Anda di halaman 1dari 43

TUGAS RASUME

TEORI PENDEKATAN GESTALT


(MODEL-MODEL KONSELING DALAM BK )

OLEH: NIDA HANIFAH MBENA


NIM: A1Q122059
Teori konseling merupakan upaya untuk
menjelaskan kegiatan konseling saat dimulai,
berkembang dan berakhir. Teori konseling
dapat melayani sejumlah fungsi; sebagai
seperangkat pedoman untuk menjelaskan cara-
cara manusia belajar, berubah, dan
berkembang; mengusulkan suatu model
perkembangan normal dan bentuk-bentuk
ekspresi gangguan perilaku; dan apa yang perlu
dilakukan dan diharapkan pada proses
konseling. Singkatnya, teori konseling
merupakan peta proses konseling, serta apa
yang harus dilakukan oleh orang-orang yang
terlibat dalam proses konseling dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
konseling kita selalu membutuhkan teori
sebagai kerangka kerja guna
mengorganisasikan informasi-informasi.
Konselor perlu menggunakan teori sebagai
dasar untuk menerapkan asumsi-asumsi
tentang sifat konseling dan sifat dasar manusia,
menetapkan tujuan umum konseling,
menetapkan teknik atau metode yang
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut,
menstrukstur peran dan tanggung jawab
konselor dan klien dalam hubungan terapeutik.
Melakukan konseling tanpa teori sama halnya
dengan astronot yang terbang ke luar angkasa
tanpa peta dan instrumen.
Namun pada kenyataannya tidak semua
Guru BK/Konselor yang memahami konsep
teori/pendekatan tersebut apalagi
menerapkannya. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Nurrahmi bahwa
15,79% guru BK kurang menguasai kerangka
teoritik dan praksis BK, bahkan 10,53% guru BK
tidak menguasai sama sekali (Nurrahmi, 2015).
Studi lain menunjukkan temuan yang sama
yakni sebanyak 50% Guru BK masih berada
pada kategori cukup baik pada aspek
penguasaan teori BK dan kemampuan
mempraktikannya (Yusri, 2012). Selanjutnya
hasil penelitian yang dilakukan Suryadi
terhadap 101 guru bimbingan dan konseling
menunjukkan bahwa terdapat 24 guru yang
tidak kompeten (Suryadi, 2018).
Permasalahanpermasalahan ini yang kemudian
dapat mencelakakan proses Pendidikan, atau
lebih dikenal dengan Pendidikan tanpa ilmu
Pendidikan (PENTIP) (Prayitno, 2009).

BAB 2 PEMBAHASAN
A. SEJARAH
Konseling Gestalt dikembangkan oleh
Frederick S. Perls. Perls mendapatkan gelar
dalam bidang medis di Universitas Frederick
Wilhelm Berlin, Jerman pada tahun 1921
(Taufik, 2012). Perls kemudian melakukan
percobaan di bidang institut psikoanalisis
Berlin, Frankurt dan Vienna. Pada tahun 1933,
Perls membuka praktek di Amsterdam sampai
kedatangan Nazi yang membuatnya pindah ke
Afrika Selatan. Pada tahun 1964 Perls pindah ke
Amerika Serikat dan menjadi guru terapi
Gestalt di Institut Erasalen California sampai
tahun 1969 (Taufik, 2012).
Pendekatan Gestalt dimulai ketika Perls
menulis Ego, Hunger and Aggression pada
tahun 1941-1942 (Taufik, 2012). Terbitan
pertama buku ini pada tahun 1946 di Afrika
Utara yang berjudul A Revision of Freud’s
Theory and Methods. Kemudian buku ini
diterbitkan dengan judul The Beginning of
Gestalt Theraphy pada tahun 1966. Kata
”Gestalt Theraphy” pertama kali digunakan
sebagai jduul buku yang ditulis oleh Frederich
Perls, Ralph Hefferline, dan Paul Goodman pada
tahun 1951, tidak lama setelah dibentuknya
The New York Institute for Getslat Theraphy,
yang bermarkas di apartemen milik Fritz dan
Lura Perls di New York City (Taufik, 2012).
Frederick "Fritz" Perls, Laura Perls dan Paul
Goodman mensintesis berbagai tren budaya
dan intelektual tahun 1940-an dan 1950-an
menjadi Gestalt baru, yang memberikan
alternatif klinis dan teoritis yang canggih untuk
dua teori utama lainnya pada zaman mereka:
behaviorisme dan psikoanalisis klasik (B.
Bowins, 2021; Yontef & Jacobs, 1994, 2008).
Terapi Gestalt dimulai sebagai revisi
psikoanalisis dan dengan cepat berkembang
sebagai sistem yang sepenuhnya independen
dan terintegrasi (B. Bowins, 2021). Karena
terapi Gestalt adalah pendekatan pengalaman
dan humanistik, terapi ini bekerja dengan
kesadaran dan keterampilan kesadaran pasien
daripada menggunakan ketergantungan
psikoanalitik klasik pada interpretasi analis atas
alam bawah sadar (B. Bowins, 2021). Dalam
terapi Gestalt, terapis/konselor secara aktif dan
pribadi terlibat dengan pasien daripada
mendorong pemindahan dengan tetap dalam
peran analitik netralitas. Terapi Gestalt
menggantikan sistem psikoanalisis klasik
mekanistik, simplistik, sistem Newtonian
dengan teori bidang relasional postmodern
berbasis proses.
Terapis/Konselor Gestalt menggunakan
metode aktif yang tidak hanya
mengembangkan kesadaran pasien tetapi juga
aspek kesadaran dan perilaku mereka (B.
Bowins, 2021). Metode aktif dan keterlibatan
pribadi aktif dari terapi Gestalt digunakan untuk
meningkatkan kesadaran, kebebasan, dan
pengarahan diri sendiri dari pasien daripada
mengarahkan pasien ke tujuan yang telah
ditetapkan seperti dalam terapi perilaku
(behavior).
Sistem terapi Gestalt benar-benar
integratif dan mencakup komponen afektif,
sensorik, kognitif, interpersonal, dan perilaku
(Joyce & Sills, 2009). Dalam terapi Gestalt,
terapis dan pasien didorong untuk kreatif
dalam melakukan pekerjaan penyadaran. Tidak
ada teknik yang diresepkan atau dilarang dalam
terapi Gestalt (Yontef & Jacobs, 2008).
B. PANDANGAN HAKIKAT MANUSIA
Pandangan Gestalt tentang manusia
berakar pada filsafat eksistensial dan
fenomenologi. Pandangan ini menekankan
konsep-konsep seperti perluasan kesadaran
penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan
pribadi, dan mengalami cara-cara yang
menghambat kesadaran. Dalam terapinya,
pendekatan Gestalt berfokus pada pemulihan
kesadaran serta pada pemaduan polaritas-
polartias dan dikotomi-dikotomi dalam diri.
Terapi diarahkan bukan pada analisis,
melainkan pada integrasi yang berjalan
selangkah demi selangkah dalam terapi sampai
klien menjadi cukup kuat untuk menunjang
pertumbuhan pribadinya sendiri (Taufik, 2012).
Pandangan Gestalt mengenai manusia bahwa
individu memiliki kesanggupan memikul
tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya
sebagai pribadi yang terpadu. Disebabkan oleh
masalah-masalah tertentu dalam
perkembangannya, individu membentuk
berbagai cara menghindari masalah dan
karenanya, menemui jalan buntu dalam
pertumbuhan pribadinya (Corey, 2009).

 Menurut Perls dalam Hansen, terdapat 8


asumsi mengenai manusia (Hansen, 1977),
antara lain:

1. Manusia merupakan satu kesatuan,
keterpaduan dari berbagai elemen seperti
pikiran, sensasi, persepsi. Dari berbagai
yang ada pada dirinya tersebut tidak
satupun yang dapat dimengerti tanpa
mengaitkan dengan keseluruhan orang itu
2. Manusia merupakan bagian dari
lingkungannya dan ia tidak akan bisa
dimengerti apabila kita melepaskan dari
lingkungannya itu.
3. Manusia memilih bagaimana caranya
merespon terhadap perangsang internal
maupun perangsang eksternal. Manusia itu
merupakan aktor (pelaku) bagi dunianya
bukan hanya reaktor (pasif).
4. Manusia mempunyai potensi untuk
sepenuh-penuhnya menyadari sensasinya
(rasa badannya), pikirannya, emosinya dan
persepsinya.
5. Manusia dapat membuat pilihan-pilihan
karena manusia menyadari sensasinya,
pikiran dan emosinya, dan manusia yang
berbahagia adalah yang menyadari ketiga
hal tersebut.
6. Manusia mempunyai kemampuan untuk
mengurus dirinya sendiri secara efektif.
7. Manusia tidak dapat mengalami masa
lalunya atau masa depannya, manusia
hanya dapat melalui masa sekarang, dan
masa sekarang selalu tidak akan pernah
terulang.
8. Manusia pada dasarnya dikatakan
bagus, ya tidak bagus, dikatakan jelek ya
tidak jelek, dengan demikian jangan
menghebat-hebatkan manusia dan jangan
pula menjelek jelekkan manusia itu.

C. KONSEP DASAR
Konseling Gestalt banyak dipengaruhi
Psikoanalisis, Fenomenologi Eksistensial, dan
Psikologi Gestalt. Oleh karena itu konsep-
konsep dasar yang dikembangkan dalam
Konseling Gestalt dipengaruhi ketiga sumber
tersebut. Adapun konsep-konsep dasar
tersebut antara lain.

Perls mengemukakan bahwa makhluk hidup


secara alamiah berupaya mengembangkan
dirinya. Setiap individu, tumbuhan dan
binatang hanya punya satu tujuan bawaan yaitu
mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin.
Kecenderungan aktualisasi diri yang bersifat
bawaan tersebut merupakan pendorong bagi
semua tingkah laku dan aktivitas manusia.
Semua kebutuhan lain dipandang berasal dari
dan berdasar pada kebutuhan dasar untuk
mengaktualisasikan diri
.

Meskipun Perls mengungkapkan konsep


aktualisasi diri, hal itu janganlah dibingungkan
dengan teori aktualisasi diri yang dikemukakan
Rogers. Rogers mengungkapkan bahwa
kemapuan aktualisasi diri manusia berdasarkan
pemuasan tujuan yang akan datang. Dari sudut
tinjauan Rogers manusia aberada dalam proses
menjadi. Ia berupaya menjadi individu yang
mengaktualisasikan dirinya. Intinya, aktualisasi
diri merupakan apa yang diupayakan seseorang
agar menjadi kenyataan. Sebaliknya menurut
Perls. menjadi merupakan proses menjadi
individu yang sebenarnya dan bukan suatu
proses pengupayaan ke arah menjadi.
2. Pengaturan diri (self-regulation)
Berkaitan dengan konsep aktualisasi diri,
Peris yakin bahwa manusia mempunyai bawaan
untuk mengatur dirinya menjadi dirinya sendiri.
Dalam hal ini, setiap organisme berupaya
mencapai suatu keseimbangan dengan
memenuhi atau menghilangkan kebutuhan
yang disebut pengaturan diri organismik
(organismic self-regulation). Dan pengaturan
diri organismik tersebut berfungsi untuk
mengurangi ketegangan dalam diri individu.

3. Kesadaran (awareness)
Suatu bagian terpadu dari pengaturan-diri
organismik ialah kesadaran. Agar individu
mengetahui keseimbangannya sendiri
kemudian mencari dan menemukan apa yang
diperlukan untuk memenuhi
ketidakscimbangan tersebut, organismie harus
menyadari dirinya sendiri. Kesadaran
merupakan suatu konsep pokok dalam
konseling gestalt. Kesadaran dipandang sebagai
suatu kontak yang waspada mengenai peristiwa
atau kebutuhan yang terpenting dalam
kehidupan seorang. Pada saat kebutuhan,
utama muncul dan ditangani secara efektif,
maka kesadaran pindah kepada kebutuhan
berikutnya yang paling penting, dan demikian
seterusnya. Jadi, kesadaran selalu berorientasi
di sini dan saat ini serta selalu berubah.
4. Kontak (contact)
Konseling gestalt, kontak diperlukan agar
perubahan dan pertumbuhan terjadi. Bilamana
kita mengadakan kontak dengan lingkungan,
maka perubahan tersebut tidak dapat
dielakkan. Kontak dilaksanakan dengan
menggunakan tujuh fungsi yaitu penglihatan,
pendengaran, perabaan, pembicaraan,
gerakan, pembauan dan pengecapan. Kontak
yang baik berarti berinteraksi dengan alam dan
orang lain tanpa kehilangan individualitasnya.
Jadi kontak merupakan kesadaran dan tingkah
laku individu dalam mengasimilasi hal-hal baru
dalam lingkungannya dan penolakan terhadap
hal-hal baru yang tidak dapat diasimilasikan
pada dirinya.

5. Urusan yang tak terselesaikan (unfinished


business)
Unfinished business meliputi perasaan-
perasaan yang tidak terekspresikan seperti
kemarahan, kebencian, kepedihan, kecemasan,
ketakutan, rasa bersalah, dsb. Walaupun
perasaan-perasaan tersebut tidak
terekspresikan, perasaan-perasaan tersebut
berkaitan dengan kenangan-kenangan dan
fantasi-fantasi yang jelas. Karena perasaan-
perasaan tersebut tidak dialami sepenuhnya
dalam kesadaran, maka perasaan-perasaan
tersebut tetap berada dalam latar belakang dan
terbawa dalam kehidupan saat ini berupa cara-
cara yang mengganggu kontak individu secara
efektif dengan dirinya dan orang lain.
Unfinished business tersebut terus berlangsung
pada diri individu hingga individu tersebut
menghadapi dan menangani perasaan-
perasaan yang tidak terekspresikan tersebut

6. Gestalt
mendefinisikan gestalt sebagai “suatu
bentuk, suatu konfigurasi atau totalitas yang
memiliki suatu kesatuan yang terpadu yang
tidak dapat dihasilkan dari penjumlahan bagian
bagian dan hubungannya. Gestalt tersebut bisa
mengacu pada struktur fisik, fungsi fungsi
fisiologis dan psikologis atau berupa unit unit
simbolis”. Dengan kata lai, psikologi gestalt
berpendirian bahwa keseluruhan menentukan
bagian bagian. Memang keseluruhan
menentukan bagian bagiannya. Pada
umumnya, para psikolog gestalt menngunakan
sitilah gestalt untuk mengacu pada organisasi
perseptual individu. Sedangkan perls
menggunakan istilah gestalt tersebut untuk
mengacu kepada kebutuhan individu. Dengan
demikian, konselor gestalt menekankan pada
suatu konsep holistik tentang manusia. Terapi
gestalt tidak membagi manusia menjadi bagian
yang berbeda beda yang cenderung
memusatkan hanya pada pada aspek
kogntifnya dan mengabaikan pengalaman
penginderaan dan emosinya. Sebagaimana para
psikolog gestalt yang menekankan bahwa
manusia cenderung meprescpsi segala sesuatu
sudut keseluruhan dan bukan bagian
bagiannya, maka perls menekankan kesatuan
dan keterpaduan kepribadian individu yang
normal. Untuk itu, salah satu tujuan koscling
gestalt ialah membantu konseli untuk
mememiliki dan memadukan kembali bagian
bagian diri individu yang sebelumnya ditolak.
7. Figur latar belakang (figure ground)
Para psikolog gestalt mengemukakan
bahwa selama proses memperscpsi objek,
seorang individu cenderung membentuk figur
dan latar belakang. Figur adalah suatu obyek,
unsur atau individu yang timbul (menjadi latar
depan) dan menonjol di depan latar belakang.
Dalam istilah prescpsi, figur merupakan sesuatu
yang menjadi pusat perhatian seseorang.
Sedangkan latar belakang merupakan konteks
di mana suatu figur tampak dan menonjol.
Dalam kenyataan obyck-obyck yang
berbeda mungkin menjadi pusat perhatian
sesorang dan kemudian menghilang menjadi
latar belakang. Hal ini merupakan prinsip yang
penting dalam psikologi gestalt. Prinsip
tersebut disebut prinsip perubahan perhatian
atau pembentukan figur latar belakang. Dalam
hal ini, pada saat perubahan penekanan terjadi
dalam perhatian sescorang, maka figurlatar
belakang berubah kedudukan dan suatu gestalt
baru terbentuk.
8. Ketertutupan (closure)
Setiap individu cenderung
mengorganisasikan presepsinya dengan cara
yang lengkap sehingga dapat mengurangi
tegangan yang timbul dari rasa
ketidaklengkapan tersebut. Misalnya jika
sesorang melihat suatu gambar yang belum
selesai misalnya sebuah rumah maka oarng
cenderung melengkapi gambar tersebut dalam
pikirannya dan menyebutnya gambar sebuah
rumah. Konsep ini mengambarkan bahwa
pikiran individu bertindak untuk menyelesaikan
suatu figur dan mempresepsikannya sebagai
sesuatu yang lengkap.
Kembalikan dari para psikolog gestalt yang
menggunakan prinsip ketertutupan menurut
presepsi visual, perl mengaplikasikan konsep
tersebut terutama pada pikiran, perasaan, dan
keseluruhan penginderaan individu. Dalam
terapi gestalt, kurangnya ketertutupan
mewakili hampir semua urusan dan
pengamalaman kchidupan yang tak
tersclcsaikan. Jika pengalaman-pcngalaman
hidup tak tersclcsaikan cukup kuat, maka
individu berada dalam arah yang menyimpang
meskipun kelihatannya wajar.
E. KARAKTERISTIK
Konseling Gestalt sebagai suatu
pendekatan konseling memiliki karakteristik
yang perlu diperhatikan konsclor. Karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut:

 Orientasi Afektif Tindakan


Menurut suatu klasifikasi
pendekatan, Konseling Gestalt
termasuk pendekatan konscling yang
berorientasi afektif tindakan. Dikatakan
demikian karcna dalam proscs
konseling
 Pemusatan pada Pengalaman.
Konseling Gestalt dipusatkan pada
pencapaian kesadaran disini dan saat
ini dan mendorong konseli berupaya
memperoleh atau mencapai kesadaran
terscbut. Sebagai suatu pendekatan
eksperensial, terapi gestalt tidak
berkaitan dengan gejala-gejala dan
analisis melainkan berkenaan dengan
integrasi dan keberadaan yang bersifat
kesatuan
 Keaktifan
Konselor Gestalt cenderung aktif
dan menggunakan berbagai teknik
yang berorientasi tindakan yang
dirancang untuk mengintergrasikan
perasaan dan pengalaman konseli.
 Pemusatan pada Tanggung Jawab
Konseli
Konseling Gestalt berpusat pada
peningkatan kesadaran konseli untuk
bertanggung jawab terhadap
tindakan, perasaan, fikiran, termasuk
hal-hal yang tidak mungkin
disadarinya. Untuk mencapai
keadaan tersebut konselor Gestalt
menolak pencarian sebab-sebab
tingkah laku, perasaan, dan fikiran.
Sebagai gantinya, konselor
mendorong konseli tersebut untuk
mencoba aktivitas spesifik yang
dirancang untuk meningkatkan
kesadaran konseli.
 Penekanan pada Situasi Sekarang dan
Di Sini
Bantuan dalam konseling Gestalt
dibangun berdasarkan tingkah laku
nyata saat ini dan di sini. Konselor
memperhatikan postur, lagak, gerak-
isyarat, suara dan ekspresi konseli.

F. PRIBADI SEHAT DAN BERMASALAH

♦Pribadi Sehat
Proscs pertumbuhan merupakan
perubahan dari kebergantungan
menuju kemandirian adalah suatu hal
yg penuh resiko. Sclf image
menghadapkan individu dengan apa
yg scharusnya dilakukan sedangkan
self berhadapan dengan apa yg
secara alamiah ingin ia lakukan,
meskipun tuntutan ini saling
bertentangan dalam perkembangan
individu. individu yg schat lebih
banyak mengidentifikasikan dengan
self dari pada dengan scif image.
Dalam perkembangannya, individu
tersebut mcmpcrolch kesempatan
dari lingkungan untuk belajar
menghadapi frustasi. Untuk itu
individu menggunakan proses
pengaturan diri secara spontan dan
alamiah agar dapat mengarahkan
tingkah lakunya.
♦Pribadi Bermasalah
Jika interaksinya melibatkan
pembentukan dan perusakan gestalt
secara berhasil maka ia menjadi
individu yg sehat. Jadi dalam
perkembangan peristiwa normal,
suatu kebutuhan timbul dari latar
belakang menjadi figur untuk
mengaktifkan kesadaran dan sebuah
gestalt terbentuk.
Ada beberapa cara yg digunakan
individu tsb untuk menyimpang dari
fungsi dan pertumbuhan yg sehat.
Semua itu melibatkan identifikasi
dengan self image. Semua tingkah
laku yg malasuai tsb dipandang
sebagai suatu gangguan
pertumbuhan yaitu penyimpangan
dari self. Empat cara pokok yg
digunakan individu dalam
menghambat pertumbuhan yg sehat
adalah:
★Proyeksi
Merupakan tindakan atau proses
pengingkaran bagain diri yg tidak konsisten
dengan self image.melakui proyeksi individu
cenderung menempatkan ciriciri pribadinya
kepada orang lain dan menolak ciri-ciri tsb
sebagai bagian dari dirinya.

★Introyeksi
Merupakan suatu metode penanganan
sesuatu yg seharusnya. Introyeksi meliputi
pengambilalihan aspek-aspek orang lain
kedalam diri, khususnya aspek-aspek dari
orang tua. Masalahnya ganda. Pertama
sebagai suatu akibat dari self image.

★Retrofleksi
Dalam retrofleksi kedua peristiwa yg ada
diatas berfungsi, jadi energi diarahkan keuar
diri untuk memenuhi penolakan dan
kemudian dipantulkan kembali ke arah
individu. Sebenarnya dalam lingkungan yg
dikenai tindakan adalah diri individu sendiri.
Cara ini tejadi bilamana tingkah laku yg
diarahkan kepada orang lain
dilingkungannya tidak berhasil dan individu
mengarahkan tingkah laku tsb kepada
dirinya sendiri. Retrofleksi juga terjadi
karena individu tidak berhasil memperoleh
apa yg diinginkan dari orang lain.

★Konfluen
Adalah tidak adanya batas antara diri
dan lingkungannya. Contoh bayi saat lahir
dan orang dewasa pada saat gembira yg luar
biasa. Ia tidak menyadari adanya pemisahan
antara diri dan lingkungannya. Orang yg
konfluen secara patologi tidak menyadari
batas anatar dirinya dan orang lain. Jadi ia
tidak bisa membuat kontak yg baik dan
demikian juga ia tidak bisa menarik diri.

H. PERAN KONSELOR

Penekanan penting dari terapi Gestalt

adalah konselor tidak bertujuan untuk

mengubah klien mereka. Peran konselor


adalah membantu klien dalam

mengembangkan kesadaran diri mereka

sendiri tentang bagaimana mereka saat ini.

Oleh karena itu, ini akan memungkinkan

mereka untuk memperbaiki masalah yang

mempengaruhi hidupnya. Pekerjaan

Konselor adalah mengajak klien ke dalam

kemitraan aktif di mana mereka dapat

belajar tentang diri mereka sendiri dengan

mengadopsi sikap pengalaman terhadap

kehidupan di mana mereka mencoba


perilaku baru dan memperhatikan apa yang

terjadi (Corey, 2009).

Memahami diri internal adalah kunci untuk

memahami tindakan, reaksi, dan perilaku. Terapi

Gestalt membantu orang mengambil langkah

pertama menuju kesadaran ini sehingga mereka

dapat mengenali dan menerima pola-pola ini (B.

Bowins, 2021; Zahm & Gold, 2002, 2004).


Dalam proses konseling Gestalt, konselor

memiliki peran dan fungsi yang unik (Prayitno,

1998), yaitu:

§ Konselor memfokuskan pada

perasaan, kesadaran, bahasa tubuh,

hambatan energi, dan hambatan untuk

mencapai kesadaran yang ada pada

konseli.
§ Konselor adalah “artisti participant” yang

memiliki peranan dalam menciptakan

hidup baru klien. Sama halnya dengan para

seniman yang perlu mempunyai hubungan

dengan apa yang dilukisnya, terapis adalah

partisipan artistik dalam penciptaan suatu

hidup baru (Corey, 2009).

§ Peran konselor adalah menyediakan

atmosfer di mana klien diberikan

kesempatan untuk mengetahui


kebutuhannya; Menyediakan tempat agar

klien dapat mengalami pertumbuhan.

I. HUBUNGAN KONSELOR DAN KONSELI

Praktik terapi gestalt yang efektif

melibatkan hubungan pribadi antara

terapis dan konseli. Ahli terapi bertanggung

jawab untuk kualitas kehadiran mereka,

terhadap pengetahuan mereka sendiri dan

konseli, dan untuk tetap terbuka kepada

konseli. Ahli terapi membiarkan mereka


sendiri dipengaruhi oleh konseli dan

mereka secara aktif berbagai persepsi dan

pengalaman sekarang ketika bertemu

konseli dalam di sini dan sekarang.

J. TAHAP-TAHAP
Secara ringkas Febrini dalam bukunya,
menyakatkan bahwa sedikitnya ada empat
fase yang harus dilakui oleh seoranag
konselor dan konseli dalam proses
konseling dengan menggunakan
pendekatan Gestalt, empat fase tersebut
yaitu:
Fase pertama, konselor
mengembangkan pertemuan konseling,
agar tercapai situasi yang memungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan
pada konseli. Pola hubungan yang
diciptakan untuk setiap konseli berbeda,
karena masing-masing konseli mempunyai
keunikan sebagai individu serta memiliki
kebutuhan yang bergantung kepada
masalah yang harus dipecahkan.
Fase kedua, konselor berusaha
meyakinkan dan mengkondisikan konseli
untuk mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan sesuai dengan kondisi konseli.
Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam
fase ini, yaitu : Membangkitkan motivasi
konseli dan membangkitkan dan
mengembangkan otonomi konseli dan
menekankan kepada konseli bahwa konseli
boleh menolak saran-saran konselor asal
dapat mengemukakan alasan-alasannya
secara bertanggung jawab.
Fase ketiga, konselor mendorong
konseli untuk mengatakan
perasaanperasaannya pada saat ini, konseli
diberi kesempatan untuk mengalami
kembali segala perasaan dan perbuatan
pada masa lalu, dalam situasi di sini dan
saat ini. Kadang-kadang konseli
diperbolehkan memproyeksikan dirinya
kepada konselor.Melalui fase ini, konselor
berusaha menemukan celah-celah
kepribadian atau aspekaspek kepribadian
yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi
apa yang harus dilakukan konseli.
Fase keempat, setelah konseli
memperoleh pemahaman dan penyadaran
tentang pikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya, konselor mengantarkan konseli
memasuki fase akhir konseling.Pada fase
ini konseli menunjukkan gejala-gejala yang
mengindikasikan integritas kepribadiannya
sebagai individu yang unik dan manusiawi.

K. TEKNIK-TEKNIK

Konseling Gestalt melalui teknik

sebagai berikut (Prayitno, 1998; Taufik,

2012; Yontef & Jacobs, 1994):


A). Teknik Umum

~Pengawalan konseling Yaitu yang

menggarap pengawalan proses dan

dilakukan usaha sehingga klien menyadari

bahwa meskipun konselor memberikan

bantuan tetapi klien sendirilah yang

berusaha mengadakan perubahan pada diri

sendiri. Dalam penerapan teknik ini,

beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

konselor adalah: a) Konselor tidak

merekontruksi masa lampau serta tidak


pula menghidup-hidupkan ketidaksadaran

klien b) Masa lampau itu tidak perlu

diabaikan, namun digunakan juga jika

masih dialami oleh klien sekarang c)

Konselor tidak bertanya “mengapa” kepada

klien sebab akan menyebabkan klien akan

menutup-nutupi kesalahannya.

~Orientasi sekarang dan di sini Maksudnya

adalah tidak mengkonstruksi masa lalu atau

motif-motif tidak sadar, tetapi

memfokuskan pembahasan pada keadaan


sekarang. Ini bukan berarti bahwa masa

lalu tidak penting. Pentingnya masa lalu

hanya dalam kaitannya dengan masa

sekarang.

B). Memfrustasikan klien

Adalah menyadarkan klien bahwa ia

betul-betul bermasalah. Lakukan terus

menerus sampai klien bertemu dengan

kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

Setelah masalahnya disadari klien,


kemudian klien dapat mengemukakan

modal. dasar dan kekuatan yang dimilikinya

yang dapat dipergunakan dalam konseling

guna mengatasi masalah yang dialaminya.

C).Teknik eksperinsial

Mengarahkan klien untuk mengalami

sendiri, yaitu konselor berusaha agar klien

mengalami langsung terhadap apa-apa

yang dikemukakannya. Dan dalam hal ini

dapat digunakan teknik khusus antara lain:


1.)Klien diarahkan untuk menggunakan kata

ganti orang (personal pronoun) misalnya

klien mesti berkata “saya merasa senang

bertemu dengan dia” jadi klien harus

berkata “saya” bukan “kami”. Konselor juga

bertanya “anda bagaimana?” yang bertujuan

agar klien bertanggung jawab dan tidak

menyalahkan orang lain.

2.)Mengubah kalimat pertanyaan menjadi

kalimat pernyataan, misalnya “apakah saya


dapat melakukannya?”, menjadi “saya dapat

melakukannya.”

3.)Menggunakan kalimat-kalimat yang

langsung menimbulkan arti tanggung jawab

dan meminta ketegasan dari klien.

4.)Membagi kesedihan dengan cara

melakukan refleksi perasaan. Misalnya

konselor berkata “Anda sedih dengan

kepergiannya.”

5.)Melakukan permainan proyeksi, jika klien

memproyeksikan sesuatu kepada orang


ketiga, selanjutnya diminta bagaimana

pendapatnya apabila hal itu terjadi pada

dirinya sendiri. Dan dapat pula menanyakan

alasan yang bersumber dari dirinya sendiri

6.)Konselor menyatakan penghargaan bagi

yang cocok dikemukakan klien dan

ketidaksukaan terhadap sesuatu yang tidak

cocok. Klien juga diajak untuk

mengemukakan hal-hal yang bagus dan tidak

bagus bagi orang lain.


7.)Permainan kebalikan, yaitu apabila klien

memperlakukan sesuatu terhadap orang lain

dibalikkan menjadi seolah-oleh klien yang

diperlakukan begitu oleh orang lain

L. KETERBATASAN DAN KELEBIHAN


Keterbatasan
1).Ada penelitian empiris untuk mendukung
terapi Gestalt dan tekniknya (Corsini &
Wedding, 2000). Secara khusus, terapi
Gestalt sama dengan atau lebih besar dari
terapi lain dalam mengobati berbagai
gangguan, terapi Gestalt memiliki dampak
menguntungkan dengan gangguan
kepribadian, dan efek terapinya stabil.
2).Bekerja dengan peristiwa masa lalu
dengan membuatnya relevan hingga saat ini
(Corey, 2009)
3).Serbaguna dan fleksibel dalam terapi.
Gestalt memiliki banyak teknik dan dapat
diterapkan pada masalah terapeutik yang
berbeda (Australian Institute of Professional
Counselors, 2016).
4).Pendekatan yang konfrontif dan aktif
(Corey, 2009)
5).Terapi Gestalt memberikan perhatian
terhadap pesan-pesan non verbal (Corey,
2009)
6).Terapi Gestalt menggairahkan hubungan
dan pengungkapan perasaanperasaan
langsung, dan menghindari intelektualisasi
abstrak tentang masalahmasalah klien
(Corey, 2009)
7).Terapi Gestalt meletakkan penekanan
pada klien untuk menemukan
maknamaknanya sendiri dan membuat
penafsiran sendiri (Corey, 2009)

Kelebihan
1).Agar terapi Gestalt efektif, terapis harus
memiliki tingkat perkembangan pribadi yang
tinggi (Corey, 2009).
2).Efektivitas teknik konfrontif dan teatrikal
dari terapi Gestalt terbatas dan belum
mapan (Australian Institute of Professional
Counselors, 2016).
3).Bahaya potensial bagi terapis untuk
menyalahgunakan kekuatan yang mereka
miliki dengan klien (Corey, 2009).
4).Dianggap sebagai pendekatan yang
berpusat pada diri sendiri yang berkaitan
dengan pengembangan individu saja
(Australian Institute of Professional
Counselors, 2016).
5).Tidak memiliki dasar teori yang kuat
(Australian Institute of Professional
Counselors, 2016).
6).Hanya berurusan dengan di sini dan
sekarang (Australian Institute of Professional
Counselors, 2016).
7).Tidak menangani diagnosis dan pengujian
(Australian Institute of Professional
Counselors, 2016)

Anda mungkin juga menyukai