Disusun oleh :
1. Alexandrin Farah Diba (K5121008)
2. Ashrifa Fuadini (K5121015)
3. Fadillah Afifah Nurjanah (K5121028)
4. Laras Rositanti (K5121040)
5. Alfi Nur Hidayat (K5121086)
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bimbingan Konseling .................................................................................... 7
B. Anak Berkembutuhan Khusus ....................................................................... 8
C. Pelayanan BK di Sekolah Inklusif ................................................................. 8
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 10
B. Metode Penelitian ......................................................................................... 10
C. Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 10
D. Teknik Pemilihan Informan .......................................................................... 11
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 11
F. Teknik Analisis Data..................................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Biodata Narasumber...................................................................................... 16
B. Interviewer .................................................................................................... 16
C. Hasil Penilitian .............................................................................................. 16
D. Pembahasan................................................................................................... 22
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 27
B. Saran ............................................................................................................. 28
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman guru BK, permasalahan
yang ditemukan oleh guru BK pada anak berkebutuhan khusus, model layanan yang
dikembangkan, tantangan guru dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus di SMP Al-
Islam 1 Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dan sumber
data berasal dari observasi dan pengamatan hasil wawancara. Data penelitian ini
dikumpulkan dalam beberapa teknik yaitu observasi dan wawancara. Analisis data dilakukan
dengan mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah
(1) guru cukup memiliki pemahaman yang baik terhadap bimbingan konseling bagi anak
berkebutuhan khusus (ABK); (2) permasalahan yang ditemukan guru BK sebatas
permasalahan dalam proses pembelajaran bagi sebagian ABK; (3) model layanan yang
dipakai sudah memberikan hasil yang cukup baik bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah
ini; (4) tantangan yang dihadapi oleh guru adalah perilaku dari anak berkebutuhan khusus
yang sering berbuat keributan.
Kata Kunci: Bimbingan konseling, ABK, sekolah inklusif
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Sukardi (2008: 2) bimbingan dapat diartikan suatu proses pemberian
bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis
oleh guru pembimbing agar individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian
yang menjadi tujuan usaha, bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang
hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: (a) mengenal diri sendiri dan
lingkungan sebagaimana adanya, (b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara
positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri sendiri, dan (e)
mewujudkan diri sendiri.
Anak Berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan atau
penyimpangan dalam proses pertumbuhan atau perkembangan baik berupa fisik,
mental, dan emosional. Anak berkebutuhan khusus (ABK) dibandingkan dengan anak
normal pada umumnya mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus (Jannah &
Darmawanti, 2004 :15).
Menurut Natawidjaja dalam Mulyadi (2016: 53), Bimbingan dapat diartikan
sebagai suatu proses bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri,
sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar sesuai dengan
peraturan dan keadaan sekolah, keluarga dan masyarakat. Sedangkan Menurut Miller
dalam Sofyan (2014: 13) bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk
mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri
secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Menurut Jones
dalam Sutirna (2013: 13) bahwa konseling itu membicarakan masalah seseorang
dengan berdiskusi dengan prosesnya, hal ini dapat dilakukan secara individual dan
kelompok, jika dilakukan secara individual dimana masalahnya sangat rahasia dan
kelompok masalahnya yang umum (bukan rahasia). Sedangkan Menurut Smith dalam
Prayitno dan Amti, (2004: 100)
Keanekaragaman peserta didik di sekolah tentu berpengaruh terhadap proses
pembelajaran maupun dalam pengembangan diri peserta didiknya sehingga
diperlukan penanganan khusus dari pihak sekolah. Salah satu komponen sekolah yang
turut membantu pengembangan diri peserta didik, adalah bimbingan dan konseling
(BK). Sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pendidikan, BK memiliki
peran penting untuk dapat mengembangkan potensi seluruh peserta didik secara
optimal. Yusuf (2011) menyatakan bahwa pemberian layanan BK terhadap peserta
didik sebagai upaya mencapai perkembangan yang optimal merupakan tanggung
jawab dari guru BK/Konselor. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Witono
(2020) yang menyebutkan bahwa bimbingan dan konseling dalam pendidikan inklusif
adalah sebuah pendekatan integratif yang berhubungan dengan pengembangan yang
ditujukan untuk memenuhi. Meskipun demikian, namun dalam pelaksanaan layanan
BK terhadap peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah, bimbingan dan konseling
belum memiliki pedoman yang jelas dan terstruktur terkait pengembangan program
pendidikan inklusif dan lebih bersifat umum. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
seperti belum adanya pola baku tentang pelaksanaan BK di sekolah inklusif,
penyiapan tenaga guru BK/konselor sekolah dari LPTK di Indonesia atau Perguruan
Tinggi penghasil lulusan BK yang menyiapkan para lulusannya untuk memiliki
keterampilan dalam menangani peserta didik berkebutuhan khusus, dan penempatan
secara resmi guru BK di sekolah model inklusif (Witono, 2020).
Berdasarkan pada pernyataan yang telah dipaparkan, maka peneliti bermaksud
untuk mengungkap peran BK di beberapa sekolah yang telah menerapkan pendidikan
inklusif kebutuhan belajar seluruh anak tanpa ada perbedaan dan pemisahan. Dengan
kata lain, dalam pendidikan inklusif berusaha memberikan hak yang sama kepada
setiap peserta didik untuk mengembangkan potensinya. Setiap peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau berkebutuhan khusus
berhak mengikuti pendidikan secara inklusi pada satuan pendidikan tertentu sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah sebagai faktor pendorong adanya observasi ini adalah:
1. Bagaimana pemahaman Guru BK terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) di
SMP Al-Islam 1 Surakarta?
2. Bagaimana bentuk permasalahan yang ditemukan oleh guru BK pada anak
berkebutuhan khusus di SMP Al-Islam 1 Surakarta?
3. Bagaimana model layanan yang dikembangkan SMP Al-Islam 1 Surakarta?
4. Apa yang menjadi tantangan guru dalam menghadapi ABK di SMP Al-Islam 1
Surakarta?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pemahaman guru BK di SMP Al-Islam 1 Surakarta
2. Untuk mengetahui permasalahan yang ditemukan oleh guru BK pada anak
berkebutuhan khusus di SMP Al-Islam 1 Surakarta
3. Untuk mengetahui model layanan yang dikembangkan SMP Al-Islam 1 Surakarta
4. Untuk mengetahui tantangan guru dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus
di SMP Al-Islam 1 Surakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BIMBINGAN KONSELING
Bimbingan secara etimologis merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu
kata “Guidance” berasal dari kata kerja “to guidance” yang memiliki arti
menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. terjemahan lain
mengartikan sebagai pertolongan. Menurut Hidayat, R (2019) Bimbingan adalah
bantuan, tuntunan, atau pertolongan; tetapi tidak semua bantuan, tuntutan atau
pertolongan berarti konteksnya bimbingan. Seperti halnya guru membantu siswa
menjawab soal-soal ujian bukan bentuk dari konteks bimbingan. Bantuan, tuntutan
atau pertolongan yang bermakna bimbingan dalam psikologisnya (Hallen,2005).
Menurut Miller (1978) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap
individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Bimbingan
menurut Hidayat, R (2019) merupakan proses pemberian bantuan kepada seseorang
atau sekelompok proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang
secara sistematis dan terus menerus oleh konselor kepada individu atau sekelompok
individu untuk menjadi pribadi yang mandiri. Bimbingan lebih menekankan pada
langkah preventif atau pencegahan. Pelayanan bimbingan harus berkelanjutan, berupa
bantuan, individual, dan memiliki tujuan.
Konseling menurut ASCA dalam SCIARA adalah hubungan yang bersifat
rahasia dalam mana konselor melakukannya dengan siswa-siswa secara individual
dan dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu mereka memecahkan masalah-
masalah dan keresahan dalam perkembangan mereka profesional antara seorang
konselor terlatih dan seorang klien. Willis S.Sofyan (2007;18) mengatakan bahwa
konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan antar seseorang yang
mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas profesional
yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien dapat
memecahkan kesulitannya.
Berdasarkan definisi bimbingan, konseling tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bimbingan dan konseling adalah suatu bentuk bantuan dan pertolongan kepada
seorang individu maupun kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu permasalahan
secara langsung face to face dengan konselor untuk memperoleh latihan dan
pengalaman yang membantu menemukan solusi.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ilmiah memerlukan objek studi yang jelas dengan menggunakan sistem
dan metode tertentu (Koentjaraningrat, 2007) yaitu metode penelitian kualitatif dan
penelitian kuantitatif. Penentuan metode penelitian disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian ini, metode yang digunakan adalah
penelitian kualitatif karena fokus kajian pada bagaimana pemahaman, permasalahan,
model layanan, dan tantangan yang dihadapi guru BK dalam menghadapi anak
berkebutuhan khusus di SMP Al Islam 1 Surakarta.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada (Denzin & Lincoln (1994 dalam Anggito & Setiawan,
2018). Menurut Kirk & Miller (1986:6) penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung dari pengamatan pada
manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya (Anggito &
Setiawan, 2018).
A. BIODATA NARASUMBER
Narasumber : Pak Ari Effendi Wibowo, S.Pd
Jabatan : Guru BK Umum
Sekolah : SMP 1 Al Islam Surakarta
B. INTERVIEWER
Interviewer wawancara ini adalah anggota kelompok 3 mata kuliah Pendidikan
Inklusif Semester 3 Program Studi Pendidikan Luar Biasa FKIP UNS, yaitu sebagai
berikut.
1. Alexandrin Farah Diba (K5121008)
2. Ashrifa Fuadini (K5121015)
3. Fadilla Afifah Nurjanah (K5121028)
4. Laras Rositanti (K5121040)
5. Alfi Nur Hidayat (K5121086)
C. HASIL
1. Instrumen Wawancara
a. Bagaimana pemahaman guru BK terhadap Anak Berkebutuhan Khusus?
b. PDBK apa saja yang ada di SMP 1 Al Islam?
c. Permasalahan apa yang ditemukan oleh guru BK pada Anak Berkebutuhan
Khusus?
d. Apa yang menjadi tantangan guru dalam menghadapi Anak Berkebutuhan
Khusus?
e. Hambatan apa yang dikeluhkan oleh para guru dalam mengajar dan
menghadapi PDBK?
f. Bagaimana model layanan yang sekolah kembangkan untuk PDBK?
g. Jenis bimbingan apa saja yang dilakukan sekolah bagi PDBK (bimbingan
akademik, individu, keluarga) ?
h. Apakah ada kelas tambahan atau kelas terpisah bagi PDBK di SMP 1 Al
Islam?
i. Apakah ada guru pendamping bagi PDBK di SMP 1 Al Islam?
j. Bagaimana cara guru BK menghadapi permasalahan PDBK dalam
bersosialisasi?
k. Apakah ada PDBK yang suka melanggar aturan kelas maupun sekolah?
l. Apakah ada PDBK yang suka membangkang?
m. Jika ada, bagaimana tindakan yang dilakukan oleh guru BK dalam
menghadapi hal tersebut?
n. Menurut guru BK, bagaimana cara menghadapi PDBK baik dalam belajar,
dalam berinteraksi dengan PDBK, dalam mendampingi PDBK?
2. Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan guru BK, Bapak Ari Effendi Wibowo, S.Pd
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana pemahaman guru Menurut saya, anak berkebutuhan khusus adalah anak
BK terhadap Anak yang memiliki kecenderungan lain-lain, seperti lambat
Berkebutuhan Khusus? bicara, membaca, ada pula yang dari program khusus
autis itu termasuk ABK. Namun, ABK sebenarnya bisa
menyesuaikan nilai yang relatif tinggi, namun nilai
ketuntasan minimal dibuat berbeda. Misal main basket,
anak pada umumnya harus bisa memasukkan bola ke
ring namun, ABK bisa memantulkan di lantai itu sudah
tuntas.
6. 8A Autism Hyperactive
7. 7F Disleksia
4. Apa yang menjadi tantangan Guru harus sabar. Siswa autis di kelas terlalu aktif.
guru dalam menghadapi Selalu ingin berpendapat dan menjelaskan materi di
Anak Berkebutuhan Khusus? depan kelas. Siswa menjelaskan terlalu lama dan
kurang. Siswa akan diminta duduk agar guru dapat
menerangkan. Siswa menurut.
5. Hambatan apa yang Guru tidak banyak mengeluh dalam mengajar PDBK,
dikeluhkan oleh para guru hanya saja cukup sulit untuk mengembangkan
dalam mengajar dan kemandirian dan mewadahi minat bakat siswa di
menghadapi PDBK? sekolah inklusi.
6. Bagaimana model layanan Pada kelas 8 ABK (Autis) terdapat pendamping saat
yang sekolah kembangkan pembelajaran. Dalam mengerjakan ujian, PDBK yang
untuk PDBK? membutuhkan pendampingan diizinkan untuk
didampingi oleh orang tua, guru, maupun orang
terdekat lainnya yang dapat membantu. Bentuk
pendampingan adalah pengajar/pendamping masuk
ketika UAS untuk membacakan soal. Pendampingan
dari orang tua. Selain itu, batas nilai ketuntasan bagi
PDBK juga disesuaikan dengan kemampuan tiap-tiap
ABK. Dalam hal ini, misal dalam ujian siswa biasa dan
PDBK di ruang kelas yang sama, soal sama, namun
KKM beda.
Bentuk layanan lain misal penyesuaian ruang kelas.
Untuk siswa lumpuh kelasnya tidak berubah, tetap di
lantai 1.
Saya pribadi, justru lebih menyarankan agar ABK
bersekolah di sekolah khusus (SLB). Karena mereka
bisa mendapat pelayanan secara maksimal dan tepat
sasaran, sebab SLB memiliki guru dan fasilitas yang
lebih memadai.
7. Jenis bimbingan apa saja Terdapat bimbingan oleh masing-masing guru BK yang
yang dilakukan sekolah bagi telah dibagi. Guru BK melayani berbagai macam
PDBK (bimbingan akademik, bimbingan.
individu, keluarga)?
Setiap hari, siswa dipantau oleh guru BK yang
menangani ABK. 1 orang didampingi oleh 1 guru BK.
10. Bagaimana cara guru BK PDBK cukup dekat dengan para guru BK. Terutama
menghadapi permasalahan bagi siswa yang banyak bicara, sering ke ruang BK dan
PDBK dalam bersosialisasi? sering menghampiri guru BK tertentu.
Namun, permasalahan seringkali ada pada siswa yang
sekelas dengan PDBK yang mana mereka merasa
bahwa PDBK seringkali diperlakukan “berbeda” dan
“spesial” . Dalam menangani hal tersebut guru BK
selalu memberi pengertian kepada semua siswa.
11. Apakah ada PDBK yang PDBK sangat sering melanggar peraturan sekolah,
suka melanggar aturan kelas hingga para guru sudah memaklumi. Pelanggaran yang
maupun sekolah? dilakukan adalah dimana siswa datang seperempat jam
setelah bel. Para guru beranggapan bahwa apabila
PDBK diminta terlalu disiplin mereka akan “bubar”.
12. Apakah ada PDBK yang Tidak ada, semua PDBK mudah diberi pengertian dan
suka membangkang? patuh pada guru.
13. Jika ada, bagaimana tindakan Jika siswa mengalami masalah maka akan didekati, dan
yang dilakukan oleh guru BK diberi pengertian.
dalam menghadapi hal Suatu ketika siswa kelas 8A pernah tantrum. Guru BK
tersebut? kemudian menanganinya, melalui teman-temannya
yang memanggil guru BK.
15. Penjelasan tambahan Terdapat tes pengetahuan ABK dari dinas terkait anak
ABK. Tes tersebut gunanya untuk mengetahui kondisi
ABK apakah keadaannya (hambatan dan
perkembangan) masih sama seperti waktu pertama kali
masuk sekolah atau terdapat perkembangan.
D. PEMBAHASAN
1. Pemahaman Guru BK Terkait Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut guru BK di SMP Al Islam 1 Surakarta Pak Ari, Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang memiliki kecenderungan yang
berbeda-beda, seperti lambat bicara, membaca. Contohnya adalah anak autis,
anak tunadaksa, dan lain sebagainya. Namun menurutnya, walau memiliki
hambatan ABK sebenarnya bisa menyesuaikan nilai yang relatif tinggi, namun
membutuhkan nilai ketuntasan minimal yang dibuat berbeda. Misal dalam
pembelajaran bola basket, anak pada umumnya harus bisa memasukkan bola ke
ring namun, ABK bisa memantulkan di lantai itu sudah tuntas.
Anak Berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan
atau penyimpangan dalam proses pertumbuhan atau perkembangan baik berupa
fisik, mental, dan emosional. Anak berkebutuhan khusus (ABK) dibandingkan
dengan anak normal pada umumnya mereka memerlukan pelayanan pendidikan
khusus (Jannah & Darmawanti, 2004 :15). Menurut (Sabra : 2010) dalam
(Ratnasari:2013) pada umumnya anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan
pendidikan yang berbeda dengan anak-anak normal lainnya.
2. Permasalahan Pada Anak Berkebutuhan Khusus
SMP Al Islam 1 Surakarta memiliki Peserta Didik Berkebutuhan Khusus
sebagai berikut.
6. 8A Autism Hyperactive
7. 7F Disleksia
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SMP Al-Islam 1 Surakarta
dapat disimpulkan, bahwa:
1. Pemahaman guru BK terhadap ABK dan penanganannya di SMP Al-Islam 1
Surakarta masih bersifat umum, guru BK sendiri mengetahui dan paham apa
itu anak berkebutuhan khusus tetapi tidak terlalu mendalam.
2. Terdapat beberapa permasalahan yang muncul pada penanganan ABK di
sekolah tersebut diantaranya dalam akademik siswa kurang dapat mengikuti
pembelajaran sehingga perlu penyesuaian; siswa seringkali aktif di dalam
kelas namun berlebihan; terdapat siswa umum yang kurang menyukai
keberadaan PDBK dan sering kali mengejek dan merasa iri apabila siswa
ABK mendapat perhatian dan perlakukan spesial; serta seringnya PDBK
melanggar peraturan sekolah berupa jam masuk yang sering terlambat.
3. Model layanan di sekolah tersebut mengizinkan pendamping orang tua saat
mengerjakan ujian, serta diberikan ketuntasan (KKM) yang berbeda sesuai
tingkat pencapaian ABK. Membantu menenangkan PDBK saat diejek siswa
lain dan memberi teguran pengertian pada siswa umum lain. Adanya
penyesuaian ruang kelas, siswa tunadaksa kelasnya tidak berubah tetap di
lantai pertama. Melakukan penyesuaian dan memahami keberadaan ABK
dengan berusaha memberi pelayanan BK sesuai dengan kebutuhan anak.
4. Bimbingan yang diberikan oleh guru BK berupa bimbingan sosial dan
bimbingan individu, dimana para guru BK selalu memberi pengertian dan
pemahaman kepada siswa umum maupun siswa berkebutuhan khusus. Guru
BK selalu terbuka untuk mendengarkan cerita siswa berkebutuhan khusus.
5. Tantangan guru dalam menghadapi ABK masih kesulitan dalam memberikan
bahan ajar dan penjelasan sederhana dan berulang, kesulitan mengembangkan
kemandirian dan mewadahi minat bakat siswa, serta siswa ABK aktif
menjawab dan ikut menjelaskan materi namun justru kurang sesuai dan
memotong pembelajaran, sehingga kurang kondusif.
6. Guru BK cukup memahami kebutuhan psikis anak berkebutuhan khusus. Guru
BK cukup dapat menguasai para siswa untuk menerima keberadaan siswa
berkebutuhan khusus di kelas.
B. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dari wawancara dan observasi dengan di SMP
Al-Islam 1 Surakarta, terdapat rekomendasi terkait permasalahan dan tantangan guru
BK dalam menangani ABK yaitu pada siswa umum yang masih merasa iri dan belum
bisa menerima keberadaan ABK, guru BK bisa melakukan edukasi berupa tadabur
alam atau sekedar belajar di luar kelas bersama dengan ABK agar siswa lain belajar
bagaimana memperlakukan ABK sambil guru BK memberikan pengertian dan arahan
secara langsung. Dalam pembelajaran kelas kurang kondusif karena siswa sering
banyak menjawab dan kurang tepat maka bisa menyediakan guru pendamping bagi
ABK untuk membantu mengontrol dan membimbing saat ABK kesulitan dalam
pembelajaran yang sedang berlangsung. Sehingga ABK dapat terfasilitasi dengan
baik, dan dapat menerima pelajaran secara maksimal.
Kami menyarankan agar para guru mendapatkan pelatihan, pengetahuan, dan
keterampilan guru prasekolah untuk pelaksanaan pendidikan inklusif. Pendidikan
inklusif menuntut guru-guru reguler di sekolah inklusif untuk memahami identitas
masing-masing peserta didiknya dan memahami apa itu perbedaan dengan stigma
yang positif. Guru yang sudah mengambil bidang pendidikan tertentu tentunya tidak
dapat dipaksakan untuk mengambil pendidikan pada bidang pendidikan khusus.
Namun, semua ini dapat ditanggulangi dengan mengikuti pelatihan-pelatihan. Guru
dituntut untuk berkomitmen mengenai penyetaraan siswa-siswinya di kelas. Atas
banyaknya tuntutan yang dimiliki seorang guru, maka guru memang harus
mendapatkan pelatihanpelatihan. Tentunya, mengadakan pelatihan memerlukan
dukungan dari berbagai pihak. Ini diwujudkan agar guru dapat menyiapkan situasi
yang nyaman saat pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Imam Yuwono, M.Pd. 2020. Mendesain Guru Inklusif. Yogyakarta: Deepublish.
Hadi, A., & Laras, P. P. B. (2021). Peran guru bimbingan dan konseling dalam pendidikan
inklusi. Jurnal Selaras: Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi
Pendidikan, 4(1), 17-24.
Witono, A. H. (2020). Peran bimbingan dan konseling dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusif. Progres Pendidikan, 1(3), 154-167.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/view/37011
https://repository.uir.ac.id/4637/5/bab2.pdf
https://eprints.umm.ac.id/37194/3/jiptummpp-gdl-faradilara-48110-3-babii.pdf
LAMPIRAN
Wawancara bersama Pak Ari Effendi Wibowo, Foto bersama Pak Ari Effendi Wibowo, S.Pd
S.Pd di ruang BK
Komponen Program BK
Daftar Masalah Bidang BK