Anda di halaman 1dari 12

“KONSEP PENDIDIKAN BERORIENTASI KEMERDEKAAN

BELAJAR”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok

Dosen Pengampu : Dr. Dedik, M.S.I

Disusun Oleh :

KELOMPOK 14

Muhammad Arif Hulu (0301183254)

Salsadillah (0301181068)

Mata Kuliah : Isu-Isu Aktual dalam Pendidikan

Sem.VII/PAI-3

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiat Allah SWT yang senantiasa memberikan beribu-ribu
nikmat dan salah satunya yaitu nikmat sehat, sehingga kami dapat mengerjakan tugas
ini dengan tepat waktu. Dan tak lupa shalawat berangkaikan salam senantiasa tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang mana hanya syafa’at Beliaulah
yang kita harapkan diakhir kelak.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Dedik, M.S.I selaku


dosen pengampu mata kuliah Isu-Isu Aktual dalam Pendidikan yang sudah
memberikan bimbingan selama proses pembelajaran. Selanjutnya, besar harapan kami
agar makalah ini dapat berguna untuk para pembaca dalam menambah wawasan.
Terutama untuk kami selaku penulis. Tujuan dari makalah ini adalah untuk
mendorong dan membantu para pembaca untuk mencari informasi yang relevan serta
aktual.

Akhir kata, Kami ucapkan mohon maaf jika dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan. Dan Kami sebagai penulis mengharapkan kritik
serta saran yang dapat membangun kemampuan Kami dalam menulis makalah yang
selanjutnya.

Medan, 22 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Arah dan Kebijakan Pendidikan Orientasi Kemerdekaan Belajar ........... 2
B. Analisis Terhadap Kebijakan Tersebut .................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 8
B. Saran ..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab.
Pemerintah Indonesia sejak orde lama, orde baru, bahkan sampai saat ini,
telah banyak memberikan perhatian dalam dunia pendidikan. Perhatian tersebut
tercermin dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan guna menuju pendidikan
Indonesia yang lebih baik lagi. Taruhlah misal kebijakan program wajib belajar,
beasiswa kepada masyarakat yang kurang mampu sekarang dinamakan Bidik Misi,
ada juga LPDP, serta menganggarkan 20 persen APBN untuk sektor pendidikan.
Baru-baru ini, Mendikbud Nadiem Anwar Makarim, yang kemudian akrab
dipanggil Mas Menteri mencanangkan kebijakan “Merdeka Belajar,” yang
mengundang banyak perhatian dari berbagai kalangan termasuk praktisi dan
akademisi. Mereka mengkaji program ini sesuai dengan ketertarikan masing-masing.
Mengingat, kebijakan “Merdeka Belajar” ini nantinya bersinggungan langsung
dengan kehidupan dan kepentingan peserta didik. Salah satu usaha pemerintah untuk
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan ialah membuat kebijakan baru terkait
kurikulum. Kurikulum yang saat ini dicanangkan oleh pemerintah khususnya menteri
pendidikan adalah kurikulum merdeka belajar. Konsep kurikulum merdeka belajar
ini menekankan pada pemberian kebebasan di bidang pendidikan. Dalam hal ini,
guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa dalam memberikan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana arah dan kebijakan pendidikan orientasi kemerdekaan belajar?
2. Bagaimana analisis terhadap kebijakan tersebut?
C. Tujuan
1. Mengetahui arah dan kebijakan pendidikan orientasi kemerdekaan belajar.
2. Mengetahui analisis terhadap kebijakan tersebut.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Arah dan Kebijakan Pendidikan Orientasi Kemerdekaan Belajar


1. Pengertian Merdeka Belajar

Merdeka Belajar merupakan proses pembelajaran secara alami untuk mencapai


kemerdekaan. Diperlukan belajar merdeka terlebih dahulu karena bisa jadi masih ada
hal-hal yang membelenggu rasa kemerdekaan, rasa belum merdeka dan ruang gerak
yang sempit untuk merdeka. Esensi Merdeka Belajar adalah menggali potensi terbesar
para guru dan siswa untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara
mandiri. Mandiri bukan hanya mengikuti proses birokrasi pendidikan, tapi benar-
benar inovasi Pendidikan. Dengan adanya merdeka belajar keterlibatan siswa dalam
pembelajaran akan meningkat. Pendidikan dalam merdeka belajar mendukung
terwujudnya kecerdasan melalui berbagai peningkatan dan pemerataan kualitas
pendidikan, perluasan akses, serta relevansi dalam penerapan teknologi sehingga
mampu mewujudkan pendidikan kelas dunia dengan berdasar pada keterampilan
1
kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, dan kreatif.

Nadiem mengemukakan bahwa merdeka belajar ialah kemerdekaan berfikir.


Guru menjadi kunci utama dalam kemerdekaan berfikir. Untuk itulah guru menjadi
gerbang terdepan keberhasilan program baru Kemendikbud ini. Guru memiliki tugas
yang mulia dan berat. Dalam sistem pendidikan nasional, guru ditugasi untuk
mencerdaskan dan memajukan bangsa, namun guru banyak diberikan aturan daripada
pertolongan. Kompetensi guru di level manapun, jika tidak ada penerjemahan dari
Kompetensi Dasar KD dan kurikulum yang ada, tidak akan terjadi pembelajaran yang
efektif.

Nadiem mengharapkan agar pembelajaran tidak hanya terfokus dalam


rombongan belajar dalam kelas, melainkan juga mengadopsi sistem pelajaran luar
kelas. Nuansa pelajaran akan lebih asyik dan enjoy, juga, tidak hanya terfokus pada
mendengarkan penjelasan guru, nantinya peserta didik juga akan terbentuk karakter

1
Aan Widiyono. “Implementasi Merdeka Belajar Melalui Kampus Mengajar Perintis di Sekolah
Dasar”. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an. Vol.16. No.2. Tahun 2021, h.104.

2
berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, dan berkompetensi; tidak hanya mengandalkan
sistem perangkingan kelas.2

Merdeka belajar bertujuan membebaskan peserta didik dari sebuah sistem


kejar teget nilai, penerapan belajar dengan cara menyenangkan, dan belajar bukan
hanya untuk mengejar kelulusan atau untuk mendapat nilai tertinggi, belajar juga
bisa dilaksanakan di luar kelas, bukan cuma didalam kelas tetapi, peserta didik
diharapkan dapat berdikusi dengan guru, outing class dan belajar banyak hal
seperti belajar berani bertanya, berfikir cerdik dalam bergaul, dan mandiri. Penerapan
kebijakan sendiri jadi nilai tidak tergantung dari nilai tertulis seperti sebelumnya tetapi
tugas bisa di ambil dari tugas harian individu atau kelompok, tugas yang
di berikan bisa berupa karya tulis, atau portofolio dan lain-lain. 3

2. Kebijakan Merdeka Belajar


Ada empat point penting yang terdapat dalam kebijakan “Merdeka Belajar”
Kemendikbud yaitu:

a. Perubahan mekanisme Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).


Beberapa kekurangan dari penerapan USBN pada kurikulum 2013 adalah
tidak luasanya lembaga pendidikan untuk melihat dan mengevaluasi
pencapaian kompetensi pada peserta didiknya dengan mekanisme USBN
yang terpusat. Hal ini justru bertentangan dengan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional tahun 2003 yang memberikan keleluasaan kepada
lembaga pendidikan untuk melakukan penilaian ketercapaian standar
kompetensi secara mandiri, komprehensif, dan sistematis. Keluhan lainnya
tekait dengan Kurikulum 2013 adalah sulitnya pendidik melakukan
penilaian kompetensi peserta didik dengan model penilaian yang rumit.
Melihat permasalahan tersebut Kemendikbud melakukan perubahan
mekanisme USBN. Penerapan USBN sentralistik dirubah menjadi USBN
berbasis sekolah, penilaian dilakukan dengan tes tulis atau dengan metode

2
Muhammad Yamin dan Syahrir. “Pembangunan Pendidikan Merdeka Belajar (Telaah Metode
Pembelajaran)”. Jurnal Ilmiah Mandala Education. Vol. 6. No. 1. Tahun 2020.

3
Rosyadi, Merdeka Belajar:Aplikasi dan Manajemen Pendidikan & Pembelajaran di Sekolah, Jakarta:
Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, 2020). h.99.

3
penilaian lainnya yang mampu membrikan penilaian secara komprehensif. 4

b. Perubahan bentuk Ujian nasional (UN). Salah satu kritik pakar terhadap
penerapan ujian nasional (UN) adalah:

1) Muatan UN yang berfokus pada penguasaan materi, bukan pada analisis


permasalahan (penalaran), hal ini berdampak pada model PBM yang
diarahkan pada hafalan dan mengurangi penalaran.

2) Beban UN yang terlalu berat bagi peserta didik, pendidik, dan lembaga
pendidikan.

3) Fokus penilaian pada UN hanya difokuskan pada aspek kognitif. Pada


kebijakan Merdeka Belajar, Kemendikbud melakukan perubahan yang
bisa disebut dengan perubahan visioner dan ekstrim, yaitu:
Kemendikbud mengahupus pelaksanaan UN dan menggantinya dengan
penilaian kompetensi minimal dan survei karakter; penilaian ini
dilakukan pada pertengahan tiap jenjang pendidikan dengan menilai
beberapa aspek diantaranya adalah aspek literasi, numerik, karakter, dan
lain sebagainya; dan penilaian mengacu pada model penilaian standar
Internasional.
c. Kebebasan pendidik dalam mendesain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Pendekatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Kurikulum 2013 yang holistik dan kaku memunculkan beban besar bagi
pendidik. Analisis tiap komponen pada RPP Kurikulum 2013 yang rinci
dirasakan pendidik sangat menguras tenaga dan waktu untuk menyusunnya
yang berdampak pada kurangnya waktu pendidik untuk mempersiapkan
kegiatan pembelajaran dan mengevaluasi kegiatan. Hal ini kemudian
berusaha dirubah oleh Kemendikbud dengan memberikan kebebasan bagi
pendidik untuk mendesain RPP-nya secara mandiri, dengan komponen
wajib pada tujuan, kegiatan, dan penilaian yang cukup hanya dengan 1
halaman.
d. Perubahan mekanisme Peraturan Penerimaan Siswa Baru (PPSB).
Kebijakan sistem zonasi pada penerimaan siswa baru dari Menteri
Pendidikan sebelumnyamerupakan salah satu kebijakan yang dikritisi oleh

4
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

4
banyak kalangan. 5

3. Arah dan Kebijakan Pendidikan Orientasi Kemerdekaan Belajar


Kebijakan merdeka belajar sebagai arah baru pendidikan di Indonesia
merekomendasi beberapa hal berikut, yaitu:
a) Kurikulum dan metode pembelajaran yang berbasis analisis dapat
melibatkan potensi peserta didik pada aspek kognisi, afeksi dan konasi.
b) Guru/Dosen mengembangkan model pembelajaran yang bisa menginspirasi
dan menggerakkan peserta didik untuk bertanya dan mencari jawaban
berbasis kebutuhannya, bukan behavioristik.
c) Pemerintah daerah dan pusat dapat bergerak bersama dalam upaya
menciptakan akses pendidikan yang merata dan berkualitas pemerataan
akses dan kualitas pendidikan perlu diikuti juga dengan inisiatif pemerintah
daerah untuk melakukan redistribusi ke sekolah yang kekurangan guru
d) Guru/Dosen berperan sebagai penggerak yang memberikan rangsangan
kepada peserta didik untuk berpikir secara mandiri
e) Guru/Dosen berperan berperan untuk memfasilitasi apa yang menjadi minat,
kondisi dan kebutuhan pebelajar.
f) Konsep merdeka belajar (kemandirian) jika ditempatkan dalam proses
pembelajaran, maka sebenarnya berkaitan erat dengan pendekatan centered
learning (SCL). Kebijakan pendidikan yang baru ini sejatinya
menginginkan agar SCL dilaksanakan secara efisien dan efektif. Sebab,
sejatinya, SCL memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memegang kendali dalam proses pembelajaran. Guru/ dosen lebih berperan
sebagai motivator, dan fasilitator pembelajaran.6
Selain dari pada itu ada 3 langkah strategis agar dapat terjadi merdeka
belajar didalam kelas, yaitu sebagai berikut:
Pertama, Own it. Pada langkah ini, guru harus memfasilitasi peserta didik
untuk membangun rasa memiliki terhadap pembelajaran yang terjadi di kelas.

5
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI, Panduan Merdeka Belajar - Kampus
Merdeka.

6
Made Martini, Dkk, Membangun Pembelajaran Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka di Pendidikan
Tinggi, (Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia, 2021), h.53-54.

5
Dalam ini, guru mendukung tercapainya tujuan eksternal (endorse external goal)
dan secara rasional menghubungkan tujuan tersebut dengan konteks; mengajak dan
memberi peluang kepada peserta didik untuk menetapkan tujuan belajar secara
spesifik (provide opportunities memungkinkan siswa memperoleh beberapa
alternatif to set specific personal goals); memungkinkan siswa memperoleh
beberapa alternatif pilihan dalam menentukan tujuan belajar (provide choices).
Kedua, Learn it. Guru berperan untuk memfasilitasi terjadinya belajar
secara bertahap (scaffolding) sesuai dengan goals yang telah ditentukan setiap
peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan arahan awal,
memberikan dukungan untuk memilih dan menentukan bagaimana peserta didik
belajar (alat, bahan ajar, dan sumber belajar yang relevan), mendukung secara
penuh berbagai kebutuhan peserta didik, memonitor progress peserta didik,
meluruskan konsep, dll.
Ketiga, Share it. Guru hadir untuk meningkatkan keterikatan (engagement)
peserta didik terhadap apa yang sedang dipelajari dengan cara mempublikasikan,
mendemonstrasikan dan menyajikan hasil belajar otentik peserta kepada khalayak
(sesama teman atau bahkan orang lain). Cara yang dilakukan adalah mendorong
terjadinya dialog dan umpan balik dari khalayak tersebut dan mendorong terjadinya
review teman sebaya.
Jika hal-hal ini benar-benar diwujudkan dalam proses pendidikan,
memberikan "kemerdekaan belajar" dapat menghasilkan generasi emas Indonesia
yang memiliki kedaulatan dan tanggung jawab diri dalam menentukan tujuan (goal
setting), mengambil keputusan (decisions), dan mengambil tindakan (actions)
menuju maka kebijakan pendidikan yang bangsa Indonesia yang mandiri. Generasi
emas yang dimaksud adalah generasi yang bukan hanya sekedar menguasai
"pengetahuan tentang", tetapi, generasi yang memiliki "kemampuan untuk".
Generasi Indonesia tahun 2045 yang memiliki kompetensi, bukan kemampuan
menghafal. Generasi yang memiliki kemampuan nalar dan literasi yang tinggi.
Kemerdekaan belajar yang diberikan kepada peserta didik mengembangkan
kedaulatan dan tanggung jawab diri pribadi peserta perlu menyediakan guru-guru
yang kompeten, andal, dan kemerdekaan akan dapat membangun atau didik. Sudah
saatnya, bangsa Indonesia profesional yang dapat memberikan belajar. Mulailah
dari melakukan perubahan kecil yang dilakukan oleh guru sebagai penggerak
perubahan (agen of change). Guru sebagai penggerak perubahan harus menjadi

6
contoh bagi peserta didik (modeling). Hanya dengan demikian, kebijakan merdeka
belajar yang menjadi paradigma baru pendidikan saat ini mampu menghasilkan
sumber daya manusia Indonesia yang berkarakter dan berkualitas andal dan
profesional. 7
B. Analisis Terhadap Kebijakan Tersebut

Kebijakan merdeka belajar merupakan suatu kebijakan yang dapat


meningkatkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran, komitmen guru, peranan
kepemimpinan kepala sekolah serta manajemen kurikulum pendidikan. Beberapa hal
tersebut sangat berdampak dalam kemajuan mutu pendidikan dalam menghadapi
berbagai tantangan serta kebutuhan sesuai dengan tuntutan dan juga perubahan zaman,
teknologi dan juga perubahan kehidupan. Kebijakan Merdeka Belajar dilaksanakan
untuk percepatan pencapaian tujuan nasional Pendidikan, yaitu meningkatnya kualitas
sumber daya manusia Indonesia yang mempunyai keunggulan dan daya saing
dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Merdeka belajar ini tidak terkait dengan adanya ulangan, ujian dan juga tes
yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan ataupun Negara. Tetapi merdeka belajar
ini terkait dengan daya dorong seseorang untuk belajar agar kelak bisa menjadi
masyarakat yang produktif dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat lain dengan
baik.

Bisa dikatakan bahsanya merdeka belajar ini sebagai usaha yang dijalankan
oleh seorang gutu dalam membina, mengajar, membimbing dan membersamai setiap
pengamalan belajar murid. Proses penerapan pada merdeka belajar ini sangat
mengedepankan kemandirian belajar serta berorientasi kepada kedewasaan murid
secara psiklogis, sosial, kognitif dan afektif.

7
Ibid.,h.54-56.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya kebijakan merdeka belajar merupakan


suatu kebijakan yang dapat meningkatkan mutu pendidikan. merdeka belajar
merupakan suatu langkah yang tepat untuk mencapai pendidikan yang ideal yang
sesuai dengan kondisi saat ini dengan tujuan untuk mempersiapkan generasi yang
tangguh, cerdas, kreatif, dan memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa
Indonesia

Dalam merdeka belajar ini guru penggerak memiliki peran yang sangat
penting karena guru penggerak dalam merdeka belajar ini tidak hanya memiliki
kemampuan dalam mengelola pembelajaran secara efektif tetapi harus dapat
mencipatakan hubungan yang baik dengan peserta didik.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan. Penulis menyadari banyak


bahwa dalam penulis makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini agar mernjadi menjadi pembelajaran dikemudian hari.

8
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI, Panduan Merdeka Belajar -


Kampus Merdeka.

Martini, M., Dkk. (2021). Membangun Pembelajaran Merdeka Belajar dan Kampus
Merdeka di Pendidikan Tinggi. Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia.

Rosyidi. (2020). Merdeka Belajar:Aplikasi dan Manajemen Pendidikan &


Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Ketua Umum Pengurus Besar PGRI.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Widiyono, A. (2021). Implementasi Merdeka Belajar Melalui Kampus Mengajar


Perintis di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an. 104.

Yasin, M., & Syahir. (2020). Pembangunan Pendidikan Merdeka Belajar (Telaah
Metode Pembelajaran). Jurnal Ilmiah Mandala Education.

Anda mungkin juga menyukai