Anda di halaman 1dari 16

GESTALT THERAPY

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendekatan-pendekatan Konseling


Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Suwarjo, M.Si.

Disusun oleh:

KELOMPOK 2

Mas Aisyatul Widad 20113251002


Addhiena Tifarany 20113251003
Kafani Maya Kholida 21113251016

PROGRAM MAGISTER BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGAYARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori Gestalt diperkenalkan oleh Frederick (Fritz) Salomon Perls (1983-1970).
Gestalt dalam bahasa Jerman mempunyai arti bentuk, wujud atau organisasi. Kata itu
mengandung pengertian kebulatan atau keparipurnaan (schultz, 1991:171). Simkin dalam
(Gilliland, 1989: 92) menyatakan bahwa kata Gestalt mempunyai makna keseluruhan
(whole) atau konfigurasi (configuration). Dengan demikian, Perls lebih mengutamakan
adanya integrasi bagian- bagian terkecil kepada suatu hal yang menyeluruh. Integrasi ini
merupakan hal penting dan menjadi fungsi dasar bagi manusia
Pandangan pokok psikologi Gestalt adalah berpusat bahwa apa yang dipersepsi
itumerupakan suatu kebulatan, suatu unity atau suatu Gestalt. Psikologi Gestalt
semulamemang timbul berkaitan dengan masalah persepsi, yaitu pengalaman Wertheimer
distasiun kereta api yang disebutnya sebagai phi phenomena. Dalam pengalaman
tersebutsinar yang tidak bergerak dipersepsi sebagai sinar yang bergerak (Garret, 1958).
Walaupun secara objektif sinar itu tidak bergerak. Dengan demikian maka dalampersepsi
itu ada peran aktif dalam diri perseptor. Ini berarti bahwa dalam individumempersepsi
sesuatu tidak hanya bergantung pada stimulus objektif saja, tetapi adaaktivitas individu
untuk menentukan hasil persepsinya.Apa yang semula terbatas pada persepsi, kemudian
berkembang dan berpengaruh pada aspek-aspek lain, antara laindalam psikologi belajar.
Bagi para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah proses diferensiasi.
Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian
adalah sekunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada
keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lainnya,
keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya. Bila kita bertemu
dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang kita saksikan terlebih dahulu
bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus, atau dahinya yang terluka,
melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan, sebagai Gestalt; baru kemudian
menuyusul kita saksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti bajunya yang baru,
pulpennya yang bagus, dahinya yang terluka, dan sebagainya.
Tujuan dasar konseling dalam terapi ini adalah untuk meraih kesadaran
(awareness), terhadap apa yang sedang dialami oleh konseli dan kemudian konseli
bertanggung jawab terhadap apa yang dirasakan, dipikirkan dan dikerjakan. Untuk itu,
maka terapi ini lebih mengutamakan keadaan di sini dan saat ini (here and now).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dan siapa sajakah tokoh-tokoh teori gestalt ?
2. Bagaimana pandangan terhadap manusia menurut teori gestalt ?
3. Bagaimana prinsip dasar teori gestalt?
4. Apa saja fungsi dari terapi pada teori gestalt?
5. Bagaimana teknik teknik dalam teori gestalt?
6. Apa saja kelebihan dan kelemahan teori gestalt ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui siapa tokoh-tokoh dari teori gestalt .
2. Mengetahui pandangan terhadap manusia dalam teori gestalt.
3. Mengetahui prinsip dasar teori gestalt.
4. Mengetahui fungsi dari terapi pada teori gestalt.
5. Mengetahui teknik dalam teori gestalt.
6. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teori gestalt.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tokoh teori gestalt

Teori gestalt pertama kali dicetuskan oleh Frederick S (“Fritz”) Perls (1893-1970). Lahir
di Berlin dari keluarga Yahudi kelas menengah bawah. Dia merasa bahwa dirinya
menjadi sumber masalah bagi orangtuanya, dia gagal dua kali pada tingkat tujuh dan
terbuang dari sekolahnya. Dia berusaha menyelesaikan sekolahnya dan mendapat gelar
MD. dengan spesialisasi sebagai psikiater. Pada tahun 1916 ia bergabung dengan tentara
jerman sebagai tenaga medis pada dengan perang dunia ke I. Setelah perang Perls bekerja
bersama Kurt Goldstein pada institut Goldstein untuk Kerusakan otak tentara di
Frankfurt. Dari sinilah ia melihat pentingnya manusia dipandang sebagai satu
keseluruhan bukan dari sejumlah fungsi bagian-bagiannya. Kemudian ia pindah ke Wina
dan memulai latihan psikoanalisisnya. Perls di analisis oleh Wilhelm Reich, ahli
psikoanalisis yang menokohi metode-metode pemahamandiri dan perubahan kepribadian
melalui terapi tubuh.Dia juga di awasi oleh sejumlah tokoh kunci pergerakan
psikoanalisis, termasuk Karen Horney.
Setelah itu Perls pindah ke Amerika pada tahun 1946 dan mendirikan Institut Terapi
Gestalt New York pada tahun 1952.Bahkan dia tinggal di Big Sur, California, dan
memberi workshop dan seminar di Institut Esalen, menata reputasinya sebagai seorang
innovator psikoterapi. Disini ia memiliki pengaruh besar pada masyarakat, sebagian
karena profesionalisme menulisnya, dan sebagian besar karena hubungan pribadinya
dalam workshopnya. Fritz mempunyai istri Laura Posner Perls (1905-1990) lahir di
Pforzhein, German, dia bersama istrinya memulai kerja sama di tahun 1926 yang
menghasilkan terapi Gestalt, Laura dan Fritz menikahpada tahun 1930. Mereka
mendirikan institut New York untuk Terapi Gestalt dan membuat pelatihan dalam
pendekatannya. Sebagai tim mereka memberikan kontribusi bagi perkembangan dan
mempertahankan pergerakan terapi Gestalt diAmerika dari akhir tahun 1940an sampai
kematiannya tahun 1990.
B. Gestalt dalam memandang manusia

Fritz Perls menggunakan terapi Gestalt secara paternalistik. Klien harus tumbuh
dan berdiri diatas kedua kakinya, dan mempersoalkan masalah hidupnya sendiri (Perls,
1969). Gaya melakukan terapinya meliputi dua agenda personal : memindahkan klien
dari dukungan/ pengaruh lingkungan pada dukungan/ pengaruh dirinya sendiri dan
memadukan kembali bagian-bagian kepribadian yang diingkari. Jelasnya, cara kerja
Perls, terapi Gestalt secara kontemporer menekankan dialog antara klien dan ahli terapi.
Pandangan Gestalt pada perangai manusia berdasarkan pilosofi eksistensial,
fenomenologi, dan teori lapangan. Tujuan terapi bukan pada analisis tetapi pada
kesadaran dan hubungan dengan lingkungan. Dimana lingkungan terdiri dari dunia
eksternal dan internal. Asumsi dasar terapi Gestalt yakni bahwa individu memiliki
kapasitas untuk “mengatur diri” dalam lingkungannya ketika menyadari apa yang terjadi
dalam lingkungannya
Pandangan Corey mengenai Gestalt1 pada perangai manusia berdasarkan filosofi
eksistensial, fenomenologi. Pandangan ini menekankan konsep-konsep seperti perluasan
kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan mengalami cara-
cara yang menghambat kesadaran. Tujuan terapi bukan pada analisis tetapi pada
kesadaran dan hubungan. Individu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab dan
hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Karena disebabkan oleh masalah-
masalah tertentu dalam perkembangannya, individu membentuk berbagai cara
menghindari masalahnya lalu akan menemui jalan buntu dalam pertumbuhan pribadinya.
Terapi menyajikan intervensi dan tantangan yang yang diperlukan yang bisa membantu
individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran sedikit demi sedikit seiring perjalanan
menuju pemanduan dan perkembangan. Dengan mengalami penghambat-penghambat
dalam pertumbuhannya maka melalui hal tersebut kesadaran individu akan meningkat
sehingga dikemudian hari akan menemui kekuatan guna mencapai keberadaan yang lebih
otentik dan vital.
Jadi hakikat manusia menurut pendekatan konseling ini adalah :
1. Tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya.
2. Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya
dengan lingkungannya itu.
3. Aktor bukan reaktor
4. Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya.
5. Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab.
6. Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
C. Prinsip-Prinsip dasar Gestal

Dalam bahasa jerman, Gestalt berarti whole configuration atau bentuk yang utuh,
pola, kesatuan, dan keseluruhan. Artinya gestalt adalah keseluruhan lebih berarti dari
bagian-bagian. Para pengikut-pengikut aliran psikologi gestalt mengemukakan konsepsi
yang berlawanan dengan konsepsi yang dikemukakan oleh para ahli yang mengikuti aliran-
aliran lainnya seperti aliran asosiasi. Bagi para ahli pengikut gestalt, perkembangan itu
adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan,
sedangkan yang bagian– bagian adalah skunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti
sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian
yang lainnya keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagianbagiannya.
Bila kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang kita saksikan
terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus atau dahinya yang
terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan, sebagai gestalt, baru kemudian
menyusul disaksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti bajunya yang baru, pulpennya
yang bagus, dahinya yang terluka dan sebagainya.Gestalt adalah sebuah teori yang
menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang
memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi
terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian
sensasi menjadi bagian-bagian kecil,teori gestalt memiliki prinsip dasar sebagai berikut:
a. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field.Setiap
perceptual memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai
figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan
manusia, bukan skill yang di pelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang di
bentuk.
b. Prinsi-prinsip pengorganisasian:
1) Principle of proximity: organisasi berdasarkan kedekatan elemen.
2) Principle of similarity: Organisasi berdasarkan kesamaan elemen.
3) Principle of objective set: organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk
sebelumnya.
4) Principle of continuity: organisasi berdasarkan kesinambungan pola.
5) Principle of closure/principle of good form: organisasi berdasarkan bentuk yang
sempurna.
6) Principle of figure and ground: organisasi berdasarkan persepsi terhadap bentuk
yang lebih menonjol dan di anggap sebagai “figure”.Dimensi penting dalam persepsi
figure dan obyek adalah hubungan antara bagian dan figure,bukan karakteristik dari
bagian itu sendiri.meskipun aspek bagian berunah,asalkan hubungan bagian figure
tetap,perspsi akan tetap. Contoh:perubahan nada tidak akan merubah perepsi tenteng
melodi.
7) Principle of isomorphism: organisasi berdasarkan konteks.

3. Tujuan Konselingterapi Gestalt


Tujuan dasar terapi Gestalt adalah untuk memperoleh kesadaran,kesadaran itu meliputi
pengetahuan tentang lingkungan, pengetahuan tentang pribadi seseorang, menerima
seseorang, dan mampu menjalin hubungan. Meningkatkan dan memperkaya kesadaran
dipandang sebagai langkah kuratif. Tanpa penyadaran klien tidak akan memiliki alat untuk
merubah kepribadian.
Melalui pelibatan yang kreatif dalam proses terapi Gestalt, Zinker (1978) mengharapkan
klien akan:
a. Meningkatkan kesadaran diri
b. Secara bertahap ,mengambil hikmah pengalaman
c. Mengembangkan kemampuan dan memperoleh nilai untuk memenuhi kebutuhan
tanpa harus melanggar hak orang lain.
d. Lebih sadar akan perasaannya.
e. Belajar bertanggungjawab pada apa yang mereka lakukan termasuk menerima
konsekwensi perbuatannya.
f. Beralih dari dukungan luar pada peningkatan dukungan internal diri sendiri.
D. Teknik teknik Gestalt Therapy
Dalam prinsip kerja pada teknik konseling gestalt adalah pada penekanan tanggung
jawab klien, konselor menekankan bahwa konselorbersedia membantu klien tetapi tidak
akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas
tingkah lakunya.
Orientasi Sekarang dan Disini. Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif
tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang. Masa lalu hanya dalam kaitannya
dengan keadaan sekarang. Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan “mengapa”. Orientasi
Eksperiensial. Konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-
masalahnya, sehingga klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya:
 klien mempergunakan kata ganti personal
 klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan
 klien mengambil peran dan tanggung jawab
 klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah
lakunya.

Sofyan H. Wilis (2004) menyatakan bahwa proses konseling dalam terapi


gestalt mengikuti lima hal penting, yaitu : (1) pemolaan, dilakukan setelah konselor
memperoleh fakta atau penjelasan mengenai sesuatu gejala, dengan segera memberi
jawaban, (2) pengawasan, yaitu kemampuan konselor untuk menyakinkan atau
memaksa klien mengikuti prosedur konseling, melalui motivasi dan rapport, (3) potensi,
yaitu usaha konselor untuk mempercepat terjadinya perubahan perilaku dan sikap serta
emosional, mendorong, serta bersikap terbuka, dan (4) kepercayaan, termasuk
kepercayaan diri konselor dalam membantu klien.

Sementara itu menurut M. Surya (2003) dan Sofyan H. Wilis (2004), proses
konseling hendaknya dilakukan melalui empat tahapan sebagai berikut :

Fase 1, membentuk pola pertemuan terapeutik agar terjadi situasi yang


memungkinkan perubahan perilaku pada klien.
Fase 2, usaha meyakinkan klien mengikuti prosedur konseling, melalui pemberian
motivasi dan penciptaan hubungan baik.

Fase 3, mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan-perasaaannya saat ini,


untuk menemukan aspek-aspek kepribadiannya yang hilang. Bukan pengalaman-
pengalaman masa lalu dan harapan-harapannya di masa depan.

Fase 4, yaitu fase dimana klien diharapkan sudah memiliki ciri-ciri kepribadian
yang integral, unik, dan manusiawi.

Berkaitan dengan teknik konseling, Shertzer dan Stones (M. Surya, 2003)
menjelaskan bahwa teknik-teknik yang biasa digunakan dalam terapi gestalt adalah :

a. Enhancing awareness, yaitu dengan membantu penyadaran klien terhadap


pengalamannya saat ini.
b. Personality pronouns, yaitu dengan meminta klien untuk mempridadikan
pikirannya untuk meningkatan kesadaran pribadinya.
c. Changing question to statements, yaitu mendorong klien untuk menggunakan
peryataan-pernyataan dari pada pertanyaan-pertanyaan.
d. Assuming responsibility, yaitu dengan meminta klien untuk menggunakan kata
”tidak ingin” untuk ”tidak dapat”.
e. Asking ”how” dan ”what”, yaitu bertanya ”bagaimana” dan ”apa”, untuk membantu
agar klien masuk dalam pengalamannya perilakunya sendiri.
f. Sharing hunches, yaitu mendorong klien untuk mengeksplorasi diri.
g. Bringing the past into the now, yaitu membantu klien agar mengalami pengalaman-
pengalaman masa lalunya ke dalam situasi sekarang.
h. Exspressing resentment and appreciation, yaitu membantu klien untuk
mengidentifikasi diri, menyatakan keadaan diri, dan menghargai dirinya sendiri.
i. sing body exspression, yaitu dengan mengamati ekspresi badan klien dan
memusatkan kepada penyadaran klien.
Teknik-teknik Teori Gestalt bisa berguna sebagai alat untuk membantu klien guna
memperoleh kesadaran yang lebih penuh, mengalami konflik-konflik internal,
menyelesaikan inkonsistensi-inkonsistensi dan dikotomi-dikotomi, dan menembus jalan
buntu yang menghambat penyelesaian urusan yang tak selesai.Yang mencakup:
a. Eksperimen
Eksperimen berarti mendorong konseli untuk mengalami dan mencoba cara-cara
baru. Melalui teknik ini konselor membelajarkan konseli untuk menyelami dan
menghayati kembali masalah-masalah yang tak terselesaikan ke dalam situasi disini
dan sekarang.
b. Memaknakan impian
Seperti halnya psikoanalisa, dalam terapi Gestalt juga digunakan interpretasi
impian. Namun dalam terapi Gestalt impian bukanlah sebagai ” jalam lebar menuju
ketidaksadaran” seperti yang diungkapkan oleh konseling psikoanalisa, tetapi impian
adalah ” jalan yang lebar menuju integrasi diri”. Dengan memahami impian konseli
lebih mungkin memperoleh kasadaran, mengambil tanggungjawab bagi impian-
impiannya, melihat impiannya sebagai bagian dari dirinya, memiliki perasaaan
integrasi yang lebih besar, dan menjadi lebih sadar tentang pikiran-pikiran dan
emosinya yang direfleksikan dalam impian tersebut.
c. Bermain peran
Bermain dalam berbagai bentuk, menjadi teknik yang esensial dalam terapi
Gestalt. Bentuk permainan yang paling awal digunakan dalam terapi Gestalt adalah
psikodrama. Namun pada perkembangannya psikodrama hampir tidak digunakan lagi.
Bentuk bermain peran yang paling sering digunakan adalah ”kursi kosong” atau
disebut juga konseling panas untuk format konseling individual.
d. Melatih kepekaan terhadap pesan tubuh
Konselor juga berusaha mendorong konseli untuk mencapai kesadaran tentang
keutuhan (e sense of wholeness). Banyak orang yang memiliki kesadaran yang baik
tentang emosi dan pikirannya, tetapi kurang peka terhadap sensasi tubuhnya. Oleh
karena iti konselor terapi Gestalt berusaha membantu konseli agar lebih peka
terhadap pesan-pesan tubuhnya.
e. Kelompok
Praktek dalam terapi Gestalt dapat dilaksanakan melalui format individual
maupun kelompok. Namun format kelompok dipandang lebih efisien. Umpan balik
yang diterima dari konselor maupun dari anggota kelompok dapat mempercapat
proses kesadaran.
f. Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan
kecenderungan under dog, misalnya : (a) kecenderungan orang tua lawan
kecenderungan anak; (b) kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan
masa bodoh; (c) kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh” (d)
kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung; (e) kecenderungan kuat
atau tegar lawan kecenderungan lemah
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya
klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil
resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan
teknik “kursi kosong”.
g. Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan
menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada
orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan
kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya
bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab
ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu
meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini
diingkarinya.
h. Bermain Proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya
sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri
dengan cara memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi, perasaan-perasaan
yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.
Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk
mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
i. Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan
dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta
klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang
dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran
“ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
j. Tetap dengan Perasaan
Teknik dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana
hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor
mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan
menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor
tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang
dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam
tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan
yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-
perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman
untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.

k. Urusan yang tak selesai


Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai, yakni
mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan,
kebencian, sakit hati, kecemasan, dan sebagainya. Bilamana urusan yang tak selesai
membentuk pusat keberadaan seseorang, maka semangat semangat pemikiran orang
itu menjadi terhambat.
l. “Saya memiliki suatu rahasia”
Teknik ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi perasaan-perasaan berdosa dan
malu. Teknik ini juga bisa digunakan sebagai metode pembentukan kepercayaan
dalam rangka mengeksplorasi mengapa para klien tidak mau membukakan
rahasianya dan mengekplorasi ketakutan-ketakutan menyampaikan hal-hal yang
mereka anggap memalukan atau menimbulkan rasa berdosa.
m. Permainan ulangan
Para anggota kelompok terapi melakukan permainan berbagi pengulangan satu
sama lain dalam upaya meningkatkan kesadaran atas pengulangan-pengulangan yang
dilakukan oleh mereka dalam memenuhi tuntutan memainkan peran-peran sosial.

E. Kelebihan dan Kelemahan


Menurut ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012) dan buku Gerald Corey
(Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, 1995). Kelebihan dan Kelemahan pendekatan
Gestalt adalah:
Kelebihan
1. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau
yang relevan ke saat sekarang.
2. Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-
pesan tubuh.
3. Terapi Gestalt menolakk mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak
berubah.
4. Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan
penafsiran-penafsiran sendiri.
5. Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung
menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
Kelemahan
1. Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh
2. Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-
faktor kognitif.
3. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan
tanggung jawab kita kepada orang lain.
4. Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt
akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap
tersembunyi.
5. Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa
dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada kerangaka yang layak agar
tidak tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pandangan Gestalt tentang manusia berakar pada filsafat eksistensial dan

fenomenologi yang menekankan konsep perluasan kesadaran, penerimaan tanggung

jawab pribadi, dan mengalami cara-cara yang menghambat kesadaran. Individu memiliki

kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi

yang terpadu. Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu perkembangannya, individu

membentuk berbagai cara untuk menghindari masalah dan karenanya menemukan jalan

buntu dalam pertumbuhan pribadinya.

Saat sekarang menurut Perls, tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena

masa lampau telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang

penting. Salah satu sumbangan utama teori Gestalt adalah penekanannya pada disini dan

sekarang serta pada belajar menghargai dan mengalami sepenuhnya saat sekarang.

Berfokus pada masa lampau dianggap sebagai suatu cara untuk menghindari tindakan

mengalami saat sekarang sepenuhnya.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, A. 2015. Teori Belajar Aliran Psikologi Gestalt serta Implikasinya dalam Proses
Belajar dan Pembelajaran. Journal teori belajar diakses
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/attaujih/article/view/929.

Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika
Aditama Komalasari.

Geral Corey, 2005, Theory and Practice of Counceling & Psychotherapy, seven
editionCopyright: Brooks/Cole.

Anda mungkin juga menyukai