Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, diperlukan adanya usaha pemerintah di dalam peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa, dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Dalam rangka mengendalikan/meningkatkan mutu suatu pendidikan, sesuai dengan standar nasional pendidikan, maka pemerintah menetapkan Permendiknas RI

No 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Standar penilaian ini digunakan oleh pendidik untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik dalam suatu proses pembelajaran. Penilaian yang dilakukan oleh guru didalam pencapaian kompetensi peserta didik mencakup aktivitas penilaian untuk mendapatkan nilai kualitatif maupun aktivitas pengukuran untuk mendapatkan nilai kuantitatif. Disamping hal itu, penilaian kelas dilakukan terutama untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa yang berbentuk laporan yang dapat digunakan sebagai diagnosis dan masukan dalam membimbing siswa dan untuk menetapkan tindak lanjut yang perlu dilakukan guru dalam rangka meningkatkan pencapaian kompetensi siswa. Dengan demikian, sangatlah penting seorang guru untuk memahami dan mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencapaian kompetensi peserta didik dan pelaporan yang akan kami bahas pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa saja yang menjadi perhatian dalam pencapaian kompetensi peserta didik dalam pembelajaran? 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6 Apa pengertian dari pelaporan hasil belajar? Bagaimana bentuk laporan proses dan hasil belajar? Bagaimana teknik melaporkan hasil belajar? Apa manfaat informasi hasil penilaian proses dan hasil belajar? Apa pengertian dari laporan sebagai akuntabilitas publik?

1.3 Tujuan 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 Untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik dalam pembelajaran Untuk mengetahui pengertian dari pelaporan hasil belajar. Untuk mengetahui bentuk laporan proses dan hasil belajar. Untuk mengetahui teknik dalam melaporkan hasil belajar. Untuk mengetahui manfaat dari informasi hasil penilaian proses dan hasil belajar 1.3.6 Untuk mengetahui pengertian dari laporan sebagai akuntabilitas publik

1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini adalah sebagai berikut. 1.4.1 Memberikan informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik dalam pembelajaran. 1.4.2 Memberikan pemahaman tentang pelaporan hasil belajar. 1.4.3 1.4.4 Memberikan informasi tentang bentuk laporan proses dan hasil belajar. Memberikan informasi tentang manfaat dari informasi hasil penilaian proses dan hasil belajar 1.4.5 Memberikan pemahaman tentang laporan sebagai akuntabilitas publik.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kompetensi merupakan kecakapan hidup yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan secara wajar dan merasa tertekan, kemudian secara kreatif mencari solusinya. Sedangkan Standar adalah arahan atau acuan bagi peserta didik tentang kecakapan dan keterampilan yang menjadi fokus dalam proses pembelajaran dan penilaian. Dengan demikian Standar Kompetensi adalah batas dan arah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. Acuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran dan memantau mutu perkembangan mutu pendidikan yaitu standar kompetensi. Berdasarkan pengertian standar kompetensi yang dimuat pada Permendiknas RI No 41 tahun 2007, standar kompetensi memiliki dua aspek yaitu: standar isi dan standar penampilan. Standar kompetensi yang menyangkut aspek isi berupa pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam mempelajari mata ajar tertentu. Sedangkan pada aspek standar penampilan yakni berupa pernyataan tentang kriteria untuk menentukan tingkat penguasan siswa terhadap standar isi. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, standar kompetensi mempunyai dua penafsiran yaitu: Pernyataan tujuan yang menjelaskan apa yang harus diketahui siswa dan kemampuan melakukan sesuatu dalam mempelajari mata ajar tertentu. Spesifikasi skor atau peringkat kinerja yang berkaitan dengan kategori pencapaian seperti lulus atau tuntas. Standar isi yang ditinjau dari cakupan materi dan kata kerja yang digunakan bersifat umum, sehingga perlu dijabarkan menjadi sejumlah kompetensi dasar, dimana istilah ini sering disebut dengan kemampuan minimal. Cakupan materi pada kompetensi dasar lebih sempit dan kongkrit dibandingkan dengan standar kompetensi.

Sedangkan kata kerja yang digunakan adalah kata kerja operasional diantaranya menghitung, mengidentifikasi, membedakan, menafsirkan, menganalisis, menerapkan, merangkum dan lain-lain. Kemudian kompetensi dasar dikembangkan dan diuraikan lagi menjadi sejumlah indikator, Indikator merupakan karakteristik, ciri-ciri, perbuatan atau respon yang ditunjukkan dan dilakukan oleh siswa yang berkaitan dengan kompetensi dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran yang tercantum dalam standar isi, dianalisis dan dikaji dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Urutan berdasarkan hirarkis konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi. 2. Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran. 3. Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. Dalam mengidentifikasi materi esensi yang dapat menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar harus memperhatikan: 1. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, social dan spiritual peserta didik. 2. Kebermanfaatan bagi peserta didik. 3. Struktur Keilmuwan 4. Kedalaman dan keluasan materi. 5. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan lingkungan sekitar. 6. Alokasi waktu. 2.2 Pengembangan Indikator Berdasarkan Permendiknas RI No 41 tahun 2007, Indikator Pencapaian Kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian

mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan dan diuraikan dari kompetensi dasar dengan menggunakan kata kerja operasional. Tiap kompetensi dasar dapat dijabarkan dalam tiga atau lebih indikator. Indikator merupakan acuan dalam menentukan jenis tagihan. Jenis tagihan ini berbentuk ujian atau bentuk lain yang bisa diukur. Oleh karena itu kata kerja yang digunakan harus kata kerja operasional dan cakupan materinya lebih terfokus dan lebih sempit dari kompetensi dasar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pengembangan indikator dan penentuan soal ujian merupakan kewenangan sekolah, maka dalam hal ini adalah tugas guru mata ajar. Maka guru harus dituntut kompeten untuk mengembangkan kompetensi dasar dan menguraikannya dalam indikator-indikator. Kemudian mengembangkan indikator dan menguraikannya menjadi beberapa jenis tagihan. Selain itu juga indikator dapat juga digunakan untuk mengembangkan instrument nontes seperti mengukur sikap, minat atau motivasi siswa. Jika ingin mengukur minat atau motivasi siswa dalam proses pembelajaran matematika, maka terlebih dahulu dibuat konsep dan definisi secara operasional tentang minat. Kemudian konsep dan definisi tersebut dijabarkan dalam beberapa indikator tentang ciri-ciri siswa yang berminat dan siswa yang tidak berminat. Siswa yang berminat belajar matematika mempunyai ciriciri antara lain: disiplin dalam belajar, kehadiran > 90 %, kemauan menyediakan perangkat belajar, aktif dan interaktif dalam kegiatan belajar misalnya mengajukan pertanyaan, membantu teman yang kesulitan belajar dan lain sebagainya. Pengembangan indikator bertujuan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan peran/fungsi dalam pembelajaran. Adapun peran/fungsi indikator adalah: 1. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran. Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan. 2. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran.

Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar kompetensi dapat dicapai secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi dominan pada aspek prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi ekspositori melainkan lebih tepat dengan strategi discovery-inquiry. 3. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal. 4. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar. Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar, Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Pencapaian kompetensi dalam system penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, semua kompetensi dasar ditagih. Oleh karena itu semua hasil tagihan baik berupa tes kognitif, unjuk kerja maupun pengukuran afektif harus merujuk pada kompetensi dasar yang diukur. Dengan demikian skor yang diperoleh oleh siswa harus menunjukkan kompetensi dasar yang telah dan belum dicapai oleh siswa. .

2.3 Pencapaian Kompetensi Penilaian yang dilakukan untuk menentukan apakah siswa telah berhasil memiliki suatu kompetensi mengacu ke indikator-indikator yang telah ditentukan. Tidak semua indikator harus dinilai guru. Guru hendaknya menetapkan indikatorindikator yang akan dinilai. Untuk mengumpulkan informasi apakah suatu indikator telah muncul tertampilkan pada diri siswa, dilakukan penilaian sewaktu kegiatan belajar-mengajar berlangsung atau setelah tercapai hasil belajar. Alat penilaian disusun dalam rangka menciptakan kesempatan bagi siswa untuk memperlihatkan kemampuan mereka dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Selain itu, sebuah soal/tugas dapat dirancang untuk menjaring informasi tentang ketercapaian beberapa indikator. Berikut ini merupakan tabel uraian kompetensi dasar menjadi indikatorindikator.

Kompetensi Dasar Kompetensi I

Hasil Belajar Kompetensi A

Indikator Indikator 1 Indikator 2

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3

Kompetensi A

Kompetensi II

Kompetensi B

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3

Indikator 1 Indikator 2

Kompetensi B

Kompetensi B

Indikator 3

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3

Sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator suatu kompetensi, apakah 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti kemampuan siswa dan guru serta ketersediaan prasarana dan sarana. Namun, kualitas sekolah akan dinilai oleh pihak luar secara berkala, misalnya melalui ujian akhir nasional. Hasil penilaian ini akan menunjukkan peringkat sekolah dibandingkan dengan sekolah lain (benchmarking). Melalui pemeringkatan sekolah ini diharapkan sekolah terpacu untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini meningkatkan kriteria pencapaian indikator. Bagi siswa yang belum berhasil mencapai kriteria tersebut dapat diberi kesempatan mengikuti kegiatan remidial, seperti menjawab pertanyaan sesuai dengan topiknya, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas mengumpulkan data.

2.4 Pengertian dan Bentuk Laporan Proses dan Hasil Belajar Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik dan hasil mengajar guru. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada pencapaian kompetensi, informasi mengenai hasil penilaian proses dan hasil belajar serta hasil mengajar yaitu berupa penguasaan indikator-indikator dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan, oleh pendidik. Informasi hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik dalam pencapaian kompetensi dasar, melaksanakan program remedial serta mengevaluasi kompetensi guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

Pemanfaatan informasi hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh peserta didik, orang tua/wali, kepala sekolah, guru dan civitas sekolah lainnya. Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka mendapat informasi hasil penilaian yang lengkap dan akurat. Oleh karena itu diperlukan laporan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik untuk guru/sekolah, orang tua atau wali siswa dan untuk peserta didik itu sendiri. Dari uraian diatas, pada dasarnya pelaporan kegiatan hasil belajar merupakan kegiatan mengkomunikasikan dan menjelaskan hasil penilaian guru tentang pertumbuhan dan perkembangan anak atau peserta didik. Laporan hasil penilaian proses dan hasil belajar meliputi aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Tidak semua mata ajar dinilai psikomotornya. Mata ajar yang dinilai psikomotornya yaitu mata ajar yang melakukan kegiatan praktek. Sedangkan untuk aspek kognitif dan afektif dinilai untuk seluruh mata ajar. Informasi aspek kognitif dan psikomotor diperoleh melalui system penilaian sesuai dengan tuntutan indikator-indikator dari kompetensi dasar yang telah ditentukan. Sedangkan untuk aspek afektif diperoleh melalui lembar pengamatan yang sistematik, kuesioner dan inventori. Penilaian proses dan hasil belajar baik aspek kognitif, maupun afektif tidak dijumlahkan, karena dimensi yang diukur berbeda. Hal ini untuk menghindari hilangnnya karakteristik spesifik peserta didik. Masing-masing aspek tersebut dilaporkan sendiri-sendiri dan memiliki makna yang penting. Kemampuan seorang peserta didik jika dilihat dari aspek kognitif, psikomotor maupun afektif pada umumnya cenderung tidak sama. Ada peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, namun memiliki kemampuan psikomotor dan afektif cukup. Namun ada juga yang memiliki kemampuan kognitif cukup, psikomotor tinggi dan afektif cukup. Hasil penilaian aspek kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Misalkan, standar minimal ketuntasan belajar adalah 75. Jika seorang peserta didik memperoleh nilai 75, maka dapat dikatakan peserta didik tersebut tuntas belajar.

10

Akan tetapi jika memperoleh nilai < 75, maka peserta didik tersebut belum tuntas belajar dan harus diremedial. Hasil penilaian berupa deskripsi kualitatif dapat dilaporkan dalam bentuk deskripsi mengenai ketercapaian kompetensi. Penentuan batasan kelulusan harus memperhatikan dua aspek yaitu kognitif dan psikomotor, sedangkan untuk afektif ,merupakan tambahan informasi tentang kondisi peserta didik yang berkaitan dengan minat, sikap, moral, dan konsep diri. Hasil penilaian aspek afektif berupa nilai huruf dengan kategori: 1. A = Sangat Baik 2. B = Baik 3. C = Cukup 4. D = Kurang Hasil penilaian afektif ini bertujuan untuk mengetahui sikap, minat, konsep diri, dan moral peserta didik. Bentuk laporan hasil belajar peserta didik dapat disajikan dalam bentuk data kualitatif maupun kuantitatif. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk angka yang banyak menimbulkan pemahaman yang sulit. Misalnya, seorang siswa mendapat nilai 6 pada mata pelajaran matematika. Baik siswa maupun orang tua kurang memahami makna angka tersebut karena terlalu umum. Hal ini membuat orang tua sulit menindaklanjuti apakah anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmetika, aljabar, geometri, statistika, atau hal lainnya. Agar peran serta masyarakat semakin meningkat, bentuk laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif sehingga profil atau tingkat kemajuan belajar siswa mudah terbaca dan dapat dipahami oleh orang tua atau pihak yang berkepentingan (stakeholder) lainnya. Dengan demikian dari laporan tersebut, orangtua dapat mengidentifikasi kompetensi apa saja yang belum dimiliki anaknya. Berdasarkan laporan tersebut, orangtua/wali dapat menentukan jenis bantuan apa yang diperlukan untuk membantu anaknya, sedangkan di pihak anak, yang bersangkutan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana yang perlu ditingkatkan. Menjawab permasalahan di atas maka bentuk laporan hasil belajar juga harus disajikan dalam bentuk data kualitatif sehingga lebih komunikatif dan komperehensif.

11

Profil atau tingkat pertumbuhan dan perkembangan belajar dapat dipahami dan mudah terbaca.

2.5 Teknik Melaporkan Hasil Belajar Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial dan emosional? Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah? Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan baik? Apa yang harus orang tua lakukan untuk membantu dan mengembangkan anak lebih lanjut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan kepada orang tua hendaknya; Menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak. Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak. Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum. Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil penilaian yang sahih.

2.6 Manfaat Informasi Hasil Penilaian Proses dan Hasil Belajar 1. Untuk peserta didik, informasi hasil belajar peserta didik dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner atau angket, wawancara dan pengamatan. Informasi penilaian hasil belajar sangat bermanfaat bagi peserta didik diantaranya: Untuk mengetahui kemajuan hasil belajar diri. Untuk mengetahui indikator-indikator yang telah ditetapkan yang belum dikuasai Memotivasi diri untuk belajar lebih baik lagi. Memperbaiki strategi belajar.
12

Untuk Memberi informasi yang akurat tentang informasi penilaian hasil belajar, agar bermanfaat seoptimal mungkin, maka laporan diberikan kepada peserta didik harus: Hasil pencapaian belajar peserta didik dinyatakan dalam bentuk kompetensi dasar baik yang sudah dicapai mauun yang belum dicapai. Memberikan gambaran secara detail tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang mencakup semua mata ajar. Memberikan gambaran tentang minat peserta didik terhadap mata ajar. Redaksi laporan harus menggunakan bahasa yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik lagi. Berikut ini contoh format laporan hasil belajar untuk peserta didik.

LAPORAN HASIL BELAJAR Nama Sekolah Nama siswa Nomor Induk Kelas/semester Pembina Siswa : : Ary Sudiatmika : 11220 : X/ II :

Aspek Kognitif Pencapaian No Mata Ajar SKBM Hasil Belajar 1 Pendidikan Agama 80 70 Belum tuntas. Remidial: Praktek Shalat 2 Kewarganegaraan 80 80 Tuntas. Keterangan

13

Pengayaan: Menganalisis penegakan HAM 3 Bahasa dan sastra Indonesia 70 65 Belum tuntas. Remedial: Menyusun kalimat dengan berbagai pola 4 Bahasa Inggris 70 70 Tuntas. Pengayaan: Reading Comperehension 5 Matematika 60 45 Belum tuntas. Remedial: Perkalian Matriks. 6 Kesenian 80 80 Tuntas. Pengayaan: memainkan alat music gitar. 7 Pendidikan Jasmani 75 65 Belum tuntas. Remedial: Mendrible Bola 8 Dan sterusnya..

Aspek Psikomotor Pencapaian No Mata Ajar SKBM Hasil Belajar 1 Pendidikan Agama 80 70 Belum tuntas. Remidial: Praktek Shalat 2 Fisika 60 55 Belum Tuntas. Keterangan

14

Remedial : Merakit komponen aktif dan pasif dalam elektronika 3 Bahasa Inggris 70 70 Tuntas. Pengayaan: Reading Comperehension

Aspek Afektif No 1 2 3 4 5 6 7 Mata Ajar Pendidikan Agama Fisika Bahasa Inggris Matematika Kesenian Pendidikan Jasmani Dan seterusnya Minat Terhadap Mata Ajar Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi

2. Untuk Orang Tua, informasi penilaian hasil belajar bermanfaat bagi orang tua atau wali peserta didik untuk memotivasi putra-purinya agar belajar lebih baik lagi dan mencari strategi untuk membantunya belajar. Agar informasi ini bermanfaat maka harus memberikan informasi yang akurat. Informasi ini dapat digunakan sebagai: Membantu dan memberikan motivasi putra-putrinya belajar. Membantu sekolah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Membantu sekolah dalam melengkapi fasilitas belajar.

15

Berikut ini contoh format laporan hasil belajar untuk Orang Tua/Wali Peserta Didik. LAPORAN HASIL BELAJAR Nama Sekolah Nama siswa Nomor Induk Kelas/semester Pembina Siswa : : Ary Sudiatmika : 11220 : X/ II :

Aspek Kognitif Pencapaian No Mata Ajar SKBM Hasil Belajar 1 Pendidikan Agama 80 70 Kompetensi Dasar yang Sudah/Belum dikuasai Praktek Shalat belum tuntas 2 Kewarganegaraan 80 80 Hakekat Manusia tuntas.

Bahasa dan sastra Indonesia

70

65

Menyusun kalimat dengan berbagai pola, belum tuntas

Bahasa Inggris

70

70

Reading Comperehension, tuntas

Matematika

60

45

Perkalian Matriks belum matriks

Kesenian

80

80

Memainkan alat music gitar tuntas

Pendidikan Jasmani Dan sterusnya..

75

65

Mendrible Bola belum tuntas

16

Aspek Psikomotor Pencapaian No Mata Ajar SKBM Hasil Belajar 1 Pendidikan Agama 80 70 Belum tuntas. Remidial: Praktek Shalat 2 Fisika 60 55 Belum Tuntas. Remedial : Merakit komponen aktif dan pasif dalam elektronika 3 Bahasa Inggris 70 70 Tuntas. Pengayaan: Reading Comperehension Dan seterusnya.. Keterangan

Aspek Afektif No 1 2 3 4 5 6 7 Mata Ajar Pendidikan Agama Fisika Bahasa Inggris Matematika Kesenian Pendidikan Jasmani Dan sterusnya Minat Terhadap Mata Ajar Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi

3. Untuk guru dan sekolah, informasi yang diperlukan kaitannya dengan penilaian hasil belajar adalah banyak dan kompetensi dasar yang telah dikuasai, jumlah peserta didik yang tuntas belajar yang mencakup semua mata ajar. Informasi yang diperlukan oleh guru bersifat global untuk semua rombongan belajar yang diajarnya, sedangkan kepala
17

sekolah memerlukan informasi global untuk semua rombongan belajar dalam satu sekolah. Informasi dapat digunakan untuk: Mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam satu rombongan belajar dan sekolah yang mencakup semua mata ajar. Mendorong para guru untuk lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan belajar kepada peserta didik. Membantu guru dalam mencari strategi yang lebih tepat Mendorong sekolah untuk memberikan fasilitas belajar yang lebih baik lagi. Berikut ini contoh format laporan hasil belajar untuk guru dan sekolah:

LAPORAN HASIL BELAJAR Sekolah Kelas : : XI A

Jumlah Peserta didik : 40 Guru Pembina Standar Minimal : : 75

Aspek Kognitif Jumlah Peserta Didik dengan No Mata Ajar 75 1 2 3 Pendidikan Agama Kewarganegaraan Bahasa dan sastra Indonesia 4 5 Bahasa Inggris Matematika Skor < 75 KD yang belum dikuasai Peserta Didik

18

6 7

Kesenian Pendidikan Jasmani

Aspek Psikomotor Jumlah Peserta Didik dengan No Mata Ajar 75* 1 2 3 4 5 6 Pendidikan Agama Biologi Fisika Bahasa Inggris Kimia Dan seterusnya. Skor < 75* KD yang Belum Bikuasai Peserta Didik

Catatan: *) Format ini merupakan indikator minat terhadap mata ajar yang dinyatakan dalam persen (%).

2.2 Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan lembaga yudikatif Kehakiman) yang mempunyai beberapa arti diantaranya konsepkonsep yang dapat dipertanggungjawabkan (responsibility), yang dapat dipertanyakan (answerability), yang dapat dipersalahkan (blameworthiness) dan yang mempunyai ketidakbebasan (liability) termasuk istilah lain yang mempunyai keterkaitan dengan harapan dapat menerangkannya salah satu aspek dari administrasi publik. Pada era desentralisasi pendidikan, kurikulum berbasis kompetensi dirancang dan dilaksanakan dalam kerangka manajemen berbasis sekolah, di mana peran-serta

19

masyarakat di bidang pendidikan tidak hanya terbatas pada dukungan dana saja, tetapi juga di bidang akademik. Unsur utama dalam manajemen berbasis sekolah adalah pentingnya partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas publik. Atas dasar itu, laporan kemajuan belajar siswa harus dibuat sebagai pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orang tua atau wali siswa, komite sekolah, atasan, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan kemajuan belajar siswa merupakan sarana komunikasi dan sarana kerja sama antara sekolah dan orang tua, yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar siswa maupun pengembangan sekolah. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan sebagai akuntabilitas publik artinya laporan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak pendidik di dalam melaporkan proses dan hasil belajar peserta didik kepada publik/pihak yang berkepentingan yang memerlukan informasi dalam pembelajaran.

20

21

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1. Penilaian dalam pencapaian kompetensi peserta didik mengacu ke indikatorindikator yang telah ditentukan. Indikator pencapaian kompetensi

dikembangkan dan diuraikan dari kompetensi dasar dengan menggunakan kata kerja operasional dimana setiap kompetensi dasar dapat dijabarkan dalam tiga atau lebih indikator. Kompetensi dasar merupakan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan indikator pencapaian kompetensi dalam suatu pelajaran. 2. Pelaporan kegiatan hasil belajar merupakan kegiatan mengkomunikasikan dan menjelaskan hasil penilaian guru tentang pertumbuhan dan perkembangan anak atau peserta didik. Dimana bentuk dari laporan disajikan ke dalam data kualitatif dan kuantitatif agar lebih komunikatif, komperehensif dan tepat guna dalam fungsinya sebagai pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orang tua atau wali siswa, komite sekolah, atasan, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. (sebagai akuntabilitas publik).

3.2 Saran 1. Seorang guru hendaknya mampu mengembangkan kompetensi dasar suatu pelajaran dan menguraikannya ke dalam indikator-indikator yang akan ditentukan dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan dan potensi daerah dalam pencapaian kompetensi peserta didik. 2. Didalam menyusun laporan hasil belajar peserta didik, bentuk laporan hendaknya juga disajikan dalam bentuk data kualitatif sehingga lebih komunikatif dan komperenhensif. Profil atau tingkat pertumbuhan dan perkembangan belajar dapat dipahami dan mudah terbaca.

22

DAFTAR PUSTAKA 1. Haryati, Mimin. 2007.Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta 2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No: 41.2007.Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan 3. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004. Penilaian Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

23

Anda mungkin juga menyukai