Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN HASIL OBSERVASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSI DI SD

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


“Pendidikan Inklusi”

Dosen Pengampu:
M. Dani Wahyudi, S. Pd. I., M. Pd

Disusun Oleh Kelompok 1


Kelas 5A PGSD

Muhammad Fakhruzie Qadli 2010125310103

Muhammad Saukani 2010125210147

Salsabila 2010125220128

Yunita 2010125120051

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
BANJARMASIN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan laporan hasil observasi yang ini dengan baik. Laporan ini telah kami
selesaikan dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan laporan ini, Untuk itu kami mengucapkan rasa hormat
dan terima kasih kepada bapak M. Dani Wahyudi, S. Pd. I., M. Pd. serta rekan rekan
dari anggota kelompok 1.
Terlepas dari semua itu, kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa laporan hasil
observasi yang kami buat ini, masih jauh dari kata sempurna baik dari segi pembahasan
ataupun dari segi penulisan laporan. Dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
pengalaman kami dalam membuat laporan. Oleh karena itu, kami secara terbuka untuk
menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca agar kami
bisa melakukan perbaikan pada laporan kami ini sehingga menjadi laporan yang baik
dan benar.
Besar harapan kami, semoga laporan hasil observasi ini dapat bermanfaat oleh
siapapun yang membacanya, terutama bagi kami yang membuatnya, serta dapat
menambah ilmu pengetahuan khususnya pada Inklusi di SD.

Banjarmasin, 25 Desember 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
BAB 1........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................ 2
C. Manfaat .............................................................................................................. 3
D. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan........................................................................... 3
BAB II .......................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4
A. Hasil Wawancara ............................................................................................... 4
B. Hasil Dokumentasi ........................................................................................... 11
BAB III....................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................ 15
LAMPIRAN ............................................................................................................... 16

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 (Hasil Dokumentasi)....................................................................................... 11

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 .................................................................................................................... 12
Gambar 2 .................................................................................................................... 12
Gambar 3 .................................................................................................................... 12
Gambar 4 .................................................................................................................... 12
Gambar 5 .................................................................................................................... 13
Gambar 6 .................................................................................................................... 13

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan hasil observasi ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pendidikam Inklusi. Pada umumnya sekolah-sekolah regular
dimana siswa-siswanya adalah anak-anak normal yang tidak mengalami
kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Hal ini sudah berjalan sangat lama dan
menjadi kebiasaan umum bahwa anak- anak biasanya belajar di sekolah umum,
sementara anak-anak berkebutuhan khusus (ABK)/difabel belajar di SLB.
Isu pendidikan untuk semua (education for all) menjadikan pendidikan
inklusi sebagai salah satu model pendidikan yang disarankan untuk berbagai tipe
anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi bersifat terbuka terhadap
perbedaan karakter peserta didik dan berupaya mengakomodasi setiap perbedaan
tersebut dengan cara-cara yang tidak merugikan peserta didik lain. Bahkan,
dalam pendidikan inklusi diharapkan perbedaan karakteristik siswa menjadi
pembelajaran tersendiri dan bernilai manfaat bagi setiap peserta didik. Usaha
saling memahami perbedaan antar peserta didik dan upaya untuk
memperlakukan perbedaan antar peserta didik secara semestinya memberi nilai
plus bagi pendidikan inklusi.
Amanat hak atas pendidikan bagi anak penyandang kelainan atau
ketunaan ditetapkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: “Pendidikan khusus
(pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, dan sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa”. Ketetapan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tersebut bagi
anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat
bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana
yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan
pengajaran.

1
Sesuai dengan amanat dalam undang-undang pokok pendidikan,
pemberdayaan anak berkelainan melalui pendidikan harus tetap menjadi salah
satu agenda pendidikan nasional agar anak berkelainan memiliki jiwa
kemandirian. Dalam arti, tumbuhnya kemampuan untuk bertindak atas kemauan
sendiri, keuletan dalam mencapai prestasi, mampu berpikir dan bertindak secara
rasional, mampu mengendalikan diri, serta memiliki harga dan kepercayaan diri.
Di atas semua itu, agar keberadaan anak berkelainan di komunitas anak normal
tidak semakin terpuruk (Efendi, 2006:2).
Sekarang ini, pendidikan inklusi di Indonesia menjadi gagasan yang
telah dipayungi oleh kebijakan pemerintah yakni Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI Nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik
yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa. Peraturan menteri tersebut memuat dengan lengkap rambu-rambu
mengenai pendidikan inklusi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Salah
satu hal signifikan yang tercatat dalam Peraturan Menteri tersebut adalah
mengenai kewajiban pemerintahan daerah kabupaten/kota untuk menunjuk
minimal satu sekolah yang harus menyelenggarakan pendidikan inklusi.
Dengan adanya ABK yang turut dalam pembelajaran bersama anak
reguler, maka hal ini tentu berdampak pula bagi anak-anak reguler. Kebijakan
sekolah yang menggabungkan anak-anak regular dengan ABK dalam satu
lingkungan pembelajaran membuat anak-anak regular bereaksi untuk
menyesuaikan diri dengan ABK tersebut. Menurut Fahmi (1982:20) salah satu
faktor yang mempengaruhi terciptanya penyesuaian diri individu adalah reaksi-
reaksi individu terhadap stimulasi dari lingkungan. Salah satu aspek dari
penyesuaian diri adalah penyesuaian sosial, maka aspek yang mempengaruhi
penyesuaian diri juga berlaku untuk penyesuaian sosial.

B. Tujuan
Tujuan diadakannya observasi ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui tujuan program pendidikan inklusi

2
2. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua, masyarakat dan lomite
sekolah tentang penyelenggaraan program pendidikan inklusi
3. Bertambahnya wawasan bagi mahasiswa dalam berinteraksi di sekolah
dasar.
4. Melihat pengamatan terhadap interaksi guru dengan siswa Abk saat proses
pembelajaran.
5. Untuk melihat langsung siswa ABK dan siswa reguler dalam belajar.

C. Manfaat
Laporan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa/i (penulis), karena:
1. Memberikan kesempatan kepada penulis untuk mempelajari, mengamati,
dan mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi oleh siswa di SD.
2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa (penulis) untuk lebih mengenal
calon anak didiknya dalam berbagai aspek yang ada dalam diri mereka dan
masalah yang mereka hadapi, khususnya anak yang berkebutuhan khusus.
3. Sebagai pedoman untuk pembelajaran.
4. Sebagai motivasi untuk melakukan suatu observasi, wawancara atau
membaca buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan inklusi di
sekolah dasar.
5. Sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam implementasi pendidikan
inklusi ke lapangan dengan menghadapi siswa-siswi langsung ke
sekolahnya.

D. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan


Observasi ini mulai dilakukan persiapan pada Rabu, 21 Desember 2022
pukul 08.00 - 11.00 WITA di UPTD SD Negeri Kurau Jalan Swadaya, Desa
Kurau, Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada hari Rabu, 21
Desember 2022 maka didapatkan hasil sebagai berikut.
1. Identitas sekolah yang kami kunjungi sebagai berikut.
Nama Sekolah : UPTD SD Negeri Kurau
Alamat Sekolah : Jl. Swadaya Desa Kurau, Kecamatan Kurau,
Kab. Tanah Laut
Nama Kepala Sekolah : Kamarul Zaman, S.Pd.
2. Apa yang menjadi tujuan dari program pendidikan inklusi ?
Jawaban : Yang menjadi tujuan dari program pendidikan inklusi adalah
memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh anak untuk mendapatkan
pendidikan melalui cara yang tidak dibedakan.
3. Berapa jumlah siswa inklusi ?
Jawaban : Jumlah siswa inklusi adalah 4 orang yang terdiri dari kelas II
sebanyak satu orang, kelas III sebanyak satu orang, dan kelas IV sebanyak dua
orang.
4. Standar apa yang digunakan untuk program pendidikan inklusi ?
Jawaban : Standar yang digunakan untuk program pendidikan inklusi
disesuaikan dengan standar sekolah pada umumnya
5. Bagaimana kualifikasi tenaga pendidik bagi siswa inklusi ?
Jawaban : Kualifikasi tenaga pendidik bagi siswa inklusi belum ada yang
memiliki latar belakang pendidikan khusus. Adapun pendidik memiliki latar
belakang S1 PGSD dll.
6. Siapa yang terlibat dalam pengelolaan program pendidikan inklusi di sekolah ?
Jawaban : Pihak yang terlibat dalam pengelolaan program pendidikan inklusi di
sekolah adalah masyarakat khususya orang tua siswa, guru-guru khususnya wali
kelas, kepala sekolah, dan dinas pendidikan.

4
7. Apakah pihak sekolah pernah mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan
peningkatankompetensi di bidang pendidikan khusus bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) ?
Jawaban : Ya, pihak sekolah pernah mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan
peningkatan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK). Baru-baru ini pihak sekolah baru saja mengikuti pelatihan untuk
pelayanan tersebut.
8. Apakah ada sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan program
pendidikan inklusi ?
Jawaban : Belum, saat ini belum ada sarana dan prasarana yang menunjang
pelaksanaan program pendidikan inklusi.
9. Apakah ada dukungan dari orangtua, masyarakat dan komite ?
Jawaban : Ya, ada dukungan dari orangtua, masyarakat dan komite. Dukungan
tersebut melalui berbagai macam termasuk partisipasi untuk kelancaran
pendidikan di sekolah dengan ikut menghadiri rapat, dll.
10. Bagaimana mekanisme penerimaan siswa inklusi di sekolah ?
Jawaban : Mekanisme penerimaan siswa inklusi di sekolah yang kami kunjungi
sama saja dengan penerimaan siswa normal pada umumnya. Di sini tidak ada
perbedaan walaupun siswa inklusi memiliki kebutuhan khusus. Hal ini
disesuaikan dengan syarat dari dinas pendidikan terkait, apabila dinas
pendidikan memberlakukan aturan bahwa siswa dengan usia tujuh tahun dapat
mendaftar ke sekolah dasar maka pihak sekolah akan menerima anak dengan
usia tujuh tahun baik siswa normal maupun inklusi.
11. Apa saja kriteria siswa inklusi yang ada di Sekolah ?
Jawaban : Kriteria siswa inklusi yang ada di sekolah yaitu mengalami slow
learning (keterlambatan belajar yang tidak sesuai dengan tahap
perkembangannya) sebanyak dua orang pada kelas II dan kelas III, mengalami
down syndrome (kesulitan mendengar dan melihat) ,dan mengalami autisme
(kesulitan dalam mengendalikan emosi yang menyebabkan sangat sulit
mengikuti pelajaran bahkan cenderung mengganggu siswa lain).
12. Bagaimana deteksi siswa yang termasuk siswa inklusi ?

5
Jawaban : Deteksi siswa yang termasuk siswa inklusi dapat dilihat dari wajah
yang cenderung memiliki kemiripan satu sama lain sehingga memunculkan ciri
khas tertentu. Selain itu, dapat dilihat pula dari perilaku siswa yang cenderung
kesulitan dalam melakukan beberapa hal yang mudah dilakukan siswa lain
maupun dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang cenderung di bawah siswa
lain.
13. Bagaimana pembagian tugas dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi ?
Jawaban : Pembagian tugas dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi
dimulai dari kepala sekolah memberikan arahan/masukan yang kemudian
dilaksanakan oleh wali kelas. Selain itu, apabila wali kelas mengalami hambatan
maka dapat dicari solusinya secara bersama oleh guru maupun melibatkan pihak
terkait seperti orang tua siswa.
14. Kurikulum apa yang digunakan dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi?
Jawaban : Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan program pendidikan
inklusi adalah kurikulum 2013. Kurikulum ini dalam penerapannya dilaksanakan
secara fleksibel sesuai kebutuhan.
15. Bagaimana guru mempersiapkan rencana pembelajaran bagi siswa inklusi ?
Jawaban : Guru mempersiapkan rencana pembelajaran bagi siswa inklusi
melalui persiapan yang sama dengan merencanakan pembelajaran bagi siswa
normal. Namun, ada beberapa yang menjadi perhatian khusus seperti cara
penyampaian yang mudah dipahami siswa inklusi maupun penilaian sesuai
kemampuannya.
16. Bagaimana pengadaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program
pendidikan inklusi ?
Jawaban : Saat ini belum ada pengadaan sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan program pendidikan inklusi. Adapun sarana dan prasarana yang
digunakan berasal dari pemerintah yang diperuntukkan secara umum (belum
secara khusus untuk siswa inklusi) seperti meja, kursi, dsb.
17. Bagaimana peran dan tanggapan orangtua, masyarakat dan komite sekolah
tentang penyelenggaraan program pendidikan inklusi?
Jawaban : Orang tua berperan dalam menyekolahkan anaknya ke sekolah dan

6
menanggapi positif terhadap adanya penyelenggaraan program pendidikan
inklusi karena dapat memberikan kesempatan untuk anaknya agar bisa
bersekolah tanpa dibedakan.
Masyarakat berperan dalam memberi dukungan terhadap orang tua maupun
sekolah dan menanggapi positif terhadap adanya penyelenggaraan program
pendidikan inklusi karena dapat memberikan kesempatan siswa belajar
menghargai perbedaan. Namun, ada beberapa pihak yang menanggapi kurang
mendukung terhadap adanya anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di
sekolah umum karena dapat mengganggu siswa lain. Hal ini diatasi oleh pihak
sekolah dengan memberikan pengertian bahwa perbedaan adalah sesuatu yang
wajar dan dengannya kita tetap bisa hidup bersama karena sejatinya setiap orang
tua maupun anak pasti menginginkan kehidupan yang normal seperti orang-
orang pada umumnya.
Komite berperan dalam memberikan arahan maupun masukan dan menanggapi
positif terhadap adanya penyelenggaraan program pendidikan inklusi karena
dapat memberikan berbagai manfaat baik untuk orang tua maupun sekolah.
18. Apakah sekolah menjalin kerjasama dengan instansi terkait dengan pendidikan
inklusi ?
Jawaban : Belum, saat ini sekolah belum menjalin kerjasama dengan instansi
terkait dengan pendidikan inklusi.
19. Apakah ada pembiayaan khusus dalam pelaksanaan program pendidikan
inklusi?
Jawaban : Belum, saat ini belum ada pembiayaan khusus dalam pelaksanaan
program pendidikan inklusi.
20. Bagaimana proses pelaksanaan program pendidikan inklusi di sekolah ?
Jawaban : Proses pelaksanaan program pendidikan inklusi di sekolah berjalan
lancar walaupun ada beberapa kendala. Kendala tersebut biasanya seperti
kurangnya perhatian pemerintah untuk meningkatkan program pendidikan
inklusi, beberapa siswa inklusi yang cenderung sulit dikendalikan, maupun
beberapa pihak yang menganggap siswa inklusi tidak pantas belajar bersama
siswa lainnya di sekolah umum.

7
21. Bagaimana kurikulum yang digunakan dalam proses pelaksanaan program
pendidikan inklusi ?
Jawaban : Kurikulum yang digunakan dalam proses pelaksanaan program
pendidikan inklusi adalah Kurikulum 2013. Namun dalam pelaksanaannya
kurikulum ini difleksibelkan sesuai dengan kebutuhan siswa.
22. Bagaimana guru dalam mempersiapkan materi atau metode pembelajaran yang
akan diajarkan?
Jawaban : Guru dalam mempersiapkan materi atau metode pembelajaran yang
akan diajarkan dilakukan sama dengan mempesiapkan untuk siswa lainnya di
dalam kelas. Namun, untuk siswa inklusi diperlukan persiapan yang lebih
banyak dan dalam penyampaiannya harus menyesuaikan cara belajar siswa
tersebut. Dalam hal ini guru terlebih dahulu harus bisa menarik perhatian siswa
terutama siswa inklusi sehingga apabila sudah maka siswa akan lebih mudah
memahami pelajaran yang disampaikan. Guru dapat pula memberikan pujian,
reward, dan sebagainya agar siswa lebih bersemangat dalam belajar.
23. Apakah siswa inklusi dapat mengikuti/ memahami proses belajar mengajar ?
Jawaban : Tergantung, siswa inklusi dapat mengikuti/ memahami proses belajar
mengajar tergantung kepada jenis kebutuhan yang dimilikinya. Untuk siswa
slow learning dapat mengikuti/ memahami proses belajar mengajar namun tidak
secepat anak lainnya di kelas. Dalam hal ini guru memberikan perhatian khusus
maupun pelajaran tambahan di luar pelajaran di kelas agar pengetahuan maupun
keterampilan siswa dapat seimbang dengan anak lainnya. Adapun untuk anak
down syndrome masih dapat mengikuti/ memahami proses belajar mengajar
namun sesuai dengan kemampuannya saja. Selain itu, untuk anak autisme
cenderung kesulitan dalam mengikuti/ memahami proses belajar mengajar. Hal
ini karena siswa cenderung tidak memperhatikan pelajaran seolah memiliki
dunia sendiri yang bahkan mengganggu teman seperti mencubit.
24. Bagaimana proses atau standar penilaian bagi siswa inklusi ?
Jawaban : Proses atau standar penilaian bagi siswa inklusi disesuaikan dengan
kemampuannya. Untuk siswa slow learner maupun down syndrome digunakan
penilaian khusus yang standarnya di bawah siswa lainnya di kelas. Begitu pula

8
siswa autisme yang cenderung tidak memahami pelajaran yang disampaikan,
namun tetap ada standar penilaian untuk siswa tersebut yaitu asalkan siswa bisa
bersosialiasi dengan teman-temannya.
25. Bagaimana komunikasi antara kepala sekolah dengan penanggung jawab, GPK
program pendidikan inklusi ?
Jawaban : Komunikasi antara kepala sekolah dengan penanggung jawab, GPK
program pendidikan inklusi terjalin dengan baik. Dalam hal ini biasanya kepala
sekolah menginformasikan kegiatan/program tertentu kemudian dilaksanakan
oleh GPK. Baru-baru ini GPK baru saja mengikuti pelatihan dari dinas
pendidikan sesuai arahan dari kepala sekolah yang kemudian informasi dari
pelatihan tersebut dicoba diterapkan di sekolah.
26. Bagaimana pemanfaatan dan penggunaan sarana prasarana bagi siswa inklusi ?
Jawaban : Saat ini belum ada pemanfaatan dan penggunaan sarana prasarana
bagi siswa inklusi. Adapun siswa inklusi masih belajar seadanya sesuai dengan
cara guru mengemas pelajaran.
27. Bagaimana bentuk partisipasi orangtua dan masyarakat serta komite sekolah
terhadap program pendidikan inklusi ?
Jawaban : Bentuk partisipasi orangtua terhadap program pendidikan inklusi
yaitu menyekolahkan anaknya ke sekolah dan menghadiri rapat pertemuan
antara orang tua dan guru. Adapun bentuk partisipasi masyarakat terhadap
program pendidikan inklusi yaitu memberikan dukungan kepada orang tua dan
siswa inklusi dengan tidak membedakan. Selain itu, bentuk partisipasi komite
sekolah terhadap program pendidikan inklusi yaitu berupa pemikiran agar
pendidikan inklusi terus dilaksanakan walaupun secara perlahan. Sejauh ini
belum ada partisipasi berupa dana khusus untuk pelaksanaan program
pendidikan inklusi dari komite sekolah.
28. Apa kendala yang dialami dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi ?
Jawaban : Kendala yang dialami dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi
yaitu kurangnya perhatian pemerintah untuk meningkatkan program pendidikan
inklusi terutama dalam hal sarana prasarana, belum adanya GPK berlatar
belakang pendidikan khusus, beberapa siswa inklusi yang cenderung sulit

9
dikendalikan, maupun beberapa pihak yang menganggap siswa inklusi tidak
pantas belajar bersama siswa lainnya di sekolah umum.
29. Bagaimana evaluasi pada program pendidikan inklusi ?
Jawaban : Evaluasi pada program pendidikan inklusi dilaksanakan dengan
melihat hasil belajar siswa dan kesadaran dari berbagai pihak terhadap adanya
pelaksanaan program tersebut.
30. Apa hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program pendidikan inklusi ?
Jawaban : Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program pendidikan inklusi
yaitu siswa inklusi mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan cara
bersosialisasi. Adapun pihak sekolah terutama guru mendapatkan pengalaman
berharga terutama mengenai cara bersabar dan mengelola kelas dengan
keanekaragaman siswa. Selain itu, masyrakat juga mendapatkan pemahaman
bahwa perbedaan adalah hal wajar yang harus dihargai.
31. Bagaimana pengaruh program pendidikan inklusi baik bagi sekolah dan
orangtua siswa inklusi ?
Jawaban : Pengaruh program pendidikan inklusi sangat positif baik bagi sekolah
dan orang tua siswa inklusi. Pihak sekolah mengalami peningkatan kompetensi
untuk memberikan pelayanan kepada siswa inklusi melalui berbagai pelatihan
dan orang tua siswa inklusi merasa anaknya diterima di sekolah tanpa
dibedakan.
32. Apa saja harapan sekolah untuk pelaksanaan program pendidikan inklusi ?
Jawaban : Harapan sekolah untuk pelaksanaan program pendidikan inklusi yaitu
pemerintah lebih memberikan perhatian lagi terutama terkait pengadaan sarana
prasarana, memberikan satu GPK untuk setiap sekolah, dan meningkatnya
kesadaran masyarakat bahwa pendidikan adalah hak bersama tanpa
membedakan apapun.
33. Apa saja manfaat yang dirasakan setelah adanya program pendidikan bagi
sekolah, siswa inklusi dan orang tua siswa inklusi ?
Jawaban : Manfaat yang dirasakan setelah adanya program pendidikan bagi
sekolah yaitu guru-guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
melaui berbagai pelatihan. Aapun manfaat yang dirasakan setelah adanya

10
program pendidikan bagi siswa inklusi yaitu dapat mengenyam pendidikan tanpa
dibedakan. Selain itu, manfaat yang dirasakan setelah adanya program
pendidikan bagi orang tua siswa inklusi yaitu dapat mendidik anaknya seperti
anak lainnya melalui tenaga pendidik (tidak hanya mendidik oleh orang tua
melainkan oleh guru pula)
34. Bagaimana lulusan peserta didik inklusi ?
Jawaban : Saat ini terdapat satu orang lulusan peserta didik inklusi di sekolah
ini. Peserta didik tersebut berjenis kelamin perempuan yang tergolong tuna
rungu yang kehiangan indera pendengaran sejak lahir dan tidak bisa berbicara.
Namun, kekurangan siswa tersebut tidak menjadikannya menyerah. Siswa
tersebut memiliki tulisan yang sangat rapi dibandingkan teman sekelas lainnya.
Selain itu, siswa tersebut memiliki kelebihan lain berupa bisa menyetir mobil di
usia anak sekolah lainnya yang hanya bisa menaiki sepeda.

B. Hasil Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan
untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan
angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung
penelitian. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah.
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi dan
wawancara.
Tabel 1 (Hasil Dokumentasi)
No. Gambar Keterangan
1. Foto bersama Guru-Guru UPTD
SDN Kurau

11
Gambar 1

2. Gambar saat wawancara dengan


Guru UPTD SD Negeri Kurau

Gambar 2
3. Gambar saat wawancara dengan
Guru UPTD SD Negeri Kurau

Gambar 3
4. Gambar saat wawancara dengan
Guru UPTD SD Negeri Kurau

Gambar 4

12
5. Gambar Daftar Hadir kelas IV

Gambar 5
6. Gambar struktur organisasi
sekolah UPTD SD Negeri Kurau

Gambar 6
5. Dokumen RPP khusus untuk ABK

RPP Akomodatif
MDVI kelas 5.pdf

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Yang menjadi tujuan dari program pendidikan inklusi adalah memberikan
kesempatan yang sama kepada seluruh anak untuk mendapatkan pendidikan melalui
cara yang tidak dibedakan. siswa inklusi di sekolah yang kami kunjungi ada 4 orang
yang terdiri dari kelas II sebanyak satu orang, kelas III sebanyak satu orang, dan
kelas IV sebanyak dua orang.Di sekolah ini belum ada guru yang mempunyai latar
belakang pendidikan khusus. Untuk pihak yang terlibat dalam pengelolaan program
pendidikan inklusi di sekolah yaitu adalah masyarakat khususya orang tua siswa,
guru-guru khususnya wali kelas, kepala sekolah, dan dinas pendidikan.
Mekanisme penerimaan siswa inklusi di sekolah yang kami kunjungi sama
saja dengan penerimaan siswa normal pada umumnya. Di sini tidak ada perbedaan
walaupun siswa inklusi memiliki kebutuhan khusus. Hal ini disesuaikan dengan
syarat dari dinas pendidikan terkait, apabila dinas pendidikan memberlakukan aturan
bahwa siswa dengan usia tujuh tahun dapat mendaftar ke sekolah dasar maka pihak
sekolah akan menerima anak dengan usia tujuh tahun baik siswa normal maupun
inklusi.
Proses pelaksanaan program pendidikan inklusi di sekolah berjalan lancar
walaupun ada beberapa kendala. Kendala tersebut biasanya seperti kurangnya
perhatian pemerintah untuk meningkatkan program pendidikan inklusi, beberapa
siswa inklusi yang cenderung sulit dikendalikan, maupun beberapa pihak yang
menganggap siswa inklusi tidak pantas belajar bersama siswa lainnya di sekolah
umum.
Kendala yang dialami dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi yaitu
kurangnya perhatian pemerintah untuk meningkatkan program pendidikan inklusi
terutama dalam hal sarana prasarana, belum adanya GPK berlatar belakang
pendidikan khusus, beberapa siswa inklusi yang cenderung sulit dikendalikan,
maupun beberapa pihak yang menganggap siswa inklusi tidak pantas belajar
bersama siswa lainnya di sekolah umum.

14
B. Saran
Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa laporan yang kami buat ini masih
jauh dari kata sempurna baik dari segi pembahasan maupun dari segi penulisan
laporan. Dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman kami dalam
membuat laporan. Oleh karena itu kami terbuka untuk menerima segala masukan
dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca agar kami bisa melakukan
perbaikan pada laporan kami ini sehingga menjadi laporan yang baik dan benar.

15
LAMPIRAN

16
17
18
19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai