Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi bunyi: anak tuna daksa memerlukan layanan mobilisasi satu kelainan, sehingga muncul SLB-BC yaitu SLB
Sistem layanan pendidikan segregasi adalah dan aksesilbilitas, dan layanan terapi untuk mendukung untuk Anak tuna rungu dan tuna grahita. SLB-
sistem pendidikan yang terpisah dari sistem fungsi fisiknya. ABCD, yaitu SLB untuk anak tuna netra, tuna
pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan Ada empat bentuk pelayanan pendidikan dengan rungu, tuna grahita, dan tuna daksa. Hal ini terjadi
khusus melalui sistem segregasi maksudnya adalah sistem segregasi yaitu: karena jjumlah anak yang ada di unit tersebut
penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara a) Sekolah Luar Biasa (SLB) sedikit dan fasilitas sekolah terbatas.
khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan b) Sekolah Luar Biasa Berasrama
untuk anak normal. Dengan kata lain anak bentuk sekolah yang paling tua. Bentuk SLB Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan
berkebutuhan kusus diberikan layanan pendidikan pada merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, bentuk sekolah luar biasa yang dilengkapi dengan
pada lembaga pendidikan khusus untuk anak penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat fasilitas asrama. Peserta didik SLB bersrama
berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau persiapan sampai dengan tingkat lanjutan tinggal di asrama. Pengelolaan asrama menjadi
Sekolah Dasar Luar Bias, Sekolah Menengah Pertama diselenggarakan dalam satu unit sekolah dengan satu kesatuan dengan pengelolaan sekolah,
Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa. satu kepala sekolah. Pada awalnya sehingga di SLB tersebut ada tingkat persiapan,
Sistem pendidikan segregasi merupakan sistem penyelenggaraan sekolah dalam bentuk unit ini tingkat dasar, dan tingkat lanjut, serta unit
pendidikan yang paling tua. Pada awal pelaksanaan, berkembang sesuai dengan kelainan yang ada asrama. Bentuk satuan pendidikannya pun juga
sistem ini diselenggarakan karena adanya (satu kelainan saja) sehingga ada SLB untuk tuna sama dengan bentuk SLB di atas, sehingga ada
kekhawatiran atau keragaman terhadap kemampuan netra (SLB-A), SLB untuk tuna rungu (SLB-B), SLB-A untuk tuna netra, SLB untuk tuna rungu
anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama SLB untuk tuna grahita (SLB-C), SLB untuk tuna (SLB-B), SLB untuk tuna grahita (SLB-C), SLB
dengan anak normal. Selain itu, adanya kelainan fungsi daksa (SLB-D), dan SLB untuk tuna laras (SLB-E). untuk tuna daksa (SLB-D), dan SLB untuk tuna
tertentu pada anak berkebutuhan khusus memerlukan Di setiap SLB tersebut ada tingkat persiapan, laras (SLB-E), serta SLB AB untuk anak tuna
layanan pendidikan dengan menggunakan metode yang tingkat dasar dan tingkat lanjut. Sistem netra dan tuna rungu.
sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. Misalnya, pengajarannya lebih mengarah ke sistem Pada SLB berasrama terdapat
untuk anak tuna netra, mereka memerlukan layanan individualisasi. kesinambungan program pembelajaran yang ada
khusus berupa braille, orientasi mobilitas. Anak tuna Selain ada SLB yang hanya mendidik satu di sekolah dengan di asrama, sehingga asrama
rungu memerlukan komunikasi total, bina persepsi kelainan saja, ada pula yang mendidik lebih dari merupakan empat pembinaan setelah anak di
sekolah. Selain itu, SLB berasrama merupakan d) Sekolah Dasar Luar Biasa lebih ke pendekatan individualisasi. Selain
pilihan sekolah yang sesuai bagi peserta didik Dalam rangka menuntaskan kesempatan kegiatan pembelajaran, dalam rangka rehabilitasi
yang berasal dari luar daerah, karena mereka belajar bagi anak berkebutuhan khusus, di SDLB juga diselenggarakan pelayanan khusus
terbatas fasilitas antar jemput. pemerintah mulai Pelita II menyelenggarakan sesuai dengan ketunaan anak. Anak tuna netra
c) Kelas Jauh / Kelas Kunjung Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Di SDLB memperoleh latihan menulis dan membaca braille
Kelas jauh atau kelas kunjung adalah merupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai dan orientasi moobilitas; anak tuna rungu
lembaga yang disediakan untuk memeeberi kelainan yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB memperoleh latihan membaca ujaran, komunikasi
layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan terdapat anak tuna netra, tuna rungu, tuna total bina persepsi bunyi dan irama; tuna grahita
khusus yang tinggal jauh dari SLB atau SDLB. grahita, dan tuna daksa. memperoleh layanan mengurus diri sendiri; anak
Penyelenggaraan kelas jauh /kelas kunjung Tenaga kependidikan di SDLB terdiri dari tuna daksa memperoleh layanan fisioterapi dan
merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam kepala sekolah, guru untuk tuna netra, guru untuk latihan koordinasi motorik.
rangka menuntaskan wajib belajar serta tuna rungu, guru untuk tuna grahita, guru untuk Lama pendidikan di SDLB sama dengan lama
pemerataan kesempatan belajar. tuna daksa, guru agama, dan guru olah raga. pendidikan di SLB konvensional uuntuk tingkat
Anak berkebutuhan khusus tersebar di Selain tenga kependidikan, di SDLB dilengkapi dasar, yaitu anak tuna netra, tuna grahita, dan
seluruh pelosok tanah air, sedangkan sekolah- dengan tenaga ahli.yang berkaitan dengan tuna daksa selama 6 tahun, dan anak tuna rungu 8
sekolah yang khusus mendidik mereka masih kelainan mereka, antara lain dokter umum, dokter tahun.
sangat terbatas di kota/kabupaten. Oleh karena spesialis, fisioterapis, psikolog, speech therapish, Sejalan dengan perbaikan istem perundangan di RI
itu, dengan adanya kelas jauh/kelas kunjung audiolog. Selian itu ada tenaga administrasi dan yaitu UU RI no.2 tahun 1989 dan PPNo.72 Tahun
menjadi tanggung jawab SLB terdekatnya. Tenaga penjaga sekolah. 1991, dalam pasal 4 PP No.72 Tahun 1991 satuan
guru yang bertugas di kelas tersebut berasal dari Kurikulum yang digunakan di SDLB adalah pendidikan luar biasa terdiri dari:
guru SLB-SLB di dekatnya. Mereka berfungsi kurikululum yang digunakan di SLB untuk tingkat - Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan
sebagai guru kunjung (itenerant teacher). dasar yang disesuaikan dengan kekhususannya. lama pendidikan minimal 6 tahun.
Kegiatan admistrasinya dilaksanakan di SLB Kegiatan belajat dilakukan secara individual, - Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar
terdekat tersebut. kelompok dan klasikal sesuai dengan ketunaan Biasa (SLTPLB) minimal 3 tahun.
Selain itu, pasal 6 PP No.72 Tahun 1991 juga Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh anak konsultan, guru pembimbing khusus berfungsi
dimungkinkan penyelenggaraaan Taman Kanak-Kanak berkenutuhan khusus, di sekolah terpadu disediakan sebagai penasehat kurikulum, maupun
Luar Biasa (TKLB) dengan lama pendidikan satu Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat berfungsi permasalahan dalam mengajar
sampai tiga tahun. sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala sekolah atau anakcberkebutuhan khusus. Oleh karena itu perlu
anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Selain itu GPK disediakan ruang konsultasi untuk guru
2. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi juga berfungsi sebagai pembimbing di ruang bimbingan pembimbing khusus.
Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi khusus tau guru kelas pada kelas khusus. Pendekatan, metode, cara penilaian yang
adalah sistem pendidikan yang memberikan Ada 3 bentuk keterpaduan dalam layanan digunakan pada kelas biasa ini tidak berbeda
kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut dengan yang digunakan dalam seolah umum.
belajar bersama-sama dengan anak normal belajar Depdiknas (1986), ketiga bentuk tersebut adalah: Tetapi, untuk beberapa mata pelajaran yang
dalam satu atap. a. Bentuk Kelas Biasa disesuaikan dengan ketunaan anak. Misalnya,
Sistem pendidikan integrasi disebut juga sistem Dalam bentuk keterpaduan ini, anak untuk anak tuna netra untuk pelajaran
pendidikan terpadu yakni sistem pendidikan yang berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa secara menggambar, matematika, menulis, membaca,
membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana penuh dengan menggunakan kurikulum biasa. Oleh perlu disesuaikan dengan kondisi anak. Untuk
keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan karena itu, sangat diharapkan adanya pelayanan anak tuna rungu mata pelajaran kesenian, bhasa
tersebut dapat bersifat menyeluruh, sebagian, dan bantuan guru kelas atau guru bidang studi asing/bahasa Indonesia ( lisan) perlu disesuaikan
keterpaduan dalam rangka sosialisasi. semaksimal mungkin dengan memeperhatikan dengan kemampuan wicara anak.
Pada sistem keterpaduan secara penuh dan petunjuk-petunjuk khusus dalam melaksanakan b. Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
sebagian, jumlah anak berkebutuhan khusus dalam satu kegiatan belajar-mengajar di kelas biasa. Bentuk Pada keterpaduan ini, anak berkebutuhan
kelas maksimal 10% dari jumlah siswa keseluruhan. keterpaduan ini sering juga disebut dengan khusus, belajar di kelas biasa dengan
Selain itu dalam satu kelas hanya satu jenis kelainan. keterpaduan penuh. menggunakan kurikulum biasa serta mengikuti
Hal ini untuk menjaga beban guru kelas tidak terlalu Dalam keterpaduan ini, guru pembimbing pelayanan khusus untuk mata pelajaran tertentu
khusus hanya berfungsi sebagai konsultan bagi yang tidak dapat diikuti oleh anak berkebutuhan
khusus bersama dengan anak noormal. Pelayanan digunakan di SLB. Keterpaduan pada tingkat ini antara lain, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
khusus tersebut diberikan di ruang bimbingan hanya bersifat fisik dan sosial, yang artinya anak tahun 1948, Konvensi PBB tentang Hak Anak tahun
khusus oleh guru pembimbing khusus (GPK) berkebutuhan khusus yang dipadukan untuk 1989, Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua
dengan menggunakan pendekatan individu dan kegiatan yang bersifat non akademik, seperti olah tahun 1990, Peraturan Standar tentang Persamaan
metode peragaan yang sesuai. Untuk keperluan raga, ketrampilan, juga sosialisasi pada waktu Kesempatan bagi para Penyandang Cacat tahun 1993,
teersebut di ruang bimbingan khusus dilengkai jam-jam istirahatatau acara lain yang diadakan Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi tentang
dengan peralatan khusus untuk memberikan oleh sekolah. Pendidikan Kebutuhan Khusus tahun 1994, Kerangka
latihan dan bimbingan khusus. Misalnya untuk Aksi Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 dan yang
anak tuna netra, di ruang bimbingan khusus 3. Layanan Pendidikan Inklusif lainnya Secara konseptual, dengan diterapkannya
disediakan alat tulis braille, peralatan orientasi Pendidikan inklusif merupakan suatu strategi pendidikan inklusif memungkinkan ABK bersekolah di
mobilitas. Keterpaduan pada tingkat ini sering untuk mempromosikan pendidikan universal yang sekolah manapun sesuai dengan keinginannya. Akan
disebut juga keterpaduan sebagian. efektif karena dapat menciptakan sekolah yang tetapi kenyataannya belum banyak sekolah di Indonesia
c. Bentuk Kelas Khusus responsif terhadap keberagaman karakteristik dan yang siap menerima ABK dengan berbagai alasan baik
Dalam keterpaduan ini, anak berkebutuhan kebutuhan anak. Di samping itu, pendidikan inklusif alasan teknis maupun nonteknis. Tidak ada peralatan
khusus mengikuti pendidikan sama dengan didasarkan pada hak asasi, model sosial, dan sistem khusus, guru tidak memiliki pengetahuan dan
kurikulum di SLB secara penuh di kelas khusus yang disesuaikan pada anak dan bukan anak yang keterampilan mengajar ABK, hadirnya ABK dapat
pada sekolah umum yang melaksanakan program menyesuaikan pada sistem. Selanjutnya, pendidikan mengganggu proses belajar-mengajar dan sebagainya
pendidikan tepadu. Keterpaduan ini disebut juga inklusif dapat dipandang sebagai pergerakan yang sering menjadi alasan untuk tidak menerima ABK.
dengan keterpaduan lokal/bangunan atau menjunjung tinggi nilai-nilai, keyakinan, dan prinsip-
keterpaduan yang bersifat sosialisasi. prinsip utama yang berkaitan dengan anak, pendidikan,
Pada tingkat keterpaduan ini, guru keberagaman, dan diskriminasi, proses partisipasi dan
pembimbing khusus berfungsi sebagai pelaksana sumber-sumber yang tersedia (Stubbs, 2002:9).
program di kelas khusus. Pendekatan, metode, dan Beberapa dokumen internasional yang penting
cara penilaian yang digunakan adalah dan mendasari pendidikan inklusif yang telah
pendekatan, metode, dan cara penilaian yang disepakati oleh banyak negara termasuk Indonesia