Anda di halaman 1dari 14

ORIENTASI PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Organisasi Pengembangan Kurikulum


Kurikulum lebih luas daripada sekedar rencana pelajaran, tetapi meliputi
segala pengalaman atau proses belajar siswa yang direncanakan dan dilaksanakan
di bawah bimbingan lembaga pendidikan. Salah satu aspek yang perlu dipahami
dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi
kurikulum.
Menurut Kurniawan (2011) Organisasi kurikulum merupakan pola atau
desain bahan kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam
mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan
kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
Nasution (2006) mengatakan bahwa pengertian organisasi kurikulum adalah pola
atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid-
murid.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi
kurikulum adalah sebuah desain bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada
siswa yang tujuannya mempermudah siswa dalam mempelajari dan melakukan
kegiatan pembelajaran.
Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat mempengaruhi pola atau desain
kurikulum, karena tujuan tersebut dapat menentukan pola atau kerangka untuk
memilih, merencanakan dan melaksanakan segala pengalaman dan kegiatan
belajar di sekolah. Organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan bahan
pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan
pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan
masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi
kurikulum diantaranya berkaitan dengan; ruang lingkup (scope), urutan bahan
(sequence), kontinutas, keseimbangan, dan keterpaduan (integrated). Ruang
lingkup (scope) dan urutan bahan pelajaran merupakan salah satu faktor yang
harus dipertimbangkan dalam suatu kurikulum.
Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam keseimbangan pada
organisasi kurikulum;
a) keseimbangan terhadap substansi bahan atau isi kurikulum
b) keseimbangan yang berkaitan dengan cara atau proses belajar.
Ada beberapa model organisasi kurikulum diantaranya;
1. Separate Subject Matter
Bentuk kurikulum ini sudah lama digunakan dalam dunia pendidikan kita,
karena bentuk kurikulum ini memiliki karakteristik yang sangat sederhana dan
mudah dilaksanakan. Tetapi tidak selamanya yang dianggap mudah dan sederhana
tersebut akan mendukung terhadap efektivitas dan efisiensi pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan sosial. S.Nasution (Kurniawan, 2011) mengatakan
bahwa Mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum)
bertujuan agar generasi muda mengenal hasil-hasil kebudayaan dan pengetahuan
umat manusia yang telah dikumpulkan secara berabad-abad, agar mereka tak perlu
mencari dan menemukan kembali dengan apa yang telah diperoleh dari generasi
terdahulu.
Dalam proses pembelajarannya bentuk kurikulum ini cenderung aktivitas
siswa tidak diperhatikan bahkan diabaikan, karena yang dianggap penting adalah
supaya sejumlah informasi sebagai bahan pelajaran dapat diterima dan dihafal
oleh siswa. Demikian pula bahan pelajaran yang dipelajari siswa umumnya tidak
aktual karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Hamalik (2013) mengatakan Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut;
a) Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain,dan
masing-masing berdiri sendiri
b) Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiri dan
diberikan dalam waktu tertentu
c) Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan
mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya
d) Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapi
para siswa
e) Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan,
masalah, dan tuntutan dalam masyarakat yang senantiasa berubahdan
berkembang
f) Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah
sistem penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan individu
dikalangan para siswa
g) Guru berperan paling aktif, dengan pelaksanaan sistem guru
mata pelajaran dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan parasis
wa;h.
h) Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum
secara kooperatif

Secara fungsional Kurniawan (2011) mengatakan bahwa bentuk kurikulum


ini mempunyai kekurangan dan kelebihan, kekurangan pola mata pelajaran yang
terpisah-pisah (separated subject curriculum) yaitu:
a) Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah, yang
menggambarkan tidak ada hubungannya antara materi satu dengan
yang lainnya.
b) Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak
bersifat aktual.
c) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru sedangkan siswa
cenderung pasif.
d) Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan sosial
yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.
e) Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari masa
lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang akan
datang.
f) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memperhatikan bakat, minat
dan kebutuhan siswa.
Sedangkan kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah
(separated subject curriculum) adalah:
a) Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana dan
mudah dipelajari.
b) Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai dan budaya
terdahulu.
c) Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.
d) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan
mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah
disesuaikan dengan waktu yang ada.
Bahan pelajaran yang sifatnya informasi sebagian besar akan diperoleh
siswa dari buku pelajaran. Siswa akan lebih banyak mengahafal dalam
mempelajari pengetahuan yang sifatnya terlepas-lepas, sehingga kemampuan
siswa kurang berkembang dan cenderung kurang mengoptimalkan potensi siswa
sebagai individu.

2. Integrated curriculum
Organisasi kurikulum pola terintegrasi merujuk pada pertimbangan non
disiplin ilmu. Pada praktiknya isi dari suatu disiplin ilmu menjadi bagian
yang dipelajari.Kurikulum ini memandang bahwa dalam suatu pokok bahasan
harus terpadu (integrasi) secara menyeluruh. Keterpaduan ini dapat dicapai
melalui pemusatan pelajaran pada satu masalah tertentu dengan alternative
pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran yang
diperlukan, sehingga batas-batas antar mata pelajaran dapat ditiadakan.
Kurikulum terpadu adalah suatu hasil upaya intergrasi bahan pelajaran
dari aneka ragam masalah yang memerlukan solusi menggunakan materi atau
bahan dari beberapa disiplin ilmu atau mata pelajaran, kurikulum ini
memiliki ciri yang amat longgar dan tujuannya bukan hasil belajar peserta
didik yang seragam, sehingga guru, orang tua, dan peserta didik adalah
masing-masing komponen yang harus bertanggung jawab dalam proses
pengembangannya.
Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai
berikut.
a. Pembelajaran berpusat pada anak.
Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada
anak karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system
pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu
maupun kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep
serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan
perkembangannya.
b. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagaimacam aspek yang
membentuk semacam jalinan antar skemata yang dimiliki siswa,sehingga akan
berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang
nyata di dapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan
konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi
lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat pada kemampuan siswa untuk
dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang
nyata dalam kehidupannya.
c. Belajar Melalui Pengalaman Langsung
Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan
peristiwa yang mereka alami,bukan sekedar informasi dari gurunya.
Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang
membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa
sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan
pengetahuannya.

d. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata.


Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery
inquri (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan
melihat hasrat, minat, dan kemampuan siswa, sehingga memungkinkan
siswa termotivasi untuk belajar terus menerus.
e. Sarat dengan muatan keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan
pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga
memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran
dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih
arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
Model-model pembelajaran Terpadu.
Terdapat sepuluh model kurikulum terpadu (integrated curriculum)
dimulai dari eksplorasi dengan mata pelajaran tunggal (within single
disciplines) yaitu model fragmented, connected, dan nested; terpadu
beberapa mata pelajaran (across several disciplines) yaitu model
sequenced, shared, webbed, threated, dan integrated); dioperasikan
diantara pebelajar sendiri yaitu model immersed; dan jejaring diantara
pebelajar yaitu model networked.
1. Model Fragmented Model ini merupakan model penggalan, yaitu
memandang kurikulum dalam penggalan-penggalan mata pelajaran
terpisah. Tipikalnya kurikulum terbagi dalam pelajaran utama yaitu
matematika, sains, bahasa, dan ilmu sosial. Pendekatan fragmented
dilakukan untuk memadukan konsep-konsep dan kompetensi dalam
satu mata pelajaran. Antar kompetensi dipelajari secara bersamaan.
Kompetensi mendengar, membaca, dan menulis dalam pelajaran
bahasa dilakukan secara bersamaan.

2. Model Connected
Model connected (terhubung) memandang mata pelajaran dengan
menggunakan kaca pembesar (opera glass, kaca pembesar yang
dipakai oleh penonton opera yang hanya satu lensa), menyediakan
secara detil, seluk beluk/rinci, dan inter koneksi dalam satu mata
pelajaran.
3. Model Nested
Model Nested atau model sarang memandang kurikulum dari tiga
dimensional kaca baca, sasaran dimensi ganda dari pembelajaran.
Tujuan pembelajaran tidak hanya pada mata pelajaran semata, namun
ada beberapa pemahaman dan / atau ketrampilan yang terkuasai.
4. Model Sequenced
Model sequenced melihat kurikulum menggunakan kaca-mata, lensa
terbagi dalam dua bagian, namun terhubung oleh sebuah bingkai atau
frame. Topik atau mata pelajaran terpisah, namun dapat dihubungkan
dengan sebuah bingkai konsep yang menaungi topik atau mata
pelajaran tersebut.
5. Model Shared
Model shared melihat kurikulum menggunakan binoculars,
menghubungkan dua mata pelajaran secara bersama untuk melihat
sebuah topik. Keterhubungan antar dua mata pelajaran diorganisasi
sehingga dapat dilakukan proses pembelajaran secara bersama-sama.
6. Model Webbed
Model webbed atau jaring laba-laba melihat kurikulum menggunakan
teleskop, menangkap konstelasi pembuka dari mata pelajaran, yang
membentuk sebuah tema. Tema yang ditentukan menjadi langkah awal
dalam melakukan pembelajaran. Indikator masing-masing kompetensi
ilmu dan pengetahuan terjabarkan dari tema tersebut.
7. ModelTreaded
Model treaded melihat kurikulum dengan menggunakan kaca
pembesar (magnifying glass). Ide besar diperbesar melalui semua isi
dengan pendekatan kurikulum-meta (metacurricular). Model ini
menggabungkan ketrampilan berpikir, ketrampilan sosial, ketrampilan
belajar, mengelolagrafik, teknologi dan pendekatan kecerdasan ganda
(multiple intellegences)
8. Model Integrated Model integrated (terpadu) melihat kurikulum
menggunakan kaleidoskop. Topik interdisiplin (antar mata pelajaran)
ditata kembali diantara konsep yang sama / mirip dan munculnya pola
dan rancangan. Melalui pendekatan antar mata pelajaran, model
integrated memadukan / mencampurkan empat mata pelajaran utama
dengan menemukan persamaan ketrampilan, konsep, dan sikap pada
keseluruhannya.
9. Model Immersed
Model immersed melihat kurikulum menggunakan mikroskop. Melalui
cara masing-masing keseluruhan konten disaring dengan menggunakan
lensa ketertarikan dan keahlian yang dimiliki. Dengan menggunakan
model ini, pebelajar sedikit atau sama sekali tidak ada intervensi atau
bantuan dari pihak luar.
10. Model Networked
Model networked atau jejaring melihat kurikulum menggunakan
prisma. Menciptakan dimensi dan pengarahan ganda terhadap fokus,
dengan menggunakan berbagai cara eksplorasi dan eksplanasi.

3. Pola pengelompokkan mata pelajaran serumpun (Broad Fields)


Broad Fields itu menyatukan beberapa matapelajaran yang berdekatan atau
berhubungan menjadi satu bidang studi. Beberapa Keuntungan dari
Kurikulum-kurikulum ini, ialah:
a. Korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid. Mereka
mendapat informasi mengenai suatu pokok tertentu tidak secara
terpisah-pisah dalam berbagai matapelajaran pada waktu yang
berbeda-beda, akan tetapi dalam satu pelajaran, dimana pokok itu
disoroti dari berbagai disiplin matapelajaran tertentu. Dengan demikian
pengetahuan mereka tidak lepas-lepas, melainkan bertautan, berpadu.
b. Minat murid bertambah apabila ia melihat hubungan antara
matapelajaran-matapelajaran.
c. Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam, apabila
didapat penjelasan dari berbagai matapelajaran.
d. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas karena diperoleh
pandangan dari berbagai-bagai sudut dan tidak hanya dari satu
matapelajaran saja.
e. Korelasi memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya
lebih fungsional. Mereka mendapat kesempatan menggunakan
pengetahuan dari berbagai matapelajaran guna memecahkan suatu
masalah.
f. Korelasi antara matapelajaran lebih mengutamakan pengertian dan
prinsip-prinsip daripada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.

Kelemahan-kelemahan kurikulum-kurikulum ini ialah :


a. Tidak menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan
kebutuhan dan minat anak-anak serta dengan masalah-masalah yang
hangat yang dihadapi murid-murid dalam kehidupannya sehari-hari.
b. Tidak memberi pengetahuan yang sistematis serta mendalam mengenai
pelbagai matapelajaran.
c. Guru sering tidak menguasai pendekatan inter-disipliner.

B. Orientasi Pengembangan Kurikulum


Sesuatu yang menjadi bahan orientasi dalam usaha pengembangan
kurikulum biasanya dijadikan arah dalam kegiatan tersebut dan juga bagi para
pelaksana kurikulum disekolah. Masalah yang dijadikan orientasi itu akan
memberikan kejelasan arah baik bagi para pengembang kurikulum maupun
bagi pelaksana disekolah. Dengan adanya orientasi yang telah ditetapkan itu,
mereka mempunyai cara cara kerja yang harus ditempuh. Dalam usaha
pengembangan kurikulu sekolah di Indonesia akhir akhir ini telah terjadi
beberapa kali adanya pergantian hal yang dijadikan orientasi pengembangan ,
yaitu adanya orientasi pada bahan pelajaran, orientasi pada tujuan, dan
orientasi pada proses belajar.
1. Orientasi pada Bahan Pelajaran
Pengembangan kurikulum yang menganut pendekatan berorientasi
pada bahan pelajaran(atau masukan) ini, masalah bahan pelajaran
dijadikan pangkal kerja. Persoalan pertama adalah materi pelajaran yang
harus diajarkan kepada murid untuk suatu jenis dan tingkat sekolah
tertentu. Jika secara garis besar bahan pelajaran telah dientukan,langkah
selanjutnya adalah menjabarkannya kedalam pokok pokok dan sub sub
pokok bahasan. Penentuan bahan pelajaran tersebut didasarkan pada
pertimbangan pentingnya suatu bahan untuk jenis dan tingkat sekolah
tertentu. u, disamping juga pertimbangan manfaat atau kerelevansiannya
dengan kebutuhan anak setelah terjun ke masyarakat.pengembangan
kurikulum di indonesia yang berorientasi pada bahan pelajaran tersebut
adalah Kurikulum 1968.
Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada pelajaran
menomorduakan masalah tujuan. Yang penting adalah masalah apa
materinya dan bukan apa tujuannya. Tujuan dapat ditentukan setelah jelas
bahan pelajaran yang akan diajarkan. Dengan kata lain tujuan ditentukan
berdasarkan bahan pelajaran. Memang kadang kadang dalam menentukan
bahan pelajaran itu sudah terlintas pula tujuan yang akan dicapai. Akan
tetapi, tujuan tujuan tersebut biasanya masih samar samar dan belum
dirumuskan dengan jelas.
kelebihan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada bahan
pelajaran ini diantara lain adalah adanya kebebasan dan keluwesan dalam
memilih dan menentukan materi pelajaran karena tidak terikat oleh tujuan
tujuan tertentu. Sebaliknya , kelemahan kelemahan orientasi ini antara
lainadalah (i) bahan pelajaran yang disusun kurang jelas arah dan
tujuannya,(ii) kurang adanya pegangan yang pasti untuk menentukan cara
atau metode yang cocok dipakai untuk menyajikan materi pelajaran, dan
(iii) kurang jelas segi apa yang akan harus dinilai pada murid setelah
berakhirnya kegiatan pengajaran dan bagaimana cara penilaiannya.
2. Orientasi pada tujuan
Pengembangan kurikulum yang menganut pendekatan berorientasi
pada tujuan ini , mendasarkan diri pada tujuan tujuan pendidikan yang
telah dirumuskan secara jelas dari tujuan nasional sampai tujuan
instruksional. Dengan kata lain ddalam usaha pengembangan kurikulum
kegiatan pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan tujuan
pendidikan yang akan dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ada
disekolah. Dalam hal ini yang menjadi persoalan adalah dalam
menentukan tujuan tujuan yang akan dicapai itu untuk apa yang
diharapkan dari hasil kegiatan pengajaran. Tujuan pendidikan yang
dirumuskan biasanya bersifat menyeluruh,mencangkup dari aspek
pengetahuan, nilai nilai dan sikap maupun ketrampilan.pengembangan
kurikulum indonesia yang berorientasi pada tujuan tersebut adalah
kuriulum 1975.
Berdasarkan tujuan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan itu
disusun atau ditetapkan bahan pelajarab yang meliputi pokok pokok dan
sub pokok bahasan yang akan diajarakan di sekolah. Dengan demikian
seluruh bahan pelajaran yang dipilih itu akan benar benar terarah demi
tercapainya tujuan seperti yang diharapkan. Memang juga suatu hal yang
tidak disangkal bahwa dalam merumuskan tujuan itu ta dapat melepaskan
diri sama sekali dari bayangan bahan pelajaran , apalagi pada perumusan
tujuan yang operasional. Akan tetapi seperti halnya dengan orientasi yang
diatas bahan pelajaran itupun masih bersifat samar-samar atau belum jelas
benar.
Ada beberapa kelebihan yang dapat dikemukakan sehubungan
dengan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan tersebut
antara lain adalah pertama, tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar sudah jelas dan tegas. Hal itu akan memberikan arah
yang jelas pula dalam penetapan bahan dan metode, jenis-jenis kegiatan,
serta media yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Kedua, adanya
tujuan-tujuan yang jelas akan memudahkan penilaian untuk mengukur
hasil kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan dan ketiga, hasil
penilaiaan yang terarah akan membantu para pengembang kurikulum
untuk mengadakan perbaikan-perbaikan atau perubahan-perubahan
penyesuaian yang diperlukan (Winarso Surahmad, 1977:30).
Kesukaran-kesukaran yang muncul timbul dalam orientasi ini
adalah kesulitan dalam merumuskan tujuan, terutama jika kita dituntut
untuk merumuskannya secara khusus dan operasional setiap kali akan
melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal itu kadang-kadang dirasakan
sebagai memberatkan tugas guru.
3. Orientasi pada Ketrampilan Proses
Pengembangan kurikulum yang menganut pendekatan orientasi
pada ketrampilan proses ini, masalah kegiatan proses belajar yang akan
dilakukan siswa merupakan suatu hal yang ditekankan. Apa yang harus
dilakukan siswa dan bagaimana cara melakukannya selama mereka
mengalami proses belajar merupakan hal-hal yang dipikir dan
dikembangkan. Dengan demikian, titik berat pengembangan kurikulum
adalah memikirkan, merencanakan, dan melaksanakn bagaimana siswa
harus belajar, cara dan langkah-langkah apa yang perlu dilakukan agar
siswa menguasai ketrampilan-ketrampilan dalam proses mendapatkan
sendiri ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya. Pengembangan kurikulum
di Indonesia yang berorientasi pada ketrampilan proses belajar tersebut
adalah kurikulum 1984.
Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada proses belajar
tersebut menuntut adanya proses belajar mengajar yang menunjukkan
adanya komunikasi dua arah, komunikasi timbal balik antara guru dengan
siswa. Walau penekanan kegiatan pengajaran terletak pada proses belajar
yang harus dialami siswa secara nyata, tidak berarti guru ringan karena
berkurangnya tugasnya. Guru harus secara aktif merencanakan, memilih,
menentukan, membimbing dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang
dilakukan siswa. Sebaliknya, siswa juga dituntut untuk secara aktif
terlihat dalam proses belajar itu baik secara fisik, mental, maupun
emosional. Proses belajar yang harus dilakukan siswa adalah belajar
untuk mendapatkan ketrampilan menemukan sendiri ilmu pengetahuan,
mengelola, mempergunakan, dan mengkomunikasikan hal-hal yang telah
ditemukannya itu.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai dengan pendekatan
ini, lebih mengutamakan siswa untuk mendapatkan ketrampilan
“bagaimana cara belajar” (learnhowtolearn) dari pada hasil yang
diperolehnya melalui kegiatan belajar itu sendiri. Dengan ketrampilan-
ketrampilan yang telah diperolehnya itu diharapkan siswa dapat
mempergunakan dan mengembangkannya sendiri untuk berbagai
keperluan belajar selanjutnya, sampai pun mereka telah tamat dari
sekolah. Dilihat dari kebutuhan siswa hal inilah antara lain yang
merupakan kelebihan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada
proses belajar dari pada yang berorientasi pada tujuan (keluaran) di atas.
Pengembanga kurikulum yang berorientasi pada keluaran lebih
menekankan penyajian hasil-hasil (baca: ilmu pengetahuan) yang telah
ditemukan orang lain dari pada proses untuk mendapatkan hasil itu
sendiri.

Daftar Rujukan

AbdullahIdi. 2016. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Arrusmedia.


Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Fogarty,R.(1991).Ten ways to integrated curriculum. Educational Leadership,
Oktober 1991
Kurniawan. 2011. Model dan Organisasi Kurikulum. (Online)
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061
986011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengenbamgan_Kurik
ulum.pdf

Nasution,S. 2006. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.


Nurgiyantoro, Burhan, Drs. 1998. Dasar-dasar pengembangan kurikulum sekolah.
BPFE- YOGYAKARTA.
Beau champ, George A. 1964. The curriculum of The Elementary School, Boston:
Allyn and Bacon, Inc.
Nasution, S. Prof, Dr, 1980. Asas-asas kurikulum. Bandung: Jemmars.
Depdikpud, 1976, kurikulum Sekolah Menengah Atas ( SMA ) ( Buku I, II, dan
III ), Jakarta: Balai Pustaka.
Davies, Ivor K. 1976. Objectives In curriculumdesign , London: McGraw-Hill
Book Company

Anda mungkin juga menyukai