
c. Ditinjau dari kemampuan pelaksana ( provider )
1) Prinsip kerja tim
Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang
masing-masing bekerja sesuai dengan profesi dan
kemampuannya. Kerjasama yang baik entar anggota tim
rehabilitasi akan sangat menentukan keberhasilan program
rehabilitasi.
2) Prinsip kerja atas dasar profesi.
Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi
yang sama, itulah sebabnya bekerja atas dasar profesi akan
lebih mampu mengurangi resiko kesalahan, di samping itu
juga akan memperbesar efektivitas kerja. Sebelum kegiatan
rehabilitasi dimulai, terlebih dahulu difahami batas-batas
kewenangan masing-masing dan disusun pembagian togas
secara tertulis atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang
tergabung dalam tim rehabiliasi yang ada di sekolah masing-
masing.
Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan
tim rehabilitasi secara periodik perlu ditempuh di setup
sekolah, demi kelancaran kegiatan rehabilitasi dan
menghindari kesalahan dalam memberikan pelayanan
rehabilitasi yang dapat menimbulkan parahnya permasalahan
atau kecacatan yang disandang oleh anak/peserta didik yang
memperoleh pelayanan.
Seluruh program rehabilitasi berada di bawah
tanggung jawab ketua tim yang dibantu oleh tiga ahli di
bidang medik, social psikologis dan ketrampilan. Dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa pelaksana
rehabilitasi sesuai dengan kemamputan dan kewenangannya.
Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para
guru dan petugas rehabilitasi lainnya, agar anak segera
terpecahkan permasalahannya. Dalam hal ini perlu disertai
administrasi seperlunya (buku rujukan).
d. Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi
1) Prinsip integritas
Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan
secara ber-saina-sama, kecuali rehabilitasi ketrampilan
sebaiknya dilakukan setelah anak/peserta didik selesai
mengikuti rehabilitasi medik dan sosial. Misalnya anak
tunanetra untuk mengikuti latihan ketrampilan massage,
sebaiknya setelah menguasai orientasi mobilitas, tidak sakit,
dan setelah memiliki motivasi untuk bekerja bidang keahlian
massage.
Prinsip ini juga menggariskan bahwa pelaksanaan
rehabilitasi juga dapat dilakukan bersama-sama saat
penyafnpaian materi bidang studi tertentu di sekolah.
2) Prinsip keluwesan tempat dan waktu
Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan
dimana saja dan kapan raja, terkecuali pada kasus-kasus
tertentu. Misalnya operasi ortopedi harus dilakukan di rumah
sakit.
3) Prinsip kesederhanaan
Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah
didapat, murah harganya dan disesuaikan dengan kemampuan
lembaga/sekolah, kecuali pada kasuss-kasus tertentu, seperti
alat bantu untuk mendengar, alat bantu untuk melihat,
prothese, dsb.
4) Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat
Artinya kegiatan rehabilitasi perlu menyertaka
orangtua atau pembina asrama atau masyarakat, baik dalam
melakukan pelatihan, pengawasan dan pembinaan anak,
mengingat jumlah waktu anak kesehariannya lebih banyak di
rumah atau diasrama.
6. Pelaksanaan Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus
Kegiatan rehabilitasi dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak dan
berbagai tempat. Agar dapat mengetahui serba sedikit perihal tugas-
tugas dalam rehabilitasi, berikut ini akan dibahas para petugas yang
tergabung dalam tim rehabilitasi di suatu sekolah serta pembagian
tugasnya.
Tiap-tiap satuan pendidikan PLB, sudah tentu yang menjadi
anggota tim rehabilitasi jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebu-tuhan anak/peserta didik dan kemampuan sekolah yang
bersangkutan.
a. Tenaga Rehabilitasi
Ahli rehabilitasi pada satuan PLB, paling tidak terdiri dari 4
bidang keahlian, berdasarkan aspek yang perlu memperoleh
pelayanan rehabilitasi.
1) Aspek Medis
a) Dokter spesialis, seperti dokter spesialis rehabilitasi,
ortopedi, THT, Mesta, jiwa dan spesialis anak.
Tugas utamanya adalah memeriksa, menegakkan
diagnoses dan menentukan garis besar program
rehabilitasi medis untuk dilaksanakan oleh pelaksana
rehabilitasi.
b) Para medis, terdiri dari:
(1) Fisioterapis
Mempunyai keahlian dalam memanfaatkan
tenaga fisik dalam pengobatan, melaksanakan
program sesuai dengan yang telah ditentukan oleh tim
rehabilitasi. Sebelum dilaksanakan program perlu
diteliti lebih dahulu baik bentuk maupun Cara
pelaksanaannya (assesmen). Target utamanya adalah
melatih mobilisasi.
(2) Okupasional terapis
Mempunyai keahlian dalam mengadakan
evaluasi gangguan fungsi tangan serta memberikan
latihan pengembaliannya sesuai dengan program yang
telah ditentukan oleh tim rehabilitasi. Sebelum
dilaksanakan program perlu diteliti lebih dahulu baik
bentuk maupun cara pelaksanannya (assesmen).
Target utamanya adalah melatih mobilisasi.
(3) Protetis dan ortotis
Mempunyai keahlian sebagai tehnisi dalam
mengukur, membuat dan mengepas komponen tubuh
palsu (protesa) atau alai penunjang (ortosa) baqian
tubuh yang lumpuh, lemah, sakit, sesuai program
keputusan tim.
(4) Terapis bicara
Mempunyai keahlian dalam mengadakan
evaluasi serta melatih gangguan komunikasi (speech
problem).
(5) Perawat rehabilitasi
Mempunyai keahlian selain perawatan umum,
juga perawatan khusus problem rehabilitasi seperti
mencegah komplikasi istirahat lama.
(6) Ahli optical
Mempunyai keahlian dalam mengadakan
pengukuran tajam penglihatan, dan memilih alat bantu
melihat.
(7) Ahli audiologi
Mempunyai keahlian dalam mengadakan
pengukuran tajafn pendengaran, dan memilih alat
bantu mendengar.
2) Aspek psikologi
Tenaga ahli rehabilitasi di bidang psikologi adalah
seorang psikolog, yang mempunyai keahlian dalam
mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental
psikologis akibat cacat untuk meningkatkan motivasi,
berusaha mengatasi kecacatan serta akibatnya.
3) Aspek Sosial
Seorang pekerja ilato memiliki peranan dalam
mengevaluasi dan membantu memecahkan masalah –
masalah ilato yang berhubungan dengan keberadaan
kecacatan.
4) Aspek vokasional
Seorang ahli rehabilitasi harus mampu mengarahkan
kegiatan rehabilitasi itu menuju berbagai bentuk kegiatan
yang bersifat ketrampilan / kecakapan kerja, yang nantinya
akan berguna dalam hidup /kehidupan anak di masa datang.
Anak didik diharapkan akan memperoleh keahlian /
kecakapan dalam suatu bentuk pekeriaan tertentu yang akan
dapat dijadikan modal / pegangan dalam hidupnya.
b. Guru
Buku pedoman rehabilitasi ini memang diperuntukkan bagi
para guru di satuan pendidikan luar biasa dan orangtua yang
diharapkan juga dapat menangani kegiatan rehabilitasi.
Dalam hal ini guru pendidikan luar biasa berfungsi sebagai
asisten ahli rehabilitasi, karena sebelum sebagai guru telah
dibekali berbagai disi-plin ilmu yang berhubungan dengan
kegiatan rehabilitasi. Tugas utama guru dalam hal ini adalah:
1) Melakukan assesmen dalam rangka pengumpulan data anak
berkelainan yang ada di sekolahnya, baik yang berhubungan
dengan aspek fisik, psikhis dan ilato dan ketrampilan.
Terutama assesmen untuk memperoleh data kemampuan dan
ketidakmampuan anak. Data yang dapat dikumpulkan oleh
guru antara lain :
a) Identitas anak
b) Keadaan fisik dan kesehatan umum
c) Kemampuan/kecekatan fisik ( ADL)
d) Kesehatan gigi (umum)
e) Aspek psikologis (kecuali tes IQ)
f) Aspek psikhiatris
g) Aspek ilato anak
h) Aspek Agama dan budi pekerti
i) Aspek ketrampilan.
2) Mengadakan pencatatan yang berhubungan dengan
kecacatannya, termasuk perkembangan kemampuan, dan
ketidaktinampuannya.
3) Melaksanakan bentuk-bentuk kegiatan rehabilitasi, yang
sebenarnya melaksanakan proses belajar mengajar, yang
disesuaikan dengan batas-batas tertentu yang dipedomankan
oleh bagian ilat, ilato psikolgis dan ketrampilan serta ilator
belakangi oleh pengetahuan, pengalaman dan tujuan
rehabilitasi secara keseluruhan.
4) Melakukan pembinaan kepada orangtua untuk membantu
melakukan rehabilitasi dan pengawasan terhadap aktivitas anak
keseharian di lingkungan keluarga.
5) Melakukan perujukan anak untuk memperoleh pelayanan
rehabilitasi sesuai dengan kebutuhan.
c. Orang Tua
Di samping kedua petugas rehabilitasi di atas, tidak kalah
pentingnya peranan orangtua dan masyarakat. Para orangtua anak
berkelainan banyak berperan dalam tugas-tugas rehabilitasi. Pada
hakekatnya, banyak macam dan bentuk serta corak kegiatan
rehabilitasi yang erat hubungannya dengan kegiatan sehari-hari
(bagi anak sendiri, dalam kebersamaannya dengan keluarga dan
dengan lingkungannya).
Dengan demikian, kedudukan dan peranan prang tua dalam
hubungannya dengan kegiatan rehabilitasi sangat penting. Orang
tua dan masyarakat pada umumnya diharapkan berperan serta
dalam kegiatan pelayanan rehabilitasi, terutama pads saat anak
tinggal di rumah.
Sebagaimana persyaratan bagi para petugas rehabilitasi
lainnya, orangtua dan masyarakat juga perlu dibekali ilmu dan cara
melaksanakan rehabilitasi, terutama yang berkaitan dengan
kegiatan praktis keseharian anak di rumah.

B. Rekreasi Pada Pendidikan Jasmani Adaptif


Pendidikan jasmani adaptif sebuah program yang bersifat
individual yang meliputifisik atau jasmani, kebugaran, pola gerak dan
keterampilan gerak dasar. Rekreasi adalah merupakan permainan gerak
sadar dalam meningkatkan gerak manipilatif siswa. Adapun contoh dari
rekreasi jasmani adaptif yaitu permainan sepak bola bagi anak tunagrahita
ringan, dimana di sini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh permainan rekreasi dalam meningkatkan gerak dasar
manipulative khususnya dalam menendang bola.
Olahraga merupakan salah satu aktivitas yang dibutuhkan tubuh.
Selain membantu mejaga kelancaran kerja metabolisme tubuh, olahraga
juga membantu melancarkan peredaran darah, membakar kalori, serta bisa
mendukung program diet (penurunan berat badan).
Hal di atas merupakan manfaat dari olahraga secara umum yang
dilakukan kebanyakan orang. Sekarang, bagaimana dengan disabilitas
yang juga memiliki hak untuk hidup sehat? Terkait dengan keolahragaan,
dunia pendidikan khusus memiliki solusinya tersendiri. Tidak jauh
berbeda dengan tujuan dirancangnya pendidikan adaptif, olahraga adaptif
juga dirancang atau diprogram untuk membantu para disabilitas merasakan
bagaimana nikmatnya berolahraga.
Olahraga adaptif merujuk pada olahraga yang dimodifikasi atau
diciptakan untuk memenuhi kebutuhan khusus atau kedisabilitasan.
Penyelenggaraan program olahraga adaptif dapat dilakukan dengan
beragam setting yang terpadu untuk anak atau individu berkebutuhan
khusus. Settingan ini membantu para anak atau individu berkebutuhan
khusus agar dapat berinteraksi dengan partisipan yang nondisabilitas
ataupun sebaliknya.
Bertolak pada pengertian di atas, sebuah olahraga dikatakan
sebagai olahraga adaptif apabila cara melakukan, peralatan, dan aturannya
dimodifikasi berdasarkan kebutuhan anak atau individu berkebutuhan
khusus, contohnya saja olahraga basket. Olahraga basket bisa dimodifikasi
menjadi bola basket kursi roda, yakni olahraga basket menggunakan kursi
roda yang mendukung anak atau individu disabilitas tubuh.
Dilaporkan oleh Gannon (1981) dalam Sri Widati dan Murtadlo
(2007), pada tahun 1870-an sekolah Ohio menjadi sekolah pertama untuk
disabilitas pendengaran yang mengajarkan olahraga basket dan sekolah
negara bagian di Illinois memperkenalkan football pada murid
berkebutuhan khusus pada 1885. Pada 1906, sekolah Wisconsin
memperkenalkan olahraga basket pada murid-murid disabilitas
pendengaran. Sejak dikenalkannya bola basket pada murid-murid
disabilitas pendengaran, sekolah-sekolah untuk murid disabilitas
pendengaran terus bertanding satu sama lainnya dan semakin berkembang
melawan para atlet dari sekolah-sekolah reguler.

C. Terapi Pada Pendidikan Jasmani Adaptif


Pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif di Sekolah-Sekolah Luar
Biasa perlu bergeser orientasi dari pelaksanaan yang berbasis
pengembangan atau sosialisasi olahraga menjadi bentuk pelaksanaan
pendidikan jasmani yang berbasis terapi gerak. Aktivitas jasmani yang
diorganisasir oleh guru pendidikan jasmani adaptif perlu melibatkan
bentuk-bentuk aktivitas jasmani yang berdasar pada:
1. Movement oriented method (metode berorientasi gerak) dan
2. Body oriented method (metode berorientasi tubuh). Penerapan
pendekatan terapi gerak dalam pelaksanaan pengajaran pendidikan
jasmani adaptif perlu mempertimbangkan:
a. Pemikiran
b. Perasaan
c. Perilaku siswa, atas interaksi antara intervensi guru pendidikan
jasmani dengan respon yang diperlihatkan siswa. Interaksi
intervensi dan respon ini menjadi alat pengamatan dalam
pelaksanaan terapi gerak.
Tujuan dari dilaksanakannya program penjas adaptif tersebut
yaitu menjaga kebugaran fisik dan kesehatan jasmani, melatih
keterampilan, kepercayaan diri, kedisiplinan dan sebagai terapi pada
anak serta mengembangkan prestasi anak dalam bidang olahraga
sesuai dengan bakat dan minatnya.
1. Program Therapi Fisik
Kegiatannya:
a. Evaluasi kemampuan gerak seperti duduk merangkak,
berdiri, berjalan menggerakkan anggota tubuh.
b. Latihan : reedukasi motorik, berjalan, menggunakan alat-alat
bantu seperti menggunakan tongkat, kruk, kursi roda.
Tujuannya: mengembangkan kekuatan, koordinasi,
keseimbangan dan belajar menggunakan alat-alat bantu.
2. Program Therapi Okupasional
Program ini memusatkan pada latihan aktivitas kehidupan
sehari-hari (ADL) seperti makan, mandi, berpakaian, bersolek
dilakukan sendiri.
Kegiatannya: aktivitas-aktivitas ini membutuhkan latihan
keluesan dan mrnggunakan alat-alat bantu tujuannya:
mengembangkan kemandiriannya dalam kehidupan sehari-hari
semaksimal mungkin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwasannya rehabilitasi sangat dibutuhkan oleh anak
berkebutuhan khusus agar mereka mampu mengoptimalkan diri sehingga
mampu untuk mengembangkkan dirinya terlebih untuk kemandiriaannya
atau untuk mengurus diri. Jika mampu lebih jauh mereka juga dapat
prestasi melalui pengenbangan yang diberikan kepada mereka melalaui
orang yang berperan dalam pelaksanaan rehabilitasi tersebut. Peran
mereka yang sangat mendukung anak berkebutuhan khusus untuk lebih
baik lagi dari keadaaan semula.
Jadi dapat di simpulkan Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang
ditujukan pada penderita cacat agar mereka cakap berbuat untuk memiliki
seopyimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan
ekonomi.
Pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif di Sekolah-Sekolah Luar
Biasa perlu bergeser orientasi dari pelaksanaan yang berbasis
pengembangan atau sosialisasi olahraga menjadi bentuk pelaksanaan
pendidikan jasmani yang berbasis terapi gerak.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terutama
bagaimana keterampilan berbahasa di terapkan dalam kehidupan sehari –
hari.
Kemudian, diharapkan dengan adanya makalah ini, semua
mahasiswa yang membacanya untuk selalu menggunakannya secara baik
agar tujuan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selain
itu penulis beharap semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Mamad, Widya. (2015). Modifikasi Pembelajaran Dalam Pendidikan


jasmani Adaptif. (Online)
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1
95208231978031-
MAMAD_WIDYA/KONSEP_DASAR_PENDIDIKAN_JASMA
NI_ADAPTIF.pdf ). Di akses September 2019.

Nugroho, Satrio. (2015). Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani


Adaptif Anak Tunarungu Di Slb Negeri Se Kabupaten Bantul.
(Online) (http://eprints.uny.ac.id/14625/1/SKRIPSI.pdf). Di akses
September 2019.

Anda mungkin juga menyukai