Anda di halaman 1dari 61

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah , puji dan syukur kita panjatkan ke
hadirat Allah SWT sang pencipta alam semesta beserta isinya.
Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai utusan Allah di muka bumi yang
pribadinya menjadi suri tauladan bagi umat manusia di seluruh
dunia. Karena dengan idenya penulis mendapatkan
pencerahan sehingga mampu menyelesaikan penyusunan
buku ini.
Buku digital (e-book) yang berjudul “Bimbingan Karir
Bagi Siswa Sekolah Menengah (SMA/SMK sederajat)” ini
sangat cocok untuk para akademisi, serta para praktisi
bimbingan dan konseling setting pendidikan khususnya
pendidikan menengah.
Penulis sampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan buku digital (e-book) ini, semoga dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa
masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan buku ini.
Oleh karenanya penulis memohon kritik dan saran untuk
penulis yang tujuannya membangun agar dapat
menyempurnakan dalam penulisan selanjutnya. Mudah
mudahan buku ini dapat bermanfaat untuk khalayak.

Sumedang, 10 Juli 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................ ii
BAB I ...................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................... 1
BAB II ..................................................................................... 4
PENGERTIAN BIMBINGAN KARIR ....................................... 4
A. Pengertian Bimbingan ..................................................... 4
B. Pengertian karir ............................................................... 7
C. Bimbingan karir ............................................................... 8
1. Sejarah bimbingan karir ............................................... 8
2. Pengertian bimbingan karir ........................................ 10
D. Jenis-jenis bimbingan karir............................................ 12
E. Faktor-faktor pendukung perkembangan karir ............... 14

BAB III .................................................................................. 19


BIMBINGAN KARIR DALAM DUNIA PENDIDIKAN ............ 19
A. Bimbingan dalam setting sekolah ................................. 19
B. Tugas Perkembangan Remaja Berkaitan dengan Karir 20
C. .. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Bimbingan Karir di Sekolah
.......................................................................................... 25
D. Tujuan Pelaksanaan Bimbingan Karir di Sekolah
Menengah……………………………………………………...27
ii
E. Metode Pelaksanaan Bimbingan Karir di Sekolah
Menengah……………………………………………………...28
F. Pentingnya Pelaksanaan Bimbingan Karir Bagi Siswa di
Sekolah Menengah ........................................................... 30

BAB IV ................................................................................. 33
MASALAH KARIR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH 33
A. Masa Remaja dan Perkembangan Karir...................... 33
B. Kematangan karir siswa SMA/SMK sederajat .............. 34
C. Perkembangan Pemilihan Karir.................................... 36
D. Pengambilan keputusan karir ....................................... 38
E. Dimensi Kematangan Karir .......................................... 40
F. Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Merencanakan
Karir……………………………………………………………..43
G. Tujuan dan Manfaat Pengambilan Keputusan Karir ..... 45

BAB V .................................................................................. 47
BIMBINGAN KARIR PERSPEKTIF ISLAM .......................... 47
A. Konsep bimbingan karir dalam perspektif islam .......... 47
B. Landasan Al-Quran berkenaan dengan karir ................ 48
C. Bimbingan karir sebagai wahana dakwah .................... 50
D. Bimbingan Keagamaan sebagai landasan bimbingan
karir Islami……………………………………………………...51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 55

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Remaja merupakan salah satu tahapan pada siklus


kehidupan manusia yang banyak dibahas oleh para ahli dan
peneliti. Hal ini di sebabkan karena banyak hal menarik yang
dapat ditelaah pada masa ini. Masa remaja merupakan fase
kehidupan yang sangat penting dalam siklus perkembangan
individu, karena mengarah pada masa dewasa yang sehat
(Konapka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996;
Santosa, 2010). Masa ini menunjukkan dengan jelas sifat-sifat
masa transisi dari status kanak-kanak menuju dewasa, remaja
tidak termasuk golongan anak-anak tidak pula termasuk
golongan orang dewasa (Maslihah, 2009)
Karakteristik khusus dari masa remaja diantaranya ialah
masa untuk mencari identitas dirinya dan masa 'storm and
stress'. Erik Erikson memberikan pendapatnya mengenai
masa remaja dimana menurutnya " dalam masa remaja,
remaja selalu berusaha melepaskan diri dari orangtua dan
mendekati teman sebaya sebagai suatu proses untuk mencari
identitas ego". Teori ini diperkuat oleh teori Blowby (Hurlock;
1985) yang mengatakan bahwa usia remaja seseorang
mengalami sikap detachment (menjauh) dari orang tua namun
di lain pihak mengalami attachment (mendekati) dengan
peergroup yang berperan untuk membagi perasaan dan
menenangkan emosinya. Pendapat tersebut mendeskripsikan
bahwa remaja akan merasa nyaman mengutarakan
masalahnya dengan sesama temannya dibanding dengan
orangtua mereka sendiri.
MHurlock (dalam Maslihah, 2009) membagi masa
remaja menjadi dua bagian, yaitu remaja awal dan akhir.
1
Hurlock (1973) memberi batasan masa remaja berdasarkan
usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Perubahan
sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak pra-remaja
untuk berperilaku sebagaimana yang ditunjukan remaja
membuat penganut aliran kontemporer memasukan mereka
dalam kategori remaja. Banyak permasalahan yang muncul
pada masa remaja ini. Masalah yang umumnya dialami remaja
muncul sebagai akibat dari adanya perubahan fisik, masalah
sosial, akademik, serta karir. Dalam bidang akademik, remaja
juga kerap mengalami berbagai permasalahan, misalnya
terganggunya kegiatan belajar karena berpacaran atau
kenakalan remaja lain, penggunaan narkoba.
Permasalahan lain dari remaja yang tidak dapat
dihindari berhubungan dengan karir. Salah satunya masalah
kesiapan karir. Hal ini menjadi konsekuensi logis dari
perkembangan remaja dimana terdapat tuntutan bagi untuk
mempersiapkan karir. Permasalahan karir yang terjadi pada
remaja biasanya berkaitan dengan pemilihan jenis pendidikan,
yang mengarah pada pemilihan jenis pekerjaan dimasa
depan. Permasalahan ini penting untuk diperhatikan
sehubungan dengan banyaknya kebingungan yang dialami
remaja dalam menentukan arah karirnya. Tidak hanya itu
kebimbangan karir pada remaja akan berakibat pada tingkat
kematangan perkembangan kepribadian. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Saka, Gati, dan Kelly (2008)
tentang pemilihan karir remaja. Menurut mereka remaja yang
tidak memiliki pilihan karir yang jelas cenderung memiliki
gangguan emosi dan kepribadian seperti pesimistis, gangguan
kecemasan (anxiety), dan konsep diri negatif serta self esteem
yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Creed & Patton
(2003) terhadap 166 siswa SMA di Australia menunjukkan
bahwa kematangan karir berkaitan dengan kematangan

2
konsep diri secara umum. Penelitian tersebut juga
menunjukkan bahwa kematangan karir pada remaja
menunjukkan kemampuan remaja dalam memenuhi harapan
sosial dan masyarakat.
Hasil penelitian lain oleh Esters dan Bowen (Purwanta,
2012) terhadap siswa sekolah pertanian menemukan bahwa
orangtua (ibu dan ayah) merupakan faktor pertama yang
berpengaruh terhadap pilihan karier anak mereka. Remaja
dapat sangat merasakan masalah karir ketika berada pada
tingkatan sekolah menengah atas (SMA/SMK). Oleh
karenanya diperlukan layanan bimbingan karir di sekolah
menengah agar dapat membantu siswa menyelesaikan
permasalahannya berkaitan dengan karir.

3
BAB II
PENGERTIAN BIMBINGAN KARIR

A. Pengertian Bimbingan
Bimingan diartikan sebagai proses bantuan yang
diberikan oleh seseorang yang ahli kepada individu baik
secara indivual maupun kelompok. Secara lebih lanjut
pengertian bimbingan telah diusahakan oleh para ahli
setidaknya sejak awal abad ke-20 yang dipelopori oleh Frank
Parson pada tahun 1908. Bertolak dari peristiwa tersebut
kemudian muncul berbagai rumusan mengenai bimbingan
yang disesuaikan dengan perkembangan pelayanan
bimbingan, sebagai suatu profesi yang khas dan ditekuni oleh
para ahlinya. Bimbingan oleh Mathewson di artikan sebagai
pendidikan dan pengembangan yang menekankan pada
proses belajar. Menurutnya proses bimbingan menekankan
pada bentuk pendidikan dan pengembangan diri serta tujuan
yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
Bimbingan secara terminologis di artikan sebagai suatu
proses yang berkelanjutan sehingga proses bimbingan dapat
di artikan sebagai kegiatan yang disengaja, terencana,
sistematis dan terarah kepada suatu tujuan. Pengertian
senada dirumuskan oleh Moh Surya (1988, 12) yang
mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan secara terus
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
terbimbing demi tercapainya kemandirian dalam pemahaman
diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkatan
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungannya.

4
Sementara itu Miller (dalam Surya 1988) menyatakan
bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap
individu guna mancapai pemahaman diri yang akan
dibutuhkan untuk melaksanakan penyesuaian diri secara
maksimum kepada lingkungan. Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan oleh seorang laki-laki maupun
perempuan yang memiliki pribadi baik dan berpendidikan
profesional kepada seorang individu untuk membantunya
dalam mengembangkan cara pandangnya, membuat pilihan
sendiri serta menanggung bebannya sendiri. (Crow & Crow
dalam Surya, 1998)
Bimbingan adalah suatu proses terus-menerus dalam
hal membantu individu dalam perkembangannya untuk
mencapai kemampuan secara maksimal dalam mengarahkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi dirinya maupun
masyarakatnya (kutipan Djamhur dan M. Surya, 1975 oleh
Stoops). Arthur menjelaskan beberapa penafsiran tentang
pengertian bimbingan yaitu sebagai berikut: Bimbingan dapat
diberikan kepada semua orang yang membutuhkannya.
Sifatnya bukan paksaan, akan tetapi atas dasar kerelaan dan
kesadaran individu tersebut. Ia memahami bahwa
kesulitannya itu memerlukan bantuan orang lain (pembimbing)
agar si terbimbing (klien) dapat mengatasinya. Dengan
bimbingan diharapkan agar individu dapat memilih dengan
cepat dan tepat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dengan
mempertimbangkan nilai-nilai agama, moral masyarakat dan
eraturan-peraturan negara yanng berlaku.
Jika melihat dari proses perkembangan individu yang
dibimbing, maka bimbingan juga merupakan proses bantuan
atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada
yang dibimbing agar individu tersebut mencapai
perkembangan yang optimal. Dapat disimpulkan bahwa

5
bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh pembimbing
kepada individu yang dibimbing mencapai kemandirian
dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi,
dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan
dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimo Walgito mendefinisikan bimbingan sebagai
proses pemberian bantuan atau pertolongan yang diberikan
kepada individu atau sekumpulan individu yang bertujuan
untuk menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan
hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam
kehidupannya. Daniel Mc, (1956: 45) mendefinisikan
bimbingan sebagai suatu program yang diadakan dalam
rangka membantu setiap individu untuk lebih mengenali
berbagai informasi mengenai dirinya sendiri. Sementara itu
Moh. Surya (1975: 23) mendefinisikan bimbingan sebagai
suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan
sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat
memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk
menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk
mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk
merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi
atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri
dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.
Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan menurut
para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa secara luas
bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan terhadap
individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan
oleh ahli yang telah profesional dan telah mendapatkan
pelatihan khusus berkaitan dengan proses bimbingan. Proses
bimbingan ini bertujuan agar individu memiliki kemampuan
untuk memahami dirinya, lingkungannya serta mampu untuk

6
mengembangkan potensi dirinya secara optimal demi
kesejahteraan dirinya maupun masyarakat secara luas.

B. Pengertian karir
Pemahaman mengenai karir dapat di artikan sebagai
sesuatu hal yang luas dan tidak terikat pada makna
“pekerjaan” semata. Namun karir merupakan suatu konsep
dan suatu proses yang panjang yang dimulai sejak individu
mempersiapkan diri sebelum bekerja, ketika bekerja bahkan
setelah berhenti dari pekerjaan tersebut. Makna karir dipahami
dalam cakupan yang lebih luas, karir merupakan suatu
rangkaian pekerjaan, jabatan dan kedudukan yang mengarah
kepada kehidupan dalam dunia kerja (Dewa Ketut Sukardi,
1989). Sedangkan menurut Hani Handoko karir adalah semua
pekerjaan atau jabatan yang ditangani selama seseorang
berada dalam kehidupan pekerjaan. Gibson dkk (1995)
berpendapat bahwa karir merupakan rangkaian sikap dan
perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas
kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan
rangkaian aktivitas pekerjaan yang terus berkelanjutan.
Dalam memahami makna karir, Greenhaus (dalam
Irianto, 2001), menjelaskan bahwa terdapat dua pendekatan
untuk memahami karir, yaitu pendekatan pertama
memandang karir sebagai suatu kepemilikan (a property) dan
dari occupation atau organisasi. Pendekatan ini menilai bahwa
karir merupakan suatu jalur mobilitas di dalam organisasi
tunggal yaitu menjadi sales representative, manajer produk,
manajer marketing distrik, manajer marketing regional, dan
wakil presiden divisional seperti jalur karir di dalam fungsi
marketing yang memiliki tugas dan fungsi tersendiri pada
setiap jabatan.

7
Pendekatan kedua menilai karir sebagai suatu properti
atau kualitas dari seorang individu dan bukan organisasi. Karir
pada pendekatan ini dipandang sebagai suatu perubahan
nilai, sikap dan motivasi yang terjadi pada setiap individu.
Berdasarkan kedua pendekatan tersebut karir dapat di
definisikan sebagai pola pengalaman berdasarkan pekerjaan
yang dilakukan oleh individu yang terjadi sepanjang perjalanan
pekerjaan individu dan secara luas dapat dirinci ke dalam
objective events. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai
makna karir di atas dapat disimpulkan bahwa karir adalah
suatu status atau jenjang pekerjaan atau jabatan seseorang
sebagai suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan baik sebagai
pekerjaan utama maupun sampingan.

C. Bimbingan karir

1. Sejarah bimbingan karir


Lahirnya program bimbingan dan konseling di
Indonesia menjadi salah satu tonggak utama lahirnya
bimbingan karir di Indonesia yaitu dimulai sekitar tahun 1950.
Munculnya bimbingan karir diawali dari keresahan para siswa
SMA yang seringkali merasa bingung dalam menentukan
karirnya setelah lulus dari sekolah. Keresahan mengenai karir
paling dirasakan oleh siswa SMA karena pada tahapan
pendidikan ini siswa lebih banyak pilihan untuk berkarir
kedepannya. Berbeda dengan siswa SMP yang mana
mayoritas kebingungan yang mereka alami hanya pada
tersedianya berbagai macam pilihan sekolah menengah atas
yang harus mereka pilih. Hal yang sama berlaku pula bagi
siswa SMA, namun pada tahapan ini siswa mempunyai pilihan
lain selain melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas.
Pilihan karir yang ditentukan pada tahap ini akan sangat

8
berpengaruh terhadap kehidupan siswa di masa depan karena
memungkinkan pilihan karir tersebut menjadi sumber
penghasilan bagi siswa tersebut dalam jangka panjang.
Siswa SMA/SMK sederajat memiliki lebih banyak
pilihan dalam berkarir, karena secara formal mereka sudah
dianggap selesai dalam menempuh minimal jenjang
pendidikan sebagaimana ditentukan oleh pemerintah yaitu
wajib belajar selama 12 tahun. Secara usia mereka juga
sudah dikatakan mampu untuk mengikuti program pekerjaan
tertentu dan secara psikologis usia SMA sudah mampu untuk
terjun ke dalam dunia kerja. Disinilah puncak kegelisahan
mengenai karir yang dialami oleh siswa. Pada usia ini
seseorang mulai merasa memiliki tanggung jawab sehingga
muncul perasaan tidak ingin membebankan orang tua. Maka
munculah berbagai alternatif seperti lebih memilih bekerja atau
mencari program beasiswa jika memilih untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang universitas. Ada banyak pilihan
universitas yang bisa mereka pilih serta tidak sedikit pula
siswa yang kurang memahami apa saja prospek kerja yang
bisa mereka masuki sehingga disinilah bimbingan karir
berperan membantu siswa menyelesaikan berbagai kerisauan
yang mereka hadapi.
Setelah lahirnya bimbingan dan konseling di Indonesia
kemudian pada tahun 1984 lahirlah pemberlakuan kurikulum
1984 yang kemudian setelah pemberlakuan kurikulum ini
peran bimbingan karir semakin dirasakan dan mendominasi
program bimbingan dan konseling. Kemudian pada tahun
1994 istilah bimbingan penyuluhan secara resmi diganti
dengan istilah bimbingan dan konseling dan bersamaan
dengan hal ini bimbingan karir menjadi salah satu bidang
dalam bimbingan dan konseling. Kemudian istilah bimbingan
karir juga merupakan istilah baru dalam dunia bimbingan

9
konseling, karena sebelum dikenal istilah ini orang lebih
mengenal proses bimbingan karir dengan istilah bimbingan
jabatan (vocational guidance). Perubahan istilah dari
bimbingan jabatan kepada bimbingan karir juga memberikan
pengaruh terhadap peran dan tugas konselor dalam
memberikan layanan bimbingan terhadap siswa. Namun
walaupun demikian dari aspek pelaksanaannya tetap terdapat
perbedaan mendasar antara bimbingan karir dan bimbingan
jabatan..
Menurut Sukardi (1989: 20) bimbingan karir dan
bimbingan jabatan dibedakan atas penitikberatan tujuan.
Menurutnya bimbingan kariri lebih berfokus pada kehidupan
yang harus direncanakan serta mengetahui lingkungan sekitar
agar memperoleh pandangan yang luas dan positif mengenai
karir di masyarakat. Sementara bimbingan jabatan lebih
berfokus pada layanan yang berpusat pada pemberian
informasi mengenai pasar kerja dan jabatan.
Konselor tidak hanya berperan dalam membimbing
siswa dalam menentukan karir namun juga dituntut untuk
dapat membimbing siswa agar mampu memahami dirinya
serta lingkungannya dengan tujuan agar siswa mampu
merencanakan karir dan menetapkan karir untuk masa
depannya. Bimbingan karir saat ini merupakan salah satu
bidang bimbingan yang berhasil mempelopori cyber
counseling sebagai bentuk dari pemanfaatan teknologi
informasi.

2. Pengertian bimbingan karir


Bimbingan karir merupakan salah satu aspek dari
proses bimbingan dan konseling secara umum. Bimbingan
karir secara umum didefinisikan sebagai bantuan terhadap

10
individu dengan tujuan untuk menstimulus individu tersebut
agar mampu menetapkan pilihan karirnya serta mampu
membantu memberikan kemudahan mengenai perkembangan
karir di dalam kehidupannya. Secara umum terdapat beragam
bimbingan di sekolah yaitu di antaranya bimbingan pribadi,
bimbingan sosial dan bimbingan belajar. Bimbingan karir
merupakan layanan dan aktivitas yang bertujuan untuk
membantu individu dalam memilih pendidikan, pekerjaan
maupun jenis karir lainnya. Layanan bimbingan karir dapat
ditemukan dalam berbagai instansi pendidikan seperti
universitas, sekolah maupun lembaga pelatihan. Layanan
bimbingan karir dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok baik secara tatap muka maupun melalui media
daring.
Teori Donald E. Super mendefinisikan bimbingan karir
sebagai suatu layanan bimbingan yang berusaha memberikan
bantuan kepada peserta didik guna memecahkan masalah
terkait penyesuaian diri dan pemecahan masalah berkaitan
dengan karir yang dihadapi oleh siswa. Conny Semiawan
mendefinisikan karir sebagai sarana pemenuhan kebutuhan
perkembangan bagi individu sebagai bagian integral dari
program pendidikan yang pelaksanaannya diintegrasikan
dengan pengalaman belajar bidang studi. Bimbingan karir
berkaitan dengan perkembangan kognitif dan afektif maupun
keterampilan individu dalam mewujudkan konsep diri yang
positif, mampu memahami proses pengambilan keputusan
maupun perolehan pengetahuan dan keterampilan yang akan
membantu individu memasuki kehidupan, tata hidup dari
kejadian dalam kehidupan yang terus berubah dan tidak
terbatas pada bimbingan jabatan atau bimbingan tugas.
Bimbingan karir menurut Munadir (dalam Hartono,
2016) adalah proses bantuan terhadap konseli/siswa dalam

11
memahami dirinya, lingkungannya khususnya lingkungan
terkait dunia kerja, menentukan pilihan kerja dan membantu
siswa dalam menyusun rencana untuk mewujudkan keputusan
yang diambilnya. Pembimbing dalam layanan ini memberikan
bantuan kepada siswa melalui bimbingan karir yang berisi
berbagai informasi mengenai dunia kerja dan mengambil
keputusan karir.
Proses bimbingan karir memusatkan perhatian
pada pemahaman diri individu dan lingkungannya,
menjernihkan nilai-nilai, proses pengambilan keputusan,
keterampilan individu dalam menyelesaikan masalah, serta
kemampuan untuk melihat dan merencanakan masa
depan. Hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan diri
memasuki dunia pekerjaan, memilih lapangan pekerjaan
atau jabatan tertentu serta membekali diri agar siap
mengemban jabatan tersebut dan dalam menyesuaikan
diri dengan tuntunan lapangan pekerjaan yang dimasuki.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa bimbingan karir merupakan proses
pemberian bantuan, layanan serta pendekatan kepada
individu agar mampu mengenali dan memahami dirinya,
mampu mengenal dunia kerja sehingga dapat
memecahkan masalah karir demi keputusan masa depan
yang tepat.
D. Jenis-jenis bimbingan karir
Bimbingan karir memiliki beberapa jenis layanan yang
bisa diberikan kepada siswa di sekolah antara lain sebagai
berikut:
a. Layanan Informasi Mengenai Diri Sendiri
1) Kemampuan intelektual
2) Minat khusus di bidang akademik
3) Minat-minat umum dan khusus
12
4) Hadil belajar bidang studi
5) Sifat kepribadian yang memiliki relevansi
dengan karir seperti potensi kepemimpinan,
rajin, jujur, terbuka dan lain sebagainya
6) Nilai kehidupan dan cita-cita masa depan
7) Keterampilan khusus yang dimiliki siswa
8) Kesehatan fisik dan mental
b. Layanan Informasi tentang lingkungan hidup yang
relevan bagi keputusan karir
1) Informasi seputar pendidikan (educational
information)
2) Informasi seputar jabatan (vocational
information) atau informasi karir (career
Information)
c. Layanan penempatan
1) Keputusan masa depan
2) Pengambilan keputusan
3) Penyaluran kepada salah satu jalur studi
akademik
4) Pemantapan dan reorientasi (opsional)
5) Pengumpulan data dalam rangka penelitian
terhadap mereka yang sudah menjadi alumni
Layanan bimbingan karir juga dapat dilakukan dengan
empat kegiatan karir sebagai berikut:
1) Memantapkan pemahaman diri mengenai
kecenderungan karir yang akan dikembangkan.
2) Memantapkan orientasi dan informasi karir secara
umum khususnya karir yang akan dipilihnya.
3) Memantapkan pengembangan diri untuk pengambilan
keputusan karir sesuai dengan orientasi yang
dimilikinya.

13
4) Pemberian orientasi dan informasi mengenai dunia
kerja dan usaha untuk memperoleh penghasilan demi
memenuhi kebutuhan hidupnya serta pemberian
infomasi dan orientasi tentang pendidikan yang lebih
tinggi.
Selain beberapa kegiatan di atas terdapat beberapa
kegiatan bimbingan karir sebagai berikut:
a. Siswa mampu mengenal dan memahami siapa dirinya.
b. Siswa mampu mengenal dan memahami
lingkungannya yang meliputi lingkungan keluarga,
tetangga, sekolah, sosial, budaya dan masyarakat.
c. Pengenalan terhadap diri siswa dan lingkungan
dikerahkan untuk mengembangkan diri siswa dalam
seluruh aspek pribadinya, termasuk pengembangan
karir yang hendak dipilihnya di masa depan.
(hermayanti, 2008)

E. Faktor-faktor pendukung perkembangan karir


Faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendukung
perkembangan karir menurut Shertzer dan Stone (dalam
Wingkel dan Sri Hastuti, 2006) adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal
1) Nilai kehidupan (value), merupakan nilai ideal yang
dikejar oleh seseorang dimana pun dan kapan pun
ia berada. Nilai tersebut menjadi pedoman dalam
hidupnya hingga hari tua sehingga nilai ini juga
mempengaruhi gaya hidup individu tersebut (life
style).
2) Taraf intelegensi, merupakan taraf kemampuan
untuk mencapai prestasi yang dalam
pelaksanaannya pikiran memegang peranan
penting. Tinggi rendahnya taraf intelegensi dalam
14
mengambil sebuah keputusan karir berpengaruh
sebagai bahan pertimbangan baik atau tidaknya
serta efektif atau tidaknya suatu pilihan. Namun
tingginya taraf intelegensi individu tidak
mempengaruhi keberhasilan seseorang pada karir
tersebut karena masih adanya pengaruh dari faktor
lain seperti sikap tekun dan jujur.
3) Bakat khusus yang merupakan kemampuan yang
menonjol pada diri seseorang dalam suatu bidang
tertentu, seperti kognitif, keterampilan atau
kesenian. Terbentuknya bakat khusus pada individu
dapat dijadikan sebuah bekal bagi individu tersebut
untuk memasuki bidanng pekerjaan tertentu dan
mencapai tingkatan yang tinggi.
4) Memiliki minat yang cenderung menetap pada
seseorang sehingga merasa tertarik pada bidang
tertentu dan individu tersebut merasa senang ketika
terlibat langsung dalam bidang tersebut. Minat dapat
ditandai dengan ketertarikannya melalui benda
tertentu, orang atau ide tertentu.
5) Sifat, merupakan ciri kepribadian yang memberikan
corak khusus pada diri seseorang seperti sifat ceria,
periang, murah senyum, ramah, teliti, jujur, terbuka,
gugup, penakut, pesimis dan lain-lain. Sifat ini pada
usia remaja belum terbentuk secara utuh, sifat-sifat
tersebut masih memungkinkan untuk mengalami
perubahan sampai perubahan tersebut hilang
seiring bertambahnya usia dan usaha dari dalam diri
individu tersebut.
6) Pengetahuan, merupakan informasi yang dimiliki
oleh seseorang mengenai suatu bidang pekerjaan
dan tentang diri sendiri. Pengetahuan pada individu

15
akan bertambah seiring bertambahnya usia dan
pengalaman hidup sehingga individu tersebut dapat
menyadari keterbatasan dan kemampuannya
sendiri.
7) Keadaan jasmani, merupakan ciri-ciri fisik yang
dimiliki seseorang seperti berat badan, tinggi badan,
jenis kelamin dan lain-lain. Dalam pekerjaan
terdapat beberapa bidang yang mementingkan
kondisi fisik yang baik.
b. Faktor eksternal
1) Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan sosial budaya
dimana seseorang tumbuh dan berkembang di
dalamnya. Keluarga yang memiliki lingkungan yang
luas akan berpengaruhi pandangannya dalam
mendidik dan membesarkan anaknya. Pandangan
atau keyakinan ini mencakup gambaran tentang
seberapa luhur atau seberapa rendah berbagai
jenis pekerjaan, peranan pria dan wanita dalam
kehidupan masyarakat serta cocok atau tidaknya
suatu karir bagi individu.
2) Kondisi sosial ekonomi negara atau daerah
Kondisi sosial ekonomi negara atau daerah
tentunya berpengaruh terhadap suatu individu
dalam memutuskan karirnya. Kondisi ini dilihat dari
cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi,
bagaimana stratifikasi masyarakat dalam golongan
sosial-ekonomi, serta diversifikasi masyarakat yang
terbuka atau tertutup pada kelompok yang lain.
Hal-hal tersebut memberikan pengaruh yang besar
pada terciptanya suatu lapangan pekerjaan baru
dan kesempatan kerja bagi kaum muda.

16
3) Kondisi sosial-ekonomi keluarga
Kondisi ini berkaitan dengan tingkat pendidikan
orang tua, besarnya penghasilan orang tua, jabatan
orang tua serta daerah tempat tinggal dan suku
bangsa. Kondisi sosial ekonomi menentukan
seberapa tinggi pendidikan sekolah yang mungkin
dapat ditempuh oleh individu tersebut.
4) Pengaruh anggota keluarga
Anggota keluarga inti maupun keluarga besar
dapat mempengaruhi perkembangan karir
seseorang. Apabila salah seorang dalam keluarga
mendukung pilihan karir individu tersebut maka
kemungkinan besar anggota keluarga lain juga
akan ikut mendukung, begitu pula sebaliknya.
5) Pendidikan sekolah
Proses pendidikan di sekolah memberikan
pengaruh pada pandangan dan sikap peserta didik
dalam menentukan pilihan karirnya di masa depan.
Pandangan ini dapat bersumber dari guru maupun
petugas pembimbing di sekolah.
6) Pergaulan dengan teman sebaya
Pada usia remaja pandangan seseorang akan
sangat dipengaruhi oleh pergaulannya dengan
teman sebaya, termasuk dalam pandangan dalam
memutuskan karir. Beberapa pandangan berkaitan
dengan harapan di masa depan sering kali terlontar
dalam pergaulan sehari-hari.
7) Tuntunan yang melekat pada jabatan
Setiap jabatan pada setiap program studi yang
dipikul oleh siswa memiliki tuntunan tersendiri yang
pada akhirnya akan mempengaruhi pandangannya
dalam memutuskan pilihan karir. Siswa harus

17
mampu mempersiapkan diri agar dapat diterima
dalam jabatan atau karir tersebut.

18
BAB III
BIMBINGAN KARIR DALAM DUNIA PENDIDIKAN

A. Bimbingan dalam setting sekolah


Bimbngan karir dalam setting sekolah berperan
sebagai suatu proses perkembangan yang berkelanjutan
dalam upaya untuk membantu siswa memilih karir melalui
intervensi kurikuler yang berhubungan dengan
perencanaan karir, pengambilan keputusan karir,
mengembangkan keterampilan siswa dalam menangani
masalah, informasi karir, pemahaman diri dan sikap
terhadap pekerjaan dan membantu siswa
mengembangkan kebiasaan hidup yang berkaitan dengan
karir secara positif. Program bimbingan karir memiliki
keterkaitan erat dengan tiga bidang bimbingan lainnya
yaitu bimbinganbelajar, bimbingan pribadi serta bimbingan
sosial. (kartadinata, 1999 231)
Proses bimbingan yang muncul dalam berbagai
bidang kehidupan merupakan respon terhadap pentingnya
memfasilitasi perkembangan proses bimbingan.
Memfasilitasi yang dimaksud disini adalah proses dalam
memberikan berbagai kemudahan yang dilakukan dengan
cara memberikan pemahaman diri dan lingkungan yang
tepat, pengarahan, dan pengembangan diri sesuai dengan
potensi yang dimiliki. Potensi tersebut adalah latent power
yakni kemampuan yang belum tampak, belum terwujud,
belum termanifestasi dalam perilaku yang nyata, atau
belum menjadi sebuah capaian prestasi. Berdasarkan hal
tersebut maka proses bimbingan di sekolah diharapkan

19
akan berperan dalam membantu proses belajar dan
perkembangan siswa.
Di lingkungan sekolah, bimbingan berfokus pada
penciptaan lingkungan belajar yang optimal bagi setiap
siswa. Proses bimbingan dilakukan dengan berbagai cara
salah satunya dilakukan di dalam seluruh kelas yang
dilakukan secara rutin setiap minggu. Peserta didik
tentunya bukan hanya perlu disuguhi materi-materi terkait
pelajaran sekolah, materi bimbingan pun sangat diperlukan
bagi siswa karena pada dasarnya setiap kehidupan pasti
menghadapi sebuah masalah. Sebagian orang memang
mampu mengatasi masalahnya sendiri, namun tidak
sedikit pula orang yang memerlukan bantuan orang lain
baik untuk membantunya menyelesaikan masalah maupun
untuk mencegah agar masalah tersebut tidak terjadi.
Tujuan dari adanya bimbingan terhadap siswa di sekolah
adalah untuk membantu mereka mengembangkan
kemampuan dirinya sehingga mampu untuk fokus dalam
proses belajar dikelas. Sehingga diharapkan dari
optimalnya proses belajar yang dilakukan oleh siswa di
kelas, siswa mampu mengembangkan potensi yang ada di
dalam dirinya.
Terjadinya perkembangan zaman pada saat ini
selain berpengaruh terhadap kemudahan dalam berbagai
bidang kehidupan juga bersamaan dengan munculnya
berbagai problematika yang dihadapi manusia termasuk
siswa di sekolah. Jalan pikiran

B. Tugas Perkembangan Remaja Berkaitan dengan


Karir
Kematangan tubuh dan kedewasaan seksual pada
umumnya tercapai pada usia remaja saat mereka
20
memasuki masa persiapan diri. Pada masa ini mereka
mempersiapkan diri menuju pembentukan pribadi yang
lebih dewasa. Masa persiapan menuju dewasa ini mereka
diharapkan mampu mencapai status kedewasaan di dalam
lingkungan keluarganya. Pada masa ini remaja juga harus
mampu mempersiapkan masa depan serta peran dan
penempatan dirinya di tengah masyarakat. Oleh
karenanya tugas perkembangan pada remaja merupakan
sikap serta perilaku dari dalam dirinya sendiri dalam
menyikapi lingkungannya. Berdasarkan tuntutan
perubahan baik secara fisik maupun psikologis yang terjadi
pada dirinya agar mampu menyesuaikan diri dalam
lingkungan beserta tantangan hidup yang dihadapinya.
Tugas perkembangan pada remaja salah satunya
adalah mampu mempersiapkan hal-hal berkaitan dengan
karir di masa depannya. Dalam hal ini bimbingan karir
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membantu siswa
memahami dirinya, memahami nilai dirinya, mengenali
lingkungan serta cara bagaimana menangani masalah dan
hambatan yang mungkin terjadi di dalam kehidupannya
serta mampu merencanakan masa depan. Demi
terwujudnya masa depan yang sukses diperlukan adanya
sebuah perencanaan sejak masa sekarang. Persiapan
dalam mewujudkan masa depan yang sukses dapat
dilakukan melalui berbagai prosedur tertentu baik melalui
pendidikan formal, informal maupun non formal.
Pendidikan formal seperti yang dilakukan di sekolah yaitu
pembekalan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan
sikap tertentu. Hal ini ditujukan agar siswa mampu
mempersiapkan diri dalam memasuki dunia karir.
Adapun proses dalam pemilihan karir berlangsung
sepanjang hidup manusia. Maksudnya adalah bahwa

21
seseorang tidak hanya memilih karir sekali seumur
hidupnya. Faktor-faktor lain berpengaruh dalam hal ini
seperti faktor peluang atau kesempatan. Meskipun
seorang siswa telah mampu menentukan pilihan karirnya
berdasarkan minat dan bakat serta nilai yang ia yakini,
namun jika terjadi kendala lain diluar prediksi seperti tidak
tersedianya peluang karir dalam bidang tersebut maka
karir tersebut tidak akan terwujud.
Manusia menurut Hariyadi memiliki 5 fase
perkembangan karir yaitu:
1) Fase pengembangan (growth). Masa kecil-15 tahun
Pada fase ini anak mampu mengembangkan bakat,
minat, kebutuhan dan potensi yang akan
mempengaruhi struktur konsep diri (Self-concept
structure).
2) Fase eksplorasi (exploration). Usia 16-24 tahun
Pada fase ini seseorang mulai memikirkan beberapa
pilihan pekerjaan namun belum mampu mengambil
keputusan atas pekerjaan tersebut.
3) Fase pemantapan (establishment). Usia 25-44 tahun
Fase ini seseorang sudah memilih karir tertentu dan
mendapatkan berbagai pengalaman dari pekerjaannya.
Berdasarkan pengalaman dalam pekerjaan tersebut ia
akan mampu memutuskan apakah lebih baik
meneruskan karirnya di bidang tersebut atau harus
berpindah haluan.
4) Fase pembinaan (maintenance). Usia 44-65 tahun.
Fase dimana seseorang memiliki kemantapan atas
karirnya dan fokus terhadap pekerjaannya hingga
akhir.
5) Fase kemunduran (decline)

22
Fase ini merupakan fase dimana seseorang pensiun
atau melepaskan jabatannya. Pada fase ini seseorang
akan membebaskan diri dari dunia kerja formal.
Sementara itu menurut Super dalam Satoadi
menjelaskan bahwa menurutnya seseorang akan
mengalami tugas perkembangan karir. Pada usia remaja,
tugas perkembangan karir seseorang masuk ke dalam
fase eksplorasi dimana pada fase ini terbagi ke dalam 3
subfase yang memiliki tugas perkembangannya masing-
masing, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Kristalisasi atau Cristallization (14-18 tahun)
Fase ini disebut juga sebagai fase tentatif di mana
seorang remaja memiliki tugas-tugas perkembangan
sebagai berikut:
a. Timbul kesadaran akan kebutuhan memperoleh
kejelasan karir.
b. Mampu memanfaatkan sumber belajar sebagai
informasi karir sehingga remaja mampu
mengarahkan dirinya pada prefensi karir.
c. Memiliki kesadaran bahwa terdapat banyak faktor
dalam pilihan karir yang harus dipertimbangkan
oleh remaja.
d. Memiliki kesadaran bahwa terdapat kemungkinan
yang akan mempengaruhi pencapaian suatu
tujuan.
e. Remaja mampu merumuskan rencana hari ini dan
masa depan.
f. Remaja memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi dan membedakan minat dan nilai
hidup.
g. Memiliki kemampuan untuk merumuskan hal-hal
yang ia sukai secara umum.

23
h. Memiliki minat yang tetap terhadap suatu bidang.
i. Memiliki kemauan untuk menggali informasi yang
relevan dengan bidang karir yang diminatinya.
j. Remaja mampu bersikap bijaksana dalam
menyikapi preferensi karir.
2) Spesifikasi atau Specification (18-21 tahun)
a. Timbul kesadaran akan kebutuhan untuk
mengkhususkan pilihan karir pada remaja.
b. Remaja mampu memanfaatkan berbagai sumber
belajar yang mengarah pada pilihan karir secara
khusus.
c. Remaja mampu menyadari bahwa akan ada
berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan
karir.
d. Menyadari bahwa terdapat berbagai kemungkinan
yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan.
e. Remaja mampu untuk membedakan minat dan
nilai-nilai hidup.
f. Remaja memiliki kesadaran bahwa hari ini dan
masa depan memiliki suatu keterkaitan.
g. Remaja mampu untuk mengkhususkan karir yang
ia minati.
h. Remaja mampu untuk konsisten dalam memilih
pilihan karir.
i. Mampu untuk menggali informasi yang relevan
dengan karir yang di minatinya.
j. Remaja mampu menyusun rencana yang berkaitan
dengan usaha dalam mencapai karir yang diminati.
k. Remaja mampu menyusun rencana yang berkaitan
dengan karir yang hendak ia capai.
l. Remaja mampu untuk bijaksana dalam menyikapi
pilihan karir.

24
m. Mampu mengkhususkan pilihan karir dan memiliki
kepercayaan diri atas pilihannya tersebut.
3) Implementasi atau implementation (21-24 tahun)
a. Individu menyadari akan adanya kebutuhan untuk
mewujudkan dan mengimplementasikan pilihan
karir.
b. Mampu menyusun rencana untu memasuki dunia
karir atau pekerjaan yang ia pilih.
c. Mampu melaksanakan perencanaan karir yang di
susun untuk memenuhi tuntutan kualitas dalam
memasuki dunia kerja.
d. Mendapatkan pekerjaan awal (entry job).

C. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Bimbingan Karir


di Sekolah
Prinsip-prinsip bimbingan karir di sekolah secara
umum adalah sebagai berikut:
1) Siswa diharapkan memiliki kesempatan yang sama
dalam mengembangkan dirinya dalam mencapai karir
secara tepat. Hal ini juga bermaksud bahwa setiap
siswa berhak untuk memiliki kesempatan yang sama
dalam menggunakan fasilitas yang menunjang
bimbingan karir. Siswa tidak boleh mendapatkan
pengecualian atas dasar apapun, semua siswa
memiliki hak yang sama dalam mengembangkan
dirinya dan merencanakan karir sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya melalui bimbingan karir.
2) Siswa diharapkan mampu memahami bahwa karir
merupakan suatu jalan hidup dan pendidikan sebagai
persiapan hidup. Melalui bimbingan karir siswa
mampu memahami bahwa setelah lulus mereka
membutuhkan tempat dan karya guna
25
mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya di
bangku sekolah. Karir tersebut dapat dijadikan sebagai
suatu sarana untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di
masa depan. Dengan bimbingan karir siswa mampu
memiliki kemandirian dalam menentukan serta memilih
karir yang menurutnya mampu memberikan
kebahagiaan hidup di masa depan.
3) Siswa hendaknya dibantu dalam memahami
pemahaman terhadap dirinya dan hubungannya
dengan pengembangan sosial pribadi dan
perencanaan karir. Langkah awal dalam
merencanakan karir adalah dengan menerapkan
pemahaman diri sehingga siswa mampu menentukan
dan memilih karir yang cocok dengan dirinya serta
memiliki kesenangan dalam menjalaninya.
4) Secara keseluruhan siswa dibantu untuk memperoleh
pemahaman mengenai hubungan antara pendidikan
dan karirnya suatu saat nanti.
5) Siswa berkesempatan untuk memilih menguji konsep
berbagai peranan dan keterampilannya agar dapat
mengembangkan nilai-nilai dan norma-norma yang
berpengaruh pada karirnya di masa depan.
6) Layanan bimbingan karir di sekolah hendaknya
memiliki keterkaitan dengan program bimbingan dan
konseling secara khusus. Materi dalam layanan
bimbingan karir diintegrasikan dengan materi
bimbingan dan konseling dalam penyampaiannya. Hal
ini berdasarkan dasar bahwa bimbingan karir
merupakan bagian dari bimbingan dan konseling.
7) Pelayanan bimbingan karir sebaiknya berpusat di kelas
dan dikoordinasikan oleh pembimbing disertai
partisipasi orang tua serta kontribusi dari masyarakat.

26
8) Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan sejak
kelas 1 SMA hingga kelas 3 SMA serta diberlakukan
pelayanan ganda yaitu pelayanan dilakukan di dalam
kelas dan di ruangan khusus bimbingan dan konseling.
Siswa memiliki kesempatan yang sama dan setara
ketika berada di dalam kelas.

D. Tujuan Pelaksanaan Bimbingan Karir di


Sekolah Menengah
Tujuan pelaksanaan bimbingan karir di SMA secara
umum adalah untuk membantu siswa dalam memahami
dirinya serta lingkungannya, membantu dalam mengambil
keputusan, perencanaan dan pengarahan kegiatan-
kegiatan yang bertujuan kepada karir serta cara hidup
yang sesuai, serasi dan seimbang antara dirinya dan
lingkungannya. (Sukardi, 1985: 31-34)
Sementara itu tujuan khusus yang menjadi sasaran
bimbingan karir di SMA di antaranya adalah sebagai
berikut:
1) Siswa mampu meningkatkan pemahaman akan dirinya
sendiri (self concept). Tujuan dari kemampuan
pemahaman diri sendiri adalah untuk terwujudnya citra
diri sendiri. Citra diri ini menjadi langkah awal bagi
siswa dalam menentukan pilihan karir yang tepat bagi
dirinya sehingga terciptanya sikap kemandirian pada
siswa dalam memilih karir yang sesuai dengan
pemahaman dirinya.
2) Siswa mampu meningkatkan wawasan mengenai
dunia kerja. Pemahaman mengenai dunia kerja
meliputi pemahaman mengenai informasi syarat-syarat
penerimaan pekerjaan, sifat dan isi suatu lapangan
pekerjaan, aspek sosial, fisik, administrasi dan masa
27
depan pekerjaan, organisasinya serta gaya hidup
dalam suatu jabatan yang akan ditekuninya.
3) Memiliki kemampuan dalam mengembangkan sikap
dan nilai diri sendiri dalam memilih lapangan pekerjaan
serta dalam menghadapi berbagai kemungkinan
hambatan di dalam pekerjaannya yang disebabkan
oleh dirinya sendiri maupun faktor lingkungan, serta
mencari cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
4) Siswa memiliki kemampuan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir agar mampu mengambil
keputusan mengenai jabatan yang sesuai dengan
dirinya. Melalui bimbingan karir siswa akan diarahkan
untuk mengenal dirinya sendiri serta mampu
meningkatkan kemampuan dirinya, melatih
merencanakan karir sehingga siswa menjadi terlatih
dan mampu memiliki sikap yang dewasa dalam berpikir
dan merencanakan karirnya di masa depan.
5) Siswa mampu untuk berkomunikasi dengan baik dalam
pekerjaan, mampu bekerja sama dan lain sebagainya.

E. Metode Pelaksanaan Bimbingan Karir di


Sekolah Menengah
Pelaksanaan bimbingan karir di sekolah dapat
dilakukan dengan metode tertentu yang sesuai dengan
kebutuhan siswa serta kemampuan dari pembimbing itu
sendiri. Penyesuaian kebutuhan siswa seperti melalui
metode bimbingan kelompok apabila masalah yang
dihadapi siswa sifatnya kelompok, serta metode individual
apabila masalah yang dihadapi siswa sifatnya pribadi.
(Sukardi, 1987: 81)
Pelaksanaan bimbingan karir di SMA secara umum
dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
28
a. Metode ceramah dari narasumber
Metode ceramah dari narasumber ini berpusat pada
pemberian bimbingan dari pembimbing, konselor, guru
maupun dari narasumber tertentu seperti dari pihak
dunia kerja, dengan tujuan agar siswa mampu
mendapatkan informasi yang lebih kaya mengenai
pekerjaan, jabatan dan karir.
b. Diskusi kelompok
Metode diskusi kelompok dapat dilakukan ketika
terdapat suatu keterkaitan pada suatu pokok masalah
atau pertanyaan yang bersumber dari siswa. Dalam
diskusi ini siswa diharapkan mampu untuk memperoleh
kesimpulan setelah mendengarkan, mempelajari serta
mempertimbangkan pendapat dari siswa lain secara
jujur.
c. Sosiodrama
melalui sosiodrama pembimbing dapat memberikan
kesempatan pada siswa untuk mendramatisasi sikap,
penghayatan serta tingkah laku seseorang yang
berhubungan dengan karir seperti yang dilakukannya
dalam reaksi sosial sehari-hari di masyarakat.
d. Pengajaran unit
Melalui metode ini pembimbing dapat membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman mengenai suatu
pekerjaan tertentu. Namun metode ini perlu
pengalokasian waktu secara khusus dalam
pelaksaannya.
e. Informasi melalui kegiatan kurikuler secara
instruksional
Metode ini berisi informasi mengenai karir, jabatan dan
pekerjaan dengan cara mengintegrasikan dengan
kegiatan belajar mata pelajaran di kelas. Guru dapat

29
memberikan bimbngan karir pada siswa di waktu
mengajar pelajaran yang berkaitan dengan karir itu
sendiri.
f. Karyawisata karir
Metode karyawisata ini dipandang mampu memberikan
gambaran nyata mengenai karir yang akan dipilih oleh
siswa. Dengan demikian siswa mampu menumbuhkan
sikap penghargaan terhadap pekerjaan yang
diamatinya.
g. Hari karir (career days)
Metode ini dapat diprogramkan secara khusus oleh
sekolah dalam kurun waktu satu kalli dalam setahun.
Kegiatan ini dipilih dalam hari tertentu dan berisi
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan karir. Pada
hari tersebut dilaksanakan semua kegiatan bimbingan
karir berdasarkan program bimbingan karir yang telah
disepakati oleh sekolah setiap tahunnya.

F. Pentingnya Pelaksanaan Bimbingan Karir


Bagi Siswa di Sekolah Menengah
Pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah
hadir sebagai bagian dari layanan bimbingan dan
konseling. Hal ini kemudian menghadirkan
konsekuensi terhadap peran dan tugas konselor dalam
memberikan layanan bimbingan terhadap para siswa.
Konselor bukan hanya bertugas untuk sekedar
membimbing siswa dalam menentukan pilihan
karirnya, tetapi konselor juga dituntut untuk
membimbing siswa agar mampu memahami dirinya
serta lingkungannya dalam rangka merencanakan karir
dan menetapkan karir di masa depan.

30
Tingkat kematangan karir pada siswa di SMA akan
berbeda dan melalui proses yang berbeda pula. Oleh
karena itu proses bimbingan karir harus menekankan
pada tiga hal: mendorong perkembangan karir,
menyediakan perlakuan serta membantu siswa dalam
penempatan karir. Layanan bimbingan karir di sekolah
menengah harus mampu mengantar setiap siswa
untuk mengatasi tugas perkembangan menuju
perkembangan karir dan membimbing siswa agar
mampu memiliki kreasi serta prestasi dari berbagai
pilihan dan rencana yang akan ditetapkan.
Layanan bimbingan karir di sekolah memiliki
penekanan utama dalam pelaksanaannya yaitu harus
didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan
untuk berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi
yang mandiri dan mampu mengarahkan dirinya kepada
tujuan. Dengan demikian dapat disimpulkan beberapa
tujuan untuk aktivitas bimbingan karir di sekolah
menengah sebagai berikut:
a. Siswa mampu mengembangkan kesadaran
mengenai perlunya pengimplementasian tujuan
karir secara khusus.
b. Siswa mampu mengembangkan rencana yang
lebih khusus dengan tujuan agar siswa dapat
mengimplementasikan tujuan-tujuan dari karir
tersebut.
c. Siswa mampu merencanakan hal-hal yang dapat
memenuhi syarat memasuki suatu pekerjaan
dengan mengambil mat apelajaran di tingkan
sekolah lanjutan melalui latihan dalam jabatan,
atau dengan melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi atau pendidikan pasca sekolah lanjutan yang

31
mampu mengantarkan pada kualifikasi suatu
okupasi karir secara khusus. (Daku, 2009)

32
BAB IV
MASALAH KARIR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH

A. Masa Remaja dan Perkembangan Karir


Masa remaja menurut Mapiere (dalam Ali dan Ansori,
2010) adalah masa yang berlangsung antara usia 12 sampai
21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi laki-laki.
Sedangkan menurut Hurlock (dalam Ali dan Ansori, 2010)
bahwa remaja secara psikologis merupakan suatu usia
dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah
tingkat orang yang lebih tua, melainkan merasa sama atau
sejajar. Pada usia ini remaja memiliki perkembangan pada
aspek intelektual dimana remaja berpikir dirinya tidak hanya
mampu berperan aktif dalam lingkungan masyarakat dewasa
namun juga memiliki karakteristik yang paling menonjol dari
semua periiode perkembangan. Remaja berada di antara anak
dan orang dewasa, oleh karenanya remaja sering kali
disibukkan dengan pencarian jati diri.
Proses perkembangan karir pada remaja memiliki sifat
yang kompleks dan mengandung pergabungan dari banyak
faktor yang memiliki ciri perubahan, serta menjadi bagian
penting dalam perencanaan hidup (Winkel, 2006). Menurut
Giznberg (dalam Santrock, 2003) seseorang mulai memiliki
aspirasi karir yang sebenarnya dimulai pada usia dini. Namun
bentuk aspirasi karir tersebut masih sebagai fantasi belaka,
hingga pada sekitar usia 17 tahun saat remaja duduk di
bangku SMA aspirasi karir tersebut mulai bersifat realistis. Jika
pada usia dini seorang anak hanya menjadikan cita-cita
sebagai bayangan semata, pada usia remaja ini individu
tersebut akan mulai memiliki pola pikir yang realistis.
33
Remaja mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan kemampuan dirinya sendiri. Tugas perkembangan karir
pada remaja menurut Super (dalam Sanoadi, 2007) berada
pada fase eksplorasi lebih tepatnya pada subfase kristalisasi.
Pada usia ini remaja mulai memiliki keresahan mengenai
permasalahan pendidikan dan karir setelah lulus sekolah
menengah. Pilihan karir yang biasanya terpikirkan oleh remaja
adalah bekerja atau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih
tinggi. Masa-masa keresahan ini membutuhkan suatu
pemahaman akan minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa
sehingga ia akan mampu dan yakin dalam merencanakan
strategi karir yang akan ia tuju.

B. Kematangan karir siswa SMA/SMK sederajat


Kematangan (maturity) merupakan suatu proses
psikologis dimana seseorang berada dalam proses
perkembangan menuju kedewasaan. Kematangan karir
merupakan aspek yang perlu dimiliki oleh siswa agar ia
mampu menentukan karirnya di masa depan. Kehadiran
layanan bimbingan karir bagi siswa diharapkan mampu
meningkatkan kematangan karir siswa dimana berdasarkan
hal ini siswa mampu untuk menentukan masa depannya.
Kematangan karir pada siswa harus ditanamkan sedini
mungkin agar siswa mampu mempersiapkan karirnya di masa
depan secara matang.
Kematangan karir menurut Crites (dalam Watkins,
2000) mengungkapkan bahwa kematangan karir merupakan
suatu kemampuan dari dalam diri individu untuk membuat
pilihan karir. Pilihan karir tersbeut meliputi penentuan
keputusan karir serta pilihan yang realistis dan konsisten.
Mengenai kematangan karir para ahli psikologi vokasional
telah mengemukakan pengertian dari kematangan karir itu
34
sendiri sejak tahun 1950-an. Salah satu diantara pakar
tersebut adalah Ginzberg, Ginzbeurg, Aselrad dan Herma
yang mengemukakan bahwa kematangan karir pada
seseorang ditunjukan oleh cara orang muda berurusan
dengan pekerjaan. Sementara itu Super (dalam Coerse dan
Schepers, 2004) menyatakan bahwa kematangan karir
merupakan keberhasilan suatu individu dalam menyelesaikan
tugas perkembangan karir yang khas pada tahap
perkembangan karir.
Manusia memiliki potensi yang harus dikembangkan
agar dapat diaktualisasikan dengan baik karena pada
dasarnya manusia memiliki kecerdasan serta keterampilan
dalam bidang tertentu. Kesiapan dan keberhasilan remaja
untuk memenuhi tugas-tugas terorganisir yang terdapat dalam
setiap tahapan perkembangan karir menurut Super (dalam
Dariyono, 2003) merupakan definisi dari kematangan karir.
Berdasarkan teori Life-Span, Life-Space dari Super,
kesesuaian yang dimaksud dalam teori yang dikemukakannya
adalah bahwa setiap jenjang usia yang dihadapi individu
memiliki peran yang harus dijalankan sesuai dengan tahap
perkembangan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai
definisi kematangan karir maka dapat disimpulkan bahwa
kematangan karir adalah keberhasilan individu dalam
menguasai tugas perkembangan karir yang sesuai dengan
tahapan perkembangan karirnya, dengan cara menunjukan
perilaku yang dibutuhkan untuk merencanakan karir, mencari
informasi, memiliki pemahaman serta kesadaran mengenai
hal-hal yang dibuthkan dalam membuat keputusan karir dan
memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai dunia karir
atau pekerjaan.

35
C. Perkembangan Pemilihan Karir
Karir memiliki keterkaitan dengan suatu pekerjaan
yang diminati oleh individu, yang dimana karir ini dipilih
sesuai dengan minat dan bakat, kemampuan serta
keterampilan individu. Teori mengenai proses
perkembangan karir yang dikemukakan oleh Donald Super
mendefinisikan perkembangan pemilihan karir terbagi ke
dalam lima tahap yaitu:
a. Masa Kristalisasi (cristalization)
Individu pada masa ini berusaha untuk mencari
informasi sebanyak-banyaknya mengenai karir atau
jurusan kuliah yang diminarinya. Masa ini umumnya
terjadi pada anak berusia 14-18 tahun dimana pada
usia ini pemikiran mereka banyak dipengaruhi oleh
pendidikan formal di sekolah maupun non formal.
Sekolah berperan penting dalam menginternalisasikan
ilmu dan informasi kepada siswa mengenai pilihan-
pilihan karir, kelebihan dan kekurangan dari suatu karir
dan prospek dari karir tersebut di masa mendatang.
Untuk mendukung hal ini, sekolah dapat mengadakan
kegiatan seminar yang memuat informasi mengenai
bidang atau jurusan yang ada di dunia kerja sehingga
siswa mampu memahami terkait pemilihan karir di
masa depannya
b. Masa Spesifikasi (spesification)
Pada umumnya masa ini dialami oleh sesorang pada
usia 18-25 tahun, dimana pada masa ini individu telah
selesai menempuh jenjang pendidikan menengah dan
kemudian meneruskan pendidikannya sesuai dengan
minat dan bakatnya.
c. Implementasi (implementation)

36
Fase ini di alami pada rentang usia 25-40 tahun. Pada
fase ini seseorang mulai menerapkan keterampilannya
secara nyata berdasarkan apa yang sebelumnya ia
pelajari di dalam lembaga formal seperti universitas
atau akademi. Individu mulai mempraktikan ilmu
pengetahuan yang ia pelajari ke dalam kehidupan
sehari-harinya secara aktual.
d. Masa Stabilisasi (Stabilization)
Masa ini terjadi pada rentang usia 40-50 tahun di mana
pada masa ini seseorang benar-benar fokus dalam
menekuni bidang profesinya hingga ia mampu untuk
mencapai posisi prestasi puncak atau disebut juga
dengan istilah peak performance. Masa ini ditandai
dengan menduduki suatu posisi atau jabatan yang
penting di dalam pekerjaannya. Tidak hanya ahli dalam
bidang keprofesiannya, namun pada tahapan ini
individu juga memegang kekuasaan atau berwenang
untuk melakukan tugas sebagai pemimpin dan
mempunyai jabatan yang tinggi.
e. Masa konsolidasi
Individu pada masa ini sudah mencapai usia 50 tahun
ke atas. Masa ini adalah masa puncak karir bagi
individu dan pada masa ini terjadi sebuah evaluasi
pada diri individu mengenai apa saja yang telah ia
lakukan selama ini, baik itu berupa pengalaman sukses
maupun gagal. Evaluasi ini dilakukan agar individu
dapat melangkah ke masa depan yang lebih baik.
Individu terlebih dahulu juga diarahkan untuk mampu
menyatukan berbagai pengalaman hidupnya sehingga
ia mampu untuk bersikap arif dan bijaksana. Setelah ia
mampu memahami makna dari setiap kejadian dalam
hidupnya maka ia akan mampu menanamkan nilai-nilai

37
hidup dalam dirinya seperti nilai keadilan, kejujuran
dan kebenaran berdasarkan hati nuraninya.

D. Pengambilan keputusan karir


Pengambilan keputusan karir merupakan proses dalam
menentukan pilihan karir berdasarkan beberapa alternatif
pilihan yang didasarkan pada pemahaman diri dan
pemahaman karir untuk memilih karir yang diinginkannya.
Siswa harus memiliki tanggung jawab serta mengetahui
berbagai konsekuensi saat memutuskan karir yang akan
dipilihnya. Menurut Dariyono (2003) terdapat 4 kriteria
dalam mengambil keputusan karir yaitu:
a. Menunjukan rasa percaya diri
Pondasi awal bagi seseorang untuk memutuskan
karirnya adalah memiliki rasa percaya diri. Rasa
percaya diri ini mencakup ranah pengenalan,
akomodasi serta tindakan. Dalam tahap
pengenalan siswa mampu mengenali bakat dan
potensi yang dimilikinya. Selalin itu siswa juga
memiliki pengetahuan mengenai macam-macam
pekerjaan, peluang dan pendidikan yang bisa ia
pertimbangkan untuk karirnya. Pada tahap
akomodasi terjadi internalisasi nilai-nilai yang
melandasi keyakinan siswa atas potensi dan
keterampilannya dalam memilih karir. Pada tahap
tindakan siswa mampu menanamkan rasa percaya
diri pada dirinya yang pada akhirnya ia merasa
mampu untuk memilih bidang karir serta
mempertahankan pilihan karir yang dibuatnya.
b. Tanggung jawab
Siswa harus diarahkan untuk memiliki rasa
tanggung jawab dalam menentukan karirnya.
38
Terdapat tiga tahapan dalam menumbuhkan rasa
tanggung jawab pada siswa yaitu pengenalan,
akomodasi dan tindakan. Pada tahap pengenalan
siswa belajar untuk mampu bertanggung jawab
dalam memilih karirnya serta mampu merain dan
mempertahankan pilihannya di masa depan. Pada
tahapan akomodasi siswa mampu menerima nilai-
nilai perkembangan karirnya. Sementara pada
tahap tindakan siswa mampu mengembangkan
rasa tanggung jawab untuk memilih karir serta
meraih dan mempertahankan karirnya.
c. Mengarahkan dan mengembangkan dirinya
Pada tahap awal siswa mampu untuk menerima
secara utuh mengenai hasil pemahamannya
seperti bakat dan potensi yang ada dalam dirinya
serta pemahaman karir. Siswa mampu mencari
berbagai informasi berkaitan dengan aktivitas
pengembangan diri dan karirnya. Selanjutnya siswa
memiliki ketertarikan untuk melakukan berbagai
aktivitas pengembangan dirinya ke arah pemilihan
karir yang diinginkan. Siswa juga dapat mencari
informasi berkaitan dengan karir yang diminatinya
melalui buku-buku di perpustakaan.
d. Berperilaku tekun, inisiatif dan kreatif
Sikap tekun, inisiatif dan kreatif akan dimiliki oleh
siswa ketika ia telah matang dalam memilih bidang
karirnya. Pada tahap awal siswa mampu untuk
mempelajari cara menumbuhkan sikap tekun,
inisiatif dan kreatif dalam mengambil keputusan.
Selanjutnya siswa menyadari bahwa perilaku
tekun, inisiatif dan kreatif sangat diperlukan dalam
pengambilan keputusan karir karena sikap ini

39
mampu menunjang siswa ke arah yang lebih
positif. Kemudian pada akhirnya siswa mampu
menunjukan perilaku tekun, inisiatif dan kreatif
dalam upayanya mengembangkan strategi
mengambil keputusan karir.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa saat siswa mampu untuk menentukan pilihan
karirnya berdasarkan tanggung jawab serta pemahaman
terhadap konsekuensi yang mungkin dihadapi maka siswa
tersebut dapat dikatakan telah memilki kematangan dalam
memutuskan karirnya. Pemahaman diri di artikan sebagai
pemahaman terhadap potensi-potensi yang dimilikinya
seperti minat, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap.
Sementara pemahaman karir merupakan pemahaman
atas berbagai macam jenis karir serta peluang kerja yang
ada di masyarakat.

E. Dimensi Kematangan Karir


Menurut Super (dalam Watkins & Campbell, 200)
dimensi kematangan karir terdiri dari:
a. Perencanaan karir (career planning)
Dimensi ini mengukur tingkat perencanaan karir
melalui tingkah laku dalam mempersiapkan masa
depan. Individu memiliki kepercayaan diri dalam
membuat perencanaan karir serta mampu untuk
mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang
terdekat dalam membuat perencanaan karir di
masa depan. Individu mampu menyadari bahwa ia
harus membuat pilihan mengenai pendidikan dan
pekerjaan serta mempersiapkan diri untuk
menentukan pilihan karirnya. Individu yang memiliki
perencanaan karir yang rendah artinya ia tidak
40
mempunyai perencanaan akan masa depan karir
dan pekerjaannya. Namun hal ini berlaku
sebaliknya apabila individu memiliki perencanaan
karir yang matang maka ia akan memiliki banyak
informasi terkait karir yang ia minati.
b. Eksplorasi karir (career exploration)
Dimensi ini mengukur perilaku individu dalam
menerima berbagai sumber informasi berkaitan
dengan karir, serta memiliki kesempatan untuk
mecari sumber informasi yang berpotensi untuk
membantu pemilihan karirnya. Informasi ini dapat
bersumber dari orang tua, teman, guru maupun
konselor. Rendahnya kepedulian individu terhadap
dimensi eksplorasi karir menunjukan bahwa
individu tersebut memiliki kepedulian yang rendah
mengenai karir yang hendak ia tuju. Hal ini berlaku
sebaliknya, tingkat eksplorasi karir yang tinggi
menunjukan bahwa individu tersebut memiliki
kepedulian yang tinggi pula terhadap karirnya di
masa depan.
c. Pengetahuan mengenai pembuatan keputusan
karir (career decision making)
Dimensi ini mengukur prinsip dan cara individu
dalam mengambil keputusan karir. Individu mampu
untuk memiliki kemandirian, membuat pilihan karir
yang sesuai dengan minat dan kemampuannya
yang berkaitan dengan penggunaan metode dan
prinsip pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan masalah termasuk dalam memilih
pekerjaan dan pendidikan seperti halnya individu
tersebut konsisten dalam membuat keputusan.
Rendahnya nilai individu pada dimensi

41
pengetahuan menganai pembuatan keputusan karir
menunjukan bahwa individu tersebut tidak memiliki
pengetahuan mengenai apa yang harus
dipertimbangkan dalam membuat keputusan atas
beberapa pilhan karir. Hal ini juga bermakna bahwa
individu tidak memiliki kesiapan untuk
menggunakan informasi pekerjaan yang diperoleh
untuk merencanakan karir. Berlaku sebaliknya
apabila nilai pengetahuan pembuatan keputusan
karir pada individu tinggi maka hal ini menunjukan
bahwa individu tersebut telah memiliki kesiapan
dalam mengambil keputusan.
d. Pengetahuan mengenai dunia kerja (world of word
information)
Dimensi ini mengukur tentang jenis pekerjaan yang
sesuai dengan individu tertentu, cara memperoleh
kesuksesan dalam karir dan pekerjaan serta
mengetahui peran-peran dalam pekerjaan. Nilai
yang rendah pada dimensi ini menunjukan bahwa
individu perlu untuk mempelajari mengenai jenis-
jenis pekerjaan dan tugas perkembangan karir.
Sebaliknya jika nilai individu pada dimensi ini tinggi
maka hal ini menunjukan bahwa individu memiliki
wawasan yang luas dan dapat menetapkan bidang
serta tingkat pekerjaannya.
e. Pengetahuan mengenai kelompok pekerjaan yang
lebih disukai (knowledge of preferred occupational
group)
Pada dimensi ini siswa diberikan kesempatan untuk
memilih satu dari beberapa pilihan pekerjaan.
Kemudian siswa diberikan pertanyaan seputar hal-
hal yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.

42
Pertanyaan yang ditanyakan berkaitan dengan
persyaratan, tugas-tugas, faktor-faktor dan alasan
yang mempengaruhi pilihan karir serta pertanyaan
seputar resiko dari pekerjaan yang dipilihnya.
Dimensi ini mempunyai indikator siswa dapat
memahami tugas dari pekerjaan yang diinginkan,
mengetahui faktor dan alasan yang mempengaruhi
pemilihan pekerjaan yang diminati serta mampu
mengidentifikasi resiko yang mungkin timbul dari
pilihan karir tersebut.
f. Realisasi keputusan karir (realisation)
Pada dimensi ini terdapat perbandingan antara
kemampuan individu dengan pilihan karir secara
realistis. Aspek ini mencakup pemahaman yang
baik mengenai kekuatan dan kelemahan diri yang
berhubungan dengan pekerjaan yang diinginkan,
kemampuan untuk melihat faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat karir yang diminati
serta kemampuan untuk mengambil manfaat dari
pembuatan keputusan karir yang realistik.

F. Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam


Merencanakan Karir
Berikut ini adalah beberapa faktor penting yang
perlu diperhatikan dalam merencanakan karir, yaitu :
a. Motivasi, sangat terkait dengan tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan yang realistis namun sekaligus
menantang akan menimbulkan motivasi dalam
meraihnya. Tujuan yang sangat muluk-muluk tanpa
memperhatikan kewajarannya dapat melemahkan
motivasi bahkan menimbulkan putus asa
mengingat kesulitan untuk mencapainya. Oleh
43
karena itu untuk membangun motivasi dalam
keputusan karir hendaknya individu mampu
membuat tujuan karir yang menantang namun
tetap realistis.
b. Kompetensi, meliputi seluruh aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dimiliki. Jika
ingin meniti karir dalam bidang tertentu, misalnya
dalam bidang pemasaran, seseorang harus
meningkatkan pengetahuannya mengenai
pemasaran, meningkatkan keterampilan
pemasaran dan bersikap seperti seorang marketer.
c. Keberhasilan, pencapaian keputusan karir
ditentukan pula oleh jejaring yang dimiliki oleh
individu. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan
mengenai sejauh mana orang lain mengenal
kemampuan individu. Jejaring juga akan membuka
akses, memberikan peluang bagi individu untuk
lebih meningkatkan pencapaian karir. Tentunya hal
ini tetap harus berlandaskan motivasi dan
kompetensi.
d. Peluang, merupakan faktor yang relatif diluar
kendali seseorang. Namun individu dituntut untuk
jeli dalam melihat peluang. sering disebut peluang
jarang berulang dua kali, maka ketika berhasil
mendapatkannya maka individu harus memiliki
kemampuan untuk melihat dan segera menangkap
apabila hal tersebut selaras dengan keputusan
karir yang telah dibuat.
e. konsistensi dan feksibilitas. Seorang Individu harus
tetap konsisten apabila menyangkut nilai dasar
dalam merencanakan karir. Nilai merupakan prinsip
dan harus ditegakkan secara konsisten. Selain itu

44
untuk tujuan yang bersifat jangka panjang individu
haru memiliki sifat konsisten. Namun dalam
beberapa kondisi seseorang bisa fleksibel apabila
hal itu lebih bersifat teknis, operasional dan bersifat
”temporary” atau berjangka pendek. Apabila
menyangkut kompetensi maka harus konsisten
dengan ”core competency” yang dimiliki, namun
dapat lebih fleksibel untuk ”functional competency”
atau ”specific competency.”

G. Tujuan dan Manfaat Pengambilan Keputusan


Karir
Penentuan pilihan karir merupakan hal yang
penting dalam kehidupan seseorang karena berkaitan
dengan masa depan setiap orang. Pengambilan keputusan
karir merupakan suatu keputusan akan berbagai macam
alternatif pilihan karir berdasarkan pemahaman diri dan
pemahaman karir. Untuk mecapai kesejahteraan yang
diharapkan oleh setiap individu maka perlu untuk
mempersiapkan dan mengambil keputusan dalam berkarir.
Perlu adanya kesesuaian dalam pemilihan karir antara apa
yang ia miliki dengan apa yang diharapkan individu. Siswa
sekolah menurut Ginzberg (dalam Hartono, 2016)
memasuki periode realistik yang ditandai dengan adanya
integrasi antara kapasitasnya dengan minat yang berfokus
pada pilihan karir.
Sementara itu menurut Super (Hartono, 2016)
siswa memasuki masa eksplorasi dimana ia akan
menghadapi berbagai dinamika pilihan yang memiliki
kesesuaian dengan minat, bakat, nilai-nilai, kepribadian
dan lain-lain. Siswa harus mampu bersikap cermat dalam
mengambil keputusan karir. Berdasarkan hal tersebut
45
dapat di simpulkan bahwa terdapat 4 manfaat
pengambilan keputusan karir bagi siswa sebagai berikut:
a. Mampu menentukan pilihan karir yang sesuai dengan
potensi diri yang dimilikinya meliputi minat, abilitas,
kepribadian, nilai-nilai dan sikap.
b. Keputusan karir dapat digunakan sebagai dasar untuk
siswa dalam memilih jurusan atau program studi di
jenjang perguruan tinggi yang ia minati.
c. Menciptakan pengembangan diri dalam aspek
akademik dan profesional dalam mendukung
perkembangan karir.
d. Siswa mampu menduduki karir yang dapat
mensejahterakan kehidupannya di masa depan.

46
BAB V
BIMBINGAN KARIR PERSPEKTIF ISLAM

A. Konsep bimbingan karir dalam perspektif


islam
Proses bimbingan karir secara umum merujuk pada
pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi kerja.
Konsep organisasi kerja perspektif islam tidak hanya
berkaitan pada ruang bisnis semata, namun dimaknai
secara lebih luas karir dapat terjadi pula pada
organisasi sosial dan keagamaan. Bahkan integrasi
antara prestasi karir bisnis, sosial dan keagamaan
dalam bingkai karir secara normatif dapat dikatakan
sebagai panggilan keagamaan (religious calling).
sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S. At-
Taubah ayat 105 di mana Allah memerintahkan
manusia untuk bekerja, perintah ini juga diperuntukkan
kepada Rasulullah dan orang-orang mukmin.
Manusia dalam Islam diposisikan oleh Allah
SWT sebagai hamba dan pemimpin dimuka bumi
(khalifah) secara bersamaan. Sebagai hamba Allah
manusia wajib untuk tunduk dan patuh pada ajaran
Islam yang termaktub di dalam Al-Quran dan sunnah.
Sebagai pemimpin di muka bumi manusia dituntut
untuk memiliki kreatifitas agar mampu untuk
menggapai kehidupan yang lebih sejahtera. Sebagai
Khalifah di muka bumi manusia juga dituntut untuk
memiliki akal yang kreatif agar mampu mengemban
amanah.

47
B. Landasan Al-Quran berkenaan dengan karir
Al-Quran sebagai sumber pokok ajaran Islam
banyak memuat dalil yang berkaitan dengan karir, di
antaranya sebagai berikut:
1) Setiap makhluk hidup Allah jamin fasilitasnya di dunia,
sebagaimana tercantum dalam Q.S. Al-Hijr ayat 23
yang berisi
“Dan sungguh, Kamilah yang menghidupkan dan
mematikan dan kami (pulalah) yang mewarisi.”
2) Derajat dan martabat manusia diakui oleh Allah SWT
serta telah menyediakan fasilitas secara lengkap agar
manusia dapat hidup secara bermartabat.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Isra ayat 70
yang artinya:
“Dan sungguh, kami telah memuliakan anak cucu
Adam, dan kami angkut mereka di darat dan di laut,
dan Kami beri mereka rezeki yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami
ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
3) Di dalam Islam terdapat kesamaan hak dalam berkarir
antara laki-laki dan perempuan. Baik laki-laki maupun
perempuan keduanya akan diberi pahala yang sama
ketika mampu melaksanakan kebaikan. Berkarir tanpa
mengabaikan syariat Islam bagi laki-laki dan
perempuan juga merupakan suatu amal kebajikan
yang akan mendatangkan pahala dari Allah SWT.
Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Annisa ayat 124
yang artinya:
“Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik
laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman,

48
maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan
mereka tidak didzalimi sedikit pun.”
4) Allah SWT mengharuskan menekuni suatu karir
berdasarkan ilmunya. Firman Allah SWT dalam Q.S.
Al-Isra ayat 36 yang artinya:
“Dan jangan kamu me ngikuti sesuatu yang tidak kamu
ketahui, karena pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.”
5) karir ditujukan juga untuk menggapai kesejahteraan
dan menolak petaka. Firman Allah SWT dalam Q.S. At-
Tahrim ayat 6 yang artinya:
”Wahai orang-orang yang beriman! Periharalah
dirimu dan keluargamu dari apai neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, dan keras yang tidak
durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.”
6) Allah telah menganugrahkan segala yang ada di bumi
ini untuk fasilitas karir.
“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada
di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu
Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu.”
7) Karir merupakan hal fitrahi yang berkenaan dengan
dorongan untuk berkeluarga, memiliki usaha dijamin
oleh Allah SWT.
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia
cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa
perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang
bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda

49
pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali mereka.”

C. Bimbingan karir sebagai wahana dakwah


Karir merupakan sarana bagi umat Islam untuk
dapat mengimplementasikan tugasnya di muka bumi
sebagai hamba dan pemimpin. Karir pada dasarnya
merupakan bagian integral dari dakwah. Prinsip hikmah,
mau’idhoh, dan mujadalah merupakan tiga metode dalam
dakwah pada jalan kehidupan Islam. Saat karir dipandang
sebagai bagian integral dari kehidupan beragama, maka
ketiga motode dakwah tersebut masuk pula pada
bimbingan karir. Demikian juga hukum dasar dari seruan
pada berkarir yang sesuai dengan jalan agama itu
merupakan perintah Allah SWT. Karena sifatnya perintah,
maka melakukan bimbingan pada karir termasuk wajib
dalam rangka mengajak umat tetap teguh, produktif dan
sejahtera berada dalam jalan Agama.
Menusia dalam kegiatan berkarir memerlukan
peran pembimbing, hal ini dikarenakan iman manusia pada
dasarnya senantiasa berubah-ubah, terkadang bertambah
namun terkadang pula berkurang. Demi terwuudnya suatu
kestabilan iman dalam diri manusia maka diperlukan
proses bimbingan. Hal yang sama berlaku pula untuk
dunia karir, karir seseorang pun senantiasa mengalami
masa naik dan turun. Dalam bentangan karir yang dimulai
dari perencanaan karir, selanjutnya masuk pada pra
jabatan, lalu memasuki jabatan, masa puncak karir,
sampai akhirnya mengalami akhir karir memerlukan format
baik secara terbimbing langsung ataupun tidak langsung.
Allah SWT di dalam Al-Quran juga memerintahkan
50
manusia untuk senantiasa memberikan saling memberikan
nasihat dalam hal kebaikan termasuk pula di dalamnya
masalah karir.
Dakwah untuk menyeru pada jalan Allah tidak
semata-mata menyeru dan menyampaikan syariat secara
normatif, namun secara implementatif dapat direalisasikan
melalui kegiatan karir. Segala lapangan pekerjaan baik
dalam dunia usaha, sosial, seni-budaya, pendidikan,
pemerintahan termasuk pada wilayah karir. Semuanya hal
tersebut merupakan aktivitas yang harus seiring dan
sejalan dengan produktivitas dan kebermaknaan secara
keagamaan.
Berdasarkan hal tersebut maka bimbingan karir
ibarat memasuki ruang terang yang menampakan masalah
dan solusi karir seseorang. Bimbingan karir tidak hanya
dipandang dari sisi individu melainkan dipandang pula
mengenai bagaimana agama memberikan inspirasi,
soluasi dan energi dalam berkarir.

D. Bimbingan Keagamaan sebagai landasan


bimbingan karir Islami
Bimbingan keagamaan pada sektor karir secara umum
menunjuk pada pengkondisian pekerjaan seseorang dalam
organisasi kerja. Dalam konsep keislaman tentunya
konsep organisasi kerja yang dimaksud tidak hanya pada
organisasi bisnis semata. Dalam makna lebih luas karir
dapat terjadi pula pada bidag lain sepert pada lapangan
organisasi sosial dan keagamaan.
Dalam proses bimbingan memungkinkan klien untuk
merasa senang maupun tidak senang. Namun
pembimbing karir dituntut mampu menciptakan suasana
senang pada batin klien serta menghindari perasaan
51
sebaliknya yaitu perasaan tidak senang atau bahkan
enggan. Gambaran suasana yang harus diciptakan oleh
pembimbng dan suasana yang harus dihindari selama
komunikasi bimbingan di antaranya sebagai berikut:
a) Suasana Batin yang Tergolong "Perasaan Senang"
antara lain: akrab/dekat Antusias, bahagia, merasa
bebas, bergairah, bangga hati, bersukacita, merasa
cocok, merasa diakui atau diterima, damai, tenteram,
tidak merasa janggal, kagum, lega, mantap, nyaman,
nikmat, optimis, merasa pantas, puas, penuh harapan,
penuh harga dir, merasa berterima kasih, dan lain-lain.
b) Suasana yang harus dihindari oleh pembimbing karir
adalah suasana yang tidak menyenangkan, seperti
merasa apatis, antisipasi, merasa asing, benci,
bingung, bengong, bosan, berat hati, perasaan
bersalah, curiga, canggung, diabaikan, merasa dihina,
dendam dan lain-lain.
Untuk itu diperlukan serangkaian langkah yang
sistematis agar mampu menciptakan suasana yang
menyenangkan dan menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Dalam proses bimbingan pembicaraan antara
pembimbing dan klien mengikuti urutan langkah diskusi
tertentu yang pada umumnya adalah sebagai berikut:
1) menciptakan suasana hubungan antarpribadi;
2) menetapkan lingkup permasalahan yang dihadapi,
termasuk berbagai alternatif yang tersedia kalau
semua ini sudah diketahui;
3) mengumpulkan dan mengolah berbagai data psikologis
dan data sosial yang relevan;
4) menetapkan kemungkinan alternatif yang terbuka, baik
yang sudah dikemukakan tadi maupun yang baru jelas
pada saat ini (inventarisasi);

52
5) peninjauan terhadap masing-masing alternatif atas
dasar data psikologis dan data sosial, dengan
mempertimbangkan apakah suatu alternatif diinginkan
(desirable), dapat dipilih atau mungkin untuk dipilih
(possible) dan, kalau dipandang berguna, akan
membawa hasil yang diharapkan (probable);
6) memilih satu alternatif yang paling dapat
dipertanggungjawabkan dan mengandung risiko gagal
paling kecil, atau memilih lebih dari satu alternatif
dalam urutan prioritas kalau hal ini dimungkinkan;
7) merencanakan cara mengimplementasikan dan
melaksanakan keputusan yang diambil;
dipertimbangkan juga apakah ada kemungkinan
keputusan itu masih dapat diubah, kalau kemudian hari
ternyata timbul hambatan yang tidak dapat diatasi
8) mengakhiri hubungan bila proses bimbingan sudah
selesai.
Pola bimbingan pada masyarakat Asia, khususnya
Asia Tenggara lebih mengarah pada bimbingan kelompok
daripada bimbingan individual. Ini dipengaruhi oleh
karakteristik masyarakat Asia yang lebih bersifat agamis,
sosial, berkelompok, dibanding masyarakat Barat yang
cenderung sekuler dan independen. Berdasarkan uraian
diatas dapat dimuat simpulan karakteristik bimbingan
keagamaan khususnya yang berhubungan dengan
bimbingan di sektor karir antara lain:
1) Karakteristik religius, sikap yang terintegrasi dalam
bingkai keagamaan. Membimbing karir didasarkan
pada panggilan dakwah, semata-mata mewujudkan
keadaan umat yang damai, sejahtera sesuai prinsif
salam (wallahu yad’u ila darussalam).

53
2) Karakteristik scientific, penguasaan keilmuan tentang
karir dan cara membimbingnya (walataqfu ma laisa
laka bihi ilm).
3) Karakteristik sosial, kepekaan sosial sehingga tampil
secara proaktif mengambil bagian sebagai problem
solver (yaj’allahu makhrojaa) atas masalah-masalah
kiprah diri umat, khususnya dalam bidang ekonomi
yang ditangani secara perseorangan maupun
kelompok.

54
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Ansori, M. (2010). Psikologi Remaja Perkembangan


Peserta Didik Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.
Hariyadi, Sugeng. (1993). Perkembangan Peserta Didik.
Semarang: IKIP Press.
Hartono. (2016). Bimbingan Karier. Jakarta: PT. Fajar
Interpratama Mandiri.
Hermayanti. (1987). Pendekatan Konseling Karir di
dalam Bimbingan Karir (Suatu Pendahuluan). Jakarta:
Ghalia Indonesia
Herr, EL dan Cramer, SH. (1984). Career Guidance and
Counseling Through the Life Span. Boston: Little
Brown Company.
Hurlock, EB. (alih bahasa, Itiwidayanti dan Sudjarwo, 1980).
Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Maslihah, S. (2009). Peran Pelatihan Orientasi Karir Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Orientasi Karir Remaja
Kelas X SMAN 4 Bandung. Tesis. Bandung: Program
Pascasarjana UNPAD: tidak diterbitkan.
Nurihsan, J. dan Sudianto, A. (2005). Manajemen Bimbingan
&
Konseling di SMA (Kurikulum 2004). Jakarta: PT.
Grasindo.
Sarwono, S.W. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja
Grafindo.
Sukardi, Dewa Ketut. 1985. Bimbingan Karir di Sekolah.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Sunarto dan Hartono Agung, (1994). Perkembangan Peserta
didik. Jakarta: Depdikbud.
Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan, (2005). Landasan

55
Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Yusuf, Syamsu. (2006). Program Bimbingan dan Konseling
(SLTP dan SLTA). Bandung : Pustaka Bani Quraisy
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling (Studi &
Karier).
Yogyakarta : CV Andi Offset
Winkel, W.S., & Hastuti, S. (2006). Bimbingan dan Konseling
di
Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Tohirin, (2004). Bimbingan dan Konseling di sekolah dan
madrasah. Jakarta : Rajawali Pers.

56
57

Anda mungkin juga menyukai