Anda di halaman 1dari 2

Tugas 2

Nama : Suci Prastya Ningrum


NIM / Kelas : 11160700000032 / 6A
Mata Kuliah : Mikro Konseling
Dosen Pembimbing : Bambang Suryadi, Phd.

Pengalaman Sesi Konseling yang Tak Terlupakan

Setiap orang pasti mempunyai masalah. Tapi apakah mereka bisa menyelesaikan masalahnya
sendiri?. Dan apakah Ada yang bisa membantu menyelesaikan masalahnya? Nah, di kelas 406
ini mengadakan kelas Konseling setiap hari rabu pukul 08.00 sampai jam 10.10. Dan hal ini
yang mendasari saya dan teman kelompok untuk menjadi observer di dalam kelompok.

Apasih tugas observer dan mengapa menjadi observer? Tugas observer didalam kelompok
adalah melihat konselor dan klien saat melakukan sesi konseling dan mengobservasinya dari
Aspek-aspek respon verbal, respon non verbal, attentiveness, pertanyaan, penerimaan, tahap
permulaan, tahap pertengahan, tahap penutup, sampai komentar umum dan saran. Di 406
saya berperan menjadi observer karena sistem yang di buat kelompok adalah rolling.

Di minggu pertama saya berperan menjadi klien, saya menjadi observer saat minggu kedua
dan ketiga. Saat minggu kedua pada tanggal 28 maret adalah sesi konseling kelompok, yaitu
ada tiga klien dan satu konselor. Pada sesi ini klien menceritakan masalah percintaan.
Tentunya dengan permasalahan yang berbeda, pada klien pertama ia menceritakan masalah
percintaanya yang ia alami dari masa SMA sampai saat ini dan merasa sangat gelisah dan
kebingungan sampai saat ini. Klien merasa bingung Ketika ada orang yang menyukainya tetapi
klien merasa belum yakin akan perasaan pria tersebut karena saat seorang pria yersebut
menyukainya dia berposisi masih menjadi pacar orang. Posisi klien pertama saat
menceritakan permasalahanya sangat gelisah kaki kadang menyilang kadang melebar. Klien
menceritakan dengan berapi-api dan sangat agresif karena tipe dia yang ekstofert. Mimik
wajahnya pun sangat serius. Konselor hanya mendengarkan dan terus menggali pertanyaan
karena menggunakan metode klien center.

Pada klien kedua menceritakan tentang permasalahan percintaanya juga tetapi beda dengan
klien pertama, ia menceritakan tentang ketidakpastian akan hubunganya dengan orang yang
disukainya. Pada kasus klien kedua ini konselor juga menggunakan teknik klien center yang
mana sang konselor mendengarkan curahan hati klien saat bercerita tentang masalahnya.
Klien juga bercerita dengan antusias dan detail disaat konseling sedang berlangsung. Sehingga
itu juga memudahkan konselor sebagai pendengar. Suara klien pun keras jadi memudahkan
observer untuk melakukan observasi. Pada klien kedua ini ketika bercerita matanya kelihatan
penuh harapan dan emosi dan sangat memantulkan perasaan yang dialaminya terlihat sangat
jelas.

1
Pada klien ketiga ini dia sebenarnya tipe klien yang introvert dan tidak suka menceritakan
keadaan pribadi kepada orang lain, tetapi pada saat sesi konseling berlangsung klien ketiga
ini meceritakan kisah percintaanya, ia memiliki masalah terhadap asmaranya dikarenakan
pasanganya yang berbeda adat dan budaya. Perbedaan bidaya antara suku jawa dan suku
sumatra itu sangat bertentangan, dan itu yang menyebabkan kurangnya restu orang tua saat
ia menjalani asmaranya, ia pun bimbang karena sempat dijodohkan oleh kakaknya dengan
anak direktur yang sekarang ini menjadi calon dokter. Klien ini bercerita dengan muka yang
memerah dan hampir menangis ketika hubunganya kurang di restui orang tuanya. Konselor
pun menenangkan dengan menceritakan pengalaman yang sama.

Konselor disini menggunakan teknik clien center, jadi ketika sesi konseling berlangsung klien
bercerita secara bergiliran, konselor pun mendengarkan curahan hati masing-masing klien.
Tapi menurut saya konselor pada awal melakukan konseling kurang membangun raport pada
klien dan kurang mengutarakan pertanyaan-pertanyaan netral untuk kilen dan awalnya masih
agak gugup ketika menghadapi klien ini.

Pada minggu ketiga Pada tanggal 4 april di ruangan 406 saya ditunjuk sebagai observer lagi,
konseling kali ini ialah konseling individu, Klien ini menceritakan tentang trauma hidupnya
sewaktu SMA. Ia pernah di bully yang membuat trauma. Pada awlnya pertemanan klien
berjalan dengan semestinya, tetapi ketika ada orang baru yang muncul di kehidupanya,
kehidupan klien pun seiring waktu berubah. Ia pernah melakukan kesalahan pada orang baru
tersebut tetapi orang ini balas dendam dengan merebut teman, dengan menjelekan sehingga
tidak ada yang mau berteman dengan klien, dan klien pun sangat tertekan ketika
menceritakan hal itu. Saat bercerita klien lagsung menitihkan air mata. Konselor pun
menenangkan klien dengan menepuk pundak klien dan memancing klien untuk bercerita yang
lebih dalam lagi. Saya pun juga merasakan kesedihan yang dialami klien karena saya juga
pernah mengalami hal yang sama.

Pada sesi konseling ini suasana kelas memang tidak kondusif dan sangat berisik, oleh karena
agak sulit untuk melakukan observasi dan ditambah lagi suara klien yang kurang keras itu
menyulitkan bagi observer kelompok ini. Tetapi, konselor sangat bangus membangun raport
dengan klien sehingga banyak informasi yang digali pada sesi konseling.

Anda mungkin juga menyukai