Dosen Pengampu:
Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons.
Dr. Netrawati, M.Pd., Kons.
Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT.yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang” Pendekatan
Gestalt dalam Kelompok ". Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai penyusun, kami
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa
penyampaian dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami ini Kami berharap semoga
makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Makalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR1
DAFTAR ISI2
BAB I
PENDAHULUAN3
A. Latar Belakang Masalah3
B. Rumusan Masalah 4
BAB II
PEMBAHASAN5
A. Filsafat Dasar5
B. Konsep Dasar Konseling Gestalt7
C. Makna Konseling Gestalt10
D. Tujuan Konseling Gestalt11
E. Proses konseling Gestalt12
F. Teknik Konseling Gestalt16
G. Karakteristik Konseling Gestalt18
BAB III
PENUTUP19
A. Kesimpulan19
B. Saran19
DAFTAR PUSTAKA20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konseling Gestalt diciptakan dan dikembangkan oleh Frederick S.Perls. Perls mendapat
gelar dalam bidang medis di Universitas Frederick Wilhelm Berlin, Jerman tahun 1921.
Selanjutnya dia melakukan percobaannya di bidang Institut Psikoanalisis Berlin, Frankurt, dan
Vienna. Pada tahun 1933 Perls membuka praktek pribadinya di Amsterdam sampai dengan
kedatangan Nazi. Perls pindah ke Afrika Selatan pada tahun 1935. Di Afrika Selatan Perls
mengembangkan terapi gestaltnya, namun publikasinya terhalang karena dia berada di daerah
terpencil dan kesibukannya sebagai penceramah. Pada tahun 1964 Perls pindah ke Amerika
Serikat dan menjadi guru terapi Gestalt di Institut Erasalen California sampai dengan tahun 1969.
Konseling Gestalt ini bersumber dari pengaruh tiga displin teori yang sangat berbeda yaitu
Psikoanalisis, terutama yang dikembangkan oleh Wilhem Reich, Fenomenologi eksistensialisme
Eropa dan Psikologi Gestalt.
Terapi Gestalt merupakan bentuk terapi perpaduan antara eksistensial – humanistis dan
fenomenologi , sehingga memfokuskan diri pada pengalaman klien here and now dan
memadukannya dengan bagian – bagian kepribadian yang terpecah di masa lalu.[1]
Ditinjau dari asal katanya, istilah Gestalt sendiri merupakan suatu istilah bahasa Jerman
yang sukar dicarikan terjemahannya dalam bahasa lain. Dalam bahasa inggris ia
berarti form atau shape/ bentuk atau lebih luas lagi manner/ hal, peristiwa atau essence /hakikat.
Berbagai istilah bahasa inggris telah dicoba untuk menterjemahkan istilah Gestalt ini antara lain
diajukan oleh Titchener. Tetapi istilah – istilah itu tidak ada yang tepat, dalam arti tidak ada yang
bisa menggambarkan arti yang sesungguhnya daripada istilah itu dalam bahasa Jerman. Oleh
karena itu istilah Gestalt tetap digunakan sebagaimana adanya dalam bahasa inggris dan juga
dalam kalangan sarjana psikologi Indonesia.[2]
Konseling Gestalt mengemukakan teori mengenai struktur dan perkembangan
kepribadian yang mendasari proses konselingnya, serta serangkaian eksperimen yang dapat
digunakan langsung oleh para penggunanya. Mengenai klien yang menjadi sasarannya, dapat
disimpulkan bahwa klien terdiri dari anak – anak, remaja, dewasa, murid sekolah, pegawai, atau
karyawan, pasangan suami istri yang mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan dirinya
dalam hidup dan lingkungannya, yaitu mereka yang mendapat gangguan psikologis dan yang
potensi dirinya tidak berkembang.
Tujuan dasar konseling dalam terapi ini adalah untuk meraih kesadaran, terhadap apa
yang sedang dialami oleh konseli dan kemudian konseli bertanggung jawab terhadap apa yang
yang dirasakan, dipikirkan dan dikerjakan. Untuk itu, maka terapi ini lebih mengutamakan
keadaan di sini, dan saat ini.[3]
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Filsafat Dasar Konseling Gestalt?
2. Apakah Konsep Dasar Konseling Gestalt?
3. Apakah Makna dan Tujuan Konseling Gestalt?
4. Apakah proses dan Teknik Konseling Gestalt?
5. Apakah Karakteristik dan Aplikasi Konseling Gestalt?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Dasar
Perls mengemukakan bahwa manusia selalu aktif sebagai keseluruhan. Setiap individu
bukan semata – mata penjumlahan bagian – bagian atau organ seperti hati, jantung , otak, dan
sebagainya, melainkan suatu koordinasi semua bagian. Organism yang sehat dalam
lingkungannya sendiri selalu memperhatikan masalah – masalah penting untuk kelangsungan dan
pemeliharaan hidup. Masalah penting itu antara lain adalah ikatan dari keseluruhan bagian –
bagian ini.[4]
Pandangan Gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikul tanggung
jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang
terpadu. Disebabkan oleh masalah – masalah tertentu dalam perkembangannya, individu
membentuk berbagai cara menghindari masalah dan karenanya, menemui jalan buntu dalam
pertumbuhan pribadinya. Terapi menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa
membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil melangkah menuju
pemandu dan petumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami penghambat – penghambat itu
akan meningkat sehingga dia kemudian bisa mengumpulkan kekuatan guna mencapai
keberadaan yang lebih otentik dan vital.[5]
Konseling Gestalt meyakini delapan butir filsafat dasar tentang hakekat manusia yang
menjadi pegangan dalam menyelenggarakan konseling maupun analisis masalah klien.
Kedelapan butir yang dimaksudkannya itu adalah:
1. Manusia itu merupakan kesatuan, keterpaduan dari berbagai elemen. Dari berbagai elemen yang
ada pada dirinya itu tidak satu pun yang dapat dimengerti tanpa mengkaitkan dengan
keseluruhan orang itu. Misalnya pabila kaki seseorang tertusuk duri, maka tidaklah kaki itu saja
yang sakit tetapi sakitnya juga akan dirasakan oleh seluruh tubuh. Dengan demikian, adalah tidak
tepat bila seseorang meremehkan sesuatu yang terjadi pada diri orang lain, karena dapat
mempengaruhi semua bagian tubuhnya.
2. Manusia merupakan bagian dari lingkungannya dan ia tidak akan bisa dimengerti apabila
dilepaskan pandangan kita dari lingkungannya itu. Dalam kehidupan dapat kita lihat daerah asal
seseorang akan mempengaruhi bagaimana dia bereaksi dan bertingkah laku. Begitu juga halnya
dengan lingkungan pekerjaan atau profesi yang dijabatnya selalu akan mempengaruhi perilaku
hidupnya. Misalnya seseorang polisi akan bereaksi dengan cara – cara polisi, seseorang guru SD
akan mereaksi suatu kejadian seperti guru SD juga dan sebagainya.
3. Manusia memilih bagaimana caranya merespon terhadap perangsang internal maupun
perangsang eksternal. Manusia itu meruapakan actor (pelaku) bagi dunianya bukan
hanya reactor(pasif).
4. Manusia mempunyai potensi untuk sepenuh – penuhnya menyadari sensasinya(rasa badannya),
pikirannya, emosinya, dan persepsinya.
5. Manusia dapat membuat pilihan – pilihan karena manusia menyadari sensasinya, pikirannya dan
emosinya, dan manusia yang berbahagia adalah yang menyadari ketiga hal ini. Contoh orang
yuang memilih kekasihnya, pakaiannya, mobilnya dan sebagainya dengan selalu
mempertimbangkan ketiga aspek diatas.
6. Manusia mempunyai kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri secara efektif.
7. Manusia tidak dapat mengalami masa lalunya atau masa depannya, manusia hanya dapat melalui
masa sekarangnya, dan masa sekarang selalu tidak akan pernah terulang.
8. Manusia pada dasarnya dikatakan bagus, ya juga tidak bagus, dikatakan jelek ya juga tidak jelek,
dengan demikian jangan menghebat – hebatkan manusia dan jangan pula menjelek – jelekkan
manusia itu.
Corey, Gerald.(2010). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung. Refika Aditama.
Hendri,Novi.(2013). Model –Model Konseling. Medan. Perdana Publising.
Hartono. (2012). Psikologi Konseling. Jakarta. Kencana.
Lumongga, Namora. (2011). Memahami Dasar – Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktek.
Jakarta. Kencana.
Taufik. (2014). Model – Model Konseling. Padang. UNP