Anda di halaman 1dari 11

RESUME

Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan ABK

DosenPengampu :

Dr.Fatmawati,SPd.,M.Pd

Disusun Oleh :

Nabila ramadhani 18003102

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
PEMBAHASAN

A. Pengertian pendidikan kewarganegaraan

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Hakikat pendidikan kewarganegaraan


adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga
negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan
hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan
bangsa dan negara. menurut Azis Wahab (Cholisin, 2000:18) menyatakan bahwa PKn
ialah media pengajaran yang meng-Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan
penuh tanggung jawab. Karena itu, program PKn memuat konsep-konsep umum
ketatanegaraan, politik dan hukum negara, serta teori umum yang lain yang cocok dengan
target tersebut.

Pendidikan Kewarganegaraan Negara (PKN) merupakan mata pelajaran sosial


yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu
warganegara yang tahu , mau dan mampu berbuat baik pendidikan yang menyangkut
status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No. 2 th.
1949. Undang-Undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan tentang
naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia.

Tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan diatur dalam Permendiknas Nomor 22


Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Tujuannya adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu


kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Dari paparan diatas pendidikan kewarganegaraan harus di terapkan dalam


pendidikan di indonesia itu pun berlaku untuk anak berkebutuhan khusus, sebagai warga
negara indonesia siswa harus mengenal sekaligus mempelajari cikal bakal tonggak
berdirinya indonesia. Dalam beberapa hal pendidikan kewarganegaraan bagi anak
berkebutuhan khusus perlu penyesusaian sesuai dengan kemampuan serta pendidikan
kewarganegaraan yang di terapkan adalah penanaman moral, tingkah laku sesuai dengan
sila sila yang ada di pancasila maka dari itu pembelajaran perlu di terapkan sekaligus bisa
mengenalkan kebudayaan dan keberagaman di indonesia kepada siswa.

B. Pentingnya manfaat mengajar ilmu pendidikan kewarganegaraan

Para siswa ABK ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan
hambatan perkembangan (barier to learning and development). Oleh sebab itu mereka
memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan
perkembang yang dialami oleh masing-masing anak. Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20
tahun 2003 dalam pasal 5 ayat 2 juga menyebutkan bahwa “Setiap warga negara yang
memiliki kelainan fisik, mental, sosial, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus”. Hak terhadap anak difabel sendiri, telah diatur pada UU No.20 tahun
2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 ayat 1 yang menegaskan bahwa
“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.

Negara juga menjamin hak bersekolah ABK pada sekolah regular maupun khusus.
Seperti yang tertera pada pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
“Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Menurut pendapat Bafadal
(2005:11), pembelajaran dapat diartikan sebagai “Segala usaha atau proses belajar
mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien”.
Sejalan dengan itu, Jogiyanto (2007:12) juga berpendapat bahwa pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat
reaksi suatu situasi yang dihadapi dan karakteristik karakteristik dari perubahan aktivitas
tersebut tidak dapat dijelaskaan dengan berdasarkan kecenderungan kecenderungan reaksi
asli, kematangan atau perubahan perubahan sementara.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Winkel (1991:200) “Proses


pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi
aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran


adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah
informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan
menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya perubahan
perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif, yang ditandai
dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar mengajar yang
efektif dan efisien.

Sebuah proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual,


berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu Sedangkan pemberian pembelajaran PPKn
atauu pendidikan kewarganegaraan merupakan hak ABK untuk memahami lebih jauh
negara dan bangsanya. Pendidikan kewarganegaraan terdiri dari dua kata, yaitu
pendidikan dan Kewarganegaraan, dijadikan bahan dalam pembelajaran pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan.

Disnilah pendidikan kewarganegaraan atau pendidikan moral perlu diberikan


sebagai bekal ABK dalam melaksanakan perannya sebagai warga negara yang baik,
meskipun mereka mengalami keterbatasan. Dengan memberikan pendidikan
kewarganegaraan pada anak berkebutuhan khusus atau anak berkelainan dimaksudkan
antara lain :

1. agar anak mempunyai wawasan kebangsaan, mengetahui hak dan kewajibannya


pada bangsa dan negaranya.
2. Mengetahui bagaimana karakteristik warga dan wilayah bangsa serta negaranya
dengan baik. Nantinya merekapun akan mempunyai rasa nasionalis dan
partiotisme layaknya anak normal lainnya.
C. Tujuan pembelajaran kewarganegaraan

Menurut Kaelan (2016:3) menyebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan


bertujuan untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk
sikap warga negara yang cinta tanah air. Hamidi dan Lutfi (2010:80) secara lebih rinci
memaparkan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk kecakapan
partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab, menjaga persatuan dan integritas
bangsa, menjadikan warga negara yang demokratis, berpartisipasi dalam kegiatan politik
masyarakat, dan bertanggung jawab serta mampu memecahkan berbagai persoalan aktual
kewarganegaraan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Galston (2007:639-640) Pendidikan


Kewarganegaraan yang diberikan di sekolah sangat penting dalam menentukan karakter
kewarganegaraan. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik dan
berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Darmadi (2009:97) menjelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan


untuk menyiapkan, membina dan mengembangkan pengetahuan serta kemampuan dasar
peserta didik yang berkaitan dengan hak, kewajiban dan juga tanggung jawab sebagai
warga negara yang baik berlandaskan Pancasila.

D. Fungsi pembelajaran kewarganegaraan bagi ABK

Secara lebih rinci menjelaskan bahwa Pendidikan kewarganegaraan berfungsi


mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab

E. Prinsip- prinsip mengajarkan

Dalam praktek pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilakukan oleh


guru dan sekolah tentunya bukan hal mudah dalam pelaksanaannya. Mengingat peserta
didik yang diajar adalah anak-anak berkebutuhan khusus, yang memiliki proses
pembelajaran berbeda dengan anak reguler/normal pada umumnya. Disamping itu proses
pembelajaran tiap-tiap anak ABK pun memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain.
Hal tersebut dikarenakan tiap-tiap ABK memiliki ketunaan dengan kebutuhan yang
berbeda. Oleh karena itu maka setiap anak ABK memiliki metode, teknik dan strategi
belajar mengajar yang berbeda satu sama lain tergantung ketunaan dan kebutuhan
mereka.

Prinsip prinsip pendekatan secara khusus yang dapat dijadikan dasar dalam upaya
mendidik anak berkelainan, antara lain sebagai berikut:

1. Prinsip Kasih Sayang.

Prinsip kasih Sayang pada dasarnya adalah menerima mereka sebagaimana


adanya, dan mengupayakan agar mereka dapat menjalani hidup dan kehidupan dengan
wajar, sepert layaknya anak normal lainnya. Oleh karena itu, upaya yang perlu dilakukan
untuk mereka:

a) Tidak bersikap memanjakan,


b) tidak bersikap acuh tak acuh terhadap kebutuhannya
c) memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan anak.
2. Prinsip Layanan Individual.

Pelayanan individual dalam rangka mendidik anak berkelainan perlu mendapatkan


porsi yang besar, sebab setiap anak berkelainan dalam jenis dan derajat yang sama
seringkali memiliki keunikan masalah yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Oleh karena itu, upaya yang perlu dilakukan untuk mereka selama
pendidikannya:

a) jumlah siswa yang dilayani guru tidak lebih dari 4-6 orang dalam setiap kelasnya,
b) pengaturan kurikulum dan jadwal pelajaran dapat bersifat fleksibel,
c) penataan kelas harus dirancang sedemikian rupa, sehingga guru dapat menjangkau
semua siswanya dengan mudah
d) modifikasi alat bantu pengajaran.

3. Prinsip Kesiapan

Untuk menerima suatu pelajaran tertentu diperlukan kesiapan. Khususnya


kesiapan anak untuk mendapatkan pelajaran yang akan diajarkan, terutama
pengetahuan prasyarat, baik prasyarat pengetahuan, mental dan fisik yang diperlukan
untuk menunjang pelajaran berikutnya. Contoh, anak tunagrahita sebelum diajarkan
pelajaran menjahit perlu terlebih dahulu diajarkan bagaimana cara menusukkan jarum.
Contoh lain anak berkelainan secara umum mempunyai kecenderungan cepat bosan
dan cepat lelah apabila menerima pelajaran. Oleh karena itu guru dalam kondisi ini
tidak perlu memberi pelajaran baru, melainkan mereka diberikan kegiatan yang
menyenangkan dan rileks, setelah segar kembali guru baru dapat melanjutkan
pemberian pelajaran.

4. Prinsip Keperagaan

Kelancaran pembelajaran pada anak berkelainan sangat didukung oleh


penggunaan alat peraga sebagai medianya. Selain mempermudah guru dalam
mengajar, fungsi lain dari penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran pada
anak berkelainan, yakni mempermudah pemahaman siswa terhadap materi yang
disajikan guru. Alat peraga yang digunakan untuk media sebaiknya diupayakan
menggunakan benda tiruan atau minimal gambarnya.

Misalnya mengenalkan macam binatang pada anak tunarungu dengan cara


anak disuruh menempelkan gambar-gambarnya di papan flannel lebih baik daripada
guru bercerita di depan kelas. Anak tunanetra yang diperkenalkan sosok buah
belimbing, maka akan lebih baik jika dibawakan benda aslinya daripada tiruannya,
sebab selain anak dapat mengenal bentuk dan ukuran juga dapat mengenal rasanya.

5. Prinsip Motivasi

Prinsip motivasi ini lebih menitikberatkan pada cara mengajar dan pemberian
evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi anak yang berkelainan. Contoh, bagi anak
tunanetra, mempelajari orientasi dan mobilitas yang ditekankan pada pengenalan
suara binatang akan lebih menarik dan mengesankan jika mereka diajak ke kebun
binatang. Bagi anak tunagrahita, untuk menerangkan makanan empat sehat lima
sempurna, maka akan lebih menarik jika diperagakan bahan aslinya kemudian
diberikan kepada anak untuk dimakan, daripada hanya berupa gambar-gambar saja.

6. Prinsip Belajar dan Bekerja Kelompok.


Arah penekanan prinsip belajar dan bekerja kelompok sebagai salah satu dasar
pendidikan anak berkelainan, agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat bergaul
dengan masyarakat lingkungannya, tanpa harus merasa rendah diri atau minder
dengan orang normal. Oleh karena itu, sifat egosentris atau egoistis pada anak
tunarungu disebabkan karena tidak menghayati perasaan, agresif, dan destruktif pada
anak tunalaras perlu diminimalkan atau dihilangkan melalui belajar dan bekerja
kelompok. Melalui kegiatan tersebut diharapkan mereka dapat memahami bagaimana
cara bergaul dengan orang lain secara baik dan wajar.

7. Prinsip Ketrampilan Pendidikan.

Ketrampilan yang diberikan kepada anak berkelainan, selain berfungsi


selektif, edukatif, rekreatif dan terapi, juga dapat dijadikan sebagai bekal dalam
kehidupannya kelak. Selektif berarti untuk mengarahkan minat, bakat, ketrampilan
dan perasaan anak berkelainan secara tepat guna. Edukatif berarti membimbing anak
berkelainan untuk berpikir logis, berperasaan halus dan kemampuan untuk bekerja.
Rekreatif berarti unsure kegiatan yang diperagakan sangat menyenangkan bagi anak
berkelainan. Terapi berarti aktivitas ketrampilan yang diberikan dapat menjadi salah
satu sarana habilitasi akibat kelainan atau ketunaan yang disandangnya.

8. Prinsip Penanaman dan Penyempurnaan Sikap.

Secara fisik dan psikis sikap anak berkelainan memang kurang baik sehingga
perlu diupayakan agar mereka mempunyai sikap yang baik serta tidak selalu menjadi
perhatian orang lain. Misalnya blindism pada tunanetra, yaitu kebiasaan menggoyang-
goyangkan kepala ke kiri-kanan, atau menggoyanggoyangkan badan secara tidak
sadar, atau anak tunarungu memiliki kecenderungan rasa curiga pada orang lain akibat
ketidakmampuannya menangkap percakapan orang lain, dan lain-lain.

F. Pendekatan stategi pembelajaran kewarganegaraan

Dalam menentukan strategi pembelajaran guru akan memilih strategi yang


dapat diterapkan untuk ABK. Penyampaian strategi maupun metode telah disesuaikan
dengan kemampuan peserta didik, sehingga saat penyampaian materi ABK dapat
menerimannya dengan baik. Salah satu metode yang dipilih guru untuk pembelajaran
PPKn adalah metode ceramah, metode ceramah disini merupakan metode yang
dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah. Langkah-langkah yang
dilakukan guru adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

pada tahap ini guru terlebih dahulu merumuskan tujuan yang ingin dicapai
pada jam pelajaran yang akan berlangsung. Kemudian guru akan menentukan materi
pokok yang akan diceramahkan. Guru akan memilah materi yang sesuai dengan anak
tunagrahita sebelum melaksanakan ceramah. Jika dirasa materi memerlukan alat
bantu, maka guru akan mempersiapkan alat bantu

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dimulai oleh guru dengan membuka proses


pembelajaran terlebih dahulu. Guru akan membuka pembelajaran dengan berdoa dan
membaca surat pendek. Kemudian guru mulai membacakan bab apa yang akan
dibahas selama jam pembelajaran berlangsung. Selanjutnya guru akan menjelaskan
materi kepada siswa secara universal dan personal. Jika dirasa siswa sudah mampu
memaham materi, guru akan memberikan beberapa latihan untuk mengukur daya
ingat dan pemahaman siswa. Terakhir guru akan mengulang materi secara ringkas
kemudian menutup jam pembelajaran dengan berdoa dan tugas mempelajari bab
selanjutnya.

Sekolah yang ideal adalah sekolah yang di dalamnya terdapat sarana dan
prasarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Adapun sarana yang
digunakan dalam pembelajaran PPKn antara lain ruang kelas, bukubuku yang terkait
dengan PPKn, video, TV, VCD, serta hal-hal yang dapat digunakan sebagai
media/sarana dalam pembelajaran.

Contoh pelaksanaan pembelajaran guru PPKn di SLB Negeri Gedangan-


Sidoarjo yaitu melakukan pendekatan dengan peserta didik serta menggunakan
beberapa metode, tahapannya sebagai berikut:

a) Pada pembelajaran PPKn kelas VIII tunagrahita SLB Negeri Gedangan-


Sidoarjo, strategi belajar mengajar pun diperlukan oleh guru kelas untuk
menjalankan proses pembelajaran PPKn. Disini pelaksanaan pembelajaran
PPKn dilaksanakan selama 2 jam (satu kali pertemuan) dalam seminggu.
Dalam melaksanakan pebelajaran PPKn, sebelumnya guru harus menyiapkan
materi yang akan di ajarkan dan memilih strategi yang digunakan dalam
pembelajaran. Biasanya guru kelas akan lebih dulu memilah dan memiliki
materi yang ada dibuku sebelum mengajarkannya pada siswa. Hal ini
dilakukan karena tidak semua materi yang ada di buku PPKn kurikulum 2013
mampu dicerna siswa, mengingat para siswa adalah anak tunagrahita.
b) Selanjutnya barulah guru menyampaikan materi yang sudah dipilah tersebut
kepada siswa. Dalam proses menjelaskan materi ini, guru harus menjelaskan
secara universal dan personal. Guru akan lebih dahulu menjelaskan kepada
seluruh siswa kelas secara bersamaan. Selanjutnya guru akan mulai melempar
pertanyaan-pertanyaan pada siswa untuk mengukur seberapa jauh mereka
telah paham materi yang dijelaskan. Kemudian guru akan mengulang
menjelaskan bagian yang dianggap belum dimengerti siswa. Biasanya guru
perlu mengulang antara 3-4 kali menerangkan sampai siswa dianggap paham.
c) Guru memberikan contoh yang mudah dipahami dengan mengambil contoh
dari sekitar. Seperti hari itu yang menjelaskan materi tentang “Kelurahan”,
guru harus menjelaskan seperti apa lurah itu apa tugasnya dengan memberi
contoh lurah di tempat tinggal siswa, karena siswa akan lebih mudah
mengingat sesuatu yang tidak asing untuknya.
d) Selanjudnya untuk media dan metode yang digunakan guru dalam
pembelajaran PPKn tergantung dengan KD apa yang akan dibahas. Biasanya
guru menggunakan metode Kooperatif dengan model pembelajaran tematik.
Pemilihan model pembelajaran tematik ini dilakuakan, dikarenakan siswa
tungrahita pola berfikirnya masih seperti anak dibawah umurnya (itelektualnya
lambat) sehingga model ini dianggap cocok. Pembelajaran tematik umumnya
memang digunakan untuk pendidikan usia dini atau sekolah dasar. Ini
dikarenakan pembelajaran tematik menitik beratkan pada tema yang akan
dibahas. Pembelajaran bergantung kepada objekobjek konkret yang ada dan
mudah dikenali. Selain itu peserta didik akan lebih mudah memusatkan pada
suatu tema tertentu dan sesuai dengan kurikulum 2013.
e) Penutup, pada tahap ini guru PPKn memberikan penguatan atau kesimpulan
tentang pembelajaran yang sudah disampaikan. Sebelum kegiatan
pembelajaran diakhiri guru memberikan beberapa pekerjaan rumah kepada
siswa. Kemudian, pembelajaran diakhiri dengan membaca doa bersama-sama.

Daftar pustaka

Journal.Desti Tri,2017, Peran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Menanamkan


Karakter Kebangsaan pada Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi. Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta.pdf

Lutfaidah anna,2016, PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PPKN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS :


STUDI TENTANG PEMBELAJARAN PPKN PADA KELAS VIII TUNAGRAHITA SMPLB-C SLB NEGERI
GEDANGAN–SIDOARJO,UNESA,pdf

Kurniati ana Jurnal Citizenship, Vol. 3 No. 1, Juli 2013, Aplikasi Pendekatan Pembelajaran
Individual Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Difabel (Tunanetra) di MAN
Maguwoharjo,yogyakarta.pdf

Faiqatul Husna, Nur Rohim Yunus, Andri Gunawan, Vol. 6 No. 2 (2019), Hak Mendapatkan
Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Dimensi Politik Hukum Pendidikan .Jakarta

Skripsi PGMI,2014,pembelajaran pendidikan kewarganegaraan,pdf

Anda mungkin juga menyukai