BAB 2 PEMBAHASAN
A. SEJARAH
Konseling Gestalt dikembangkan oleh
Frederick S. Perls. Perls mendapatkan gelar
dalam bidang medis di Universitas Frederick
Wilhelm Berlin, Jerman pada tahun 1921
(Taufik, 2012). Perls kemudian melakukan
percobaan di bidang institut psikoanalisis
Berlin, Frankurt dan Vienna. Pada tahun 1933,
Perls membuka praktek di Amsterdam sampai
kedatangan Nazi yang membuatnya pindah ke
Afrika Selatan. Pada tahun 1964 Perls pindah ke
Amerika Serikat dan menjadi guru terapi
Gestalt di Institut Erasalen California sampai
tahun 1969 (Taufik, 2012).
Pendekatan Gestalt dimulai ketika Perls
menulis Ego, Hunger and Aggression pada
tahun 1941-1942 (Taufik, 2012). Terbitan
pertama buku ini pada tahun 1946 di Afrika
Utara yang berjudul A Revision of Freud’s
Theory and Methods. Kemudian buku ini
diterbitkan dengan judul The Beginning of
Gestalt Theraphy pada tahun 1966. Kata
”Gestalt Theraphy” pertama kali digunakan
sebagai jduul buku yang ditulis oleh Frederich
Perls, Ralph Hefferline, dan Paul Goodman pada
tahun 1951, tidak lama setelah dibentuknya
The New York Institute for Getslat Theraphy,
yang bermarkas di apartemen milik Fritz dan
Lura Perls di New York City (Taufik, 2012).
Frederick "Fritz" Perls, Laura Perls dan Paul
Goodman mensintesis berbagai tren budaya
dan intelektual tahun 1940-an dan 1950-an
menjadi Gestalt baru, yang memberikan
alternatif klinis dan teoritis yang canggih untuk
dua teori utama lainnya pada zaman mereka:
behaviorisme dan psikoanalisis klasik (B.
Bowins, 2021; Yontef & Jacobs, 1994, 2008).
Terapi Gestalt dimulai sebagai revisi
psikoanalisis dan dengan cepat berkembang
sebagai sistem yang sepenuhnya independen
dan terintegrasi (B. Bowins, 2021). Karena
terapi Gestalt adalah pendekatan pengalaman
dan humanistik, terapi ini bekerja dengan
kesadaran dan keterampilan kesadaran pasien
daripada menggunakan ketergantungan
psikoanalitik klasik pada interpretasi analis atas
alam bawah sadar (B. Bowins, 2021). Dalam
terapi Gestalt, terapis/konselor secara aktif dan
pribadi terlibat dengan pasien daripada
mendorong pemindahan dengan tetap dalam
peran analitik netralitas. Terapi Gestalt
menggantikan sistem psikoanalisis klasik
mekanistik, simplistik, sistem Newtonian
dengan teori bidang relasional postmodern
berbasis proses.
Terapis/Konselor Gestalt menggunakan
metode aktif yang tidak hanya
mengembangkan kesadaran pasien tetapi juga
aspek kesadaran dan perilaku mereka (B.
Bowins, 2021). Metode aktif dan keterlibatan
pribadi aktif dari terapi Gestalt digunakan untuk
meningkatkan kesadaran, kebebasan, dan
pengarahan diri sendiri dari pasien daripada
mengarahkan pasien ke tujuan yang telah
ditetapkan seperti dalam terapi perilaku
(behavior).
Sistem terapi Gestalt benar-benar
integratif dan mencakup komponen afektif,
sensorik, kognitif, interpersonal, dan perilaku
(Joyce & Sills, 2009). Dalam terapi Gestalt,
terapis dan pasien didorong untuk kreatif
dalam melakukan pekerjaan penyadaran. Tidak
ada teknik yang diresepkan atau dilarang dalam
terapi Gestalt (Yontef & Jacobs, 2008).
B. PANDANGAN HAKIKAT MANUSIA
Pandangan Gestalt tentang manusia
berakar pada filsafat eksistensial dan
fenomenologi. Pandangan ini menekankan
konsep-konsep seperti perluasan kesadaran
penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan
pribadi, dan mengalami cara-cara yang
menghambat kesadaran. Dalam terapinya,
pendekatan Gestalt berfokus pada pemulihan
kesadaran serta pada pemaduan polaritas-
polartias dan dikotomi-dikotomi dalam diri.
Terapi diarahkan bukan pada analisis,
melainkan pada integrasi yang berjalan
selangkah demi selangkah dalam terapi sampai
klien menjadi cukup kuat untuk menunjang
pertumbuhan pribadinya sendiri (Taufik, 2012).
Pandangan Gestalt mengenai manusia bahwa
individu memiliki kesanggupan memikul
tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya
sebagai pribadi yang terpadu. Disebabkan oleh
masalah-masalah tertentu dalam
perkembangannya, individu membentuk
berbagai cara menghindari masalah dan
karenanya, menemui jalan buntu dalam
pertumbuhan pribadinya (Corey, 2009).
C. KONSEP DASAR
Konseling Gestalt banyak dipengaruhi
Psikoanalisis, Fenomenologi Eksistensial, dan
Psikologi Gestalt. Oleh karena itu konsep-
konsep dasar yang dikembangkan dalam
Konseling Gestalt dipengaruhi ketiga sumber
tersebut. Adapun konsep-konsep dasar
tersebut antara lain.
3. Kesadaran (awareness)
Suatu bagian terpadu dari pengaturan-diri
organismik ialah kesadaran. Agar individu
mengetahui keseimbangannya sendiri
kemudian mencari dan menemukan apa yang
diperlukan untuk memenuhi
ketidakscimbangan tersebut, organismie harus
menyadari dirinya sendiri. Kesadaran
merupakan suatu konsep pokok dalam
konseling gestalt. Kesadaran dipandang sebagai
suatu kontak yang waspada mengenai peristiwa
atau kebutuhan yang terpenting dalam
kehidupan seorang. Pada saat kebutuhan,
utama muncul dan ditangani secara efektif,
maka kesadaran pindah kepada kebutuhan
berikutnya yang paling penting, dan demikian
seterusnya. Jadi, kesadaran selalu berorientasi
di sini dan saat ini serta selalu berubah.
4. Kontak (contact)
Konseling gestalt, kontak diperlukan agar
perubahan dan pertumbuhan terjadi. Bilamana
kita mengadakan kontak dengan lingkungan,
maka perubahan tersebut tidak dapat
dielakkan. Kontak dilaksanakan dengan
menggunakan tujuh fungsi yaitu penglihatan,
pendengaran, perabaan, pembicaraan,
gerakan, pembauan dan pengecapan. Kontak
yang baik berarti berinteraksi dengan alam dan
orang lain tanpa kehilangan individualitasnya.
Jadi kontak merupakan kesadaran dan tingkah
laku individu dalam mengasimilasi hal-hal baru
dalam lingkungannya dan penolakan terhadap
hal-hal baru yang tidak dapat diasimilasikan
pada dirinya.
6. Gestalt
mendefinisikan gestalt sebagai “suatu
bentuk, suatu konfigurasi atau totalitas yang
memiliki suatu kesatuan yang terpadu yang
tidak dapat dihasilkan dari penjumlahan bagian
bagian dan hubungannya. Gestalt tersebut bisa
mengacu pada struktur fisik, fungsi fungsi
fisiologis dan psikologis atau berupa unit unit
simbolis”. Dengan kata lai, psikologi gestalt
berpendirian bahwa keseluruhan menentukan
bagian bagian. Memang keseluruhan
menentukan bagian bagiannya. Pada
umumnya, para psikolog gestalt menngunakan
sitilah gestalt untuk mengacu pada organisasi
perseptual individu. Sedangkan perls
menggunakan istilah gestalt tersebut untuk
mengacu kepada kebutuhan individu. Dengan
demikian, konselor gestalt menekankan pada
suatu konsep holistik tentang manusia. Terapi
gestalt tidak membagi manusia menjadi bagian
yang berbeda beda yang cenderung
memusatkan hanya pada pada aspek
kogntifnya dan mengabaikan pengalaman
penginderaan dan emosinya. Sebagaimana para
psikolog gestalt yang menekankan bahwa
manusia cenderung meprescpsi segala sesuatu
sudut keseluruhan dan bukan bagian
bagiannya, maka perls menekankan kesatuan
dan keterpaduan kepribadian individu yang
normal. Untuk itu, salah satu tujuan koscling
gestalt ialah membantu konseli untuk
mememiliki dan memadukan kembali bagian
bagian diri individu yang sebelumnya ditolak.
7. Figur latar belakang (figure ground)
Para psikolog gestalt mengemukakan
bahwa selama proses memperscpsi objek,
seorang individu cenderung membentuk figur
dan latar belakang. Figur adalah suatu obyek,
unsur atau individu yang timbul (menjadi latar
depan) dan menonjol di depan latar belakang.
Dalam istilah prescpsi, figur merupakan sesuatu
yang menjadi pusat perhatian seseorang.
Sedangkan latar belakang merupakan konteks
di mana suatu figur tampak dan menonjol.
Dalam kenyataan obyck-obyck yang
berbeda mungkin menjadi pusat perhatian
sesorang dan kemudian menghilang menjadi
latar belakang. Hal ini merupakan prinsip yang
penting dalam psikologi gestalt. Prinsip
tersebut disebut prinsip perubahan perhatian
atau pembentukan figur latar belakang. Dalam
hal ini, pada saat perubahan penekanan terjadi
dalam perhatian sescorang, maka figurlatar
belakang berubah kedudukan dan suatu gestalt
baru terbentuk.
8. Ketertutupan (closure)
Setiap individu cenderung
mengorganisasikan presepsinya dengan cara
yang lengkap sehingga dapat mengurangi
tegangan yang timbul dari rasa
ketidaklengkapan tersebut. Misalnya jika
sesorang melihat suatu gambar yang belum
selesai misalnya sebuah rumah maka oarng
cenderung melengkapi gambar tersebut dalam
pikirannya dan menyebutnya gambar sebuah
rumah. Konsep ini mengambarkan bahwa
pikiran individu bertindak untuk menyelesaikan
suatu figur dan mempresepsikannya sebagai
sesuatu yang lengkap.
Kembalikan dari para psikolog gestalt yang
menggunakan prinsip ketertutupan menurut
presepsi visual, perl mengaplikasikan konsep
tersebut terutama pada pikiran, perasaan, dan
keseluruhan penginderaan individu. Dalam
terapi gestalt, kurangnya ketertutupan
mewakili hampir semua urusan dan
pengamalaman kchidupan yang tak
tersclcsaikan. Jika pengalaman-pcngalaman
hidup tak tersclcsaikan cukup kuat, maka
individu berada dalam arah yang menyimpang
meskipun kelihatannya wajar.
E. KARAKTERISTIK
Konseling Gestalt sebagai suatu
pendekatan konseling memiliki karakteristik
yang perlu diperhatikan konsclor. Karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut:
♦Pribadi Sehat
Proscs pertumbuhan merupakan
perubahan dari kebergantungan
menuju kemandirian adalah suatu hal
yg penuh resiko. Sclf image
menghadapkan individu dengan apa
yg scharusnya dilakukan sedangkan
self berhadapan dengan apa yg
secara alamiah ingin ia lakukan,
meskipun tuntutan ini saling
bertentangan dalam perkembangan
individu. individu yg schat lebih
banyak mengidentifikasikan dengan
self dari pada dengan scif image.
Dalam perkembangannya, individu
tersebut mcmpcrolch kesempatan
dari lingkungan untuk belajar
menghadapi frustasi. Untuk itu
individu menggunakan proses
pengaturan diri secara spontan dan
alamiah agar dapat mengarahkan
tingkah lakunya.
♦Pribadi Bermasalah
Jika interaksinya melibatkan
pembentukan dan perusakan gestalt
secara berhasil maka ia menjadi
individu yg sehat. Jadi dalam
perkembangan peristiwa normal,
suatu kebutuhan timbul dari latar
belakang menjadi figur untuk
mengaktifkan kesadaran dan sebuah
gestalt terbentuk.
Ada beberapa cara yg digunakan
individu tsb untuk menyimpang dari
fungsi dan pertumbuhan yg sehat.
Semua itu melibatkan identifikasi
dengan self image. Semua tingkah
laku yg malasuai tsb dipandang
sebagai suatu gangguan
pertumbuhan yaitu penyimpangan
dari self. Empat cara pokok yg
digunakan individu dalam
menghambat pertumbuhan yg sehat
adalah:
★Proyeksi
Merupakan tindakan atau proses
pengingkaran bagain diri yg tidak konsisten
dengan self image.melakui proyeksi individu
cenderung menempatkan ciriciri pribadinya
kepada orang lain dan menolak ciri-ciri tsb
sebagai bagian dari dirinya.
★Introyeksi
Merupakan suatu metode penanganan
sesuatu yg seharusnya. Introyeksi meliputi
pengambilalihan aspek-aspek orang lain
kedalam diri, khususnya aspek-aspek dari
orang tua. Masalahnya ganda. Pertama
sebagai suatu akibat dari self image.
★Retrofleksi
Dalam retrofleksi kedua peristiwa yg ada
diatas berfungsi, jadi energi diarahkan keuar
diri untuk memenuhi penolakan dan
kemudian dipantulkan kembali ke arah
individu. Sebenarnya dalam lingkungan yg
dikenai tindakan adalah diri individu sendiri.
Cara ini tejadi bilamana tingkah laku yg
diarahkan kepada orang lain
dilingkungannya tidak berhasil dan individu
mengarahkan tingkah laku tsb kepada
dirinya sendiri. Retrofleksi juga terjadi
karena individu tidak berhasil memperoleh
apa yg diinginkan dari orang lain.
★Konfluen
Adalah tidak adanya batas antara diri
dan lingkungannya. Contoh bayi saat lahir
dan orang dewasa pada saat gembira yg luar
biasa. Ia tidak menyadari adanya pemisahan
antara diri dan lingkungannya. Orang yg
konfluen secara patologi tidak menyadari
batas anatar dirinya dan orang lain. Jadi ia
tidak bisa membuat kontak yg baik dan
demikian juga ia tidak bisa menarik diri.
H. PERAN KONSELOR
1998), yaitu:
konseli.
§ Konselor adalah “artisti participant” yang
J. TAHAP-TAHAP
Secara ringkas Febrini dalam bukunya,
menyakatkan bahwa sedikitnya ada empat
fase yang harus dilakui oleh seoranag
konselor dan konseli dalam proses
konseling dengan menggunakan
pendekatan Gestalt, empat fase tersebut
yaitu:
Fase pertama, konselor
mengembangkan pertemuan konseling,
agar tercapai situasi yang memungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan
pada konseli. Pola hubungan yang
diciptakan untuk setiap konseli berbeda,
karena masing-masing konseli mempunyai
keunikan sebagai individu serta memiliki
kebutuhan yang bergantung kepada
masalah yang harus dipecahkan.
Fase kedua, konselor berusaha
meyakinkan dan mengkondisikan konseli
untuk mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan sesuai dengan kondisi konseli.
Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam
fase ini, yaitu : Membangkitkan motivasi
konseli dan membangkitkan dan
mengembangkan otonomi konseli dan
menekankan kepada konseli bahwa konseli
boleh menolak saran-saran konselor asal
dapat mengemukakan alasan-alasannya
secara bertanggung jawab.
Fase ketiga, konselor mendorong
konseli untuk mengatakan
perasaanperasaannya pada saat ini, konseli
diberi kesempatan untuk mengalami
kembali segala perasaan dan perbuatan
pada masa lalu, dalam situasi di sini dan
saat ini. Kadang-kadang konseli
diperbolehkan memproyeksikan dirinya
kepada konselor.Melalui fase ini, konselor
berusaha menemukan celah-celah
kepribadian atau aspekaspek kepribadian
yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi
apa yang harus dilakukan konseli.
Fase keempat, setelah konseli
memperoleh pemahaman dan penyadaran
tentang pikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya, konselor mengantarkan konseli
memasuki fase akhir konseling.Pada fase
ini konseli menunjukkan gejala-gejala yang
mengindikasikan integritas kepribadiannya
sebagai individu yang unik dan manusiawi.
K. TEKNIK-TEKNIK
menutup-nutupi kesalahannya.
sekarang.
C).Teknik eksperinsial
melakukannya.”
kepergiannya.”
Kelebihan
1).Agar terapi Gestalt efektif, terapis harus
memiliki tingkat perkembangan pribadi yang
tinggi (Corey, 2009).
2).Efektivitas teknik konfrontif dan teatrikal
dari terapi Gestalt terbatas dan belum
mapan (Australian Institute of Professional
Counselors, 2016).
3).Bahaya potensial bagi terapis untuk
menyalahgunakan kekuatan yang mereka
miliki dengan klien (Corey, 2009).
4).Dianggap sebagai pendekatan yang
berpusat pada diri sendiri yang berkaitan
dengan pengembangan individu saja
(Australian Institute of Professional
Counselors, 2016).
5).Tidak memiliki dasar teori yang kuat
(Australian Institute of Professional
Counselors, 2016).
6).Hanya berurusan dengan di sini dan
sekarang (Australian Institute of Professional
Counselors, 2016).
7).Tidak menangani diagnosis dan pengujian
(Australian Institute of Professional
Counselors, 2016)