Anda di halaman 1dari 8

Nama : Lutvi Nurhadiansyah

NPM/Kelas : 22.22.1.0147 / 2E-PGSD

Mata Kuliah : Pengembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu : Roni Rosiyana, M. Pd.

PERMASALAHAN, STRATEGI, METODE BIMBINGAN BAGI REMAJA

A. Ragam Permasalahan Remaja


Setiap tahap usia remaja mempunyai tugas perkembangan yang
harus dilalui. Apabila seseorang gagal melaksanakan tugas perkembangan
pada usia sebenarnya, perkembangan pada tahap berikutnya akan
mengalami gangguan, lalu mencetuskan masalah pada diri remaja. Pada
usia ini, remaja mencoba mencari penyesuaian diri dengan kelompok
sebayanya. Dia mula memerhati pendapat orang lain, selain menginginkan
kebebasan dan keyakinan diri.
Secara psikologi, kenakalan remaja wujud daripada konflik yang
tidak diselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak, sehingga fase
remaja gagal dalam menjalani proses perkembangan jiwanya. Bisa juga
terjadi masa kanak-kanak dan remaja berlangsung begitu singkat
berbanding perkembangan fisikal, psikologi dan emosi yang begitu cepat.
Pengalaman pada masa anak-anak atau pada masa lampaunya yang
menimbulkan traumatik seperti dikasari atau yang lainnya dapat
menimbulkan gangguan pada fase pertumbuhannya. Begitu juga, mereka
ada tekanan dengan lingkungan atau status sosial ekonomi lemah yang
dapat menimbulkan perasaan minder. Hal itu dikarenakan remaja belum
stabil dalam mengelola emosinya. Dalam masa peralihan remaja
dihadapkan pada masalah-masalah penguasaan diri atau kontrol diri.
Berikut masalah-masalah yang dialami oleh remaja, antara lain:
a. Alkohol dan narkoba
Individu tertarik pada obat-obatan karena obat-obatan dapat
membantu mereka beradaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah.
Merokok, minum-minuman keras dan menggunakan obat dapat
mengurangi ketegangan dan frustasi meringankan kebosanan dan
keletihan, serta dalam beberapa kasus dapat membantu remaja untuk
melarikan diri dari realitas dunia keras. Dampak yang dialami yaitu adanya
ketergantungan fisik (kebutuhan fisik terhadap suatu obat yang disertai
dengan gejala ketagihan (withdrawl) yang tidak menyenangkan ketika
pemakaian obat dihentikan), dan ketergantungan psikologis (hasrat yang
kuat dan kecanduan untuk mengulangi penggunaan obat karena berbagai
alasan emosional seperti dapat menimbulkan perasaan senang dan
mengurangi stress)
b. Kenakalan remaja
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari
norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut
akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.Prediktor-
prediktor kenakalan meliputi konflik dengan otoritas (anak muda yang
berada di jalur ini dapat memperlihatkan sifat keras kepala kemudian
berkembang menjadi sifat menentang dan menghindari otoritas), tindakan
terselebung yang bersifat ringan yang diikuti dengan pengrusakan milik
orang lain serta tindakan-tindakan yang lebih serius, agresi ringan yang
diikuti dengan pertengkaran dan kekerasan, identitas (identitas negative),
kendali diri yang rendah, distorsi kognitif (bias egosentris), usia (inisiasi
dini), jenis kelamin (laki-laki), harapan untuk memperoleh pendidikan
(harapan rendah, komitmen rendah), prestasi sekolah (prestasi rendah di
tingkat awal), pengaruh teman sebaya, status social ekonomi (rendah),
peran pengasuhan orang tua (kurang pengawasan, dukungan dan
penerapan disiplin yang kurang efektif), saudara kandung yang nakal,
kualitas lingkungan rumah urban, tingkat kejahatan tinggi).
c. Kekerasan
Salah satu keprihatinan yang meningkat adalah tingginya jumlah
kekerasan pada remaja. Masalah kenakalan remaja yang memperoleh
perhatian khusus adalah geng dan kekerasan di sekolah. Faktor-faktor
yang seringkali dijumpai pada anak muda yang memiliki risiko dan
agaknya akan terdorong untuk melakukan tindakan kekerasan, yaitu:
pernah menggunakan obat terlarang dan alcohol di usia dini, memiliki
akses untuk memperoleh senjata, bergabung dengan kelompok kawan
sebaya yang antisosisal atau menyimpang, dan sering melihat tayangan
kekerasan di media.
d. Depresi dan bunuh diri
Salah satu karakteristik yang paling banyak dijumpai pada para
remaja yang dirujuk untuk memperoleh penanganan psikologis adalah
kesedihan atau depresi, khususnya yang dialami oleh remaja perempuan.
Depresi berkaitan dengan meningkatnya ide bunuh diri dan usaha bunuh
diri di masa remaja. Pada studi baru-baru ini menemukan bahwa factor-
faktor psikologis seperti kritik diri yang berlebihan dan merasa kehilangan
harapan juga berkaitan dengan ide dan tindakan bunuh diri.
e. Gangguan makan (obesitas, anorexcia dan bulimia)
f. Stress dan cara menanganinya
Remaja yang mengalami stress dapat berasal dari faktor diri
maupun dari luar, dan ketidakmampuan remaja dalam mengatasi tekanan
tersebut akan berpengaruh pada penyelesaian masalah yang dialaminya
apakah efektif atau tidak.
B. Strategi Bimbingan Bagi Remaja
Adapun bimbingan dan pembinaan yang perlu diberikan pada
remaja diantaranya:
1. Bimbingan Agama
Melaksanakan pendidikan agama dan pembinaan akhlak. Agama
yang tertanam akan mengendalikan keinginan yang kurang baik.
Pembinaan akhlak mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada
Allah SWT dan cerdas serta bertanggung jawab.
2. Bimbingan Karir
Meningkatkan pengertian remaja akan dirinya. Hendaknya remaja
dan orang tua memahami perubahan jasmani remaja, sehingga
remaja tidak cemas dan yang disangka kelainan itu bisa diterima
sebagai hal yang wajar atas kehendak Tuhan. Selain itu orang tua
harus memperhatikan gizi bagi anaknya.

3. Bimbingan Keluarga
Menciptakan hubungan baik dengan orang tua. Apabila remaja
merasakan kehangatan, kasih sayang dan ketentraman ibu bapak
terhadap dirinya, maka jiwanya akan tentram. Remaja juga dapat
terbuka kepada orang tuanya.
4. Bimbingan Akademik
Bimbingan ke arah hari depan yang baik. Pendidikan dan orang tua
sangat berpengaruh karena pendidikan hendaknya mendorong
remaja untuk dapat hidup dan mencari kehidupan dengan kekuatan
sendiri. Orang tua pun harus membimbing.
5. Bimbingan Sosial Masyarakat
Bimbingan hidup bermasyarakat. Remaja merasa berguna dalam
masyarakat maka harus dibantu mengembangkan segi
keistimewaannya. Remaja hendaknya ikut aktif dalam kegiatan
sosial sesuai kemampuannya.
C. Metode Pengembangan Potensi Remaja
Pengembangan potensi peserta didik merupakan proses yang
disengaja dan sistematis dalam membiasakan/mengkondisikan peserta
didik agar memiliki kecakapan dan keterampilan hidup. Untuk dapat
mengembangkan, sebelum ataupun bersamaan dengan usaha kongkrit
dilakukan, sangat perlu adanya pengertian dan pemahaman para pendidik
terhadap remaja. Kecakapan dan keterampilan yang dimaksud berarti luas,
baik kecakapan personal (personal skill) yang mencakup; kecakapan
mengenali diri sendiri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional
(thinking skill), kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik
(academic skill), maupun kecakapan vokasional (vocational skill).
Kegiatan pendidikan pada tahap melatih lebih mengarah pada konsep
pengembangan kemampuan motorik peserta didik. Terkait dengan proses
melatih ini, perlu dilakukan pembiasaan dan pengkondisian anak dalam
berpikir secara kritis, strategis dan taktis dalam proses pembelajaran.
Peserta didik dilatih memahami, merumuskan, memilih cara pemecahan
dan memahami proses pemecahan “masalah”. Berangkat dari kondisi
tersebut, maka budaya instant dalam pembelajaran yang selama ini
dibudayakan harus ditinggalkan, menuju proses pemberdayaan seluruh
unsur dalam sistem pembelajaran. Namun, dalam kenyataan, kita
menemukan banyak remaja menjadi remaja yang seakan-akan terlahir
bodoh, tanpa potensi apa pun.
Ada dua hal yang harus kita perhatikan dalam upaya menggali
potensi remaja, yaitu :
1. Konsep diri
Tiap upaya untuk menggali maupun meningkatkan potensi, prestasi
maupun kompetensi seseorang, tidak terlepas dari yang bernama konsep
diri. Konsep diri seorang remaja adalah cara pandangnya terhadap dirinya
sendiri. Konsep diri seorang remaja terbentuk melalui pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan serta dipengaruhi siapa yang dianggap
memiliki otoritas terhadap dirinya. Bagi anak remaja, guru dan orangtua-
lah yang dianggap memiliki otoritas. Konsep diri ini mempengaruhi cara
seorang remaja berpikir, bersikap dan bertindak dalam hal apa pun, baik
dalam berhubungan dengan orang lain maupun dalam kegiatan yang
dikerjakan. Konsep diri terdiri atas diri ideal, citra diri dan harga diri.
2. Pandangan yang benar mengenai kecerdasan
Selama ini orang selalu menilai seorang remaja berbakat dan pintar
hanya dari nilai yang diperoleh di sekolah, sehingga jika seorang remaja
mendapatkan nilai yang kurang dengan cepat orang akan mengatakan
bahwa si remaja bodoh dan tidak memiliki potensi apa pun. Pandangan
dan penilaian semacam ini sangat keliru dan menyesatkan. Akibat
pandangan keliru itu si remaja tidak dapat mengembangkan dan
menemukan potensi yang ada dalam dirinya. Profesor Howard Gardner
dari Universitas Harvard telah mengembangkan model kecerdasan yang
disebut multiple intelligence lebih 20 tahun. Ia tiba pada satu pandangan
bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap. Kecerdasan akan
lebih tepat kalau digambarkan sebagai suatu kumpulan kemampuan atau
keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Kecerdasan
bersifat laten, ada di diri tiap manusia tetapi dengan kadar pengembangan
yang berbeda. Dalam menjelaskan mengenai kecerdasan, ia menggunakan
kata ‘bakat’ atau ‘talenta’. Konsep multiple intelligence yang
dikembangkannya terdiri atasi delapan jenis kecerdasan, yaitu:
1) Kecerdasan linguistik, kemampuan dalam bidang bahasa.
2) Kecerdasan matematika dan logika, kemampuan dalam berpikir abstrak
dan terstruktur.
3) Kecerdasan visual dan spasial, kemampuan yang berhubungan dengan
gambar, diagram, peta, maupun grafik.
4) Kecerdasan musik, kemampuan yang sangat kreatif dalam hal musik.
5) Kecerdasan interpersonal, mampu bergaul dan beradaptasi dengan cepat,
mampu menjadi mediator, dan pintar dalam hal berkomunikasi
6) Kecerdasan intrapersonal, kemampuan untuk dapat mengerti diri sendiri
serta kemampuan untuk memperhatikan nilai dan etika hidup.
7) Kecerdasan kinestetik, ahli dalam hal-hal yang berhubungan dengan fisik,
pekerjaan tangan dan dalam hal mengelola suatu objek.
8) Kecerdasan naturalis, kemampuan untuk mencintai alam dan berinteraksi
dengan hewan maupun tumbuhan
Pengembangan potensi seorang remaja hendaklah memperhatikan
hal-hal tersebut. Meniadakan atau mengesampingkan salah satu aspek di
dalamnya merupakan pekerjaan sia-sia dalam usaha menggali potensi
seorang remaja. Perlu dukungan dari orang tua dan guru dalam
mengembangkan potensi yang ada dalam diri seorang remaja sehingga
mereka bisa meraih semua impian masa depan mereka. Bantu mereka agar
memiliki konsep diri yang baik dan benar, lihatlah mereka dari sudut
pandang multiple intelligence, biarkan mereka berkembang sesuai dengan
kecerdasan yang mereka miliki.
DAFTAR PUSTAKA

Diananda, A. (2019). Psikologi remaja dan permasalahannya. ISTIGHNA: Jurnal


Pendidikan dan Pemikiran Islam, 1(1), 116-133.

https://pgsd.binus.ac.id/2017/01/12/permasalahan-dan-pengembangan-potensi-
remaja/ (diakses pada tanggal 15 April 2023 pukul 11.45 WIB)

https://www.kumpulanmakalahmahmud.com/2012/08/konseling-pada-
remaja.html?m=1 (diakses pada tanggal 15 April 2023 pukul 11.00 WIB)

Rahmaningtyas, A. (2020).Modul Psikologi Remaja: Permasalahan dan Perilaku


Menyimpang Pada Remaja. Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Anda mungkin juga menyukai