Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akibat adanya perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek


kehidupan yang datang begitu cepat, telah menjadi tantangan nasional dan
menuntut perhatian segera dan serius. Perubahan ini secara mendasar tidak
saja menuntut angkatan kerja yang mempunyai kemampuan bekerja dalam
bidangnya (hard competencies)namun juga sangat penting untuk menguasai
kemampuan menghadapi perubahan serta memanfaatkan perubahan itu
sendiri (soft competence). Oleh karena itu menjadi tantangan pendidikan
kejuruan untuk mampu mengintegrasikan kedua macam komponen
kompetensi tersebut secara terpadu dalam menyiapkan peserta didik untuk
memiliki kemampuan bekerja danberkembang di masa depan.

Salah satu upaya untuk mengantisipasi perubahan dan perkembangan


global tersebut adalah dengan mengembangkan kurikulum pendidikan
khususnya pada pendidikan kejuruan yang mampu memberikan keterampilan
dan keahlian untuk dapat bertahan hidup dan berkompetisi dalam perubahan,
pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kesulitan dalam
kehidupan. Salah satu langkah strategis untuk mengantisipasi permasalahan
tersebut adalah dengan diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa konsep dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi ?

1.2.2 Bagaimana pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi ?

1.2.3 Bagaimana implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi ?

1.3Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi

1.3.2 Untuk mengetahui pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi


1.3.3 Untuk mengetahui implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pengertian Kompetensi dan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Mc Ahsan dalam E. Mulyasa (2005: 38) mengemukakan


bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi
bagian dari dirinya, sehingga ia dapatmelakukan perilaku-perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya. Sedangkan
Finch & Crunkilton dalam E. Mulyasa (2005: 38) mengartikan
kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan,
sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat ditarik pengertian kompetensi yaitu
kesatuan dari seluruh pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk digunakan dalam berpikir dan bertindak guna mencapai suatu
tujuan.

Menurut E. Mulyasa (2005: 39) Kurikulum Berbasis


Kompetensi (KBK) diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu,
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa
penguasaaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) adalah kurikulum yang menitikberatkan pada pemerolehan
kompetensi standar bagi peserta didik guna menguasai pengetahuan dan
pemahaman tertentu.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan


mengenai isi dari bahasan pelajaran, serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (UU
No. 20 Tahun 2003 tentang SNP).Kompetensi merupakan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Depdiknas, 2003a).

(Widyastono, 3013:62) Kompetensi dapat dikenali melalui


sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan
diamati. Kompetensi dapat dicapai melalui pengalaman belajar
yang dikaitkan dengan bahan kajian dan bahan pelajaran secara
kontekstual. Kompetensi adalah pengetahuan yang telah dimiliki

2
oleh seseorang, harus diwujudkan dalam bertindak dan bersikap.
Ada kesesuaian antara pengetahuan yang telah dimiliki seseorang
dengan tindakan dan sikapnya dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang dikatakan kompeten di bidang tertentu apabila ia telah
memiliki pengetahuan di bidang itu, kemudian pengetahuan
tersebut diwujudkan dalam bertindak dan bersikap dalam
kehidupan sehari-hari.

Jadi, kompetensi adalah kemampuan yang sudah dimiliki oleh seseorang


dari pengalaman belajarnya yang dapat diamati dan diukur serta diwujudkan
dalam bertindak dan bersikap. Dengan demikian, kurikulum berbasis kompetensi
merupakan seperangkat rencana dan peraturan tentang kompetensi yang
dibakukan dan cara pencapaiannya disesuiakan dengan keadaan dan kemampuan
daerah (Depdiknas, 2003a). Kompetensi dikembangkan secara berkesinambungan
sejak SD sampai SMA, yang menggambarkan suatu rangkaian kemampuan yang
berhadap, berkelanjutan, dan konsisten seiring dengan perkembangan psikologi
peserta didik.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak (Depdiknas, 2003a).

Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Depdiknas (2002) dalam E. Mulyasa (2005: 42)


mengemukakan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kurikulum berbasis kompetensi yang diharapkan dapat
mengembalikan peserta didik pada lingkungan masyarakat,
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi dari pada
penguasaan materi

3
b. Lebih mengakomodasikan keragaman kebudayaan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia
c. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana
pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan
program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

Sedangkan menurut E. Mulyasa (2005: 43-55) karakteristik


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) antara lain :
1. Sistem belajar dengan modul
Tujuan utama sistem modul adalah untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana,
fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.

Karakteristik pembelajaran sistem modul antara lain :


a. Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk
pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh
peserta didik, bagaimana melakukannya, dan sumber belajar apa
yang harus digunakan.
b. Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga
mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik
peserta didik.
c. Pengalaman belajar dalam modul membantu peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin.
d. Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis.
e. Sistem modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian
tujuan belajar peserta didik.

Dengan sistem modul, siswa mendapat banyak kesempatan untuk memahami


sendiri isi modul, membaca lembaran kegiatan, menjawab pertanyaan dan
menyelesaikan tugas sesuai batas waktunya. Setiap peserta didik dapat maju
sesuai dengan kecepatn dan kemampuan belajar masing-masing. Peran guru
sebagai sumber tambahan dan pembimbing bukan sebagi unsur pokok dalam
mempelajari suatu kompetensi.
2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar
Menurut E. Mulyasa (2005: 48) sumber belajar dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Manusia, yaitu orang yang menyampaikan pesan secara langsung
yang diniati khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar.
Contoh: guru, konselor, dosen, dan lain-lain.
b. Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran baik
yang diniati secara khusus maupun bahan yang bersifat umum.
Contoh: peta, grafik, buku paket,dan lain-lain.
c. Lingkungan, yaitu ruang dan tempat dimana sumber-sumber dapat
berinteraksi dengan peserta didik. Contoh: ruang kelas,

4
laboratorium, perpustakaan, museum, candi, kebun binatang, dan
lain-lain.
d. Alat dan perlatan, yaitu sumber belajar untuk produksi dan atau
memainkan sumber-sumber lain. Contoh: komputer, proyektor,
televisi, dan lain-lain.
e. Aktivitas, yaitu sumber belajar yang merupakan kombinasi antara
suatu teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar.
Contoh: simulasi dan karyawisata.

3. Pengalaman lapangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) lebih menekankan
pada pengalaman lapangan untuk mengakrabkan hubungan antara
guru dan peserta didik. Pengalaman lapangan dapat melibatkan
masyarakat dalam pengembangan program, aktivitas dan evaluasi
pembelajaran. Keterlibatan ini penting karena masyrakat adalah
pemakai produk pendidikan sekaligus sebagai penyandang dana
untuk pembangunan dan pengoperasian program.

Dengan melakukan pembelajran di sekolah, pendidik dapat mengikuti


perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Pengalaman lapangan didapatkan
pendidik dengan melakukan pembelajran langsung ke lapangan (sekolah).
Dengan demikian, pendidik dapat meningkatkan pemahaman dan pengalamannya
agar lebih luas dalam menerapkan strategi pembelajran yang terpadu dan sesuai
dengan kebutuhan siswa.
4. Stategi belajar individual personal
KBK mengusahkan strategi belajar individual personal. Belajar
individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik,
sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan
keunikan peserta didik : bakat, minat dan kemampuan
(Personalisasi).

KBK tidak akan terlaksana secara optimal tanpa individualisasi dan


personalisasi. Hal ini bukan hanya untuk kebutuhan pengetahuan peseta didik,
namun juga mengarah kepada perasaan pribadi dan kepentingan psikososial.
5. Kemudahan belajar
Kemudahan belajar pada KBK diberikan melalui kombinasi
antara pembelajaran individual personal dan pembelajaran secara
tim. Hal tersebut dapat dilakukan melalui berbagai saluran
komunikasi. Berbagai media komunikasi tersebut perlu
didayagunakan secara optimal untuk memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik dalam menguasai dan memahami
kompetensi tertentu.

5
Kemudahan belajar akan didapat jika siswa dan guru mampu menggunakan
berbagai media secara baik dan bijak. Guru harus mampu mengarahkan agar
siswa dapat mencapai kompetensi tertentu dengan kemudahan yang dibantu oleh
berbagai media yang ada. Sasarannya adalah siswa mampu melakukan suatu
keahlian setelah mengikuti suatu pembelajaran.
6. Belajar tuntas
Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat
dilaksankan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi
yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik
dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh
bahan yang dipelajari.
Ada beberapa karakteristik kurikulum berbasis kompetensi
antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai, spesifikasi
indikator evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian
kompetensi, dan pengembangan system pembelajaran.Kurikulum
Berbasis memberikan sebuah tekanan khusus kepada pembentukan
secara langsung dan sistematis, yaitu dengan mengkaji dan menguji
kaitan antara materi pokok, indikator pencapaian hasil belajar,
kompetensi dan pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa.
Dengan kata lain KBK secara langsung ingin meyakinkan bahwa
lulusannya mampu melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan materi
pembelajaran dan bukan sekedar tahu. (Shofiyahlu, 2006: 20)
Hasil belajar yang maksimal dapat diperoleh dengan menerapkan
pembelajaran yang sistematis. Strategi dan tujuan pembelajaran harus terorganisir
dengan baikuntuk memudahkan dalam melakukan evaluasi pembelajaran. Tujuan
harus terinci secara lengkap agar mudah diterima oleh peserta didik. Dengan
demikian, evaluasi dapat dengan baik melihat pencapaian dan penguasaan peserta
didik pada kompetensi tertentu.
2.2 Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Menurut E. Mulyasa (2005: 95) pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) mencakup:
1. Program tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan. Program ini harus disiapkan sebelum
tahun ajaran baru oleh guru, karena merupakan pedoman dalam
mengembangkankan program-program selanjutnya.
2. Program semester
Program ini berisikan garis-garis besar tentang hal-hal ang
hendak dilaksankan dan dicapai dlam semester tersebut. Program
ini merupakan penjabaran dari program tahunan.

6
3. Program modul (pokok bahasan)
Program ini dikembangkan dari setiap kompetensi dan
pokok bahasan yang akan disampaikan. Program ini merupakan
penjabaran dari program semester.
4. Progran mingguan dan harian
Program ini merupakan penjabaran dari program semester
dan program modul. Dengan program ini, dapat diketahui tujuan
yang telah dicapai dan tujuan yang perlu diulang, bagi setiap peserta
didik.
5. Program pengayaan dan remedial
Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari
program mingguan dan harian. Program ini juga mengidentifikasi
modul yang perlu diulang, peserta didik yamg perlu mengikuti
remedial, dan yang mengikuti program pengayaan.
6. Program bimbingan dan konseling
Sekolah wajib memberikan bimbingan dan konseling
kepada seluruh peserta didik. Selain guru BK, guru mata pelajaran
juga harus memfungsikan diri sebgai guru pembimbing dan
keduanya harus selalu berkoordinasi secara rutin tentang
perkembangan peserta didik.

Pengembangan program merupakan kunci terlaksananya kurikulum secara


baik dan maksimal. Setiap program harus disusun secara terinci agar dalam
pelaksanaannya, pembelajaran dari suatu pokok bahasan dapat diterima dengan
baik oleh peserta didik dan menghasilkan suatu kompetensi yang memuaskan.

Faktor-Faktor Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari


karena pengaruh globalisasi, IPTEK, serta seni dan budaya. Perubahan secara
terus-menerus menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional
termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang
mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
Upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh
dan mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni
aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, seni,
olahraga, dan perilaku. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada
peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui

7
pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan
diri, dan berhasil di masa datang.

Landasan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Penyempurnaaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yang


dimaksudkan di atas diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan,
yaitu:
a. Perubahan keempat UUD 1945 Pasal 31 tentang Pendidikan;
b. Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara;
c. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
d. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang


Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah
Otonom, dinyatakan bahwa Pemerintah dalam bidang pendidikan di
antaranya, (a) penetapan standar kompetensi peserta didik dan
warga belajar, serta pengaturan kurikulum nasional, dan penilaian
hasil belajar secara nasional, serta pedoman pelaksanaannya;
(b)penetapan standar materi pelajaran pokok; (c) penetapan
kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap tahun
bagi pendidikan dasar, menengah, dan luar sekolah (Depdiknas,
2003b).

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintahan Nomor 25


Tahun 2000 berimplikasi terhadap kebijakan pengeleloaan pendidikan dari yang
bersifat sentralistik ke desentralistik. Penggerseran pengelolaan tersebut
merupakan upaya pemberdayaan daerah dan sekolah dalam peningkatan mutu
pendidikan secara berkelanjutan, terarah, dan menyeluruh.

Pengelolaan pendidikan yang bersifat desentralistik


mempertimbangkan hal-hal diantaranya (Depdiknas, 2003b):
a. Penerapan dan pelaksanaan pendidikan sesuai dengan standar yang
ditetapkan;

8
b. Perluasan kesempatan berimprovisasi dan berkreasi dalam
meningkatkan mutu pendidikan;
c. Penegasan tanggung jawab bersama antara orang tua, sekolah,
masyarakat, pemerintahan daerah, dan pemerintahan pusat dalam
meningkatkan mutu pendidikan;
d. Peningkatan pertanggung jawaban kinerja penyelenggaraan
pendidikan;
e. Perwujudan keterbukaan dan kepercayaan dalam pengelolaan
pendidikan sesuai dengan otoritas masing-masing yang dapat
membangun kesatuan dan persatuan bangsa; dan
f. Penyelesaian masalah pendidikan sesuai dengan karakteristik
wilayah yang bersangkutan.

Acuan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi


Kesimpulan pengembangan kurikulum 2004 adalah “sistem
pendidikan nasional, era globalisasi, wajib belajar 9 tahun, standar
pelayanan minimal, dan teori kurikulum” (Depdikanas, 2003a).

a. Sistem Pendidikan Nasional


Pendidikan nasional dikembangkan berdasarkan landasan
filofosi, sosiologis, dan yuridis. Pancasila merupakan landasan
utama, yang berakar dari dua pandangan, yaitu pandangan tentang
manusia dan pandangan tentang pendidikan itu sendiri. Pendidikan
memandang manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
makhluk individu, dan makhluk sosial.
Ketiga landasan pendidikan diatas mewarnai visi pendidikan
nasional yang dirumuskan untuk memperkuat komitmen dalam
membangun pendidikan. Visi pendidikan nasional itu adalah
terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kokoh
dalam rangka memberdayakan semua warga Negara Indonesia
sehingga berkembang menjadi manusia yang berkualitas dan
mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

b. Era Globalisasi
Globalisasi membawa dampak terhadap dunia pendidikan,
terutama sebagai suatu wahana untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang mampu mengendalikan dan memanfaatkan
perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh proses globalisasi itu.
Pendidikan menyiapkan peserta didik dengan kompetensi-
kompentensi yang diperlukan bagi kehidupan, seperti kompetensi
keagamaan, akademik, ekonomi, dan sosial pribadi.

c. Wajib Belajar 9 Tahun


Proram ini diluncurkan oleh Pemerintah tahun 1994.
Pelaksanaan wajib 9 tahun ini dikandung maksud upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama ditinjau dari
kualitas intelektualnya. Pelaksaan program ini masih menghadapi

9
sejumlah kendala, diantaranya (1) masih rendahnya kesadaran
sehingga anggota masyarakat terhadap pentingnya pendidikan; (2)
tingginya angka putis sekolah pada tingkat SD dan SLTP, serta
masih rendahnya angka melanjutkan ke SLTA; dan (3) masih
rendahnya angka partisipasi baik kasar maupun murni.

d. Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Standar pelayanan minimal penyelenggaraan persekolahan
bidang pendidikan dasar dan menengah adalah spesifikasi teknis
yang dijadikan patokan minimal yang wajib dilakukan oleh daerah
kabu[aten/kota dalam menyelenggarkan kegitan persekolahan di
bidang pendidikan dasar dan menengah. Pedoman penyusunan
standar pelayanan minimal bertujuan untuk memberi acuan bagi
provinsi berkenaan dengan pelayanan nasional yang wajib diberikan
oleh daerah kabupaten/kota agar penyelenggaraan kegiatan
pelayanan persekolahan pada masyarakat dengan indicator yang
telah ditentukan.
e. Teori Kurikulum
Dalam perubahan kurikulum digunakan model-model yang
dipandang dapat menjawab tantangan pendidikan yang dihadapi,
terutama yang terkait dengan peningkatan mutu.
Menurut Richard dan Tittle (1980) “kompetensi antara lain
memiliki unsur integrasi dan aplikasi yang merefleksikan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, kinerja merupakan
perwujudan dari peningkatan kuatlitas pengethuan, keterampilan,
dan sikap”.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah pengetahuan yang
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam tindakan dan sikap sehari-
hari.

Perlunya Kurikulum Berbasis Kompetensi


Kurikulum berbasis kompetensi disusun untuk meningkatkan mutu
pendidikan secara rasional, global, dan lokal. Penyempurnaan kurikulum
dilakukan untuk merespon kemajuan yang berlandaskan hak asasi manusia,
kemajuan berdemokrasi, globalisasi dan otonomi daerah demi kesejahteraan
semua warga negara Indonesia. Kesejahteraan bangsa bukan lagi bersumber pada
sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal
intelektual, sosial, dan kredibilitas manusianya. Untuk itu tuntutan agar terus
menerus memutahirkan pengetahuan menjadi keharusan. (Hendyat Soetopo,
2009:84).
Ketrampilan Hidup dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi

10
Dalam kurikulum berbasis kompetensi yang dipersiapkan
oleh Pusat Kurikulum Balitbang Diknas, salah satu prinsip yang
dikembangkan adalah pengembangan ketrampilan hidup. Beberapa
ketrampilan hidup yang harus dikuasai oleh peserta didik mencakup
(versi Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003) :
1. Keterampilan Kerumahtanggaan
Keterampilan kerumahtanggaan anak TK sangat berbeda dengan
anak SD, SMP, SMA. Anak TK masih harus dilatih cara memasang
sepatu, memakai baju. Tetapi bagi anak Sd , keterampilan
kerumahtanggaan merupakan kelanjutan keterampilan anak TK,
misal anak Sd sudah mampu menyapu lantai, mencuci piring.
Keterampilan anak SMP misalnya mampu mengatur kamar mandi
dan tempat belajar, membantu orang tua mengerjakan pekerjaan
rumah tangga sederhana. Bagi anak SMA, keterampilan
kerumahtanggaan mulai mengarah ke tanggungjawab pribadi dalam
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, misalnya keterampilan
memasak.
2. Keterampilan Pemecahan Masalah
Keterampilan ini akan melatih siswa untuk bersifat tegar, tangguh,
tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap masalah
kehidupan. Kebiasaan ini akan melatih siswa untuk berfikir secara
sistematis dalam menghadapi masalah.
3. Keterampilan Berpikir Kritis
Untuk membangun keterampilan ini, siswa perlu adanya dorongan
rasa keingin-tahuan, tidak percaya terhadap pengetahuan yang
diperoleh, memberi tanggapan terhadap materi pembelajaran. Untuk
meningkatkan keterampilan anak berfikir kritis anak dilatih untuk
mengkritik setiap materi yang dipelajari kemudian menemukan
solusi yang seharusnya di lakukan menurut pandangan kritis
mereka.
4. Keterampilan Berkomunikasi
Siswa harus dilatih dalam hal berkomunikasi dalam pembelajaran
sehari-hari. Siswa harus dilatih menghargai orang lain,
menghormati pendapat orang lain, menjunjung tinggi nilai kejujuran
dalam mengemukakan pendapat.
5. Keterampilan Kesadaran Diri
Sejak dini siswa harus dilatih untuk memahami kemampuan yang
ada pada dirinya. Penyadaran diri sendiri menjadi dasar bagi siswa
untuk memilih kegiatan yang sesuai bakat, minat dan
kemampuannya di sekolah dengan cara sekolah menyediakan
aktivitas yang bervariasi melalui kegiatan ekstrakulikuler.
6. Keterampilan Menghindari Stres
Anak didik seharusnya diberikan lingkungan dan situasi belajar
yang menyenangkan, tidak merasa ditekan. Memberikan kesadaran
kepada anak bahwa masalah hidup itu sesuatu yang wajar, sehingga
muncul keyakinan diri untuk mengatasi masalah dengan penuh suka
cita.
7. Keterampilan Membuat Keputusan

11
Siswa dilatih untuk membuat keputusan baik secara individu
maupun kelompok dengan cara memberikan tugas-tugas sederhana
sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
8. Keterampilan Berpikir Kreatif
Siswa harus dilatih untuk berfikir kreatif dengan menyajikan materi
yang menantang anak untuk menciptakan hal-hal yang baru.
Dengan begitu anak akan memunculkan hal-hal baru untuk
memecahkan materi pelajaran dengan situasi hidup mereka sehari-
hari.
9. Keterampilan Hubungan Interpersonal
Melakukan kerja kelompok akan melatih keterampilan hubungan
interpersonal dan membantu anak dalam mengembangkan
keterampilan hubungan interpersonal.
10. Pemahaman Bentuk Pekerjaan
Mulai melatih anak untuk mengenal jenis-jenis pekerjaan yang ada
di lapangan/masyarakat.
11. Kemampuan Vokasional dan Sikap Positif terhadap Kerja
Setelah mengenal jenis pekerjaan, anak dilatih secara
sederhanamempraktekkannya di sekolah. Siswa juga harus mulai
diberi kesadaran untuk menghargai setiap jenis pekerjaan apapun
yang ada di masyarakat. (Hendyat Soetopo, 2009:98-99).

Prinsip-Prinsip Pengembangan KBK


Ada beberapa prinsip yang mendasari pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi. Prinsip-prinsip ini ditetapkan untuk menampung aspirasi masyarakat
dan perkembangan jaman. Prinsip-prinsip pengembangan KBK mencakup :
1. Memasukkan keimanan, nilai, budi pekerti dalam kurikulum.
2. Perhatikan keseimbangan logika, etika, estetika, dan kinestika.
3. Memberikan kesempatan yang sama kepada peserta didik untuk
menempuh pendidikan.
4. Kurikulum untuk memperkuat identitas nasional.
5. Kurikulum dilakukan untuk menghadapi abad pengetahuan
6. Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi.
7. Memberikan ketrampilan hidup : kerumahtanggaan, pemecahaan masalah,
berpikir kritis, komunikasi, sadar diri, hindari stres, membuat keputusan,
kreatif, hub-interpersonal, vokasional, sikap positif terhadap kerja.
8. Memasukkan unsur-unsur penting ke bidang kurikuler : budi pekerti, hak
asasi, pariwisata, PKLH (Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup),

12
kehutanan, home-ecomonic, cegah konsumerisme, cegah HIV/AIDS,
perdamaian, demokrasi, nilai-nilai universal.
9. Kurikulum mewadahi alternatif adanya pendidikan non-formal, BJJ, dan
bersifat lentur.
10. Kurikulum berpusat pada anak sebagai pembangunan pengetahuan.
11. Kurikulum mewadahi aspek multikultural dan multibahasa.
12. Kurikulum dilaksanakan dengan penyelenggaraan evaluasi yang kontinyu
dan komprehensif.
13. Kurikulum dilandasi oleh pendidikan sepanjang hayat (Hendyat Soetopo,
2009:102-103).
Sedangkan menurut Widyastono (2013:45) prinsip pengembangan KBK
antara lain:
a. Keimanan, budi pekerti, dan nilai-nilai budaya
b. Penguatan integritas nasioanal
c. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika
d. Kesamaan memperoleh kesempatan
e. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi
f. Pengembangan kecakapan hidup
g. Belajar sepanjang hayat
h. Berpusat pada anak
i. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

2.3 Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Pengertian

Menurut E. Mulyasa (2005: 93) implementasi merupakan


suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam
suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa
perubahan pengetahuan, keteramplan maupun nilai, dan sikap.
Jadi, implementasi adalah proses pengaplikasian suatu pemikiran
atau gagasan dalam hal tertentu untuk memberikan perubahan dalam semua
bidang ke arah yang lebih baik.

13
Menurut E. Mulyasa (2005: 93) implementasi kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) merupakan suatu proses penerapan ide,
konsep dan kebijakan kurikulum dalam suatu aktivitas
pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat
kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Jadi, implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah


proses menerapkan pemikiran atau gagasan pada kurikulum dalam bentuk
kegiatan pembelajaran di sekolah dengan tujuan agar peserta didik menguasai
suatu kompetensi tertentu dari hasil pengolahan seluruh pengalaman.
Pelaksanaan Pembelajaran
Menurut E. Mulyasa (2005: 100) pelaksanaan pembelajaran
mencakup tiga hal:
1. Pre Tes (tes awal)
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan pre tes. Pre tes
memiliki banyak kegunaan dan memegang peran penting dalam
proses pembelajaran.
2. Proses
Proses merupakan kegiatan inti dari pembelajran yakni
bagaimana tujuan-tujuan direalisasikan melalui modul. Proses
pembelajaran hendaknya tenang dan menyenangkan serta menuntut
guru untuk kreatif dalam menciptakana lingkungan yang kondusif.
Proses pembelajaran dikatakan efektif jika semua peserta didik
terlibat secara aktif baik mental, fisik dan sosialnya. Kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari proses dan hasil.
3. Post Test
Umumnya dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran
berakhir. Post tes memiliki banyak kegunaan, terutama untuk
melihat tingkt keberhasilan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik, peserta didik,


dan lingkungan. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran, ada faktor pendukung
dan faktor penghambat. Tugas pendidik yaitu menciptakan lingkungan yang
kondusif agar pembelajaran berjalan efektif dan efisien serta menyenangkan bagi
peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Evaluasi Hasil Belajar

Menurut E. Mulyasa (2005: 103) evaluasi hasil belajar dalam


KBK dilakukan dengan :
1. Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan
umum dan ujian akhir. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk

14
mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa
kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk memperbaikan
proses pembelajaran, dan penentuan kenaikan kelas.
2. Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui
kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan
dalam rangka memperbaiki program pembelajaran.
3. Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Pada setiap akhir semester diselenggarakan kegiatan
penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh
mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalalm satuan waktu
tertentu.
4. Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur
kinerja yang sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai
suatu keunggulan yang memuaskan. Untuk dapat memperoleh
infomasi tentang pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan
penilaian secara nasional yangdilaksanakan pada akhir satuan
pendidikan.
5. Penilaian Program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan
berkesinambungan. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan tuntutan perkembangan
masyarakat dan kemajuan jaman.

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan


suatu pembelajaran. Evaluasi tidak hanya untuk menilai keberhasilan peserta
didik, namun juga menilai keberhasilan guru dan sekolah dalam melaksanakan
dan menerapkan suatu kurukulum dalam pembelajaran di sekolah.

Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Menurut E. Mulyasa (2005: 103) upaya yang dapat dilakukan


untuk meningkatkan Kualitas pembelajaran antara lain:
1. Peningkatan Aktivitas dan Kreatifitas Peserta Didik
Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui
berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Dalam hal ini peserta
didik akan lebih kreatif jika :
a. Dikembangkannya rasa percaya diri pada peserta didik dan
mengurangi rasa takut

15
b. Memberi kesempatan pada seluruh peserta didik untuk
berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah
c. Melibatkan peserta didik dalam menentukan tujuan belajar
dan evaluasinya
d. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan
otoriter
e. Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran secara keseluruhan

2. Peningkatan Disiplin Belajar


Disiplin adalah suatu keadaan tertb dimana orang-orang
yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-
peraturan yang ada dengan senang hati. Disiplin sekolah bertujuan
untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, mengatasi serta
mencegah timbulnya problem-problem disiplin dan berusaha dan
menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan
pembelajaran sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah
ditetapkan.

Berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas


pembelajaran hendaknya diterapkan secara serius dan maksimal agar
pembelajaran menghasilkan kompetensi yang berkualitas bagi peserta didik.
Dengan demikian, masyarakat sebagai pengguna produk pendidikaan bisa percaya
dan puas dengan hasil lulusan yang memiliki tingkat kompetensi yang baik dan
berkualitas.

Tahapan Pelaksanaan KBK

1. Piloting
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan penyempurnaan terhadap
kurikulum yang ada dengan mengkomodasikan dinamika masyarakat
terhadap kurikulum khususnya dan pendidikan pada umumnya serta
didasarkan pada kebijakan peningkatan mutu pendidikan. Tujuan dari
mini piloting ini untuk menguji-empiriskan kebenaran dan kelemahan
Kurikulum Berbasis Kompetensi secara langsung baik dalam
penyusunan silabus maupun dalam pembelajarannya. Sedangkan
dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi menggunakan
dua pendekatan yaitu: Pendekatan definitive dimana sejumlah sekolah
tertentu ditetapkan untuk melaksanakan kurikulum atas kesepakatan
antara pusat dan daerah. Kedua pendekatan partisipatif dimana daerah

16
di luar mini piloting dapat mengambil inisiatif untuk berpartisipasi
dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di daerah mini piloting
dimulai kelas I dan IV di Sekolah Dasae (SD), kelas I di Sekolah
Menengah Pertama (SMP), serta pada tahun pe;ajaran 2002/2003 kelas
I di Sekolah Menengah Atas (SMA).
2. Sosialisasi dan Diseminasi Nasional
Kegiatan sosialisai ini dilakukan untuk menjelaskan perangkat
dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi ke daerah/sekolah di
provinsi. Kabupaten, kota dan kecamatan. Kegiatan sosialisasi ini
untuk menjelaskan mengenai perangkat dokumen Kurikulum Berbasis
Kompetensi antara lain:
a. Mengapa dilakukan penyempurnaan kurikulum ?
b. Mengapa Kurikulum Berbasis Kompetensi ?
c. Apakah Kurikulum Berbasis Kompetensi ?
d. Bagaimana komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi ?

Kegiatan sosialisasi ini dilakukan dengan menggunakan berbagai


cara antara lain pelatihan/lokakarya, seminar dan multimedia.
Pelatihan dilakukan oleh Pusat Kurikulum bekerjasama dengan
instansi terkait baik di pusat maupun di daerah dengan cara menatar
atau membina guru untuk menyusun silabus. Seminar dilakukan oleh
Pusat Kurikulum dengan instansi terkait untuk menjelaskan perangkat
dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi kepada stakcholder.
(Depdiknas, 2003:15-17)

Ada beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta


didik dalam KBK . Kompetensi tersebut meliputi:
a. Kompetensi tamatan
Kompetensi tamatan merupakan kompetensi yang harus dicapai
siswa ketika siswa tamat dari suatu jenjang pendidikan.
b. Kompetensi lintas kurikulum
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan untuk belajar
sepanjang hayat dan ketrampilan hidup yang diperlukan siswa untuk
mencapai seluruh potensinya dalam kehidupan dan dunia kerja
c. Kompetensi rumpun pelajaran

17
Kompetensi rumpun pelajaran adalah kinerja yang harus dicapai
ketika siswa menyelesaikan suatu rumpun pelajaran yang terdiri
dari suatu mata pelajaran atau lebih. Rumpun pelajaran merupakan
kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik.
d. Kompetensi dasar mata pelajaran
Kompetensi dasar merupakan pernyataan apa yang diharapkan
dapat diketahui, disikapi atau dilaksanakan. Di samping itu,
kompetensi dasar merupakan pernyataan ukuran minimal memadahi
yang ditetapkan tentang pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai
yang direflesikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
(Shofiyahlu, 2006: 17)
Dalam penyusunan silabus dapat dilakukan dengan melibatkan para ahli yang
relevan di daerah setempat seperti tokoh masyarakat, instansi pemerintah, komite
sekolah, dewan pendidikan, instansi swasta, perusahaan, perindustrian dan
sebagainya.

1. Acuan Penyusunan Pedoman Pengembangan Silabus bagi Direktorat


Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah berkewajiban untuk
menyusun pedoman pengembangan silabus yang akan dijadikan acuan
oleh guru-guru dalam menyusun silabusnya. Adapun acuan penyusunan
pedoman pengembangan silabus tersebut yaitu:
a. Mengkaji KBK dengan seksama untuk diterjemahkan dalam bentuk
silabus
b. Mensosialisasikakn silabus yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan daerah masing-masing
c. Memantau penyusunan dan implementasi silabus di tingkat
kabupaten/kota
2. Acuan Penyusunan Silabus Bagi Daerah/Sekolah
Silabus yang telah ditetapkan dan disosialisasikan oleh Direktorat diataws
pertlu untuk diterjemahkan lebih lanjut pada daerah/sekolah masing-
masing sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Adapun acuan penyusunan silabus bagi daerah/sekolah sebagai berikut:
a. Membuat rambu-rambu pengembangan silabus yang sesuai dengan
kebutuhan sekolahnya
b. Membentuk tim pengembang silabus pada tingkat sekolahnya masing-
masing

18
c. Memfasilitasi kebutuhan guru-guru dalam menyusun silabus
(Depdiknas, 2003: 14-15)

19
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kurikulum yang


menitikberatkan pada pemerolehan kompetensi standar bagi peserta didik guna
menguasai pengetahuan dan pemahaman tertentu. Karakteristik Kurikulum
Berbasis Kompetensi meliputi ketercapaian kompetensi siswa, hasil belajar,
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi dalam pembelajaran,
sumber belajar bukan hanya guru, Penilaian menekankan pada proses dan hasil
belajar.

Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi mencakup program


tahunan, program semester, program modul, program mingguan dan harian,
program pengayaan dan remidial, program bimbingan dan konseling.
Pengembangan program merupakan kunci terlaksananya kurikulum secara baik
dan maksimal. Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi terjadi karena
pengaruh globalisasi, IPTEK, seni dan budaya.

Implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah proses


menerapkan pemikiran atau gagasan pada kurikulum dalam bentuk kegiatan
pembelajaran di sekolah dengan tujuan agar peserta didik menguasai suatu
kompetensi tertentu dari hasil pengolahan seluruh pengalaman. Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi meliputi pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
hasil belajar.

Kurikulum berbasis kompetensi menitikberatkan pada peserta didik untuk


menguasai pengetahuan dan pemahaman. Dalam mengembangkan kurikulum
berbasis kompetensi harus melakukan program-program sehingga kurikulum bisa
berjalan secara baik gdan maksimal. Dalam menerapkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi harus melaksanakan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan kepada para
pembaca setelah membaca, mempelajari serta memahami seluruh isi
makalah ini dapat menerapkan dalam lingkungan masyarakat.
Seorang pemula dalam menulis mengalami berbagai kesulitan
dalam menuangkan fikirannya dalam bentuk coretan, dengan membaca
makalah ini penulis mengharapkan pembaca mudah dalam menuangkan
fikirannya dalam bentuk tulisan.

20
DAFTAR RUJUKAN

Kurikulum Berbasis Kompetensi. 2003. Jakarta:Depdiknas.

Mulyasa, E. 2005.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Shofiyahlu. 2006. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Graha Pustaka.

Soetopo, H. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah & Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Malang. FIP UM.

Widyastono, H. 2013. PENGEMBANGAN KURIKULUM DI ERA OTONOM


DAERAH dari Kurikulum 2004, 2006, ke Kurikulum 2013.Jakarta: PT Bumi
Aksara

21

Anda mungkin juga menyukai