Anda di halaman 1dari 24

IMPLIKASI PENERAPAN KOMUNIKASI TOTAL

Diajukan untuk memenuhi tugas Sistem Komunikasi Anak Dengan Hambatan


Pendengaran yang diampu oleh Dr. Endang Rusyani M.Pd

Disusun Oleh

Anissa Alfitria Nurhayati (1702724)

Haira Fadia Sucinda ()

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena atas kehendak-Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sistem Komunikasi Anak Dengan Hambatan
Pendengaran. Selain untuk memenuhi tugas, tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk membuka wawasan dan pandangan pembaca mengenai
“Implikasi Penerapan Komunikasi Total”.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami


kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang
menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Endang Rusyani yang
telah memberikan kami kepercayaan dan kesempatan untuk mengerjakan
tugas ini. Tak lupa kepada orangtua dan keluarga kami tercinta yang
banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara
moral maupun spiritual.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat


bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami khususnya, dan segenap
pembaca pada umumnya. Kami menyadari makalah ini tidak terlepas dari
sebuah kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang positif agar makalah penelitian ini menjadi lebih
baik.

Bandung, 23 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................2

C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II....................................................................................................................................3

PEMBAHASAN....................................................................................................................3

A. Pengertian Komunikasi Total...............................................................................3

B. Sejarah Komunikasi Total....................................................................................6

C. Prinsip-Prinsip Komunikasi Total.......................................................................7

D. Tujuan Komunikasi Total.....................................................................................8

E. Kelemahan Komunikasi Total..............................................................................9

F. Kelebihan Komunikasi Total................................................................................9

G. Faktor-faktor Penting dalam Implikasi Komunikasi Total................................9

H. Kedudukan Komunikasi Total...........................................................................11

I. Prosedur Implikasi Penerapan Komunikasi Total............................................12

J. Strategi Komunikasi Total..................................................................................12

K. Implikasi Penerapan Komunikasi Total............................................................13

BAB III.................................................................................................................................20

PENUTUP............................................................................................................................20

A. Kesimpulan..........................................................................................................20

B. Saran.....................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan bagian paling mendasar dalam kehidupan
manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap
gerak langkah manusia. Tanpa komunikasi manusia tidak dapat hidup,
karena manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain
serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat
untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah
komunikasi baik secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh dan
isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa). Tak terkecuali anak
tunarungu, mereka pun membutuhkan komunikasi sebagai makhluk sosial.
Anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu) sering kali
menimbulkan masalah tersendiri. Menurut Mangunsong, yang dimaksud
dengan “anak tunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak
berfungsi sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan luar biasa
(1998:66)”. Menurut Moores, “tunarungu adalah kondisi dimana individu
tidak mampu mendengar dan hal ini tampak dalam wicara atau bunyi-
bunyian, baik dengan derajat frekuensi dan intensitas (dalam Mangunsong,
1987)”.
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran, individu
tunarungu akan memiliki hambatan dalam penyerapan bahasa, yang akan
mempengaruhi kemampuan bicaranya. Kemampuan berbahasa anak
tunarungu berbeda dengan anak yang mendengar, karena perkembangan
bahasa terkait erat dengan kemampuaan mendengar. Oleh karena itu,
dibutuhkan media lain untuk berkomunikasi agar penyampaian pesan
dalam berkomunikasi menjadi lebih efektif.

1
Komunikasi total (komtal) merupakan salah satu cara untuk
mencapai tujuan dari komunikasi, yaitu menyampaikan isi pesan dengan
cara berkomunikasi menggunakan bahasa lisan, tulisan isyarat, gerak
tubuh, membaca ujaran, dan sebagainya. Komunikasi total memungkinkan
akan membantu individu tunarungu dalam berkomunikasi. Karena, jika
hanya menggunakan bahasa oral saja dalam berkomunikasi masih banyak
terdapat hambatan, dengan menggunakan komunikasi total yang selain
menggunakan oral, juga menggunakan aspek komunikasi lainnya, seperti
bahasa isyarat, gerak tubuh, dan lain sebagainya yang dapat dilihat secara
visual sehingga memungkinkan informasi yang disampaikan lebih mudah
diterima oleh individu.
Berdasarkan hal di atas, makalah ini akan membahas mengenai
implikasi penerapan komunikasi total yang diterapkan di SLB-B.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah yang hendak dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi total?


2. Bagaimana implikasi penerapan komunikasi total?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi komunikasi total.


2. Untuk mengetahui implikasi penerapan komunikasi total.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Total


Komunikasi total merupakan salah satu jenis metode komunikasi
yang sering disingkat menjadi komtal, yang mana komtal ini digunakan
oleh hampir seluruh kaum tunarungu, terutama ketika mereka
berkomunikasi dengan sesama tunarungu. Istilah Komunikasi ini
diciptakan oleh orang berkebangsaan Amerika Serikat pada tahun (1968)
yang bernama Holcomb, dan kemudian dikembangkan oleh Denton.
Komtal ini lebih menekankan bahwa setiap anak tunarungu berhak atas
segala sarana komunikasi yaitu: membaca ujaran, bicara, menulis,
membaca, ejaan jari, dan isyarat. Berikut ini, pengertian Komunikasi total
berdasarkan para ahli, antara lain :
a. Komunikasi Total ialah suatu falsafah atau konsep yang bertujuan
untuk mencapai komunikasi yang efektif di antara kaum tunarungu
melalui sisa pendengaran (aural), isyarat dan ejaan jari (manual),
bicara dan membaca ujaran (oral). (Konferensi SLB-B di Amreika
Serikat, 1976).
b. Komunikasi Total merupakan keseluruhan spektrum dari modus
bahasa yakni isyarat yang dibuat anak, bahasa 53 isyarat yang baku,
wicara, membaca ujaran, menulis dan sisa pendengaran. (Denton,
1987).
c. Komunikasi Total bukan suatu metode melainkan suatu falsafah untuk
mendekati setiap situasi komunikasi yang terjadi. (SLB-B Gallaudet,
Amerika Serikat)
d. Komunikasi Total bukan suatu metode atau cara mengajar tertentu,
melainkan merupakan suatu mendekati falsafah yang memungkinkan
terciptanya suatu iklim komunikasi yang luwes bagi kaum tunarungu,

3
bebas dari segala keraguan, terkaan, tekanan dan sebagainya.
(Garetson, 1976)
e. Komunikasi Total adalah suatu falsafah yang mencakup cara
komunikasi aural, manual, dan oral sehingga terjadi komunikasi yang
efektif dan dengan di antara kaum tunarungu. (Konferensi SLB-B di
Rochester, New York).
f. Komunikasi menggambarkan suatu falsafah tentang komunikasi,
bukan suatu metode pengajaran atau cara berkomunikasi, melainkan
dapat diumpamakan suatu tujuan pendidikan. (Hyde, Australia, 1983).
g. Komunikasi meliputi penggunaan salah satu dan semua modus atau
cara komunikasi, yaitu:
· Peggunaan sistem bahasa isyarat (SIBI).
· Ejaan jari.
· Bicara.
· Baca ujaran.
· Amplifikasi.
· Gesti.
· Pantomimik.
· Menggambar.
· Menulis.
Untuk pengungkapan dapat secara serempak bicara dengan salah satu
bentuk komunikasi manual, untuk penangkapan cukup digunakan
satu/dua media secara serembak/persamaan. (Brill,1986).
h. Di Indonesia, definisi Komunikasi Total adalah pendekatan dalam
pendidikan bagi kaum tunarungu yang menganjurkan penggunaan
berbagai bentuk media komunikasi untuk meningkatkan ketrampilan
berbahasa.
i. Menurut Denton yang dikutip oleh Freeman, Roger D (1981:147)
menyatakan bahwa komunikasi total merupakan suatu pendekata yang
fleksibel daripada pendekatan lain yang spesifik dalam pendidikan
anak tunarungu. Yang mana terdapat kebebasan memilih dan

4
menggunakan bentuuk serta cara berbahasa Nampak menonjol dalam
dalam komunikasi total. Pada umumnya pendidikan anak tunarungu
akhir-akhir ini dalam pengajarannya, menggunakan dua jenis
pendekatan utama, yaitu oral murni (pure oral), dan kombinasi
(combined method) yakni, penambahan isyarat, dan ejaan jari pada
komunikasi oral.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


komunikasi total merupakan salah satu jenis falsafah/pendekatan yang
menekankan bahwa setiap anak tunarungu berhak atas segala sarana
komunikasi dalam pendidikan bagi kaum tunarungu yang menganjurkan
penggunaan berbagai bentuk media komunikasi untuk meningkatkan
ketrampilan berbahasa sepeti dengan cara membaca ujaran, bicara,
menulis, membaca, ejaan jari, dan isyarat, dll.

Walaupun komunikasi total ini terdiri dari beragai komponen, bukan


berarti masing-masing komponen yang terdapat dalam komunikasi ttal itu
merupakan bentuk komunikasi total, seperti bahasa isyarat, dan ejaan jari
saja, melainkan bahwa komunikasi total ini merupakan suatu bentuk
pendekatan (filosofis), bukan cara atau metode yang diterapkan dalam
pendidikan bagi para penyandang tunarungu.

Tinjauan filososis ini awalnya diyakini di beberapa Negara, yakmi


Amerika, Australia, dan Negara-negara di Eropa lainnya.

Hal ini umumnya didasarkan pada beberapa hal, antara lain :

a. Adanya hambatan, keterbatasan, dan tuntutan sesuai dengan situasi-


situasi yang ada,
b. Adanya kemungkinan-kemungkinan dalam berkomunikasi bagi anak
tunarungu, baik secara ekspresif maupun reseptif,
c. Adanya kemampuan dan hambatan lawan bicara yang terlibat dalam
situasi komunikasi.

5
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu
pendekatan filosofis dan fleksibel dalam pendidikan anak tunarungu
yang melibatkan kemungkinan pada diri anak yang dapat dimanfaatkan
sebagai wahana komunikasi, termasuk gesture, bahasa isyarat, ejaan
jari, symbol-simbol, pantomime, membaca, menulis, gambar-gambar,
serta pemanfaatan sisa pendengaran.

B. Sejarah Komunikasi Total


Sekitar tahun 60-an di negara berkembang munculah suatu
pandangan baru dalam pendidikan anak tunarungu, yang mana pandangan
menampilkan pendekatan baru dalam pengembangan media komunikasi
tunarungu, yaitu suatu pandangan yang memanfaatkan segala media
komunikasi didalam pengajaran anak tunarungu. Metode ini disamping
menggunakan media yang sudah lazim, yaitu berbicara, membaca ujaran,
menulis, membaca, dan "mendengar" (dengan memanfaatkan sisa
kemampuan mendengar), juga menggunakan pendekatan isyarat alamiah,
abjad jari, dan isyarat yang dibakukan.
Komtal merupakan salah satu konsep media komunikasi yang
memiliki tujuan antara lain untuk mencapai komunikasi yang efektif
antara sesama tunarungu ataupun kaum tunarungu dengan masyarakat luas
dengan menggunakan media berbicara, membaca bibir, mendengar, dan
berisyarat secara terpadu.
Dengan adanya media komunikasi total sangat memungkinkan
terjadi komunikasi yang efektif karena dalam media komunikasi ini
menggunakan media berbicara, membaca bibir, mendengar dan berisyarat
dan lain-lain yang memungkinkan difahami oleh para pelaku komunikasi,
terlebih bagi anak-anak yang memiliki gangguan pendengaran berat,
mereka sangat memungkinkan untuk menggunakan media komunikasi ini
atau media komunikasi ini dapat dijadikan salah satu alternative dalam
mengembangkan media komunikasi untuk anak tunarungu, karena dengan
menggunakan komunikasi total, isyarat maupun berbicara tersedia, karena

6
di dalam penggunaaan komunikasi total, isyarat, abjad jari, campuran
(combined system) dan berbicara dilakukan secara bersamaan.
Oleh karena itu, apabila komunikasi total dilaksanakan dengan
utuh maka kemampuan berbicaranya akan semakin baik. Bagi anak yang
masih memiliki sisa pendengaran, akses lewat pendengaran, membaca
ujaran (speech reading) dan secara visual dengan isyarat perlu dilatihkan
dan ditingkatkan.

C. Prinsip-Prinsip Komunikasi Total


Beberapa prinsip utama Komunikasi total atau komtal yang
dikemukakan oleh Zoerduikhola W dan Marry Buts (1986:7) adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menyadari dan menggunakan seluruh ekspresi-ekspresi manusia
2. Untuk menggunakan beberapa bentuk ekspresi secara bersamaan
3. Komunikasi harus berfungsi dalam situasi sehari-hari yang umum
4. Titik awal harus kemungkinan individu
Selanjutnya, bentuk-bentuk ekspresi yang dimaksudkan pada
prinsip – prinsip tersebut dijabarkan pada skema berikut ini :

BENTUK-BENTUK EKSPRESI

VERBAL NON VERBAL


Non- Suara-suara kejiaan (mood sounds) Reaksi-Reaksi Fisiologi
Linguistik -Menangis -Sentuhan
-Tertawa -Penampilan fisik
-Mengeluh -Ekspresi wajah
-TersenyuM, -Gerakan tubuh
Pre- -Perhatian pada suara-suara yang Memainkan atau menggunakan
Linguistik ditimbulkan -Objek-objek nyata
-Meraban -Miniatur
Fotograpy
-Gambar-gambar
-Gerak-gerik

7
Linguistik -Bicara -Penggunaan simbol/kode
-Nyanyian -Bahasa isyarat
-Ejaan jari
-Tulisan

Selanjutnya, beberapa prinsip-prinip komunikasi total selain


prinsip-prinsip utama diatas antara lain :
a. Diperkenalkan sejak awal kehidupan anak,
b. Melibatkan komponen-komponen seperti gerak-gerik (gesture), bahasa
isyarat, membaca ujaran, ejaan jari, berbicara, membaca dan menulis,
c. Pemanfaatan sisa-sisa pendengaran melalui latihan mendengar dan
oenggunaan alat bantu mendengar (hearing aid).

D. Tujuan Komunikasi Total


Komunikasi total atau komtal memiliki tujuan antara lain :
a. Komunikasi Total bertujuan untuk mencapai sasaran komunikasi
dalam arti yang paling hakiki yaitu terjadinya saling mengerti antara
penerima dan pengirim pesan hingga terbebas dari kesalah-pahaman
dan ketegangan.
b. Penggunaan komtal bertujuan agar terjadi komunikasi yang efektif
antar kaum tunarungu mapun dengan orang-orang pada umumnya
c. Komunikasi total mempunyai manfaat yakni memberikan dorongan
pada anak tunarungu agar dapat menerima dirinya sebagimana adanya
dan menumbuhkan kemampuan berbahasa seawal mungkin untuk
memenuhi kebutuhan kebutuhannya berdasarkan pada keterampilan
masing-masing anak tunarungu.

E. Kelemahan Komunikasi Total


Berikut ini, kekurangan komunikasi total antara lain:

8
5. Kelainan yang dimiliki atau dihadapi oleh kaum tunarungu akan
tampak di hadapan orang banyak
6. Menuntut orang-orang di luar kaum tunarungu untuk lebih
memahami keberadaan kaum tunarungu, terutama dalam
keterbatasan menerima akses bunyi bahasa

F. Kelebihan Komunikasi Total


Berikut ini, kelebihan-kelebihan komunikasi total antara lain :
a. Dapat digunakan untuk berkomunikasi tidak sebatas sesama kaum
tunarungu
b. Tidak menuntut aturan-aturan secara khusus dalam penggunaannya
c. Mudah digunakan, lebih praktis dan tidak menuntut belajar secara
khusus.

G. Faktor-faktor Penting dalam Implikasi Komunikasi Total


Faktor penting dalam Komunikasi Total sebagai wahana berbahasa
adalah oral dan manual. Kedua jenis wahana tersebut berperan timbal
balik, saling melengkapi dan sulit dipisahkan dalam prakteknya. Posisi
keterikatannya dalam pendekatan Komunikasi Total secara umum dapat
dibuat skema sebagai berikut:

9
Dari skema di atas nampak bahwa wabana komunikasi oral dan
manual saling melengkapi dalam konteks Komunikasi Total. Beberapa
tokoh pendukung Komunikasi Total banyak pula yang merasa yakin,
babwa oral dan manual harus selalu digunakan secara bersamaan. Denton,
berpendapat:
It (signing) is, of course, always used simultaneously with speech,
thus·signing reinforces speo::hreading and speechreading reinforces
signing and better communication is the result. (Freeman, Roger D,
1981:154).
Selanjutnya menurut International Association of Parents of the
Deaf (1976), yang diungkapkan oleh Freeman, Roger D (1981 :154)
adalah sebagai berikut:
.. residual hearing, speech, speechreading, signs, fingerspelling, and
gestures are used simultaneously in communication.
Kombinasi oral-manual memang perlu dan banyak manfaat yang
diperoleh dalam pendidikan anak tunarungu_ Namun demikian tidak
semua menyetujui pemakaiannya secara bersamaan. Hal demikian karena
atau diasumsikan bahwa keduanya memiliki struktur yang berbeda. Di
samping itu manual hanyalah merupakan "supplement", bagi oral.

H. Kedudukan Komunikasi Total


Para penyandang tunarungu umunya berangkat dari lingkungan
keluarga yang beranekaragam keadaan dan statusnya, sehingga
karakteristik dari anak-anak yang mengalami ketunarunguan juga
bervariasi. Anak tunarungu yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang juga penyandang tinarungu biasanya mereka akan belajar bahasa
isyarat secara natural, sehingga mereka akan secara cepat dapat belajar
berkomunikasi secara manual. Selain itu, mereka juga akan mudah
beradaptadi dalam berbahasa isyarat. Kendati demikian, ada beberapa
persoalan yang perlu dipertanyakan berkenaan dengan penggunaan bahasa
isyarat bagi anak tunarungu, yaitu manakah yang sebenarnya lebih alami
bagi para penyandang tunarungu, penggunaan bahasa isyarat yang secara

10
mudah dapat dipelajari oleh anak ataukah sistem berbahasa lainnya yang
mendorong orangtuanya untuk mengajarkan cara-cara baru dalam
berbahasa yang juga akan menghabiskan waktu yang cukup lama?
Terlepas dari alami atau tidaknya penggunaan sistem berbahasa
bagia anak tunarungu, namun suatu hal yang patut dipertimbangkan adalah
pemikiran-pemikiran atau argumen kaum oralis, Iahwa bahasa isyarat
terlalu mudah dipelajari oleh anak tunarungu, dan senyatanya kemudahan
mempelajari cara berbahasa tersebut juga merupakan suatu hal yang
positif, yang tidak perlu terlalu dikawatirkan. Sebab dalam kenyataannya,
keadaan yang demikian juga memberikan mnnfaat bagi para penyandang
tunarungu.
Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, juga
menunjukkan bahwa pengajaran bahasa isyarat dalam kerangka
komunikasi total ternyata tidak merugikan kemampuan berbahasa oral.
Selain itu, penggunaan bahasa isyarat bagi anak tunarungu tidak pcrlu
mengarah kepada hilangnya kecakapan berkomunikasi dengan cara yang
lain. Mereka masih memperoleh kesempatan untuk berkembang secara
optimal , sebab anak-.anak tunarungu pada umumnya membutuhkan
sistem komunikasi yang cocok sejak awal kehidupannya. Hal lain yang
juga tidak boleh di lupakan adalah bahwa potensi pendengaran dan
kemampuan oral anak tunarungu masih bisa dikembangkan dalam
kerangka Komunikasi 'I'otal.
Dengan demikian, komunikasi total menjadi alternative yang
sangat menarik dan bermanfaat bagi anak tunarungu dalam
berkomunikasinya. Komunikasi total secara nyata dapat menjembatani
suatu pemikiran atau cara berbahasa yang ekstrim tentang kealamian
konsep berbahasa bagi anak tunarungu.

I. Prosedur Implikasi Penerapan Komunikasi Total


Dalam prakteknya komtal menerapkan untuk menggunakan sistem
isyarat yang memiliki aturan yang sama dengan Tata Bahasa Indonesia,
baik secara lisan dan tulisan sehingga diharapkan siswa dapat menguasai

11
Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Penguasaan cara komunikasi
total yang baik akan memberi pengaruh baik dalam ketrampilan wicara,
menyimak, dan baca ujaran. (M. Hyde, Des Power,1994).
Penggunaan komtal dalam prakteknya tidak membutuhkan cara-
cara khusus, bagi kaum tunarungu yang masih memiliki sisa pendengaran
yang cukup dan memiliki kemampuan artikulasi yang cukup dapat lebih
dominan menggunakan bahasa oral, sedangkan bagi kaum tunarungu yang
mengalami kehilangan pendengaran berat dan sangat berat sekali dapat
menggunakan cara isyarat, tulisan dan cara komunikasi lainnya. Ini
difahami bahwa dalam menggunakan komunikasi total tidak ada prosedur
khusus.

J. Strategi Komunikasi Total


Anak-anak tuna rungu, pada dasarnya memiliki intelegensia yang
sama dengan anak normal lainnya, namun karena adanya keterbatasan
pada pendengaran, bahkan kehilangan pendengaran sama sekali,
menjadikan kurangnya perbendaharaan kata, padahal, bahasa adalah pandu
realitas social, dimana, manusia memiliki kemampuan untuk
mengembangakan dirinya melalui kemampuan berbahasa. Kemampuan
manusia untuk berkomunikasi sebagai bagian hidup tak terpisahkan,
mengharuskan manusia untuk mendengar maupun suara. Untuk itu,
strategi komunikasi total yang dilakukan guru maupun lingkungan
bilamana ingin berinteraksi dengan tuna rungu adalah melalui strategi
tertentu. Berikut merupakan struktur dan strategi komunikasi total menurut
Fakri (tt):

12
K. Implikasi Penerapan Komunikasi Total
i. Metode Oral dalam Komunikasi Total
Let v. Bekkum (1981) berdasarkan penelitian berbagai ahli
mengemukakan bahwa mutu pendidikan sebagai hasil penerapan
metode oral sering tidak memuaskan. Ternyata kemampuan
membacanya kebanyakan anak tunarungu setelah mengikuti
pendidikan hanya akan mencapai taraf membaca kelas 4 atau 5
(Conrad dari Inggris, 1976), prestasi sekolah pada umumnya
ketinggalan daripada anak dengar (Vernon dari Amerika Serikat,
1976) dan kejelasan bicara tidak memuaskan (de Yonge dari negeri
Belanda, 1980, Conrad, 1976). Faktor yang menentukan untuk
keberhasilan dalam kehidupan sosial dan bekerja di masyarakat adalah
kemampuan bahasa dan bicara. Namun ternyata banyak anak
tunarungu walaupun sebenarnya cerdas tidak menunjukkan hasil yang
sebanding dengan kerja keras dan usaha guru maupun orang tua dalam
mendidik mereka.
ii. Isyarat dalam Komunikasi Total
Seorang ahli yang banyak mengungkapkan tentang bahasa isyarat
ASL ini adalah Stokoe (1960). Berkat penelitiannya, makin diketahui

13
bahwa bahasa yang sebelumnya dipandang “rendah” juga mempunyai
sistem walaupun sistem tersebut berbeda dari bahasa lisan masyarakat.
Ternyata kaum tunarungu di Amerika Serikat dalam menggunakan
ASL banyak terpengaruh oleh struktur bahasa masyarakat atau bahasa
inggris, sehingga dalam berkomunikasi menggunakan campuran dari
isyarat ASL, ejaan jari, dan bahasa Inggris lisan.
Makin banyak pula usaha untuk menyusun bahasa isyarat yang
memiliki struktur yang sama dengan bahasa lisan masyarakat seperti
telah mulai dirintis oleh de L’Epee dalam abad ke XVII. Semua ini
menunjukkan makin banyaknya perhatian mayoritas terhadap bahasa
isyarat kaum tunarungu sebagai salah satu komponen Komtal.
iii. Isyarat dan Ejaan Jari dalam Komunikasi Total
Let v. Bekkum dan kawan-kawan (1981), membedakan tiga jenis
penelitian dalam bidang ini yaitu :
1. Penelitian yang dirancang dengan cara “ex-post facto”, yaitu
membandingkan dan menilai prestasi yang telah dicapai dua
kelompok (atau lebih) anak tuli setelah dididik dengan metode
komunikasi yang berbeda.
2. Rancangan berupa eksperimen dengan mengadakan penilaian atau
tes sebelum dan sesudah suatu program dilaksanakan dalam
pendidikan anak.
3. Studi kasus yaitu mengumpulkan data yang sistematis mengenai
perkembangan bahasa pada anak-anak tertentu.

Berikut ini akan diuraikan dengan lebih terinci hasil masing-masing


penelitian :

1. Studi Ex-post-facto
Jenis riset ini terutama membandingkan prestasi antara
anak tuli dan orangtua yang juga tuli yang dididik dengan metode
isyarat dngan prestasi anak tuli dari orangtua yang mendengar
(normal) dan dididik secara oral.

14
Obyek penelitian adalah pengaruh komunikasi isyarat
terhadap berbagai aspek penguasaan bahasa dan mengenai peran
isyarat sebagai alat untuk menyampaikan informasi. Penelitian
jenis ini antara lain dilakukan oleh Quigley & Frisinai (1961),
Stuckless & Birch (1966), Meadow (1968), dan Vernon & Koh
(1970-1971).
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan
penelitian ex-post-facto ini adalah bahwa penggunaan komunikasi
isyarat sejak usia dini ternyata :
a) Tidak merugikan kejelasan bicara, kelompok oral secara tara-
rata memiliki kemampuan bicara sedikit lebih jelas daripada
kelompok isyarat namun perbedaan tidak signifikan.
b) Dapat memajukan keterampilan membaca ujaran.
c) Berpengaruh posotif terhadap perkembangan kemampuan
membaca dan menulis.
d) Tidak berpengaruh negatif terhadap penyesuaian psikososial,
malahan kelompok isyarat menunjukkan penyesuaian sedikit
lebih baik daripada kelompok oral walaupun tak signifikan.
2. Studi dengan eksperimen
Pada studi semacam ini anak dites sebelum dan sesudah
mengikuti pendidikan dengan metode komunikasi tertentu. Hasil
tes kemudian dibandingkan sehingga dapat ditarik kesimpulan
tentang pengaruh metode tertentu.
Eksperimen yang terkenal adalah yang dilakukan oleh
Quigley (1963). Ia membandingkan kemampuan bahasa kelompok
anak tuli yang dididik melalui metode Rochester (penggunaan
bicara dan ejaan jari secara serempak) dengan kelompok yang
dididik dengan metode oral. Tes kemampuan bahasa yang
digunakan meliputi tes membaca dan suatu tes keterampilan
berbahasa yang terdiri dari lima subtes. Anak dites sebelum
mengikuti pendidikan dan selama 4 tahun dites ulang sekali

15
setahun. Quigley mengulang eksperimen ini dengan
membandingkan kelompok Rochester dengan kelompok yang
dididik melalui metode simultan ( bicara dikombinasikan dengan
isyarat). Hasil eksperimen ini juga menunjukkan kelebihan
kelompok Rochester di atas kelompok lainnya terutama untuk
membaca, menulis, dan berhitung. Untuk kemampuan bicara dan
baca ujaran tidak ditemukan perbedaan.
3. Studi kasus
Salah satu studi kasus yang banyak dikenal adalah dari
Schlesinger & Meadow (1972). Mereka mengumpulkan data
perkembangan bahasa dua anak tuli (R dan M). Sejak permulaan
mereka dididik dengan komunikasi oral maupun isyarat. Tujuan
penelitian :
a) Mencari kebenaran tentang pendapat bahwa penggunaan
serempak antara dua sistem komunikasi akan saling
menghambat perkembangan masing-masing, dan
b) Untuk mengetahui apakah benar bahwa perkembangan bicara
anak yang dididik dengan isyarat akan terlambat.

iv. Fase Awal Perkembangan Bahasa dalam Komunikasi Total


Interaksi ibu dengan anak dengar pada fase awal kehidupan
terutama berlangsung secara nonverbal. Bersamaan waktu dengan
bentuk komunikasi ini seorang ibu akan menggunakan ungkapan
bahasa verbal sehingga lama kelamaan gerakan/isyarat akan diganti
dengan kata-kata.
Pada anak tuli, hal tersebut tentu tidak akan terjadi karena
kemampuan pendengaran tidak/kurang ada. Bila ibunya tidak akan
mengembangkan suatu sistem komunikasi yang visual dengan anak
maka perkembangan bahasa akan terhambat, sebagai akibat
perkembangan bicara pun terganggu. Tambahan lagi di satu pihak
anak tidak diberi kemungkinan untuk mengungkapkan perasaan serta

16
keinginannya selain dalam bentuk primitif dan di pihak lain ibunya
pun akan terhalang dalam menyalurkan kebutuhan akan komunikasi
dengan anaknya. Komtal diharapkan akan memberi lebih banyak
kemungkinan untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak dan
kemudian secara tidak langsung kemampuan bicaranya.
Voltera menganalisa perkembangan gesti dan kosa kata isyarat
serta kata pada sejumlah anak dengar dan anak tuli antara usia 1 – 2
tahun (anak tuli dalam studi kasus ini mempunyai orang tua yang juga
tuli, yang berisyarat dengan mereka). Analisa tersebut memberi
informasi tentang peran masukan kebahasaan dalam fase pra-bahasa
mereka.
Pada hakekatnya anak perlu mengembangkan kemampuan untuk
membeda-bedakan berbagai aspek atau bagian dari dunianya yaitu
berupa berbagai kegiatan benda, manusia, dan kejadian. Dalam
mengadakan komunikasi dengan dunianya, mereka akan
menggunakan dua cara yaitu:
Pertama, secara langsung menunjuk pada benda/manusia/kejadian
dengan gerak seperti menunjuk, memperlihatkan sesuatu dan
memberikan sesuatu. Cara ini dinamakan juga gesti langsung.
Kedua, dengan menggunakan berbagai lambang untuk mewakili
hal-hal dalam dunianya baik bersifat vokal maupun gesti. Lambang
vokal dalam hal ini adalah kata-kata sedangkan gesti dalam hal ini
merupakan gerakan di luar gesti langsung yang telah disebut
sebelumnya yaitu gesti yang mewakili berbagai aspek dunianya dan
telah disepakati bersama antara anak dan lingkungan berdasarkan
interaksi/pengalaman bersama dan biasanya berhubungan dengan
pengenal anak terhadap fungsi benda-benda seperti misalnya gesti
untuk makan, minum dan sebagainya, juga disebut gesti tak langsung.
Dari penelitian ini terungkap hasil sebagai berikut:
a) Anak dengar mampu menggunakan lambang, baik yang bersifat
vokal (kata) maupun gesti. Dalam melakukan penggabungan

17
mereka mampu menggunakan penggabungan antara dua atau lebih
gesti langsung maupun antara gesti langsung dengan lambang (baik
berupa gesti tak langsung dan kata). Tetapi mereka tidak akan
menggunakan penggabungan antara dua gesti tak langsung
melainkan menggabungkan kata dengan kata.
b) Anak tuli ternyata akan mengikuti perkembangan serupa terutama
yang menyangkut kemampuan untuk gesti langsung dan tak
langsung. Perbedaan terletak dalam kemampuan penggabungan.
Mereka akan sedikit sekali menggunakan penggabungan antara
gesti langsung (maupun tak langsung) dengan kata, melainkan
akan lebih banyak mengadakan penggabungan antara dua gesti tak
langsung.

Kesimpulan studi ini adalah bahwa kemampuan untuk menggunakan


gesti sebagai lambang (gesti tak langsung) maupun penggabungan gesti
untuk berkomunikasi tidak tergantung secara langsung dari penyajian
kebahasaan, karena tidak terdapat perbedaan antara anak dengar dengan
anak tuli dalam kemampuan tersebut. Berbeda dengan kemampuan untuk
menggunakan penggabungan lambang-lambang. Anak yang dididik
dengan bahasa lisan akan menggunakan penggabungan antara dua
lambang vokal (kata) sedangkan anak tuli yang dididik dengan bahasa
isyarat akan menggabungkan dua lambang gesti tak langsung.
Kemampuan penggabungan lambang merupakan pertanda dari tahap
awal perkembangan berbahasa sesungguhnya yaitu suatu bahasa yang
bersistem. Secara tidak langsung penelitian ini telah menunjukkan bahwa
untuk mengembangkan kemampuan tersebut bersyaratkan adanya
penyajian kebahasaan. Sedangkan mengenai media bisa bahasa lisan
maupun isyarat. Atau dapat dikatakan bila anak tuli tidak dikenalkan
dengan bahasa isyarat atau sistem komunikasi visual, kemampuan bahasa
tidak berkembang.

18
Berdasarkan faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya timbullah
pandangan yang menganjurkan penggunaan penggabungan media oral dan
isyarat dalam mendidik anak tuli yang kemudian dikenal sebagai
Komunikasi Total.
Cara komunikasi total dalam Fakri (tt):
1. Komtal tidak ditekankan pada salah satu komponen tertentu melainkan
disesuaikan dengan kebutuhanindividu dalam berkomunikasi tidak
semuakomponen sama efektifnya.
2. Pada kondisi awal, semua media komunikasi agar digunakan, supaya
terjalin kontak dengan anak. Media atau kombinasi media mana yang
lebih bermanfaat. Media yang kurang efektif dapat dikurangi secara
bertahap.
3. Jangan dilakukan terlalu dini dan seyogyanya komunikasi lisan jangan
pernah ditinggalkan dan tidak dianjurkan pula sama sekali
meninggalkan isyarat, karena menggabungkan berbagai media
komunikasi akan memperjelas pesan komunikasi. Artinya bahwa kita
harus bicara dan berisyarat secara simultan/serempak (bila ada
kesesuaian antara ucapan dan isyarat).

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi total merupakan salah satu jenis falsafah/pendekatan
yang menekankan bahwa setiap anak tunarungu berhak atas segala sarana
komunikasi dalam pendidikan bagi kaum tunarungu yang menganjurkan
penggunaan berbagai bentuk media komunikasi untuk meningkatkan
ketrampilan berbahasa sepeti dengan cara membaca ujaran, bicara,
menulis, membaca, ejaan jari, dan isyarat, dll.
Implikasi penerapan komunikasi total, yaitu Metode Oral dalam
Komunikasi Total, Isyarat dalam Komunikasi Total, Isyarat dan Ejaan Jari
dalam Komunikasi Total, dan Fase Awal Perkembangan Bahasa dalam
Komunikasi Total

B. Saran
Di dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kesalahan serta kekurangan dalam penulisannya. Saran yang ingin penulis
sampaikan adalah dalam menyusun makalah mengenai Implikasi
Penerapan Komunikasi Total ini, yaitu untuk lebih banyak mencari
referensi lain agar lebih banyak sudut pandang dari setiap materi yang
dibahas.

20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (tt). file:///C:/Users/acer/Downloads/167-174-1-PB.pdf

Anonim. (tt). Pendekatan Komunikasi Total. [Online]. Diakses dari


https://media.neliti.com/media/publications/88040-ID-pendekatan-
komunikasi-total-bagi-anak-tu.pdf
Fakhri, Muliadi (tt). Sistem Komunikasi Anak Tunarungu. [Online]. Diakses dari
https://www.academia.edu/25341885/fakri

Suparno. (2017). Komunikasi Total. [Online]. Diakses dari


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Komunikasi%20Total.pdf

Imas, Diana Aprilia. [Online]. Diakses dari


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/197004171994
022-
IMAS_DIANA_APRILIA/BAH_PRESENTASI_11.pdfhttp://file.upi.edu/Dir
ektori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/197004171994022-
IMAS_DIANA_APRILIA/BAH_PRESENTASI_11.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai