PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah
bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-
individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung
jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan. Karena bekerja
terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus
pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pengalaman di sini-dan-
sekarang dengan memadukan bagian-bagian kepribadian yang terpecah
dan tak diketahui.
Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa individu-individu
mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif.
Tugas utama terapis adalah membantu konseli agar mengalami
sepenuhnya keberadaannya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya
atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat
sekarang. Oleh karena itu, terapi Gestalt pada dasarnya noninterpretatif
dan sedapat mungkin, konseli menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka
membuat penafsiran-penafsirannya sendiri, menciptakan pertanyaan-
pertanyaannya sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri.
Akhirnya, konseli didorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini-
dan-sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan
mengalami konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, konseli
lambat laun bisa memperluas kesadarannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kunci konsep Teori Gestalt?
2. Apa saja teknik-teknik konseling dalam Teori Gestalt?
3. Bagaimana hubungan terapeutik dalam Teori Gestalt?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari Teori Gestalt?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kunci konsep Teori Gestalt
2. Untuk mengetahui teknik-teknik konseling dalam Teori Gestalt
3. Untuk mengetahui hubungan terapeutik dalam Teori Gestalt
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Teori Gestalt
BAB II
ISI
Key Consepts
Therapeutic Goals
Some Principle of Gestalt Theraphy Theory
Awareness
The Here-And-Now
Unfinished Business
Contact And Distrubances To Contact
Energy and Blocks to Energy
Fritz Perls / Laura Perls Frederick S. (Fritz) Perls, MD, PhD (1893-1970)
adalah pencetus utama dan pengembangan terapi Gestalt. Lahir di Berlin, Jerman,
menjadi keluarga Yahudi kelas menegah bawah, ia kemudian mengidentifikasi
dirinya sebagai sumber masalah bagi orang tuanya. Meskipun ia gagal di kelas
tujuh dua kali dan dikeluarkan dari sekolah karena kesulitan dengan pihak
berwenang, kehebatannya tidak pernah dibatalkan, dan ia kembali tidak hanya
untuk menyelesaikan sekolah menengah atas tetapi untuk mendapatkan gelar
kedokterannya (MD) dengan spesialisasi psikiatri.
Laura dan Fritz menikah pada 1930 dan memiliki dua anak ketika
tinggal dan berlatih di Afrika Selatan. Laura terus menjadi andalan untuk Institut
New York untuk Terapi Gestalt setelah Fritz meninggalkan keluarganya untuk
menjadi terkenal secara internasional sebagai pendamping bepergian untuk terapi
Gestalt. Setelah perang, Perls bekerja dengan Kurt Goldstein di Goldstein Institute
for Brain-Damaged Soldiers di Frankfurt. Melalui asosiasi inilah dia datang untuk
melihat pentingnya melihat manusia secara keseluruhan daripada sebagai jumlah
dari bagian yang berfungsi secara diskret. Itu juga melalui asosiasi ini bahwa dia
bertemu istrinya, Laura, yang mendapatkan gelar PhD dengan Goldstein.
Kemudian dia pindah ke Wina dan memulai pelatihan psikoanalisisnya. Perls
sedang dalam analisis dengan Wilhelm Reich, seorang psikoanalis yang
memelopori metode-metode pemahaman diri dan perubahan kepribadian dengan
bekerja dengan tubuh pada tahun 1990. Kata-kata Laura sendiri memperjelas
bahwa Fritz adalah generator, bukan pengembang atau penyelenggara.
Pada peringatan ke-25 Institut Terapi Gestalt New York, Laura Perls
menyatakan, “Tanpa dukungan konstan dari teman-temannya, dan dari saya, tanpa
dorongan dan kerja sama yang terus menerus, Fritz tidak akan pernah menulis
garis, atau pun mendirikan apapun”. Laura sangat memperhatikan kontak dan
dukungan, yang berbeda dari perhatian Fritz terhadap fenomena intrapsik dan
fokusnya pada kesadaran. Penekanannya pada kontak menggarisbawahi peran
interpersonal dan
menjadi responsif pada saat gagasan populer terapi Gestalt adalah bahwa hal itu
memupuk tanggung jawab hanya untuk diri sendiri. Dia mengoreksi beberapa
ekses terapi Gestalt dan berpegang pada prinsip-prinsip dasar teori terapi Gestalt
seperti yang ditulis dalam Terapi Gestalt: Semangat dan Pertumbuhan dalam
Kepribadian Manusia (Perls, Hefferline, & Goodman, 1951). Dia mengajarkan
bahwa setiap terapis Gestalt perlu mengembangkan gaya terapeutiknya sendiri.
Dari sudut pandangnya, apa pun yang terintegrasi dalam kepribadian kita menjadi
dukungan untuk apa yang kita gunakan secara teknis (Humphrey, 1986).
C. Konsep Kunci
1. Therapeutic Goals
Tujuan dasar terapi Gestalt adalah peningkatan kesadaran, yang dengan
sendirinya dilihat sebagai kuratif atau pertumbuhan produksi. Kesadaran
membutuhkan pengetahuan diri, tanggung jawab untuk pilihan, kontak dengan
lingkungan, perendaman dalam pengalaman saat ini, penerimaan diri, dan
kemampuan untuk melakukan kontak. Dengan kesadaran, klien memiliki
kapasitas untuk menemukan di dalam diri mereka sumber daya yang diperlukan
untuk memecahkan masalah mereka dan untuk menemukan kondisi yang akan
memungkinkan perubahan. Tanpa kesadaran, mereka tidak memiliki alat untuk
perubahan kepribadian.
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya
bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan
membantu meningkatkan kesadaraan konseli akan perasaan-perasaan yang
mungkin selama ini diingkarinya.
c. Bermain proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang
dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-
perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi,
perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang
dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada konseli
untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang
lain.
d. Teknik pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini
konselor meminta konseli untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan
perasaan-perasaan yang dikeluhkannya. Misalnya: konselor memberi
kesempatan kepada konseli untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi
konseli pemalu yang berlebihan.
e. Tetap dengan perasaan
Teknik dapat digunakan untuk konseli yang menunjukkan perasaan atau
suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya.
Konselor mendorong konseli untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
Kebanyakan konseli ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan
dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini
konselor tetap mendorong konseli untuk bertahan dengan ketakutan atau
kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong konseli untuk
menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran
perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi
perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan
pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya
itu.
E. Hubungan Terapeutik
Sebagai terapi eksistensial, praktek terapi Gestalt yang efektif melibatkan
hubungan pribadi antara terapis dan konseli. Pengalaman-pengalaman, kesadaran
dan persepsi-persepsi terapis menjadi latar belakang, sementara kesadaran dan
reaksi- reaksi konseli membentuk bagian muka proses terapi. Yang penting adalah
terapis secara aktif berbagi persepsi-persepsi dan pengalaman-pengalaman saat
sekarang ketika dia menghadapi konseli di sini dan sekarang. Di samping itu,
terapis memberikan umpan balik, terutama yang berkaitan dengan apa yang
dilakukan oleh konseli melalui tubuhnya. Umpan balik memberikan alat kepada
konseli untuk mengembangkan kesadaran atas apa yang sesungguhnya mereka
lakukan. Terapis harus menghadapi konseli dengan reaksi-reaksi yang jujur dan
langsung serta menantang manipulasi-manipuasi konseli tanpa menolak konseli
sebagai pribadi. Terapis bersama konseli perlu mengeksplorasi ketakutan-
ketakutan, pengharapan-pengharapan karastrofik, penghambatan-penghambatan,
dan penolakan-penolakan konseli.
Perls, Polster, dan Kempler dan kesemuanya menekankan pentingnya
kepribadian terapis, tidak hanya teknik-teknik yang mereka miliki, sebagai bahan
vital dalam proses terapi. Perls menentang orang-orang yang menggunakan
teknik-teknik sebagai muslihat yang menghambat pertumbuhan konseli dan yang
menjadi merk “terapi palsu”. Polster dan Polster memeperingatkan bahwa jika
terapis mengabaikan kualitas-kualitas pribadinya sebagai instrument dalam terapi,
maka dia hanya akan menjadi seorang teknisi. Mereka menganjurkan penggunaan
tingkah laku terapis yang berlingkup luas, dan memperingatkan bahaya dari
tindakan mengidentifikasi terapi dengan teknik-teknik yang berlingkup terbatas.
Mereka juga menganjurkan terapis untuk membangkitkan spontanitas diri dan
menggunakan hubungan dengan konseli sebagai teknik terapeutik. Kempler
menyebut hubungan yang aktual antara konseli dan terapis sebagai inti dari proses
terapeutik. Ia menentang “penggunaan taktik-taktik yang bisa menyembunyikan
identitas nyata dari terapis di hadapan konselinya”. Kempler menandaskan bahwa
penggunaan permainan peran bisa menjadi godaan bagi terapis untuk menjaga
agar respons-respons pribadinya tetap tersembunyi. Meskipun mungkin bisa
menjadi cara efektif, permainan peran itu bukanlah tujuan akhir terapi. Kempler
juga menyebutkan bahwa teknik-teknik sering menjadi alat bantu yang bernilai
bagi proses terapeutik, tetapi ia menekankan proses hubungan terapis dan konseli
dengan alasan bahwa kualitas hubungan terapis konseli itu menentukan apa yang
terjadi pada keduanya.
-Kekurangan: