Anda di halaman 1dari 48

HANDOUT 1

Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS Terpadu (2 SKS)


Nomor Kode : PKH-6264
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Jurusan : PLB
Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan
Dosen Mata Kuliah : Dr. Haryanto, M. Pd.
Pertemuan : 2-3

I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)


Mahasiswa mampu menjelaskan hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu

II. Materi Pokok:


1. Konsep Dasar IPS
a. Sejarah Perkembangan IPS
b. Kedudukan IPS dalam Struktur Ilmu Pengetahuan
c. Hubungan Ilmu-Ilmu Sosial dengan IPS
d. Ruang Lingkup IPS

III. Uraian Materi


A. Sejarah Perkembangan IPS
Dilhat secara historis epistemologis, sulit menelusuri bagaimana perkembangan
IPS di Indonesia karena terdapat dua alas an esensial:
1. Di Indonesia tidk ada lembaga profesional bidang Pendidikan IPS (PIPS)
seperti NCSS, lembaga serupa yang dimiliki Indonesia yaitu HISPISI
(Himpunan Serjana Pendidikan IPS Indonesia) yang usianya masih sangat
muda dan produktivitas akademisnya masih sangat terbatas.
2. Selanjutnya perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontologi
ilmu pendidikan (disiplin) IPS sampai saat ini masih sangat bergantung pada
pemikiran individual atau kelompok pakar yang ditugasi secara insidental
untuk mengembangkan perangkat kurikulum IPS melalui Pusat
Pengembangan Kurikulum dan Sarjana Pendidikan Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang Diknas) dan Pusat Kurikulum dan Buku
(Puskurbuk Diknas).
Mengenai Istilah IPS pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang
Civic Education tahun 1972 di Tawamangu, Solo. Terdapat 3 istilah yang
muncul dari Seminar Nasional di Tawamangu dan selanjutnya digunakan
secara bertukar, yaitu:
1. Pengetahuan Sosial/ Social Science
2. Studi Sosial/ Social Studies
3. Ilmu Pengetahuan Sosial/ Social Education
Di samping itu Penggunaan Konsep IPS pertama kali muncul dalam dunia
persekolahan terjadi pada tahun 1973 dalam kurikulum Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Dalam kurikulum PPSP ini IPS
menggunakan beberapaistilah, yakni:
1. Studi Sosial
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Civic dan Hukum

Dalam pandangan ahli Barr pada tahap ini kurikulum PPSP mengenai Konsep
Pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk:
1. PIPS terintegrasi dengan nama PKN/ Studi Sosial
2. PIPS terpisah, dimana istilah IPS hanya digunakan sebagai konsep payung
untuk mata pelajaran Geografi, Sejarah dan Ekonomi
3. PKN sebagai suatu bentuk PIPS khusus, yang dalam konsep Social Studies
termasuk "Citizenship Transmission."
Selanjutnya pada kurikulum 1975 PIPS menampilkan 4 profil, yaitu:
1. PMP menggantikan PKN sebagai suatu bentuk PIPS khusus yang mewadahi
Citizenship Transmission
2. PIPS terpadu untuk SD
3. PIPS terkonfederasi untuk menempatkan IPS sebagai konsep payung
pelajaran Geografi, Sejarah dan Ekonomi Koperasi
4. PIPS terpisah yang mencakup mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan
Ekonomi untuk SMA atau Sejarah dan Geografi untuk SPG.

Pada kurikulum PIPS tahun 1984 masih sama dengan tahun 1975, tetapi pada
kurikulum tahun 1984 mengalami penyempurnaan. Dalam Kurikulum tahun 1994
mata pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran sosial khusus yang wajib diikuti
oleh semua siswa dalam setiap jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA). Mata
pelajaran IPS dapat diwujudkan dalam:
1. PIPS terpadu di SD kelas 3 sampai dengan kelas 6
2. PIPS terkonfederasi di SLTP mencakup mata pelajaran Geografi, Sejarah dan
Ekonomi Koperasi
3. PIPS terpisah pada jenjang SMU, hampir mirip dengan "Social Studies" tetapi
merupakan bagian Ilmu Pengetahuan Sosial

Sedangkan Kurikulum PIPS tahun 2004, mata pelajaran IPS hampir sama dengan
yang terdapat pada kurikulum 1994. Tetapi perbedaannya terletak pada jenjang
SMA, mata pelajaran Sosiologi yang tadinya hanya diperoleh siswa kelas 3 saja
sekarang sudah diberikan pada siswa kelas 2. Maka terdapapat 2 versi mengenai
PIPS tersebut, yaitu:
1. PIPS untuk pendidikan dasar dan menengah
2. PIPS untuk jurusan Pendidikan IPS di Perguruan Tinggi

Titik tolak pemikiran mengenai kedudukan konseptual PDIPS atau objek telaah
dari sistem pengetahuan PDIPS tersebut, adalah:
1. Karakteristik potensi perilaku belajar siswa SD, SLTP, dan SMA.
2. Karakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-
STKIP
3. Kurikulum dan bahan ajar IPS SD, SLTP dan SMA
4. Disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora dan disiplin ilmu lain yang relevan
5. Teori, prinsip, strategi, media dan evaluasi pembelajaran IPS
6. Masalah-masalah sosial dan masalah ilmu dan teknologi yang berdampak sosial
7. Norma Agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme

B. Kedudukan IPS dalam Struktur Ilmu Pengetahuan


Pendidikan IPS dipandang sebagai sebuah pendidikan disiplin ilmu dengan
menggunakan identitas bidang kajian bersifat ekletik yang dikenal dengan “an
intregrated system of knowledge “, “synthetic disclipine”, “multidimensional”, dan
“kajian konseptual sistemik” merupakan kajian (baru), hal iniberbeda dari bidang
kajian monodisiplin atau disiplin ilmu “tradisional. Pendekatan Monodisiplin atau
sering disebut juga sebagai pendekatan struktural, yaitu suatu bentuk atau model
pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu saja, tanpa menghubungkan
dengan struktur ilmu yang lain. Jadi, pengembangan materi berdasarkan ciri dan
karakteristik dari bidang studi yang bersangkutan.
Karena adanya pertimbangan semakin kompleksnya permasalahan kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia maka pada tahun 1970an mulai diperkenalkan
Pendidikan IPS (PIPS) sebagai sebuah pendidikan disiplin ilmu(penggunaan istilah
Pendidikan disiplin ilmu pertama kali dikemukakan oleh Numan Somantri dalam
berbagai karya tulis). Gagasan tentang PIPS ini membawa implikasi bahwa PIPS
memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan
disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner,
multidimensional bahkan cross-disipliner. Karakteristik ini mulai nampak dari
perkembangan PIPS sebagai salah satu mata pelajaran disekolah yang cakupan
materinya sudah semakin meluas seiring dengan semakin kompleks dan semakin
rumitnya permasalahan sosial yang memerlukan banyak kajian secara terintegrasi dari
berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, teknologi, humaniora,
lingkungan bahkan sistem kepercayaan.
Keberadaan IPS sebagai sebuah program pendidikan disiplin ilmu dalam beberapa
konteks pendidikan Nasional Indonesiadapat diharapkan akan memberikan pemikiran-
pemikiran yang mendasar berkaitan dengan perkembangan struktur, metodologi, dan
pemanfaatan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu yang dibangun dan dikembangkan,
serta ke mana arah / ruang lingkup, tujuan, dan sasaran pengembangan yang dilakukan
oleh masyarakat.
Salah satu yang menjadi dasar pertimbangan dengan dimasukkannya social studies
ke dalam kurikulum sekolah adalah mengingat kemampuan siswa sangat menentukan
dalam pemilihan dan pengorganisasian materi pembelajaran IPS. Agar materi pelajaran
IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah,
bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat sekitar di
mana IPS diajarkan. Selanjutnya bahan atau materi ajar yang diambil dari pengalaman
pribadi, teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini
dipandang bahwa IPSakan lebih mudah untuk dipahami karena dapat memberikan
makna yang lebih besar bagi para siswa dari pada bahan pengajaran yang cenderung
abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial tertentu.
C. Hubungan Imu-ilmu Sosial dengan IPS
Terdapat beberapa hubungan ilmu-ilmu sosial dengan IPS, yaitu:
1. IPS bukan sebagai disiplin ilmu seperti IIS, tetapi IPS lebih tepat sebagai suatu
bidang kajian.
2. Pendekatan dalam IPS adalah pendekatan multidisipliner atau interdisipliner.
Tetapijustru IIS menggunakan pendekatan disiplin ilmu atau monodisiplin.
3. IPS senagaja dirancang untuk kepentingan pendidikan, oleh karena itu keberasaan
IPS lebih memfokuskan pada dunia persekolahan. Sedangkan IIS keberadaannya bisa
di dunia persekolahan, PT, atau bahkan dipelajari di masyarakat umum sekalipun.
4. IPS disamping menggunakan IIS sebagai bahan pengembangan materi pembelajaran
dilengkapi dengan mempertimbangkan aspek psikologis-pedagogis.
Perbedaan mendasar antara ilmu-ilmu sosial dengan pengetahuan sosial terletak
pada tujuan masing-masing. Dimana Ilmu sosial lebih bertujuan memajukan dan
mengembangkan konsep dan generalisasi melalui penelitian ilmiah, dengan melakukan
hipotesis untuk menghasilkan teori atau teknologi baru. Di sampingitu, tujuan ilmu
pengetahuan sosial lebih bersifat pendidikan, bukan penemuan teori ilmu sosial. Saah
satu orientasi inti studi ini adalah diupayakanuntuk keberhasilannya mendidik dan
membuat siswa mampu untukmengoperasionalisasikan ilmu pengetahuan sosial, berupa
terciptanya tujuan instruksional. Maka mengacu pada uraian tersebut ilmu pengetahuan
sosial menggunakan bagian-bagian ilmuilmu sosial untuk kepentingan pengajaran.
Maka, berbagi konsep dan generalisasi ilmu sosial harus disederhanakan agar lebih
mudah dipahami oleh murid-murid yang umumnya belum matang untuk membelajari
ilmu-ilmu tersebut. Hal ini akanmenempatkan pentingnya keberadaan IPS secara
metodologis dan keilmuan dapat dikatakan belum adanya setara dengan ilmu sosial.
Jika kita mendiskusikan persamaan antara social studies dengan social
sciencesyaitu terletak pada sasaran yang diselidiki yaitu manusia dan kehidupan
bermasyarakat. Keduanya membahas masalah yang timbul akibat hubungan
(interrelationship) manusia. Dengan kata lain, keduanya mempelajari tentang
masyarakat manusia, dan segala aspek kehidupan sosial masyarakat dan problem-
problem yang muncul dalam masyarakat.

D. Ruang Lingkup IPS


Mengenai ruang lingkup dan bagaiman cakupan konsep dasar dari IPS dapat
dikemukakan sebagi berikut:
1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
bidang akademis, tetapi lebih merupakan sebuah bidang pengkajian yang fokus pada
gejala dan masalah sosial dalam masyarakat.Dalam kerangka kerja pengkajian Ilmu
Pngetahuan Sosial (IPS) mengunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidang
bidang ilmu social.
2. Kerangka kerja Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak menekankan pada bidang
teoretis, tetapi lebih pada bidang-bidang praktis dalam mempelajari gejala dan
masalah-masalah sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi Sosial tidak
perlu akademis teoretis, namun merupakan satu pengetahuan praktis yang dapat di
ajarkan pada tingkat.
persekolahan,yaitu mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi.
Demikian pula pendekatan yang digunakan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat
berbeda dengan pendekatan yang biasa digunakan dalam Ilmu Sosial.Pendekatan
Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat interdisipliner atau bersifat multi disiplinerdengan
menggunakan berbagai bidang keilmuan, sedangkan pendekatan yang digunakan
Ilmu Sosial (Sosial Sciences) bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-
masing.Demikian pula pada tingkat yang taraf yang lebih rendah pendekatan studi
Sosial lebih bersifat multidimensional, yaitu meninjau satu gejala atau masalah sosial
dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan.
3. Bidang studi IPS, pada hakikatnya merupakan suatuperpaduan pengetahuan sosial.
Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) intinya merupakan perpaduan antara geografi dan
sejarah.Untuk Sekolah Lanjut Menengah Pertama (SLTP) intinya merupakan
perpaduan antara geografi, sejarah dan ekonomi koperasi.Sedangkan untuk Sekolah
Lanjut Tingkat Atas (SLTA) intinya adalah perpaduan antara geografi, sejarah dan
ekonomi koperasi dan Antropologi.di tingkat perguruan tinggi, bidang studi IPS ini
dikenal sebagai studi sosial.IPS atau studi Sosial ini, merupakan perpaduan dari
berbagai bidang keilmuan Ilmu Sosial.Studi Sosial memiliki perbedaan yang
prinsipil dengan ilmu-ilmu sosial. Proses pembelajaran pendidikan IPS dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia
peserta didik masing-masing. Ragam pembelajarannya pun harus disesuaikan dengan
apa yang terjadi dalam kehidupan. Secara formal, proses pembelajaran dan
membelajarkan itu terjadi di sekolah, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
Kedudukan IPS sebagai salah satu program pendidikan tidak hanya menyajikan
tentang konsep-konsep pengetahuan sematasaja, namun harus pula mampu membina
peserta didik menjadi warga negara dan warga masyarakat yang tahu akan hak dan
kewajibannya, yang juga memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama
seluas-luasnya. Sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS dapat terlihat nyata
dari tujuannya. Disepanjang sejarah perkembangannya sebagai sebuah kajian IPS
memiliki lima tujuan yakni:
(a) IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang social sciences jika
nantinya masuk ke perguruan tinggi.
(b) IPS yang tujuannya mendidik kewarganegaraan yang baik.
(c) IPS yang hakikatnya merupakan suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas.
(d) IPS yang mempelajari closed areas atau masalah-masalah sosial yang pantang
untuk dibicarakan di muka umum.
Menurut pedoman khusus bidang studi IPS, tujuan bidang studi tersebut, yaitu
dengan materi yang dipilih, disaring dan disingkronkan kembali maka sasaran
seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran pada bidang IPS yang lebih mengarah
kepada 2 (dua) hal:
(a) Pembinaan warga negara Indonesia atas dasar moral Pancasila/ UUD 1945.
(b) Sikap sosial yang rasional dalam kehidupan.
HANDOUT 2
Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS Terpadu (2 SKS)
Nomor Kode : PKH-6264
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Jurusan : PLB
Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan
Dosen Mata Kuliah : Dr. Haryanto, M. Pd.
Pertemuan : 4

I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)


Mahasiswa dapat menelaah eksistensi IPS terpadu dalam dunia pendidikan di
Indonesia.

II. Materi Pokok


1. Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia
2. Sifat dan Karakteristik IPS
3. Tujuan Pendidikan IPS

III.Uraian Materi
A. Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul Menelaah Eksistensi IPS dalam
Dunia Pendidikan di Indonesia dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan
memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan
merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka
usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat
Universitas.
Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini
pendidikan hanya menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya
UN sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses
pembentukan karakter dan budi pekerti anak. Sedanglan Tujuan Pendidikan
(Kemdiknas): "Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
B. Sifat dan Karakteristik IPS
Menurut Sapriya (2009: 7), mengemukakan bahwa: “Salah satu karakteristik
sosial studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat
perkembangan masyarakat”. Perubahan dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan
tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.
Ada beberapa karakteristik pembelajaran IPS yang dikaji bersama ciri dan sifat
pembelajaran IPS menurut A Kosasih Djahiri (Sapriya, 2007: 19) adalah sebagai
berikut:
1. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah
fakta dari segi ilmu).
2. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja
melainkan bersifat komrehensif (meluas) dari berbagai ilmu sosial dan lainnya
sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu digunakan untuk menelaah
satu masalah/tema/topik.
3. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu
mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analitis.
4. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-
bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di
masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksi-kannya
kepada kehidupan di masa yang akan datang baik dari lingkungan fisik maupun
budayanya.
5. IPS dihadapkan pada konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah
berubah) sehingga titik berat pembelajaran adalah proses internalisasi secara mantap
dan aktif pada diri siswa agar memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah
permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat.
6. IPS mengutamakan hal-hal arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang
bersifat manusiawi.
7. Pembelajaran IPS tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata juga nilai dan
keterampilannya.
8. Pembelajaran IPS berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui
program dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasya-
rakatan yang dekat dengan kehidupannya.
9. Dalam pengembangan program pembelajaran IPS senantiasa melaksanakan prinsip-
prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang terjadi ciri IPS
itu sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran IPS adalah bersifat dinamis,
artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.Perubahan
dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkem-
bangan masyarakat.

C. Tujuan Pembelajaran IPS


Menurut Rudy Gunawan (2011: 37) mengemukakan bahwa: Pembelajaran IPS
bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan
kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya
akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab, sedangkan ilmu sosial
bertujuan menciptakan tenaga ahli dalam bidang ilmu social.
Banyak pendapat yang mengemukakan tentang tujuan pendidikan IPS,
diantaranya oleh The Multi Consortium Of Performance Based Teacher Education di
AS pada tahun 1973 Djahiri dan Ma’mun (Rudy gunawan, 2011: 20) menyatakan
bahwa sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mampu menerapkan konsep-konsep ilmu sosial yang penting,
generalisasi (konsep dasar) dan teori-teori kepada situasi data yang baru.
2. Memahami dan mampu menggunakan beberapa struktur dari suatu disiplin atau antar
disiplin untuk digunakan sebagai bahan analisis data baru.
3. Mengetahui teknik-teknik penyelidikan dan metode-metode penjelasan yang
dipergunakan dalam studi sosial secara bervariasi serta mampu menerapkannya
sebagai teknik penelitian dan evaluasi suatu informasi.
4. Mampu mempergunakan cara berpikir yang lebih tinggi sesuai dengan tujuan dan
tugas yang didapatnya.
5. Memiliki keterampilan dalam memecahkan permasalahan (Problem Solving).
6. Memiliki self concept (konsep atau prinsip sendiri) yang positif.
7. Menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
8. Kemampuan mendukung nilai-nilai demokrasi.
9. Adanya keinginan untuk belajar dan berpikir secara rasional.
Menurut Isjoni (2007: 50-51) tujuan pendidikan IPS dapat dikelompokkan
menjadi empat (4) kategori sebagai berikut :
1. Knowledge, yang merupakan tujuan utama pendidikan IPS, yaitu membantu para
siswa belajar tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya.
2. Skills, yang berhubungan denga tujuan IPS dalam hal ini mencakup keterampilan
berpikir (thinking skills).
3. Attitudes, dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok sikap yang diperlukan untuk
tingkah laku berpikir (intelektual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior).
4. Value, dalam hubungan ini adalah nilai yang terkandung dalam masyarakat sekitar
didapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar maupun lembaga pemerintah
(falsafah bangsa).
Di samping itu menurut Wahab dlam Rudy Gunawan(2011: 21) ia menyatakan
bahwa: Tujuan Pengajaran IPS disekolah tidak lagi semata-mata untuk memberi
pengetahuan dan menghapal sejumlah fakta dan informasi akan tetapi lebih dari itu.
Para siswa selain diharapkan mampu memiliki pengetahuan mereka juga dapat
mengembangkan berbagaiketerampilan dalam segi kehidupan dimulai dari keterampilan
akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya.
Sementara itu menurut Chapin dan Messick dalam (Isjoni, 2007: 39) secara
khusus tujuan pengajaran IPS di sekolah dasar dapat dikelompokkan ke dalam empat
komponen, yaitu:
1. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam
kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
2. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk mencari dan
mengolah/memproses informasi.
3. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta
dalam kehidupan sosial
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran IPS adalah untuk membantu tumbuhnya warga negara yang baik dan
dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan yang dimulai
dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya.Akan tetapi secara
lebih khusus pada tujuan yang tertera pada KTSP, bahwa salah satunya adalah
mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.
Mengenal konsep-konsep memerlukan pemahaman yang mendalam, oleh karena itu
pemahaman suatu konsep dengan baik sangatlah penting bagi siswa, agar dapat
mamahami suatu konsep, siswa harus membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang
diterimanya dari lingkungan atau sesuai dengan pengalaman yang diperoleh dalam
perjalanan hidupnya.Pengalaman-pengalaman yang harus dilalui oleh siswa merupakan
serangkaian kegitan pembelajaran yang dapat menunjang terbentuknya konsep-konsep
tersebut. Karena itu guru harus bisa menyusun pembelajaran yang didalamnya berisi
kegiatan belajar siswa yang sesuai dengan konsep yang akan dibentuknya.
HANDOUT 3
Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS Terpadu (2 SKS)
Nomor Kode : PKH-6264
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Jurusan : PLB
Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan
Dosen Mata Kuliah : Dr. Haryanto, M. Pd.
Pertemuan : 5

I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)


Mahasiswa mampu menelaah dimensi dan struktur IPS terpadu.

II. Materi Pokok:


1. Dimensi-dimensi IPS terpadu.
2. Sruktur Materi IPS terpadu.

III. Uraian Materi:


A. Dimensi-dimensi IPS
Proses penguasaan dan pengembangan dimensi dan struktur pembelajaran dalam
PIPSsangat penting bagi jiwa pendidik karena dalam menhadapi siswa harus berfikir
abstrak dan parsialuntuk memfasilitasi kebutuhan ini mahasiswa atau calon guru perlu
mempersiapkan model pembelajaran yang tepat yang didukung oleh kemampuan
penguasaan terhadap dimensi-dimensi PIPS dan strukturnya. Dimensi PIPS Meliputi:
(1). dimensi pengetahuan (knowledge) (2). dmensi keterampilan (skill) (3). dimensi
Nilai (Value and Attitudes) (4). dimensi tindakan (Action). Mahasiswa mampu
menelaah Dimensi dan Struktur IPS
1. Dimensi Pengetahuan (Knowledge) Setiap manusia tentunya memiliki kelebihan dan
wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda,baik yang berfikir sebatas
lingkungan dan ada juga yang berpendapat mencakup dengan keyakinan-keyakinan
sosial,tentunya hal tersebut mencakup alasan-alasan yang sesuai dengan:
Fakta,konsep baik Generalisasi yang dipahami oleh individu atau siswa,dan hal yang
terpenting adalah Fakta yang mana merupakan data yang spesifikasi tentang
peristiwa,objek,orang dan hal-hal yang terjadi yang harus dikenal terutama dalam
kehidupan sehari-hari dan yang terjadi dalam lingkungan sekitar. Konsep dasar yang
relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial.
Konsepkonsep tersebut juga tergantung pula pada jenjang dan kelas
sekolah,misalnya konsep “sejarah, antropologi, sosiologi bahkan ekonomi, juga dari
ilmu pariwisata, geografi, sosiologi, sejarah maupun politik. Pengembangan dan
generalisasi adalah proses mengorganisir dan memaknai sejumlah dan cara hidup
bermasayarakat.merumuskan generalisasi merupakan rumusan dan pengembangan
konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh siswa dengan
tentunya bimbingan guru.
2. Dimensi Keterampilan (skill) Dalam pendidikan IPS sangat diperlukan dan
memperhatikan juga dimensi keterampilan disamping pemahaman dalam dimensi
pengetahuan.kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan
keterampilan yang sangat penting guna mempersiapkan untuk menghadapi dunia di
masyarakat sehingga siswa menjadi terampil dan siap menjadi warga negara yang
berpartisipasi secara aktif dan secara cerdas dalam lingkungan masyarakat yang
demokratis. Keterampilan Meneliti Dalam hal ini diharapkan mengidentifikasi,
mengumpulkan,menafsirkan dan menganalisis suatu data yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat sekitar atau sosial. (1) Keterampilan berfikir Dalam hal ini
tentunya bagaimana cara berkontribusi untuk pemecahan suatu masalah yang
terjadi secara akurat dan dan kreatif baik dalam menciptakan suatu hal atau proses
pembelajaran dalam lingkungan kelas. (2) Keterampilan partisipasi sosial Dalam
belajar IPS juga sisawa diharafkan bahwa siswa dapat berkomunikasi dengan baik
dan bekerjasama baik secara perorangan ataupun secara kelompok. (3)
Keterampilan Berkomunikasi Pembelajaran pada akhirnya adalah mendewasakan
seorang manusia agar menjadi dewasa,karena tandanya orang dewasa ialah mampu
berkomunikasi dengan orang lain dengan baik dan benar,serta mengungkapkan
pemahan dan perasaan dengan jelas,efektif san kreatif.

3. Dimensi Nilai dan Sikap (Value and attitudes) Pada hakikatnya sebuah nilai
dipelajari dari hasil pergaulan dan komunikasi antara individu dalam kelompok
baik dilingkungan keluarga maupun lingkungan sosial,yaitu: (a). Nilai Subtantif
Merupakan nilai yang dipegang atau diyakini oleh seseorang da umumnya hasil
belajar,terutama siswa bisa memahami bahwa dalam masyarakat terdapat
keberagaman nilai. (b). Nilai Prosedural Peran guru sangat besar karena siswa harus
diarahkan dan dilatih sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran di kelas dan
nilai prosedural diantaranya: Nilai kemerdekaan, toleransi,kejujuran menghormati
kebenaran dan pendapat orang lain.

4. Dimensi Tindakan (Action) Tindakan sosial merupakan hal ayang sangat penting
karena dapat memungkinkan siswa dapat menjadi siswa yang aktif,dan merekapun
harus berlatih secara kongkrit dan praktis.agar menjadi warga Negara yang baik
dalam kehidupan masyarakat. Fokus utama dari program IPS adalah membentuk
individu-individu yang memahami kehidupan sosialnya dunia manusia,aktivitas
dan interaksinya yang ditunjukan untuk menghasilkan anggota masyarakat yang
bebas,yang mempunyai rasa tanggungjawab untuk melestarikan,melanjutkan dan
memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan.

B. Struktur IPS
Dalam suatu struktur pengetahuan, termasuk didalamnya Ilmu sosial tersusun atas
tiga tingkatan yaitu:
1. Fakta
Fakta dapat diartikan sebagai suatu informasi atau data yang ada/terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan dikumpulkan dan dikaji oleh para ahli ilmu sosial yang
terjamin kebenarannya.
2. Konsep
Konsep adalah sebuah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan
alat intelektual yang membangun kegiatan berfikir, dan memecahkan masalah.
3. Generalisasi
Generalisasi berasal dari kata general yang berarti umum atau menyeluuruh. Oleh
karena itu generalisasi merupakan pengambilan kesimpulan secara umum dari suatu
gejala atau informasi yang kita terima yang didukung oleh data dan fakta yang ada.
HANDOUT 4
Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS Terpadu (2 SKS)
Nomor Kode : PKH-6264
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Jurusan : PLB
Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan
Dosen Mata Kuliah : Dr. Haryanto, M. Pd.
Pertemuan : 6

I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)


Mahasiswa mampu menggali fakta, konsep, generalisasi dan prosedur untuk
merancang pembelajaran IPS terpadu.

II. Materi Pokok


1. Realitas dan problem sosial sebagai Fokus IPS
2. Fungsi Teori dalam pembelajaran IPS

III. Uraian Materi


A. Realitas Sosial dan Masalah Sosial sebagai Fokus IPS
Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang pengetahuan yang digali dari
kehidupanpraktis sehari hari di masyarakat. Pengajaran IPS bukan hanya sekedar
menyajikan materi yang akan memenuhi ingatan para siswa melainkan kebutuhannya
sesuai dengan tuntutan yang dirasakan sebagai suatu ketimpangan ata kecanggungan
dapat dijadikan bahan untuk dibahas dengan para siswa. Gejala gejala yang ada diluar
jendela kelas dan diluar halaman sekolah seperti persampahan,kemacetan lalu
lintas,kekurangan air bersih,kekurangan gizi,penganguran dan lain lain merupakan
materi IPS yang dapat merangsang pemikiran siswa. Gejala-gejala tadi kita Mahasiswa
mampu menggali fakta, konsep, generalisasi dan prosedur untuk merancang
pembelajaran IPS tinjau dari berrbagai dimensi(Multidimensional) yaitu dari dimensi
atau segi ekonomi,dari segi tradisi,dari segi hubungan antar manusia,dari sikap mental
dan dari segi pemerintahan. Atas gejala gejala yang ada para siswa dilatih untuk
menyusun alternatif pemecahan masalah.
Melalui proses seperti yang dikemukan diatas guru dan siswa telah berhasil
memberikan fungsi yang praktis kepada masyarakat sebagai sumber dan materi IPS.
Selanjutnya masyarakat itu selain sumber dan materi IPS juga menjadi laboraturiumnya.
Pengetahuan,konsep dan teori teori IPS yang telah diperolaeh siswa dalam kelas selain
dapat dicocokan juga dapat diterapkan dalam masyarakat. Masyarakat sebagai tempat
laoraturium nyata bagi pelajaran IPS karna disitulah tempat yang cocok bagi
masyarakat untuk mempraktekan pelajaran IPS.Secara wajar pada pelaksanan pengjaran
IPS kita harus menggunakan masyrakat sebagai sumbernya karena disinilah ada
kenyataan hidup sebenarnya yang dapat dihayati,ditanggapi,dianalisis dan pada
akhirnya dapat dapat membina sikap kepekaan mental yang sasaran dan tujuan pelajran
IPS Melalui pengajaran IPS seperti yang digambarkan diatas diharapkan kelak
terbinanya warga negara yang peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat
yang memiliki sikap mental positif terhadap segala ketimpangan yang terjadi dan
terampil menatasi segala masalah terjadi sehari baik menimpa diri sendiri maupun
kehidupan masyarakat.
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan
masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya).Materi IPS digali dari segala
aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat.Oleh karena itu, pengajaran IPS yang
melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu
yang tidak berpijak pada kenyataan.(Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, 1986:21).Ada 5
macam sumber materi IPS antara lain:
1. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga,
sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan
berbagai permasalahannya.
2. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, transportasi.
3. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi
yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
4. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai
dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan
kejadian-kejadian yang besar.
5. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian,
permainan, keluarga.

B. Fungsi Teori dalam Pembelajaran IPS


Mengingat keluasan cakupan materi dalam pembelajaran IPS, maka tidak ada satu
teori belajar pun yang paling ideal untuk segala situasi dan untuk semua bidang
keilmuan yang tercakup dalam IPS.Teori pembelajaran adalah teori yang menawarkan
panduan ekplisit bagaimana membantu orang belajar dan berkembang lebih baik.Jenis
belajar dan pengembangan mencakup aspek kognitif, emosional, sosial, fisikal, dan
spiritual. Aplikasi teori belajar dalam kegiatan pembelajaran IPS tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pelajar,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pengaplikasian teori belajar dalam kegiatan pembelajaran IPS pada prakteknya
merupakan perpaduan dari beberapa aplikasi teori belajar. Pembelajaran yang baik
adalah pembelajaran yang tidak hanya out come-oriented, tepai pembelajaran yang
menekankan pada proses. Berpedoman pada pembelajaran yang menekankan proses
sama artinya dengan memastikan agar proses berjalan secara maksimal, dengan
mengoptimalkan peranan guru sebagai fasilitator dan mengoptimalkan kemampuan
peserta didik. Penekanan pada proses justru akan memberikan hasil yang diharapkan.
Hasil pembelajaran akan sesuai yang diharapkan, disamping tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.
Teori belajar erat kaitannya dengan model pembelajaran.aplikasi teori belajar
dapat digunakan untuk merancang dan menentukan model pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi dan situasi belajar. Kondisi dan situasi belajar ini tentu memiliki
indikator sebagai aspek-aspek utama pembelajaran, seperti jenis pembelajaran IPS yang
hendak dipelajari, materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, karakter kelas, dan lain
sebagainya. Model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS
sebaiknya mampu mencakup lima unsur pembelajaran berikut ini: 1) problem-centered,
artinya pembelajaran dilaksanakan dalam rangka memecahkan permasalahan dunia
nyata di sekitar pembelajar; 2) activation, artinya pembelajaran dikembangkan relevan
dengan pengalaman dan mengaktifkan pengetahuan mahasiswa yang telah dimiliki
sebelumnya; 3) demonstration, artinya pembelajaran yang dikembangkan untuk
mempertunjukkan apa yang akan dipelajari bukannya melulu menceritakan informasi
tentang apa yang akan dipelajari; 4) application, artinya pembelajaran yang
dikembangkan untuk menggunakan ketrampilan atau pengetahuan yang baru mereka
untuk memecahkan permasalahan; dan 5) integration, pembelajaran yang dikem-
bangkan mengintegrasikan ketrampilan atau pengetahuan yang baru ke dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik.
Berdasarkan lima unsur cakupan pembelajaran yang sebaiknya ada dalam proses
pembelajaran IPS, maka penggunaan model pembelajaran yang relevan dan inovatif
perlu dipraktekan di kelas. Namun demikian, mengingat adanya batasan waktu dalam
pembelajaran di kelas, proses pembelajaran perlu dirancang sedemikian rupa agar
mampu memasukkan unsurunsur tersebut. Bilamana kelima unsur tersebut tidak dapat
diaplikasikan dalam satu kali tatap muka pembelajaran, guru bisa membuat perancangan
pembelajaran yang memasukkan unsurunsur tersebut secara parsial. Cara lain agar
kelima unsur tersebut dapat menjadi bagian dari pengalaman belajar peserta didik
adalah merancang pembelajaran sedemikian rupa agar pengalaman belajar yang
diperoleh siswa saat pembelajaran di kelas dapat diaplikasikan atau memiliki andil
positif dalam kehidupan siswa sehari-hari. Merencanakan, menyusun, dan memprak-
tekkan model pembelajaran di kelas tentu tidak lepas dari aplikasi teori belajar sebagai
fondasinya.
HANDOUT 5
Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS Terpadu (2 SKS)
Nomor Kode : PKH-6264
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Jurusan : PLB
Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan
Dosen Mata Kuliah : Dr. Haryanto, M. Pd.
Pertemuan : 7

I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)


Mahasiswa mampu mengidentifikasi konsep dasar materi IPS terpadu.

II. Materi Pokok


1. Konsep Dasar Materi IPS terpadu
2. Kurikulum dan Kompetensi Mata Pelajaran IPS terpadu

III. Uraian Materi


A. Konsep Dasar Materi IPS
1. Sejarah
Kata sejarah berasal dari beberapa bahasa di antaranya bahasa Arab (syajarotun)
yaitu pohon, keturunan, asal-usul atau silsilah.Dalam bahasa Inggris (history),
bahasa Yunani (istoria), bahasa Jerman (geschicht).Sejarah dalam bahasa
Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi
atau riwayat asal-usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah).
Menurut Moh. Yamin,Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil
penyelidikan beberapa peristiwa yang dibuktikan dengan kenyataan.

Konsep Dasar Sejarah:


1. Waktu
2. Dokumen
3. Alur peristiwa
4. Kronologis
5. Peta
6. Tahap-tahap peradaban
7. Ruang
8. Evolusi
9. Revolusi

2. Geografi
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani: ‘geo’ berarti bumi dan
‘grafhein’ berarti tulisan. Jadi secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang
bumi.Menurut para pakar: Geografi adalah ilmu kausal yang mempelajari
gejala-gejala di muka bumi beresta permasalahannya melalui pendekatan
geografis (spatial approach), pendekatan ekologi (ecology approach),
pendekatan terhadap manusia (human approach) untuk program pembangunan
jangka panjang, proses pembangunan dan menunjang pembangunan(Bintaro,
1981).

Konsep Dasar Geografi:


a. Lokasi: Konsep lokasi ini terbagi dua yaitu lokasi absolute dan lokasi
relatif. Lokasi absolute terkait dengan garis lintang dan garis bujur. Lokasi
relatif yaitu lokasi yang dilihat dari wilayah lain.
b. Jarak: Konsep ini mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial,
ekonomi, ataupun kepentingan pertahanan.
c. Keterjangkauan: Keterjangkauan (accessibility) tidak selalu berkaitan
dengan jarak, namun juga medan.
d. Pola: Pola ini berkaitan dengan susunan, bentuk atau persebaran fenomena
dalam ruang muka Bumi.
e. Morfologi: Konsep ini terkait dengan pembentukan morfologi muka Bumi.
f. Aglomerasi: Konsep aglomerasi menjelaskan mengapa suatu fenomena
geografi cenderung mengelompok.
g. Nilai kegunaan; Konsep ini berkaitan dengan nilai guna suatu wilayah.
Tiap wilayah mempunyai potensi yang bisa dikembangkan sehingga nilai
kegunaannya optimal.
h. Interelasi/interpedensi; Interaksi merupakan hubungan timbale balik antar
beberapa hal.
i. Diferensiasi areal; Konsep ini mempertegas bahwa tempat yang satu
dengan yang lainnya memiliki perbadaan.
j. Keterkaitan ruangan;Perbedaan potensi wilayah yang satu dengan yang
lainnya akan mengakibatkan atau mendorong terjadinya interaksi berupa
pertukaran barang, manusia ataupun budaya.

3. Ekonomi
Istilah “ekonomi” sendiri berasal dari bahasa Yunani (oikos) yang berarti
“keluarga, rumah tangga” dan (nomos) yang berarti “peraturan, aturan, hukum”
maka secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah tangga”. Konsep
Dasar Ekonomi:
a. Keterbatasan sumber daya;
b. Kebutuhan yang tidak terbatas;
c. Keuntungan ekonomi;
d. Kekeluargaan;
e. Tenaga kerja;
f. Modal

4. Sosiologi
Sosiologi adalah istilah yang berasal dari kata latin ‘socius’ yang artinya
‘teman’, dan ‘logos dari kata Yunani yang bertarti ‘cerita’, diungkapkan
pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive”
karangan August Comte (1798-1857). Menurut Pitirin Sorokin, Sosiologi
adalah ilmu yangmempelajari hubungan dan pengaruh timbale balik antara
aneka macam gejala sosial (misalnya gelaja ekonomi, gejala keluarga, dan
gejala moral), gejala non-sosial, serta ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala
sosial lain. Konsep Dasar Sosiologi:
a. Interaksi sosial
b. Sosialisasi
c. Kelompok sosial
d. Pelapisan sosial
e. Proses sosial

B. Kurikulum dan Kompetensi Mata Pelajaran IPS


1. Kompetensi Inti Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik
SMP/MTs pada setiap tingkat kelas.Kompetensi inti dirancang untuk setiap
kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi
dasar antarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu
sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang
sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula.

Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:


a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMP/MTs dapat dilihat pada Tabel
berikut:

Tabel 1: Kompetensi Inti SMP/MTs

Kompetensi Inti Kompetensi Inti Kompetensi Inti


Kelas VII Kelas VIII Kelas VIX
Menghargai dan Menghargai dan Menghargai dan
menghayati ajaran agama menghayati ajaran agama menghayati ajaran
yang dianutnya yang dianutnya agama yang dianutnya
2.Menghargai dan 2.Menghargai dan mengha- 2.Menghargai dan mengha-
menghayati perilaku yati perilaku jujur, disiplin, yati perilaku jujur, disiplin,
jujur, disiplin, tanggung- tanggungjawab, peduli tanggungjawab, peduli
jawab, peduli (toleransi, (toleransi, gotong royong), (toleransi, gotong royong),
gotong royong), santun, santun, percaya diri, dalam santun, percaya diri, dalam
percaya diri, dalam ber- berinteraksi secara efektif berinteraksi secara efektif
interaksi secara efektif dengan lingkungan sosial dengan lingkungan sosial
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan dan alam dalam jangkauan
dan alam dalam jang- pergaulan dan pergaulan dan
kauan pergaulan dan keberadaannya keberadaannya
keberadaannya
3.Memahami pengetahuan 3.Memahami dan menerap- 3.Memahami dan mene
(faktual, konseptual, dan kan pengetahuan (faktual, rapkan pengetahuan
prosedural) berdasarkan konseptual, dan prosedural)
(faktual, konseptual, dan
rasa ingin tahunya tentang berdasarkan rasa ingin prosedural) berdasarkan
ilmu pengetahuan, tekno- tahunya tentang ilmu penge-
rasa ingin tahunya tentang
logi, seni, budaya terkait tahuan, teknologi, seni, ilmu pengetahuan,
fenomena dan kejadian budaya terkait fenomena dan
teknologi, seni, budaya
tampak mata kejadian tampak mata terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
4.Mencoba, mengolah, dan 4.Mengolah, menyaji, dan 4.Mengolah, menyaji, dan
menyaji dalam ranah kon- menalar dalam ranah kon- menalar dalam ranah
kret (menggunakan, meng- kret (menggunakan, meng- konkret (menggunakan,
urai, merangkai, memodi- urai, merangkai, memodi- mengurai, merangkai,
fikasi, dan mem-buat) dan fikasi, dan membuat) dan memodifikasi, dan mem-
ranah abstrak (menulis, ranah abstrak (menulis, buat) dan ranah abstrak
membaca, meng-hitung, membaca, menghitung, (menulis, membaca,
menggambar, dan menga- menggambar, dan menga- menghitung, menggambar,
rang) sesuai dengan yang rang) sesuai dengan yang dan mengarang) sesuai
dipelajari di sekolah dan dipelajari di sekolah dan dengan yang dipelajari di
sumber lain yang sama sumber lain yang sama sekolah dan sumber lain
dalam sudut pandang/teori dalam sudut pandang/teori yang sama dalam sudut
pandang/teori

B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti.Rumusan
Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan
peserta didik, dan kekhasan masing-masing mata pelajaran. Kompetensi Dasar meliputi
empat kelompok sesuai dengan pengelompokan Kompetensi Inti sebagai berikut:
1. Kelompok 1: kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan
KI-1;
2. Kelompok 2: kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan
KI-2;
3. Kelompok 3: kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan
KI-3; dan
4. Kelompok 4: kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan
KI-4.
HANDOUT 6
Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS Terpadu (2 SKS)
Nomor Kode : PKH-6264
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Jurusan : PLB
Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan
Dosen Mata Kuliah : Dr. Haryanto, M. Pd.
Pertemuan : 9

PENDEKATAN, MODEL, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN IPS TERPADU

A. Learning Outcome:
1. Mahasiswa dapat menganalisis pendekatan pembelajaran IPS
2. Mahasiswa dapat menganalisis model-model pembelajaran IPS
3. Mahasiswa dapat menganalisis teknik-teknik pembelajaran IPS

B. Uraian Materi
1. Pendekatan Pembelajaran IPS Terpadu
a. Pengertian
Menurut Wina Sanjaya (2009: 127), pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. istilah pendekatan
merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum. Oleh karena itu strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.

Roy Killen (1998) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan
pendekatan yangberpusat pada siswa (student-centered approaches).
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menurunkan startegi
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta
strategi pembelajaran induktif.

Menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi


Kurikulum proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok,
yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan.
Kelima kegiatan proses pembelajaran ini di sebut dengan istilah pendekatan
saintifik (scientific approach).
Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah atau saintifik lebih
mengutamakan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan
penjelasan tentang suatu kebenaran.
Adapun kriteria pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:
1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
2) Penjelasan guru, sesppon siswa, dan interaksi edukatif guru – siswa terbatas
dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berfikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi siswa berfikir secara kritis, analisis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami memecahkan masalah, dan mengapli-
kasikan materi pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berfikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran
5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya.

Tabel 1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan


Kompetensi yang Dikembangkan

Langkah Kompetensi yang


Kegiatan Belajar
Pembelajaran Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar, Melatih kesungguhan,
menyimak, melihat (tanpa ketelitian, mencari informasi
atau dengan alat)
Menanya Mengajukan pertanyaan ten- Mengembangkan kreativitas,
tang informasi yang tidak rasa ingin tahu, kemampuan
dipahami dari apa yang merumuskan pertanyaan untuk
diamati atau pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang
mendapatkan informasi perlu untuk hidup cerdas dan
tambahan tentang apa yang belajar sepanjang hayat
diamati ((dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat
hipotetik)
Mengumpulkan - Melakukan eksperimen Mengembangkan sikap teliti,
informasi/eksperimen - Membaca sumber lain jujur, sopan, menghargai pen-
selain buku teks dapat orang lain, kemampuan
- Mengamati objek/kejadian berkomunikasi, menerapkan
- Aktivitas kemampuan mengumpulkan
- Wawancara dengan nara informasi melalui berbagai cara
sumber yang dipelajari, mengembang-
kan kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang hayat
Mengasosiasikan/ - Mengolah informasi yang Mengembangkan sikap jujur,
mengolah informasi usdah ada dikumpulkan teliti, disiplin, taat aturan,
baik terbatas dari hasil dari kerja keras, kemampuan
kegia-tan mengamati dan menerapkan prosedur dan
kegiatan mmengumpulkan kemampuan berfikir induktif
informasi. serta deduktif dalam
- Pengolahan informasi yang menyimpulkan.
dikumpuikan dari yang
bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepda pengolahan
infomrasi yang bersifat
mencari solusi dari
berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang
berbeda sam[ai pada yang
bertentngan.
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasi peng- Mengembangkan sikap jujur,
amatan, kesimpulan berda- teliti, toleransi keammpuan
sarkan hasil analisis secara berfikir sistematis, mengung-
lisan, tertulis, atau media kapkan pendapat dengan
lainnya. singkat dan jelas dan mengem-
bangkan kemampuan berba-
hasa yang baik dan benar.

2. Model-model Pembelajaran IPS


a. Pengertian
Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan
untuk merangsang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar
tutorial dan dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran termasuk buku-
buku, film-film, pita kaset, dan program media komputern dan kurikulum.
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986), mengatakan bahwa setiap model
membimbing kita ketika kita merancang pembelajaran untuk membantu para
siswa mencapai berbagai tujuan. Tim MKDP (2011: 199) menyatakan bahwa
model pembelajaran memuat antara lain:
1) Syntax, yaitu serangkaian tahapan langkah-langkakh yang kongret atau lebih
khusus yang harus diperankan oleh guru dan siswa
2) Sistem sosial yang diharapkan
3) Prinsip-prinsip reaksi siswa dan guru
4) Sistem penunjang yang diisyaratkan.

b. Jenis-jenis Model Pembelajaran


Kurikulum 2013 memiliki empat standar model pembelajaran yang digunakan
dalam penyampaian materi kepada peserta didik, yaitu model inkuri, model
diskoveri, model pemecahan masalah, dan model pembelajaran projek.
1) Model Pembelajaran Inkuiri (Inqury Learning)
Secara umum istilah “inqury” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk
menjawab suatu masalah. Menurut Roger (1969), inkuiri merupakan suatu
proses untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar siswa
pada jenjang pendidikan dasar dan menegah.
Beyer ( 1971) menyatakan “inqury isone way of knowing” yang diartikan
sebagai suatu cara untuk mengetahui. Istilah inkuiri digunakan dalam aktivitas
penelitian, khususnya pada proses melakukan investigasi. Inkuiri dibutuhkan
dalam proses penelitian sebagai metode untuk mengkaji fenomena.
Para ahli pengajaran Ilmu-Ilmu sosial khususnya di Amerika Serikat dan
Australia memilih pendekatan inkuiri yang lebih menekankan pada belajar
secara individual sebagai alternatif untuk mengembangkan kemampuan
belajar.
Menurut Banks (1990) pendekatan mengajar dalam IPS dengan menggunakan
inkuiri sosial untuk menghasilkan fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Tujuan
inkuiri sosial adalah dapat membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-
masalah sosial sehingga mereka dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik.

2) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inkuiri


Pertama, merumuskan masalah. Sebelum peserta didik melakukan penelitian,
terlebih dulu harus memiliki ide yang jelas atau masalah yang akan
dipecahkan.
Kedua, perumusan hipotesis. Setelah speserta didik merumuskan masalah atau
pertanyaan yang tepat dan dapat diteliti selanjutnya ia harus berusaha
merumuskan dugaan atau jawaban sementara untuk mengarahkan proses
penelitian.
Ketiga, definisi istilah atau Konseptualisasi. Pada awal proses inkuiri peneliti
harus membuat definisi istilah atau konsep yang jelas tentang masalah
penelitiannya.
Keempat, Pengumpulan data. Pertanyaan dijawab dan hipotesis diuji dengan
data dan informasi yang dikumpulkan oleh peneliti.
Kelima, pengujian dan analisis data. Seorang peneliti dalam proses inkuiri
harus berusaha menentukan kredibilitas dan kebermaknaan informasi yang
sedang dikumpulkan.
Keenam, menguji hipotesis dan memperoleh generalisasi dan teori. Seorang
siswa calon ilmua sosial memulai rangkaian proses penelitian dengan sebuah
pertanyaan, biasanya berkaitan dengan teori atau pengetahuan yang telah ada.
Namun, pertanyaan-pertanyaan itu sendiri dapat diuji secara langsung. Ketika
data dikumpulkan dan dianalisis, peneliti berusaha menguji apakah hipote-
sisnya dapat dibuktikan dengan berdasarkan pada informasi yang telah
terkumpul.
Ketujuh, memulai inkuiri lagi.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri:


a) Kelebihan
Ada beberapa kelebihan dari penggunaan model inkuiri dalam pembelajaran
yaitu:
 Dapat meningkatkan potensi intelektual siswa
 Ketergenatungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser ke arah
kepuasan intrinsik.
 Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat
langsung dalam penemuan
 Dapat memperpanjang proses ingatan
 Pengajaran menjadi terpusat pada siswa
 Dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri siswa
 Dapat mengembangan bakat
 Dapat menghindari dari belajar dengan hafalan
 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna dan mengatur
informasi yang didapatkan.

b) Kekurangan
Adapun kekurangan dari pelaksanaan model pembelajaran innkuiri adalah
sebagai berikut:
 Mengandalkan kesiapan berfikir, sehingga siswa yang mempunyai
kemampuan berfikir lambat bisa kebingunan dalam berfikir secara luas,
membuat abstraksi, menemukan hubungan antarkonsep dalam suatu
matapelajaran, atau menyusun sesuatu yang telah diperoleh secara tertulis
maupun lisan.
 Tidak efisien, khususnya bila jumlah siswa terlalu banyak sehingga akan
menghabiiskan waktu yang lebih banyak.
 Lebih menekankan pada penguasaan kognitif serta mengabaikan aspek sikap
dan keterampilan.
 Memerlukan sarana dan fasilitas.

3) Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)


Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Tahapan perencanaan dalam pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
a) Menentukan tujuan pembelajaran
b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya)
c) Memilih materi pelajaran.
d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contohcontoh generalisasi)
e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
1) konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Adapun Langkah-langkah dalam Pemebelajaran discovery adalah sebagai
berikut:
a) Stimulasi
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b) Problem statemen
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru member
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah)
c) Data collection
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca
literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya.
d) Data processing
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data
dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e) Verification
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f) Generalization
Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi
(Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-
prinsip yang mendasari generalisasi

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan adalah sebagai


berikut:
a) Kelebihan
 Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
 Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
 Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki
dan berhasil.
 Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri.
 Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
 Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
 Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
 Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
 Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
 Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru.

b) Kekurangan
 Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau
berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis
atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
 Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
 membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori
atau pemecahan masalah lainnya.
 Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara
belajar yang lama.
 Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
4) Model Pembelajaran berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. Menurut Woods (1989), cara mengembangkan keterampilan problem
solving siswa adalah membuat mereka senang belajar, membuat mereka belajar
terbaik, belajar terarah sendiri, mengembangkan keterampilan kelompok,
mewawancarai siswa setelah melakuakn aktivitas, mengembangkan dan
mengukur kepercayaan diri.

Adapun ciri-ciri dari pembelajaran pemecahan masalah adalah objektif, rasional,


kritis, evolusioner, realistis, dan pluralistik. Tahapan-tahapan pembelajaran
problem based learning adalah seperti pada gambar di bawah ini.

Fase-fase Perilaku Guru


Fase 1  Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Orientasi peserta didik pada logistic yang dibutuhkan
masalah  Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
dalam pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2 Membantu peserta didik mendefinisikan dan
Mengorganisasikan peserta mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
didik dengan masalah tersebut
Fase 3 Mendorong peserta didik untuk mengum-pulkan
Membimbing penyelidikan informasi yang sesuai, melaksana-kan eksperimen
individu dan kelompok untk mendapatkan penje-lasan dan pemecahan
masalah.
Fase 4 Membantu peserta didik dalam merencana-kan dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
menyajikan hasil karya model dan berbagi tugas dengan teman.
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materin yang
Menganalisis dan mengevaluasi telah dipelajari/meminta kelompok presentasi hasil
proses pemecahan masalah belajar.

Gambar 1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

5) Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based learning)


Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Adapun kriteria pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:
a) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
b) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,
c) Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan
atau tantangan yang diajukan,
d) Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,
e) Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
f) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan, produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
Peran guru pada Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:
a) Merencanakan dan mendesain pembelajaran,
b) Membuat strategi pembelajaran,
c) Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan peserta didik,
d) Mencari keunikan peserta didik,
e) Menilai peserta didik dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian da
f) Membuat portofolio pekerjaan peserta didik.
Peran Peserta Didik pada Pembelajaran Berbasis Proyek adalah:
a) Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir
b) Melakukan riset sederhana
c) Mempelajari ide dan konsep baru
d) Belajar mengatur waktu dengan baik
e) Melakukan kegiatan belajar sendiri atau kelompok
f) Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan
g) Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dan lain-lain)
Langkah-langkah Pembelajaran berbasis Proyek adalah seperti pada gambar
dibawah ini:

1 2 3
PENENTUAN PENYUSUNAN PRNYUSUNAN
PERTANYAAN PERENCANAAN JADWAL
MENDASAR PROYEK

6 5 4
EVALUASI MENGUJI MONITO
PENGALAMAN HASIL RING

Gambar 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:


a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem
problem yang kompleks.
d) Meningkatkan kolaborasi.
e) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
f) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
h) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
i) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
j) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah:


a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak
c) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.
d) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
f) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

3. Teknik-teknik Pembelajaran IPS


Menurut Robin Fogarly (1991), ada sepuluh cara atau model dalam
merencanakan pembelajaran terpadu (IPS) yaitu: fragmented, connected, nested,
sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked.
a) Model Penggalan (Fragmented) seperti pembelajaran tradisional yang memisah
misahkan disiplin ilmu atas beberapa, seperti matematika, sains, bahasa, studi
sosial, serta humoniora. Model ini mengajarkan disiplin-displin ilmu secara
terpisah tanpa adanya usaha untuk mengaitkan atau memadukan.
b) Model Keterhubungan (Connected) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir
pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu.
c) Model Sarang (Nested) merupakan pemaduan berbagai bentuk keterampilan
penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.
d) Model Urutan atau Rangkaian (Sequenced) merupakan model pemanduan topik-
topik antarmata pelajaran yang berbeda secara paralel.
e) Model berbagi (Shared) merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat
adanya :overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih.
f) Model Jaring Laba-laba (Webbed) merupakan pendekatan tematis yang sebagai
pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. pembelajaran terpadu jejaring
merupakan model pembelajaran yang dipergunakan untuk mengajarkan tema
tertentu yang berkecenderungan dapat disampaikan melalui beberapa bidang
studi lain.
g) Model Galur (Threaded) merupakan pendekatan pembellajaran yang ditempuh
dengan cara mengembangkan gagasan pokok yang merupkan benang merah
(galur) yang berasal dari konsep yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu.
h) Model Keterpaduan (Integrated) merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata
pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu.
Dalam model ini perlu ada satu tema sentral yang akan dibahas yang dapat
ditinjau dari berbagai disiplin ilmu.
i) Model Celupan (Immersed) merupakan model yang dirancang untuk membantu
peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan
pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya.
j) Model Jejaring (Networked) merupakan pemaduan pembelajaran yang
mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah
maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah peserta didik mengadakan
studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda.
HANDOUT 7
Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS Terpadu (2 SKS)
Nomor Kode : PKH-6264
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Jurusan : PLB
Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan
Dosen Mata Kuliah : Dr. Haryanto, M. Pd.
Pertemuan : 9
Pertemuan : 10-11

SUMBER, MEDIA DAN EVALUASI PEMBELAJARAN IPS

A. Learning Outcome
1. Mahasiswa dapat menganalisis sumber-sumber pembelajaran IPS
2. Mahasiswa dapat menganalisis media-media pembelajaran IPS
3. Mahasiswa dapat menganalisis evaluasi pembelajaran IPS

B. Uraian Materi
1. Sumber-Sumber Pembelajaran IPS
a. Pengertian
Menurut Abdul Majid (2006: 170) sumber belajar diartikan segala tempat atau
lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat
digunakan
sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah
laku.

Sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut:


a. Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat
melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku. Seperti,
perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah,
kolam ikan, dan sebagainya.
b. Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan
tingkah laku bagi peserta didik.
c. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik
dapat belajar sesuatu.
d. Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh
peserta didik.
e. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan,
peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan
peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.

Menurut Cece Wijaya (1992: 36) ada lima jenis fungsi dalam pengembangan
sumber belajar yaitu:
a. Fungsi riset dan teori
Tujuan fungsi riset dan teori ialah menghasilkan dan mengetes pengetahuan
yang bertalian dengan sumber-sumber belajar, pelajar, dan fungsi tugas.
b. Fungsi desain
Tujuan fungsi desain ialah menjabarkan secara garis besar teori teknologi
pendidikan berikut isi mata-mata pelajarannya ke dalam spesifikasinya
untuk dipakai sebagai sumber belajar. Output dari fungsi desain ialah
berupa: produksi sumber-sumber khusus dan identifikasi sumber-sumber
yang ada,
c. Fungsi Produksi dan Penempatan
Tujuan fungsi ini ialah menjabarkan secara khusus sumber-sumber ke dalam
sumber sumber kongret. Output dari fungsi produksi dan penempatan ialah
produk kongret dalam bentuk prototip atau bahan-bahan produk untuk
sumber belajar.
4) Fungsi Evaluasi dan Seleksi
Tujuan fungsi ini ialah untuk menentukan atau menilai penerimaan sumber-
sumber belajar oleh fungsi lain. Tujuan penilaian adalah:
a) Keefektifan sumber dalam mencapai tujuan
b) Kemampuan-sumber-sumber dalam mencapai standar produksi
c) Kemampuan sumber-sumber untuk dipahami
d) Kemampuan sumber-sumber dalam memenuhi kebutuhan khusus
5) Fungsi Organisasi dan Pelayanan
Tujuan fungsi ini ialah untuk membuat atau menjadikan sumber-sumber dan
informasi mudah diperoleh bagi kegunaan fungsi lain serta pelayanan bagi
para siswa

2. Media Pembelajaran IPS


a. Pengertian
Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Briggs,
media adalah alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi
proses belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan oleh guru untuk mengirimkan pesan-pesan materi pelajaran yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat, dan kemauan peserta
didik sedemikian rupa sehingga terjadi suatu proses pembelajaran yang efektif
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Pengertian media pengajaran yang lainnya dalam Wina Sanjaya (2008: 205)
meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware
adalah alat-alat yang dapat mengantar pesan seperti Over Head Projector,
radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang
mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku
dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau
materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, dan lain
sebagainya.
b. Fungsi Media pembelajaran
1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
Peristiwa-peristiwa pentiing atau objek yang langka dapat diabadikan
dengan foto, film atau direkam melalui video atau audio kemudian peristiwa
itu dapat disimpan dan dapat digunakan menakala diperlukan. Misalnya,
guru dapat menjelaskan proses interaksi penjual dengan pembeli di pasar
melalui hasil rekaman video.
2) Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang
bersifat abstrak menjadi kongret sehingga mudah dipahami dan dapat
menghilangkan verbalisme.
3) Menambah gairah dan motivasi belajar peserta didik
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar peserta didik sehingga
perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.
4) Memiliki nilai praktis
Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman peserta didik dan media
dapat mengatasi batas ruang kelas.

c. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran


Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam pengguna-
annya, yaitu:
1) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran
3) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi
peserta didik.
4) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan efektivitas dan efisien.

d. Media Memiliki Kontribusi Yang Penting Dalam Pembelajaran


Menurut Kemp and Dayton (1985), kontribusi media dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2) Pembelajaran dapat lebih menarik
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif
4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan di mana pun
diperlukan
7) Sikap positif peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan
8) Peran guru berubah ke arah yang positif, artinya guru tidak memastikan
dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar.
e. Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi
tergantung dari sudut mana melihatnya, yaitu:
1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:
a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media
yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara. Seperti, film slide, foto, transparansi, lukisan,
gambar.
c) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur
suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman
video.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi kedalam:
a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan
televisi.
b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu,
seperti film slide, video dan sebagainya.

3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam:
a) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film scrip, transparansi dan
sebagainya.
b) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio dan
sebagainya.
c) Multimedia yaitu penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih
format media yang berpadu seperti teks, grafik, animasi, dan video untuk
membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer.

3. Evaluasi Pembelajaran IPS


a. Pengertian
Menurut Ralph Tyler dalam Suharsimi Arikunto (2012:3), evaluasi merupakan
sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa,
dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang
belum dan apa sebabnya. Definisi lain menyatakan bahwa proses evaluasi bukan
sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan.

Menurut Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian


Pendidikan, Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup:
penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan
harian,ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi,
ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang
diuraikan sebagai berikut:
1) Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output)
pembelajaran.
2) Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik
secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
3) Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk
menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan
perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya
pada sikap/perilaku dan keterampilan.
4) Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur
pencapaiankompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses
pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta
didik.
5) Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi
Dasar (KD) atau lebih.
6) Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 -
9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
7) Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua
KD pada semester tersebut.
8) Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui
pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi
Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi
tersebut.
9) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui
pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah
Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat
kompetensi tersebut.
10) Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran
kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai
pencapaian. Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.
11) Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan
pendidikan.

b. Makna Melakukan Penilaian


Ada bebarapa makna melakukan penilaian yang dilakukan oleh guru, bagi peserta
didik, dan bagi sekolah, yaitu:
1) Makna bagi peserta didik
Dengan dilakukannya penilaian, peserta didik dapat mengetahui sejauhmana
telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
2) Makna bagi guru
a) Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru dapat mengetahui peserta didik
yang bisa melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai
materi, maupun peserta didik yang belum menguasai materi. Berdasarkan
petunjuk tersebut, pendidik dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada
peserta didik yang belum berhasil.
b) Guru dapat mengetahui materi yang diajarkan sudah tepat bagi peserta didik
atau belum. Apabila ditemukan permasalahan dalam menyampaikan materi
maka akan dilakukan perubahan atau perbaikan pada pengajaran berikutnya.
c) Guru mengetahui apakah metode yang digunakan apakah sudah tepat atau
belum, maka guru harus mawas diri dan mencari metode lain dalam
mengajar.

3) Makna bagi sekolah


a) Dapat diketahui kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai
dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cerminan kualitas
sesuatu sekolah.
b) Informasi dari guru tentang tepat atau tidaknya kurikulum untuk sekolah
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-
masa yang akan datang.
c) Informasi penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan
sebagai pedoman bagi sekolah. Pemenuhan standar akan terlihat pada
bagusnya angkaangka yang diperoleh peserta didik.

c. Tujuan dan Fungsi Penilaian


Ada beberapa tujuan dan fungsi dari penilaian yang dilakukan, yaitu:
1) Penilaian berfungsi selektif
Guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap
peserta didiknya. Penilaian itu mempunyai berbagai tujuan yaitu:
a) Untuk memilih peserta didik yang dapat diterima di sekolah tertentu
b) Untuk memilih peserta didik yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya
c) Untuk memilih peserta didik yang seharusnya mendapat beasiswa
d) Untuk memilih peserta didik yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan
sebagainya.
2) Penialian berfungsi diagnostik
Dengan melakukan penilaian yang tepat, maka guru dapat mengetahui
kelemahan peserta didik. Disamping itu diketahui pula penyebabnya. Dengan
diketahu sebab-sebab kelemahan ini, maka akan memudahkan guru untuk
mencari cara untuk mengatasinya.
3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Setiap peserta didik sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri
sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan
yang ada. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaaan kemampuan
adalah pengajaran secara berkelompok.
Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang peserta didik
harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok peserta didik yang
mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang
sama dalam belajar.
4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Penilaian yang dimaksudkan adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan. Keberhasilan sutau program ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan
sistem administrasi.

d. Prinsip-Prinsip dan Pendekatan Penilaian


Prinsip-prinsip penilaian yang harus diperhatikan dalam guru dalam
pelaksanaannya adalah:
1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor
subjektivitas penilai.
2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu
dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria
(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan
pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria
ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan
dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.

e. Teknik dan Instrumen Penilaian


Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:
1) Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian
diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan
jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
a) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinam-
bungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah
indikator perilaku yang diamati.
b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam
konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar
penilaian diri.
c) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar
peserta didik.
d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik
yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan.
a) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-
salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman
penskoran.
b) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
c) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

3) Penilaian Kompetensi Keterampilan


Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik.
a) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
b) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu.
c) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu
yang bersifat reflektif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,
dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian
peserta didik terhadap lingkungannya.

Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:


1) Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2) Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen
yang digunakan; dan
3) Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
HANDOUT 8
Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS Terpadu (2 SKS)
Nomor Kode : PKH-6264
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Jurusan : PLB
Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan
Dosen Mata Kuliah : Dr. Haryanto, M. Pd.
Pertemuan : 12-15

A. Learning Outcome:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian RPP.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip pengembangan RPP.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan komponen RPP.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan langkah-langkah pengembangan RPP.
5. Mahasiswa dapat menyusun RPP.
6. Mahasiswa dapat mempraktekkan pembelajaran IPS di dalam Kelas

B. Uraian Materi
1. Pengertian RPP
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) merupakan seperangkat rencana yang
menggambarkan proses dan prosedur pengorganisasian kegiatan pembelajaran
untuk mencapai satu kompetensi dasar (KD). RPP dapat juga dikatakan sebagai
rencanakegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta
didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
Setiap guru wajib menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, perkembangan peserta didik serta psikologis peserta didik. RPP
disusun berdasarkan KD atau subtopik yang dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih Permendikbud Nomor 65 Tahun .

2. Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP


Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Memperhatikan perbedaan individual peserta didik dantara lain kemampuan
awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecakapan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi,
minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
d. Mengembangkan budaya membaca dan menulis peserta didik yang dirancang
untuk mengembangkan kemgemaran membaca, pemahaman beragam bacaan,
dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
e. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP, menbuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi.
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan
sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
h. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

3. Komponen RPP
RPP paling sedikit memuat: Komponen RPP adalah sebagai berikut: (a) tujuan
pembelajaran, (b) materi pembelajaran, (c) metode pembelajaran, (d) sumber
belajar, (e) penilaian. Menurut Permendikbud 81A Tahun 2014 komponen-
komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini:

Komponen RPP terdiri atas:


a. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan
b. Identitas mata pelajaran atau tema atau subtema
c. Kelas/semester
d. Materi pokok
e. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapian KD dan
beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
dalam silabus dan KD yang harus dicapai
f. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggu-
nakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
sikap pengetahuan, dan keterampilan
g. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
h. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
ketercapaian kompetensi
i. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai
j. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyam-
paikan materi pelajaran;
k. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,
atau sumber belajar lain yang relevan;
l. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti,
dan penutup; dan
m. Penilaian hasil pembelajaran.

4. Langkah-langkah Penyusunan RPP


a. Mencantumkan Identitas
b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
c. Menentukan Materi Pembelajaran
d. Menentukan Metode Pembelajaran
e. Menetapkan Kegiatan Pembelajaran

1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
b) pembelajaran;
c) Memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan
aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan
contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional;
d) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
e) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
f) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.

2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau
tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan
(discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan.
a) Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih
adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran
berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk
melakuan aktivitas tersebut.
b) Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, mene-
rapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik
aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan
kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk
memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat
disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan
karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok,
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan
karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c) Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik)
mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa
untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk
mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang
menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/
inquirylearning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).

3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun
kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a. Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh
untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak
langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas
individual maupun kelompok;
d. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.

Berikut ini contoh format RPP dan cara pengisiannya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan :
Kelas :
Semester :
Program Keahlian :
Mata Pelajaran :
Jumlah Pertemuan :

Kompetensi Inti :
Kompetensi Dasar :
Indikator Pencapaian :
Tujuan Pembelajaran :
Materi Ajar :
Fakta :
Konsep :
Prinsip :
Prosedur :
Alokasi Waktu

Beban Belajar Waktu Bentuk Kegiatan/Tugas


TM
PT
KMTT

Metode Pembelajaran :
Kegiatan Pembelajaran
A. Pendahuluan
B. Kegiatan Inti
C. Penutup

Penilaian

A. Penilaian Proses :
B. Penilaian Hasil :

Sumber Belajar :

..........., ........2014

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Matapelajaran

............................ ..............................

Praktek Pembelajaran IPS di Dalam Kelas

Adapun aspek-aspek yang akan menjadi indikator penilaian dalam praktek atau micro
teaching sesuai dengan materi-materi kegiatan pembelajaran IPS yang telah dipelajari.
Indikator-indikator penilaian dalam praktek pembelajaran IPS adalah mulai dari
kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Format Penilaian Praktek atau Micro Teaching Pembelajaran IPS Terpadu

Nama Mahasiswa :
Materi :

Skor Penilaian
No Komponen yang Dinilai Nilai Ket
1 2 3 4 5
1 Kegiatan Pendahuluan
Mengkondisikan kelas
Melakukan apersepsi
2 Kegiatan Inti
Penguasaan Materi
Penyampaian materi jelas dan sesuai dengan hirarki
belajar dengan mengkaitkan dengan realitas kehidupan
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
Model Pembelajaran yang relevan
Relevansi metode pembelajaran yang digunakan
Relevansi media pembelajaran yang digunakan
Kesesuian alokasi waktu
Menumbuhkan partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas,
baik, dan benar
3 Kegiatan Penutup
Melibatkan peserta didik merangkum pembelajaran
Melakuakn refleksi terhadap pembelajaran yang
dilakukan
Melakukan tindak lanjut dengan memberi arahan atau
tugas sebagai bahan remedi/pengayaan.

Keterangan skor tertinggi dari penilaian Praktek atau Micro Teaching adalah 100.

5 = sangat baik
4 = baik
3 = kurang baik
2 = tidak baik
1 = sangat tidak baik

Skor yang Diperoleh


Nilai = x 100
Jumlah Skor Ideal
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Wahab. 2007. Materi Pokok Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Abdul Majid. 2006. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Cetakan Kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hamzah B. Uno. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Harjanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi:
Panduang dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi
Kurikulum 2013. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Hamzah B. Uno. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Cetakan Keenam. Jakarta: Sinar
Grafika.
Hamzah B. Uno. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar
Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi:
Panduang dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi
Kurikulum 2013. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Muri Yusuf. A. 2005. Dasar-Dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP.
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Martimis Yamin. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta:
Referensi.
Robert M. Gagne. 1988. Prinsip-Prinsip Belajar untuk Pengajaran. Alih Bahasa
Abdillah Hanafi dkk. Surabaya: Usaha Nasional.
Rayandra Asyhar. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:
Referensi.
Rudi Hartono. 2013. Ragam Model mengajar yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta:
Diva Press.
Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Cetakan Pertama. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sapriya. 2000. Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tim MKDP. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Cetakan Keenam. Jakarta Kencana.
Wina Sanjaya. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Wina Sanjaya. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cetakan Ketiga.
Jakarta: Kencana.
-----------------. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Cetakan Keenam. Jakarta Kencana.
Zainal Asril. 2013. Micro Teaching: Disertasi dengan Pedoman Pengalaman Lapangan.
Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai