Dosen Pengampu:
Oleh
BANJARMASIN
2020
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis
kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus” ini dengan tepat waktu. Serta shalawat
dan salam terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPA
Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada:
1. Ibu Dewi Ekasari Kusumastuti, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pembelajaran IPA Anak Berkebutuhan Khusus.
2. Semua pihak yang terlibat dan telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kekurangan didalamnya. Baik dari teknis penulisan maupun materi didalamnya. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, sehingga makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Dan penulis memohon maaf apabila masih terdapat
kesalahan pada makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Kesimpulan.............................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kelainan /penyimpangan
(phisik, mental-intelektual, sosial, emosional) dalam proses pertumbuhan/
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Akan tetapi, meskipun seorang anak
mengalami kelainan/penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak
signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak
tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
Pelayanan pendidikan anak yang memberikan pelayanan bersama-sama antara
anak yang tidak mengalami hambatan dan anak berkebutuhan khusus disebut pendidikan
inklusif. Pendidikan inklusif adalah suatu sistem pendidikan yang menyertakan semua
anak secara bersama-sama dalam suatu iklim proses pembelajaran dengan
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak secara
bersama-sama dalam suatu iklim proses pembelajaran dengan layanan pendidikan yang
layak dan sesuai kebutuhan individu siswa tanpa membedakan anak dari latar belakang
suku, ras, status sosial, kemampuan ekonomi,status politik, bahasa, geografis, jenis
kelamin, agama/kepercayaan, dan perbedaan kondisi fisik atau mental (UNESCO 2004,
dikutip dari Sri muji Rahayu, 2014).
Anak berkebutuhan khusus (ABK) sebagai warga negara Indonesia mempunyai
hak dan kewajiban yang sama dengan anak normal, termasuk berhak memperoleh
pendidikan dan belajar bersama anak normal di sekolah umum. Pengintegrasian anak
berkebutuhan khusus dengan anak normal di sekolah umum memerlukan ruangan khusus
serta peralatannya, perlu modifikasi kurikulum, perlu bimbingan khusus, kesiapan
dari guru kelas, kesiapan anak -anak normal dan anak berkebutuhan khusus itu sendiri.
Selain itu juga diperlukan perencanaan yang matang dan sikap kepala sekolah serta guru
-guru yang positif mendukung untuk keberhasilan pendidikan anak berkebutuhan khusus
1
di sekolah umum. Kenyataannya hal-hal tersebut belum sepenuhnya ada di sekolah
umum dikarenakan oleh berbagai faktor penyebab seperti keterbatasan dana, tenaga, serta
waktu dan keterampilan guru dalam mengajar anak berkebutuhan khusus.
Dari permasalahan di atas maka penulis ingin memberikan pemahaman tentang
prinsip-prinsip pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus, sehingga diharapkan orang
tua, guru atau pembimbing mampu mendampingi dalam proses pembelajarannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Prinsip-prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus?
2. Bagaimana Prinsip Pembelajaran Pada Anak Tunanetra?
3. Bagaimana Prinsip Pembelajaran Pada Anak Tunarungu?
4. Bagaimana Prinsip Pembelajaran Pada Anak Tunagrahita?
5. Bagaimana Prinsip Pembelajaran Pada Anak Tunadaksa?
6. Bagaimana Prinsip Pembelajaran Pada Anak Autis?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Prinsip-prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.
2. Untuk Mengetahui Prinsip Pembelajaran Pada Anak Tunanetra.
3. Untuk Mengetahui Prinsip Pembelajaran Pada Anak Tunarungu.
4. Untuk Mengetahui Prinsip Pembelajaran Pada Anak Tunagrahita.
5. Untuk Mengetahui Prinsip Pembelajaran Pada Anak Tunadaksa.
6. Untuk Mengetahui Prinsip Pembelajaran Pada Anak Autis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
khusus sesuai dengan kelainan anak. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran pada individu
berkebutuhan khusus menurut Direktorat PLB ( 2004) sebagai berikut (dikutip dari
Somantri Sutjihati, 2006 ) :
1) Prinsip Motivasi
Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada sisa agar tetap
memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar-
mengajar.
2) Prinsip Latar/Koteks
Guru perlu mengenal siswa secara mendalam, menggunakan contoh,
memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, dan semaksimal
mungkin menghindari pengulangan-pengulangan materi pengajaran yang
sebenarnya tidak terlalu penuh bagi anak.
3) Prinsip Keterarahan
Setiap akan melakukan kegiatan pembelajaran, guru harus merumuskan
tujuan secara jelas. Menerapkan bahan dan alat yang sesuai serta
mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat.
4) Prinsip Hubungan Sosial
Dalam kegiatan belajar-mengajar guru perlu mengembangkan strategi
pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak
arah.
5) Prinsip Belajar Sambil Bekerja
Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak memberi kesempatan
kepada anak untuk melakukan praktek atau percobaan atau menemukan sesuatu
melalui pengamatan, penelitian, dan sebagainya.
6) Prinsip Individualisasi
Guru perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap anak
secara mendalam baik dari segi kemampuan maupun ketidakmampuannya
dalam menyerap materi pelajaran. Kecepatan maupun kelambatannya dalam
belajar, dan perilakunya, sehingga setiap kegiatan pembelajaran masing-masing
anak mendapat perhatian dan perlakuan yang sesuai.
4
7) Prinsip Menemukan
Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu
memancing anak untuk terlihat secara aktif baik fisik, mental, sosial,
dan/atau emosional.
8) Prinsip Pemecahan Masalah
Guru hendaknya sering mengajukan berbagai persoalan/problem yang ada
di lingkungan sekitar, dan anak dilatih untuk merumuskan, mencari data,
menganalisis, dan memecahkannya sesuai dengan kemampuan.
5
melihat sesuatu sebagai kebutuhan utama dalam menangkap informasi. Anak
normal belajar mengenai keindahan lingkungan cukup hanya dengan melihat
gambar atau foto. Anak tunanetra menuntut penjelasan dan penjelajahan secara
langsung di lingkungan nyata. Prinsip ini menuntut guru agar dalam proses
belajar-mengajar tidak hanya bersifat informatif akan tetapi semaksimal
mungkin anak diajak ke dalam situasi nyata sesuai dengan tuntutan tujuan yang
ingin dicapai dan bahan yang diajarkannya.
6
komunikasi, agar bicaranya dapat dipahami oleh lawan bicaranva maka anak
hendaknya ketika berbicara selalu menghadap ke lawan bicaranya agar suaranya
terarah.
3) Prinsip Keperagaan
Anak tunarungu karena mengalami gangguan organ pendengarannya maka
mereka lebih banyak menggunakan indera penglihatannya dalam belajar. Oleh
karena itu, proses belajar-mengajar hendaknya disertai peragaan (menggunakan
alat peragaan) agar lebih mudah dipahami anak. Disamping dapat menarik
perhatian anak.
7
nyata, baik lingkungan fisik, lingkungan sosial, maupun lingkungan alam. Bila
tidak memungkinkan, guru dapat membawa berbagai alat peraga.
3) Prinsip Habilitasi dan Rehabilitasi
Meskipun dalam bidang akademik anak tunagrahita memiliki kemampuan yang
terbatas, namun dalam bidang-bidang lainnya mereka masih memiliki kemampuan
atau potensi yang masih dapat dikembangkan. Habilitasi adalah usaha yang
dilakukan seseorang agar anak menyadari bahwa mereka masih memiliki
kemampuan atau potensi yang dapat dikembangkan meski kemampuan atau potensi
tersebut terbatas. Rehabilitasi adalah usaha yang dilakukan dengan berbagai macam
bentuk dan cara, sedikit demi sedikit mengembalikan kemampuan yang hilang
atau belum berfungsi optimal. Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru hendaknya
berusaha mengembangkan kemampuan atau potensi anak seoptimal mungkin melalui
berbagai cara yang dapat ditempuh.
8
mengerti dan memahami makna dari instruksi “klik pada panel brush merah”. Maka
materi pertama yang harus dikenalkan kepada anak adalah konsep pengertian kata “klik”,
“bursh” dan “merah”. Setelah anak mengenal dan menguasai arti kata tersebut langkah
selanjutnya adalah mengaktualisasikan instruksi “klik pada panel brush merah” kedalam
perbuatan kongkrit atau baru mulai mempraktekan.
Pembelajaran anak autis juga selalu terpola dan terprogram karena kebiasaan
maupun ketrampilan anak autistik biasanya juga terbentuk dari rutinitas yang terpola dan
terjadwal, baik di sekolah maupun di rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur
sampai tidur kembali. Oleh karena itu, dalam pendidikannya harus dikondisikan atau
dibiasakan dengan pola yang teratur. Oleh karena itu, setiap memulai pembelajaran TIK
harus dirutinkan dengan pengoperasian penyalaan komputer hingga membuka aplikasi
maupun program agar anak selalu mengingat keterampilan tersebut. Pendidikan dan
pengajaran bagi anak autis sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak-anak pada
umumnya. maka prinsip pendidikan dan pengajaran yang berkesinambungan juga mutlak
diperlukan bagi anak autis. Kontinyu disini meliputi kesinambungan antara prinsip dasar
pengajaran, program pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam pelaksanaan
pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga harus ditindaklanjuti untuk kegiatan di
rumah dan lingkungan sekitar anak.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya pembahasan diatas dapat kita simpulkan, bahwa dalam prinsip-
prinsip pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus memilki masing-masing prinsip
pembelajaran yang berbeda sesuai dengan hambatan yang anak miliki. Dengan adanya
prinsip-prinsip pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus sangat membantu mereka
dalam belajar, dan membantu mencapai tujuan dalam prinsip-prinsip pembelajaran
tersebut yaitu pasti tidak lain tidak bukan untuk membuat proses pembelajaran yang lebih
efektif bagi anak berkebutuhan khusus.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA
Somantri Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Reika Aditama.
11
DESKRIPSI TUGAS ANGGOTA KELOMPOK
12