PENDEKATAN GESTALT
Dosen Pengampu : Rina Rifayanti, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Disusun Oleh :
Muhammad Wingky P 1702105077 Fitriya Hidayah 1802105076
Nur’aini Tristania Delpi 1802105067 Akhmad Zaki Al J 1802105073
Raisha Salsabila 1802105055 Evita Fasha N 1802105090
Putri Yolanda P 1802105074 M. Rayhan 1802105092
Edwin Maximilianus K 1802105193 Grace Jenifer B 1702105044
Kasyful Maulidya N 1502105048
Dengan menyebut nama Allah S.W.T yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah tentang Pendekatan Gestalt. Makalah ini kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga bias memperlancar pembuatannya. Untuk itu kami menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu selama proses pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kesalahan dalam penulisan makalah yang kami buat, baik dari segi susunan
maupun tata bahasanya, untuk itu kami dengan lapang dada mau menerima
kritik dan saran dari para pembaca sebagai perbaikan di masa yang akan
datang.
Akhir kata, kami berharap makalah tentang Pendekatan Gestalt ini
dapat memberikan ilmu ataupun inspirasi dan bermanfaat untuk para
pembaca.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ditinjau dari asal katanya, istilah Gestalt sendiri merupakan suatu istilah
bahasa Jerman yang sulit dicarikan terjemahannya dalam bahasa lain. Dalam
bahasa Inggris ia berarti form atau shape/ bentuk atau manner/ hal. Berbagai
istilah bahasa Inggris telah dicoba untuk menterjemahkan istilah Gestalt ini antara
lain diajukan oleh Titchener. Tetapi istilah itu tidak ada yang tepat, dalam artian
tidak ada yang bisa menggambarkan arti yang sesungguhnya daripada istilah itu
dalam bahasa Jerman. Oleh karena itu istilah Gestalt tetap digunakan sebagaimana
1
adanya dalam bahasa inggris dan juga dalam kalangan sarjana psikologi
Indonesia.
Konseling Gestalt mengemukakan teori mengenai struktur dan
perkembangan kepribadian yang mendasari proses konselingnya, serta
serangkaian eksperimen yang dapat digunakan langsung oleh para penggunanya.
Mengenai klien yang menjadi sasarannya, dapat disimpulkan bahwa klien terdiri
dari anak-anak, remaja, dewasa, murid sekolah, pegawai, atau karyawan,
pasangan suami istri yang mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan dirinya
dalam hidup dan lingkungannya, yaitu mereka yang mendapat gangguan
psikologis dan yang potensi dirinya tidak berkembang.
Tujuan dasar konseling dalam terapi ini adalah untuk meraih kesadaran,
terhadap apa yang sedang dialami oleh konseli dan kemudian konseli bertanggung
jawab terhadap apa yang yang dirasakan, dipikirkan dan dikerjakan. Untuk itu,
maka terapi ini lebih mengutamakan keadaan di sini, dan saat ini.
Konseling Gestalt diciptakan dan dikembangkan oleh Frederick S.Perls.
Perls mendapat gelar dalam bidang medis di Universitas Frederick Wilhelm
Berlin, Jerman tahun 1921. Selanjutnya dia melakukan percobaannya di bidang
Institut Psikoanalisis Berlin, Frankurt, dan Vienna. Pada tahun 1933 Perls
membuka praktek pribadinya di Amsterdam sampai dengan kedatangan Nazi.
Perls pindah ke Afrika Selatan pada tahun 1935. Di Afrika Selatan Perls
mengembangkan terapi gestaltnya, namun publikasinya terhalang karena dia
berada di daerah terpencil dan kesibukannya sebagai penceramah. Pada tahun
1964 Perls pindah ke Amerika Serikat dan menjadi guru terapi Gestalt di Institut
Erasalen California sampai dengan tahun 1969. Konseling Gestalt ini bersumber
dari pengaruh tiga displin teori yang sangat berbeda yaitu Psikoanalisis, terutama
yang dikembangkan oleh Wilhem Reich, Fenomenologi eksistensialisme Eropa
dan Psikologi Gestalt.
2
dialami oleh konseli saat ini daripada hal-hal yang pernah dialamai oleh konseli,
dengan kata lain, Gestalt lebih memusatkan pada bagaimana konseli berperilaku,
berpikiran dan merasakan pada situasi saat ini (here and now) sebagai usaha untuk
memahami diri daripada mengapa konseli berperilaku seperti itu.
Proses perkembangan teori Gestalt tidak bisa dilepaskan dari sosok Laura
(Lore) Posner (1905-1990). Dia adalah istri Frederick Perls yang secara signifikan
turut mengembangkan teori Gestalt. Laura dilahirkan di Jerman. Awal mulanya
dia adalah seorang pianis sampai dengan umur 18 tahun. Pada awalnya, Laura
juga seorang pengikut aliran Psikoanalisa, yang kemudian pindah untuk
mendalami teori-teori Gestalt. Pada tahun 1926, Laura dan Perls secara aktif
melakukan kolaborasi untuk mengembangkan teori Gestalt, hingga pada tahun
1930 akhirnya mereka menikah. Pada ytahun 1952, mereka mendirikan New York
Institute for Gestalt Therapy.
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep dasar teori pendekatan gestalt
b. Untuk mengetahui tahapan dari pendekatan gestalt
c. Mempelajari bagaimana teori Gestalt memandang hakikat manusia dan
segala permasalahan yang dialaminya
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
gurunya.Walaupun dimasa mudanya Frederick memiliki masalah dengan
pendidikan, tetapi dia dapat menyelesaikan sarjananya, dan pada tahun 1916 dia
bergabung dengan angkatan darat Jerman pada PD I.Proses perkembangan teori
Gestalt tidak bisa dilepaskan dari sosok Laura (Lore) Posner (1905-1990). Dia
adalah isteri Frederick Perls yang secara signifikan turut mengembangkan teori
Gestalt. Laura dilahirkan di Pforzheim Jerman. Awal mulanya dia adalah seorang
pianis sampai dengan umur 18 tahun. Pada awalnya, Laura juga seorang pengikut
aliran Psikoanalisa, yang kemudian pindah untuk mendalami teori-teori Gestalt.
Pada tahun 1926, Laura dan Perls secara aktif melakukan kolaborasi untuk
mengembangkan teori Gestalt, hingga pada tahun 1930 akhirnya mereka menikah.
Pada tahun 1952, mereka mendirikan New York Institute for Gestalt Therapy.
5
2. Perkembangan kepribadian merupakan hasil perjuangan individu untuk
menyeimbangkan keinginan – keinginan yang ada pada dirinya yang
seringkali berada dalam konflik. Untuk itu orang yang ingin berkembang
harus menyadari konfliknya dan menjembatani keinginannya itu. Jadi
perkembangan kepribadian itu pada dasarnya adalah perjuangan seseorang
untuk menselaraskan konflik yang ada. Dalam hal ini terdapat tiga tahap
yang harus dilaluinya yaitu:
b. Tahap psycho fisik yang diwarnai oleh kesadaran akan aku, saya, dan
diri sendiri di samping adanya orang lain. Dalam kesadaran atas saya
tersebut ada tiga komponen yang harus diperhatikan yaitu self/diri, self
image/penilaian terhadap diri, being/ keberadaan diri sendiri. Ketiga
komponen ini bersifat terpadu dan secara penuh berfungsi melalui tiga
proses yaitu adaptasi, acknowledgement dan approbation. Adaptasi
adalah proses dimana seseorang menyadari adanya batas antara diri
sendiri dan lingkungan sehingga mengalami penemuan diri( individu
berpikir : nah inilah saya , dan itu buka saya). Proses adaptasi ini
memungkinkan anak menyadari dan mengahargai adanya batas–batas
antar dirinya dan orang lain./acknowledgement berarti pengakuan.
Pada dasarnya proses dimana individu menemukan dirinya sendiri
sehingga didapat inilah saya. Adanya acknowledgemeny ini
memungkinkan anak menyadari diri sendiri dan menghargai diri
sendiri. Approbation merupakan proses yang memisahkan antara diri
sendiri dan bukan diri sendiri. Approbation menciptakan self image.
Self image itu merupakan pecahan dari dua pribadi.
Pertentangan self dan self image itu dinamakan konflik yaitu
bertempurnya self dan self image dalam pribadi seseorang akan dapat
menimbulkan frustasi. Namun justru frustasi yang dapat dijembatani
6
dengan baik, akan menimbulkan individu memiliki pribadi yang
tangguh.
a. Kekurangan kesadaran, yaitu sadar tentang self sendiri, self image atau
sadar antara self dengan lingkungan. Orang yang seperti ini dapat
menjadi rigid atau kayu, lawannya luwes. Seseorang yang tidak
menyadari lingkungan, maka dia terlalu menjadi rigid atau uneasy
feeling yaitu perasaan yang tidak tentram ,tidak enak, dan hatinya
meronta terus.
c. Tidak ada kontak dengan lingkungan, yaitu menarik diri dari kontak
dengan lingkungan, misalnya apabila terjadi banjir di sekitar
lingkungannya, dia beranggapan peduli amat sama banjir, tidak
7
peduli dengan tanah longsor yang terjadi di lingkungan sosialnya,
tidak peduli sama kawan yang mengalami musibah, dan lain
sebagainya. Individu ini sama sekali tidak peduli dengan apa yang
terjadi terhadap lingkungan sekitarnya. Tentunya orang yang hidup
dengan penuh ketidakpedulian seperti ini hidupnya akan menjadi
kaku.
8
2.4 Teori Kepribadian Gestalt
9
mengatur dirinya sendiri (striving to be), oleh karena itu perlu diperhatikan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya dan ia harus melepaskan diri dari
ketergantungan pada orang lain serta setiap kali haruslah bertanggung jawab.
Guna upaya mencapai tujuan konsleing ini, peran konselor adalah sebagai berikut:
10
2.6 Proses dan Teknik Konseling Gestalt
Dalam proses konseling, peranan konselor yang utama dalam hal ini
adalah sebagai katalistor atau penghubung yang aktif dan menghidupkan , dimana
dia berperan sebagai penghubung antara diri klien sendiri dan lingkungannya dan
antara self dan self image klien. Dalam konseling Gestalt ini dirumuskan tiga
teknik umum konseling di samping beberapa teknik khusus. Teknik – teknik
umum konseling Gestalt tersebut adalah :
11
Terdapat delapan jenis teknik khusus apabila konselor berkehendak menggunakan
pendekatan konseling Gestalt yaitu:
1. Klien diarahkan untuk menggunakan kata ganti orang misalnya klien mesti
berkata saya merasa senang bertemu dengan dia. Jadi dalam hal ini harus
selalu menyebut saya tidak kami, atau menyalahkan mereka atau dia.
Konselor selalu bertanya : anda bagaimana?. Ini semua tujuannya adalah
agar klien dapat bertanggung jawab dan tidak menyalahkan orang lain.
12
bisa membahagiakannya, anda risau dengan masa depannya yang tidak
menentu.
13
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk bercerita
banyak, khususnya terhadap klien pendiam yang berlebihan.
14
a. Membangkitkan motivasi klien, dalam hal ini klien diberi kesempatan
untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya. Makin
tingggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar
motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi
pula keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor.
15
1. Penekanan pada tanggung jawab klien. Konselor menekankan bahwa
konselor bersedia membantu klien, namun kesemuanya itu tidak akan bisa
mengubah klien tanpa klien mau membantu dirinya juga. Dalam hal ini
konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas usaha
dan tingkah lakunya.
16
7. Konseling Gestalt dapat diaplikasikan pada masalah – masalah
kecenderungan keluarnya individu dari dunia di sekitarnya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18