0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
416 tayangan6 halaman
Teks tersebut membahas tentang perkembangan anak berbakat dan berkebutuhan khusus. Ia menjelaskan karakteristik anak berbakat seperti fokus tinggi, keingintahuan, dan imajinasi berlebihan. Anak berbakat diklasifikasikan menjadi genius, gifted, sangat superior, dan superior berdasarkan IQ. Teks juga menjelaskan pentingnya deteksi dini untuk mengetahui status perkembangan dan kesehatan anak.
Teks tersebut membahas tentang perkembangan anak berbakat dan berkebutuhan khusus. Ia menjelaskan karakteristik anak berbakat seperti fokus tinggi, keingintahuan, dan imajinasi berlebihan. Anak berbakat diklasifikasikan menjadi genius, gifted, sangat superior, dan superior berdasarkan IQ. Teks juga menjelaskan pentingnya deteksi dini untuk mengetahui status perkembangan dan kesehatan anak.
Teks tersebut membahas tentang perkembangan anak berbakat dan berkebutuhan khusus. Ia menjelaskan karakteristik anak berbakat seperti fokus tinggi, keingintahuan, dan imajinasi berlebihan. Anak berbakat diklasifikasikan menjadi genius, gifted, sangat superior, dan superior berdasarkan IQ. Teks juga menjelaskan pentingnya deteksi dini untuk mengetahui status perkembangan dan kesehatan anak.
BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK USIA ANAK SD A. Perkembangan Anak CIBI (Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa)
Menurut definisi yang dikemukakan Joseph Renzulli (1978), anak berbakat
memiliki pengertian, “Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi. Konsep Keberbakatan Menurut Model Renzulli Menurut Renzulli (1992), seseorang disebut berbakat apabila memiliki tiga klaster, yaitu: (a) kemampuan di atas rata-rata (b) komitmen terhadap tugas yang tinggi, serta (c) kreativitas yang tinggi.
B. Klasifikasi dan Karakteristik Anak Berbakat
Anak berbakat itu memiliki karakteristik yang menonjol dalam aspek-aspek
kesiagaan mental, kemampuan pengamatan, keinginan untuk belajar, daya konsentrasi, daya nalar, kemampuan membaca, ungkapan verbal, kemampuan menulis, kemampuan mengajukan pertanyaan yang baik, menunjukan minat yang luas, berambisi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi, mandiri dalam memberikan pertimbangan, dapat memberikan jawaban yang tepat dan langsung kesasaran, mempunyai rasa humor yang tinggi, melibatkan diri sepenuhnya dan ulet menghadapi tugas yang diminati. Berikut karakteristik anak berbakat:
a) Fokus Anak-anak yang berbakat bergerak ketika mereka bosan.
b) Keingintahuan tinggi. Anak-anak yang sangat berbakat sangat ingin tahu. c) Emosi yang d) Sensitif e) Imajinasi berlebihan
C. Jenis-jenis Anak Berbakat
a. Genius (IQ lebih dari 180) Anak dalam kelompok ini memiliki kecerdasan yang sangat luar biasa. Bakat dan keistimewaannya telah tampak sejak kecil, misalnya sejak umur dua tahun sudah dapat membaca dan umur empat tahun bisa berbahasa asing. Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut: daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif dan suka menganalisis. Anak genius juga memiliki sifat-sifat negatif, diantaranya; cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri (egosentris), temperamentalsehingga mudah menunjukkan emosi marah, tidak mudah bergaul, senang menyendiri karenasibuk melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain. b. Gifted (IQ 140 – 179) Anak dalam kelompok ini bakatnya juga sudah tampak sejak kecil dan prestasi yang dimiliki biasanya melebihi teman sebayanya. Jika dibandingkan dengan orang normal, kemampuan adjustment terhadap berbagai problem hidup lebih baik yaitu suatu proses psikososial yang berlangsung dengan cara mengelola tuntutan dalam keseharian dengan memodifikasi diri dan Gangguan dan Belajar dan Kemampuan Intelektual 23 lingkungan disekitarnya. Anak gifted di antaranya memiliki karakteristik: mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.
c. Sangat Superior (IQ 130 – 139)
Anak sangat superior berada pada tingkat tertinggi dalam kelompok superior. Umumnya tidak ada perbedaan mencolok dengan kelompok superior.
d. Superior (IQ 120 – 129)
Anak dalam kelompok ini memiliki prestasi belajar yang cukup tinggi. Secara umum anak dalam kelompok ini juga memiliki kemampuan yang tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Ciri-cirinya antara lain cakap dalam membaca dan berhitung, perbendaharaan bahasanya luas, cepat memahami dibandingkan dengan anak-anak yang termasuk kelompok pandai. Kesehatan dan ketahanan fisiknya pun lebih baik daripada anak-anak normal.
D. Implikasi dalam Pembelajaran
(Teori Barbe dan Renzulli) Menjelaskan dan menerapkan teori anak berbakat dari Barbie dan Renzulli : High Potential Ability (Kecerdasan Tinggi) Standard yang ditetapkan untuk anak berbakat oleh Diknas tahun 2003 adalah 140 . Kalau hasil tes menunjukkan IQ anak mencapai 140 ke atas, maka anak itu otomatis disebut gifted child. Tetapi kemudian muncul pembagian tertentu untuk anak berbakat dilihat dari IQnya. Keberbakatan ringan (IQ 115 – 129), keberbakatan sedang (IQ 130 – 144), keberbakatan tinggi (IQ 145 ke atas). Task Commitment adalah sejauh mana tanggung jawab dalam meyelesaikan tugas. Tidak hanya tugas dari sekolah tapi juga tugas di rumah. Task commitment dapat diukur melalui tes tertentu yang hanya boleh dilakukan oleh psikolog. Task commitment ini mencakup tanggung jawab, motivasi, keuletan, kepercayaan diri, memiliki tujuan yang jelas sebelum melakukan sesuatu dan kemandirian. Kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru atau kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru dari yang sudah ada. Kreativitas dapat dinilai dari 4 hal, produk, pribadi, proses dan pencetus / penghambat. Suatu produk dikatakan kreatif kalau produk itu baru, berbeda dari yang sudah ada, lebih baik dari yang lain dan tentu saja berguna. Sifat pribadi kreatif yang lain adalah terbuka pada hal-hal baru, punya rasa ingin tau yang besar, ulet, mandiri, berani mengambil resiko, berani tampil beda, percaya diri dan humoris. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
E. Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus
Pada mulanya yang dimaksud dengan anak kebutuhan pendidikan khusus hanyalah anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan saja. Namun, dewasa ini anak dengan kebutuhan pendidikan khusus termasuk pula anak lantib dan berbakat.
F. Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak lantib dan berbakat (Mulyono, 2006:26). Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah menjadi berkelainan (exception) atau luar biasa. Ketunaan berbeda dengan konsep berkelainan. Konsep ketunaan hanya berkenaan dengan dengan kecacatan sedangkan konsep berkelainan atau luar bisa mencakup anak yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan. Banyak istilah digunakan untuk mencoba mengkategorikan anak-anak dengan kebutuhan khusus, beberapa istilah yang dapat membantu guru mengumpulkan informasi yang merencanakan untuk masing-masing anak mencakup: dungu, gangguan fisik, lumpuh otak, gangguan emosional, ketidakmampuan mental, gangguan pendengaran, gangguan pengllihatan, ketidak mampuan belajar, autistuk, dan keterlambatan perkembangan. Kata-kata yang sering digunakan seiring berasal dari konsep lama dan mengabaikan sikap dan pengharapan negatif petunjuk berikut berguna memikirkan dan merencanakan dengan ketidakmampuan: ·Tekankan keunikan dan nilai dari semua anak daripada perbedaan mereka. ·Jaga pandangan masing-masing: hindari penekanan ketidakmampuan dengan mengenyampingkan pencapaian masing-masing. ·Pikirkan cara anak yang tidak berkemampuan dapat melakukan sesuatu sendiri atau untuk anak yang lain. Berikan lingkungan di mana anak yang bermasalah ikut serta dalam kegiatan dengan anak yang tidak bermasalah dan cara-cara yang bermanfaat satu sama lainnnya.
G. Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus
Tugas Perkembangan Usia Anak Orangtua seringkali terlambat mengetahui bahwa anaknya berkebutuhan khusus. Orangtua baru memeriksakan dan menerapkan terapi pada anaknya ketika anak sudah berusia di atas 5 tahun sehingga kebiasaan yang sudah terbentuk pada anak sukar untuk diubah dan potensi-potensi anak menjadi tidak muncul. Untuk mencegah keterlambatan tersebut, maka sebaiknya orangtua mengetahui terlebih dahulu tugas perkembangan anak. Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal: a. Perkembangan fisik: proporsi tubuh mulai seimbang, posture meninggi pada proximodistal, tulang otot (fine-grossmotor lebih kompleks), lemak b. Kebiasaan fisiologis (pola makan, pola tidur, pola bermain) c. Pengembangan kognitif: meningkatnya pengertian/ konsep (banyaknya perbendaharaan kosakata) d. Keterampilan Sosial: emosi dan perilaku sosial/asosial, berteman, disiplin, peran seks, minat Deteksi Dini Deteksi awal anak berkebutuhan khusus dibutuhkan agar penanganan dapat dilakukan sedini mungkin. e. Indigo adalah manusia yang sejak lahir mempunyai kelebihan khusus yang tidak dimiliki manusia pada umumnya.
Berikut adalah beberapa langkah deteksi yang dapat dilakukan:
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui atau menemukan
status gizi kurang atau gizi buruk pada anak. b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan bicara dan berjalan), gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar. c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian serta hiperaktivitas.
H. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut IDEA atau Individuals with Disabilities Education Act Amandements yang dibuat pada tahun 1997 dan ditinjau kembali pada tahun 2004, secara umum, klasifikasi dari anak berkebutuhan khusus adalah: Anak dengan Gangguan Fisik: a. Tunanetra, yaitu anak yang indera penglihatannya tidak berfungsi (blind/low vision) sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas. b. Tunarungu, yaitu anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal. c. Tunadaksa, yaitu anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi dan otot).
Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku:
a. Tunalaras, yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. b. Anak dengan gangguan komunikasi bisa disebut tunawicara, yaitu anak yang mengalami kelainan suara,artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara,yang mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa,isi bahasa,atau fungsi bahasa. c. Hiperaktif, secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu mengendalikan gerakan dan memusatkan perhatian.
Anak dengan Gangguan Intelektual:
a. Tunagrahita, yaitu anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh dibawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial. b. Anak Lamban belajar (slow learner), yaitu anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 70-90). c. Anak berkesulitan belajar khusus, yaitu anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugastugas akademik khusus, terutama dalam hal kemampuan membaca,menulis dan berhitung atau matematika. d. Anak berbakat, adalah anak yang memiliki bakat atau kemampuan dan kecerdasan luar biasa yaitu anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus. e. Autisme, yaitu gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.