Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 17, No.

2, Juli 2014, hal 48-56


pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203

LOGOTERAPI MENINGKATKAN HARGA DIRI NARAPIDANA


PEREMPUAN PENGGUNA NARKOTIKA

Sri Maryatun1*, Achir Yani S. Hamid2, Mustikasari2

1. PSIK Kekhususan Keperawatan Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang 30128, Indonesia
2. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
*
E-mail: tunce79@yahoo.com

Abstrak

Penyalahgunaan narkotika setiap tahunnya mengalami peningkatan termasuk pada kelompok perempuan. Seseorang
dapat terjerumus pada penyalahgunaan narkotika ini karena sebelumnya mengalami masalah psikologis. Ketika mereka
menjalani hukuman masalah psikologis tersebut dapat memburuk termasuk harga diri rendah. Logoterapi bertujuan
meningkatkan harga diri melalui proses penemuan makna hidup. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi
pengaruh logoterapi terhadap harga diri narapidana perempuan pengguna narkotika di Lembaga Pemasyarakatan kelas
IIA. Penelitian quasi experimental pre-post test with control group ini dilakukan pada 56 responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan harga diri (kognitif, perilaku, afektif) yang signifikan pada kelompok
intervensi sebelum dan sesudah diberikan logoterapi. Logoterapi oleh perawat professional perlu dipertimbangkan
sebagai tindakan untuk mengatasi masalah psikologis seperti harga diri rendah, termasuk di lingkungan lembaga
pemasyarakatan.

Kata kunci: harga diri rendah, logoterapi, narapidana perempuan, penyalahgunaan napza

Abstract

Logotherapy Improving Self Esteem of Femaleprisoner’s Narcotics Users. Every year drug abused has increased,
including women's groups. An inividu can be involved with drug abuse is because previous experience of psychological
problems. When they are in jail the psychological problems may worsen, including low self-esteem. Logotherapy aims
to increase self-esteem through the discovery of the meaning of life process. The purpose of this study was to identify
the effect of logotherapy to self-esteem of women inmates at the Correctional Institution drug users IIA class. This
quasi-experimental pre-post test with control group study was conducted on 56 respondents. The results showed that
there were differences in self-esteem (cognitive, behavioral, and affective) significantly in the intervention group before
and after logotherapy intervention. Logotherapy by professional nurses need to be considered as measures to overcome
psychological problems such as low self-esteem, including within prisons.

Keywords: female prisoner, logotherapy, low self esteem, substance abused

Pendahuluan yang serius yaitu meningkatnya tindakan


kriminalitas atau kejahatan (Mujiran, 2006).
Krisis multidimensi yang berkepanjangan terjadi Berdasarkan catatan Mabes Polri tahun 2009,
di Indonesia beberapa tahun terakhir. Angka jenis kasus kriminalitas yang paling banyak
pengangguran yang meningkat 10% atau sekitar diseluruh Indonesia adalah kasus narkoba. Data
23 juta orang pada tahun 2010 (Pujianto, 2010) statistik Departemen Kehakiman dan HAM
dan angka kemiskinan yang masih tinggi yaitu menunjukkan bahwa jumlah tahanan dan nara-
23% dari total penduduk menyebabkan rapuhnya pidana narkotika di Indonesia meningkat, tahun
ketahanan ekonomi nasional dan lemahnya 2008 berjumlah 6.363 orang, di tahun 2009
ketahanan mental dan moral. Ketidakmampuan menjadi 15.522 orang. Persentase angka kejahat-
masyarakat dalam mengatasi stressor dan an yang dilakukan perempuan juga meningkat
masalah hidup ini dapat menimbulkan masalah 5% tiap tahunnya.
Maryatun, et al., Logoterapi Meningkatkan Harga Diri Narapidana Perempuan 49

Menurut Koesno (2007) meningkatnya angka Akan tetapi, hasilnya belum memuaskan dan
kriminalitas oleh perempuan disebabkan beberapa belum mampu mengatasi permasalahan psiko-
faktor antara lain kemiskinan, kondisi ekonomi logis narapidana. Salah satu bentuk upaya yang
seperti merasa penghasilannya kurang, sulitnya dapat dilakukan adalah dengan melibatkan
memperoleh pekerjaan, pengangguran, adanya perawat. Pelayanan keperawatan di Lapas atau
kebutuhan sesaat, kondisi lingkungan seperti Correctional Health Nursing (CHN), salah
longgarnya kontrol sosial dan kondisi kepri- satunya adalah pemberian terapi yang berguna
badian yang labil. Kriminalitas yang terjadi untuk membantu narapidana perempuan mening-
menimbulkan kerugian materi dan non-materi. katkan harga diri selama di Lapas dan setelah
Kerugian materi berupa pembayaran denda bebas (Ferszt, Hickey, & Seleyman, 2013).
hukuman atau uang ganti rugi akibat tindakan
kejahatan yang dilakukan. Kerugian non-materi Di Indonesia, CHN dikenal dengan sebutan
berupa perasaan tidak nyaman, tertekan dan perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas)
kehilangan. Perubahan status menjadi narapidana yang memberikan pelayanan kesehatan masya-
dan menjalani hukuman dalam rentang waktu rakat terutama kegiatan preventif dan promotif
yang cukup lama di Lembaga Permasyarakatan secara komprehensif. Logoterapi merupakan
(Lapas) merupakan stressor bagi mereka. Stressor salah satu psikoterapi untuk meningkatkan harga
tersebut antara lain kehilangan keluarga, kehilang- diri melalui penemuan dan pencapaian makna.
an kontrol diri, kehilangan model dan kurangnya Logoterapi adalah suatu jenis psikoterapi yang
dukungan. Kondisi ini dapat menimbulkan pertamakali dikembangkan oleh Viktor Frankl
masalah psikologis (Lynch et al., 2014). Stress tahun 1938 dengan mengutamakan makna hidup
yang dialami narapidana semakin bertambah sebagai tema sentral. Frankl mengemukakan
dengan adanya stigma di masyarakat yang mem- bahwa jika seseorang berhasil menemukan dan
berikan label negatif kepada mereka sebagai memenuhi makna hidupnya, maka kehidupan
penjahat dan pembuat kerusakan. akan menjadi lebih berarti, berharga dan bahagia
(Bastaman, 1996; Sutejo et al., 2011). Logoterapi
James dan Glaze (2006) menyampaikan bahwa juga dapat memulihkan para pengguna napza
narapidana perempuan di AS mengalami masalah dari ketergantungan (Asagba, 2009).
kesehatan jiwa lebih tinggi (75%) dibandingkan
narapidana laki-laki (55%). Sebanyak 30% nara- Penerapan logoterapi pada narapidana perempuan
pidana perempuan mengalami depresi. Nova pengguna narkotika dengan harga diri rendah
(2008) mendapatkan 80% narapidana perempuan perlu diuji untuk melihat pengaruhnya terhadap
di Lapas Palembang mengalami depresi sedang. peningkatan harga diri. Tujuan penelitian ini
Kejadian depresi sebelumnya merupakan risiko adalah untuk mengidentifikasi pengaruh logo-
depresi selanjutnya pada perempuan. Salah satu terapi terhadap harga diri narapidana perempuan
gejala yang muncul dari depresi adalah harga pengguna narkotika di Lembaga Pemasyarakatan.
diri rendah. Narapidana yang memiliki harga
diri rendah cendrung merasa tidak berguna, Metode
putus asa, tidak berdaya dan tidak mempunyai
motivasi untuk bekerja dan beraktivitas (Videbeck, Penelitian kuasi eksperimenpre-post test with
2008). Inayatika (2012) juga menemukan ke- control groupinidilakukandi sebuah Lapas di
percayaan diri pada narapidana perempuan di Palembang setelah mendapat persetujuan dari
Palembang tergolong rendah dengan komponen komite etik penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan
percaya diri rendah, harga diri rendah dan Universitas Indonesia dan ijin administrasi dari
gambaran diri rendah. Kepala Lapas. Sebanyak 56 narapidana perem-
puan yang diseleksi dengan tehnik pengambilan
Untuk mengatasi masalah tersebut, melalui sampel secara acak dilibatkan. Mereka dibagi
sistem pembinaan ketrampilan dan pembinaan dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol
mental berbagai upaya telah dilakukan di Lapas. yang masing-masing berjumlah 28 orang.
50 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 17, No. 2, Juli 2014, hal 48-56

Pengukuran harga diri dilakukan sebelum dan logoterapi dengan nilai (p= 0,154, α= 0,05) (Tabel
sesudah intervensi pada tiap kelompok. Ke- 1). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa
lompok intervensi diberikan terapi generalis perubahan respon prilaku tidak bermakna secara
berupa terapi aktivitas kelompok (TAK) dan statistik (p= 0,353; α= 0,05). Hasil serupa di-
logoterapi empat sesi yaitu sesi pertama pengka- tunjukkan dari nilai 0,164 pada respon afektif
jian terhadap masalah yang dialami responden berarti tidak ada perbedaan yang bermakna
selama dipenjara. Sesi kedua, identifikasi alasan respon afektif pada kelompok intervensi dan
dan harapan mengikuti terapi yang diungkapkan. kontrol sebelum diberikan logoterapi. Hasil
Sesi ketiga, pengambilan keputusan untuk me- analisis menunjukkan tidak ada perbedaan yang
milih tiga makna yang paling penting dalam bermakna harga diri pada kelompok intervensi
hidup responden serta memprakrekkan makna dan kontrol sebelum diberikan logoterapi (p=
hidup tersebut dalam kegiatan sehari-hari. Sesi 0,287; α= 0,05).
terakhir, evaluasi sesi sebelumnya disertai dengan
respon umpan balik positif responden terhadap Hasil analisis perbedaan harga diri (kognitif,
kegiatan logoterapi yang telah dilakukan. Kelom- perilaku, afektif) responden sebelum dilakukan
pok kontrol hanya diberikan terapi generalis yaitu logoterapi pada kedua kelompok memperlihatkan
TAK. Setelah proses pengambilan data selesai, rerata kognitif, perilaku dan afektif tidak jauh
mereka juga diberikan logoterapi. Uji statistik berbeda. Rerata skor kognitif pada kelompok
yang digunakan adalah analisis independent t- intervensi 38,39, rerata skor respon perilaku
Test dan dependen/Pair t-Test, Chi-square, 28,29 dan skor afektif 23,64. Angka tersebut lebih
korelasi Pearson dan Anova dengan bantuan tinggi dibanding rerata skor pada kelompok
program komputer. kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ter-
sebut tidak lebih baik dengan kelompok kontrol
Hasil
Tabel 1. Uji Kesetaraan Harga Diri (Kognitif,
Hasil penelitian menunjukkan rerata usia res- Perilaku, Afektif)
ponden pada kelompok intervensi 35,57 tahun Komponen Kelompok Rerata t p
dan kelompok kontrol 33,54 tahun. Rerata lama Kognitif Intervensi 36,39 -3,01 0,154
masa hukuman sebagian besar responden pada Kontrol 34,18
kedua kelompok adalah 5,5 tahun. Mayoritas Perilaku Intervensi 24,69 -2,38 0,353
responden pada kelompok intervensi berpendi- Kontrol 23,63
dikan SMP, sedangkan pada kelompok kontrol Afektif Intervensi 23,64 -2,01 0,164
adalah SD. Sebagian besar responden pada Kontrol 21,32
kedua kelompok tidak bekerja sebelumnya Harga Diri Intervensi 85,75 -3,13 0,287
atau sebagai ibu rumah tangga. Pada kedua Kontrol 79,18
kelompok mayoritas telah menikah.

Hasil uji kesetaraan karateristik usia, lama masa Tabel 2. Harga Diri (Kognitif, Perilaku dan
hukuman, pendidikan, pekerjaan dan status perka- Afektif) Sebelum Mengikuti Logoterapi
pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
winan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan
bahwa kesetaraan dengan nilai p> 0,05. Hasil Komponen Kelompok Rerata SD 95%CI
analisis kesetaraan harga diri (komponen kognitif, Kognitif Intervensi 36,39 3,023 37,22-39,56
perilaku, afektif) pada kelompok intervensi dan Kontrol 34,18 5,019 32,23-36,12
kontrol dengan menggunakan independen t-Test Perilaku Intervensi 24,69 3,287 27,01-29,56
adalah setara dengan nilai p>0,05 (Tabel 1). Kontrol 23,63 4,481 21,94-25,42
Afektif Intervensi 23,64 3,234 22,39-24,90
Hasil uji kemaknaan didapatkan bahwa tidak Kontrol 21,32 5,193 19,31-23,24
ada perbedaan respon kognitif pada kelompok Harga Diri Intervensi 85,75 7,369 83,46-93,18
intervensi dan kontrol sebelum mendapatkan Kontrol 79,18 12,23 74,43-83,94
Maryatun, et al., Logoterapi Meningkatkan Harga Diri Narapidana Perempuan 51

dan itu berarti bahwa nilai perubahan harga diri afektif terdapat perbedaan penurunan 10 kali pada
pada kedua kelompok tidak jauh berbeda yaitu kelompok intervensi dibandingkan kelompok
harga diri rendah sebelum diberikan logoterapi. kontrol. Hal itu dapat diartikan bahwa pada
pemberian terapi generalis dan logoterapi
Hasil analisis perubahan harga diri (kognitif, menyebabkan penurunan nilai rerata afektif 10
perilaku, afektif) sebelum dan sesudah diberikan kali lebih besar daripada hanya mendapatkan
logoterapi pada kelompok intervensi dan kelom- terapi generalis saja. Penurunan tersebut menun-
pok kontrol ditunjukkan pada Tabel 3. jukkan bahwa pada kelompok intervensi terjadi
perubahan respon afektif lebih baik dibandingkan
Hasil analisis menunjukkan nilai rerata respon kelompok kontrol.
kognitif pada kelompok intervensi menurun 17,03
dari sebelumnya sedangkan pada kelompok kontrol Perubahan respon afektif pada kelompok inter-
penurunan itu hanya 1,50. Hal itu menunjukkan vensi juga bermakna secara statistik dengan
bahwa pada kelompok intervensi terjadi perubahan nilai p 0,000 (p < α).Peneliti menyimpulkan
kognitif kearah lebih baik yaitu 17 kali lebih besar bahwa terdapat perbedaan yang bermakna respon
daripada kelompok kontrol. Perubahan respon afektif pada kelompok intervensi sebelum dan
kognitif pada kelompok intervensi bermakna sesudah diberikan logoterapi. Berdasarkan hasil
secara statistik sebesar (p= 0,000, α=0,05). Dapat analisis pada tabel 3, didapatkan bahwa nilai p
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna respon kognitif (0,116), perilaku (0,500) dan
respon kognitif pada kelompok intervensi sebelum afektif (0,687) pada kelompok kontrol lebih besar
dan sesudah pemberian logoterapi. Hasil analisis dari nilai alpha (α=0,05). Hal itu menunjukkan
juga menunjukkan bahwa nilai rerata respon bahwa secara statistik, tidak ada perbedaan respon
perilaku pada kelompok intervensi mengalami kognitif, perilaku dan afektif yang bermakna pada
penurunan sebesar 17,97 dari sebelumnya sedang- kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan
kan pada kelompok kontrol penurunan hanya terapi generalis. Sedangkan pada kelompok in-
0,50. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok tervensi, terdapat perbedaan yang bermakna pada
intervensi terjadi perubahan perilaku yang lebih respon kognitif, perilaku dan afektif sebelum
baik (17 kali), dibanding kelompok kontrol. dan sesudah diberikan logoterapi. Hal tersebut
berarti bahwa pemberian logoterapi pada kelom-
Perubahan respon perilaku pada kelompok in- pok intervensi mampu mengubah harga diri
tervensi juga bermakna secara statistik sebesar (kognitif, perilaku, afektif) responden ke arah
0,000 ( p < α ) dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan yang lebih baik daripada sebelumnya.
perbedaan yang bermakna respon dan sesudah
pemberian logoterapi. Sedangkan pada respon Hasil analisis perubahan harga diri (kognitif,
perilaku, afektif) pada kelompok intervensi dan
Tabel 3. Analisis Skor Perbedaan Harga Diri kelompok kontrol sesudah diberikan logoterapi
(Kognitif, Perilaku, Afektif) Responden ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4, menunjukkan
Sebelum–Sesudah Logoterapi pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 4. Harga diri (Kognitif, Perilaku, & Afektif)
Responden Sesudah Mengikuti Logoterapi
Variabel Intervensi Kontrol
Mean p Mean p
Variabel Kelompok Rerata SD t p
Kognitif
Kognitif Intervensi 21,96 3,74
a. Sebelum 38,39 0,000 34,18 0,116
Kontrol 32,68 5,47 9,03 0,000
b. Sesudah 21,36 32,68
Perilaku Perilaku Intervensi 16,32 3,54
a. Sebelum 28,29 0,000 23,68 0,500 Kontrol 23,18 4,46 6,36 0,000
b. Sesudah 16,32 23,18 Afektif Intervensi 12,93 2,84
Afektif Kontrol 20,96 5,18 7,19 0,000
a. Sebelum 23,64 0,000 21,32 0,687 Harga Diri Intervensi 51,21 8,02
b. Sesudah 12,93 20,96 Kontrol 76,82 12,5 7,73 0,000
52 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 17, No. 2, Juli 2014, hal 48-56

adanya perbedaan yang bermakna/signifikan Hasil penelitian tersebut selaras dengan hasil
perubahan harga diri (kognitif, perilaku, afektif) penelitian ini. Peneliti pada sesi ketiga logoterapi
pada kelompok intervensi dan kontrol sesudah responden pada kelompok intervensi mampu
diberikan logoterapi dengan nilai (p= 0,000; melakukan atau mendemonstrasikan berbagai
α= 0,05). kegiatan harian yang dapat memunculkan makna/
hikmah didalamnya. Contohnya adalah kegiatan
Pembahasan menyiram dan memelihara tanaman dengan me-
maknainya sebagai kegiatan yang memberikan
Terdapat perubahan bermakna sebelum dan kehidupan buat makhluk Tuhan.
sesudah diberikan logoterapi pada kelompok
intervensi dalam komponen kognitif, perilaku, Responden memaknai kegiatan menyulam dan
afektif dan harga dirinya (p= 0,000; α = 0,05). membuat kerajinan tangan sebagai kegiatan yang
Hasil ini sesuai dengan Hergenhahn,1997 yang dapat menghapuskan dosa akibat perbuatan sebe-
menyebutkan teori bahwa logoterapi adalah salah lumnya yaitu menjual narkotika. Setiap kegiatan
satu terapi yang membangkitkan kognitif individu selama berada di Lapas dimaknai berbeda-beda,
untuk dapat memahami potensi diri dan mening- tergantung dari penilaian diri setiap orang. Hal ini
katkan membuka situasi hidup, sehingga hidup sesuai Gutsman (1996) dan Fromm (1997) yang
menjadi bermakna. Melalui logoterapi, responden menyatakan bahwa ada tiga cara menemukan
dilatih untuk mampu berpikir mengenali dan makna hidup yaitu melalui aktivitas yang kreatif
memahami potensi dan nilai-nilai positif diri atau karya cipta yang inovatif, nilai-nilai interaksi
sebagai sumber makna dalam menghadapi nilai- dengan orang lain, dan melalui penderitaan.
nilai negatif dan permasalahan/situasi hidup. Pemaknaan ini bermanfaat untuk meningkatkan
motivasi hidup, mempertahankan perilaku adaptif,
Hasil evaluasi sesi pertama dan kedua logoterapi mengurangi rasa bosan/dan jenuh, dan menim-
menunjukkan 100% reponden dalam kelompok bulkan rasa bahagia.
intervensi mampu mengungkapkan masalah,
harapan dan menemukan makna hidup dalam Pada respon afektif, responden dalam kelompok
dirinya dengan bimbingan atau panduan dari intervensi mampu mengungkapkan perasaannya
terapis. Beberapa responden mengungkapkan terkait dengan pengalaman yang dijalaninya
makna hidup yang hampir sama antara lain selama berada di Lapas, seperti perasaan sedih,
penyesalan, belajar, pengalaman berharga, sabar menyesal, cemas, sayang, senang, dan rindu.
dan menolong. Frankl (Shofia, 2009) menyatakan Kegiatan logoterapi memberikan kebebasan
bahwa kesabaran dan menolong termasuk dalam untuk mengungkapkan masalah, yang bertujuan
nilai makna sikap. Penyesalan, pengalaman ter- untuk memperoleh gambaran nilai individu
masuk nilai penghayatan. Belajar adalah nilai terutama nilai penghayatan yang hilang dari
makna kreatif. dalam dirinya.

Keberhasilan logoterapi telah diungkapkan oleh Menurut Frankl (Shofia, 2009) nilai
beberapa studi sebelumnya. Caulkins, et al., (1997) penghayatan merupakan salah satu sumber
yang meneliti narapidana pemakai narkotika di untuk menemukan makna. Mendalami nilai-
San Quentin & Folsom State menemukan 8 dari nilai penghayatan berarti mencoba memahami
10 narapidana dalam satu kelompok mendapatkan meyakini, dan menghayati berbagai nilai yang ada
remisi, bebas bersyarat setelah diberikan logoterapi dalam kehidupan seperti keindahan, kebajikan,
selama dua tahun. Penelitian Mauer & Huling kebenaran, keimanan dan cinta kasih (Bastaman,
(1995) di pusat rehabilitasi Norco, mengungkapkan 2007). Menghayati cinta kasih, misalnya dapat
bahwa logoterapi yang diberikan selama 1 tahun menimbulkan perasaan bahagia, kepuasan, ke-
dapat meningkatkan kebermaknaan hidup pasien tentraman perasaan diri berharga dan bermakna.
pemakai narkotika dan menurunkan angka keter- Penghayatan erat kaitannya dengan perasaan
gantungan narkotika dari 45% menjadi 11%. (Wong, 2000). Berdasarkan penjelasan diatas,
Maryatun, et al., Logoterapi Meningkatkan Harga Diri Narapidana Perempuan 53

penulis menetapkan asumsi bahwa keberhasilan diungkapkan responden tidak mendapatkan


peningkatan harga diri (kognitif, perilaku, afektif) respon untuk diselesaikan.
pada kelompok intervensi disebabkan pelaksanaan
logoterapi sesuai dalam empat sesi. Selain itu, Hasil penelitian menemukan perbedaan antara
sikap, motivasi dan dukungan anggota kelompok kelompok intervensi dan kontrol setelah kelompok
juga berperan dalam keberhasilan logoterapi intervensi mendapatkan logoterapi. Sebanyak
tersebut. 90% responden pada kelompok intervensi me-
ngemukakan masalah ketergantungan narkotika.
Hasil penelitian ini menemukan perbedaan antara Kehidupan mereka telah dikendalikan oleh
hasil pada kelompok intervensi dan kelompok narkotika yang dilatarbelakangi kemiskinan,
kontrol. Hal tersebut sesuai dengan teori yang konflik keluarga dan kepercayaan diri yang
menyebutkan bahwa terapi aktivitas kelompok rendah sehingga membuat mereka merasa hampa,
bersifat generalis atau umum yang memunculkan kosong, bosan, tidak berdaya, dan tidak bermakna.
pada keaktifan atau keikusertaan responden meng- Keadaan yang dialami responden ini disebut
ikuti kegiatan di suatu tempat (Keliat, 2002). existensial vakum. Penelitian Noblejas de la Flor
Salah satunya adalah terapi aktivitas kelompok (1997) di pusat rehabilitasi Naval di Afrika Selatan
stimulasi persepsi. Tujuan dari TAK stimulasi menemukan 80 dari 115 pemakai narkotika
persepsi adalah membantu responden untuk mengalami kehampaan hidup, kebosanan dan
meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan ketidakjelasan tujuan hidup. Respon psikologis/
masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus emosional yang dialami pemakai narkotika
kepadanya (Darsana, 2007). Adapun stimulus tersebut merupakan hasil proses kognitif berupa
yang dimaksud dapat berupa pemikiran dan penilaian dan penerimaan makna dalam situasi
penilaian negatif tentang dirinya. tertentu yang sedang kita alami pada saat ini.
Kegiatan logoterapi bertujuan membantu sese-
Pada kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok orang menemukan makna hidup sehingga tujuan
(TAK), responden hanya dilatih untuk mampu hidup dan kebahagiaan dapat dicapai (Kausch
berpikir menemukan kelebihan dan kekurang- & Amer, 2007). Ada tiga cara dalam logoterapi
an dirinya. Responden tidak dilatih untuk meng- yang dapat ditempuh manusia untuk menemukan
ubah pemikiran/kognitif negatif atau menemukan makna hidup; pertama melalui pekerjaan atau
makna dibalik penilaian atas kekurangan dirinya perbuatan; kedua dengan mengalami sesuatu atau
sehingga tidak ada penyelesaian masalah secara melalui seseorang; dan yang ketiga melalui cara
langsung bagi responden. Selain itu, responden individu menyikapi penderitaan yang tidak bisa
lebih memperhatikan pada penilaian kemampu- dihindari (Frankl, 2000). Proses ini merupakan
an diri masing-masing sehingga komunikasi/ proses kognitif untuk menemukan dan menerima
interaksi diantara anggota kelompok untuk makna. Pada penelitian ini, responden pada
memberikan reinforcement/ pujian positif juga kelompok intervensi menunjukkan perubahan
berkurang. kognitif yang lebih baik dibandingkan kelompok
kontrol.
Pada kegiatan TAK, responden dilatih untuk me-
lakukan kemampuan positifnya dalam aktivitas/ Respon kognitif responden pada kelompok kontrol
kegiatan atau perilaku sehari-hari. Selain itu tidak banyak mengalami perubahan. Terapi yang
responden mendapat kesempatan untuk meng- diberikan pada kelompok kontrol adalah TAK
ungkapkan perasaan/afektif terkait dengan yang stimulasi persepsi yang menggunakan aktivitas
dialaminya. Namun, menurut asumsi peneliti, sebagai stimulus terkait dengan penilaian dan
kondisi tersebut tidak memberikan perubahan pengalaman diri masing-masing anggota kelompok
harga diri (kognitif, perilaku, afektif) responden dengan masalah keperawatan yang sama (Gillien,
pada kelompok kontrol dikarenakan kemampu- 2001). Responden dilatih mengenal/mengiden-
an positif yang diaktualisasikan dalam perilaku tifikasi kemampuan positif diri. Namun, dalam
tidak bertahan lama, serta perasaan/afektif yang pelaksanaannya, responden mengalami kesulitan
54 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 17, No. 2, Juli 2014, hal 48-56

melakukannya. Hal ini dapat terjadi karena keputusan untuk mengikuti kegiatan kelompok
mereka menganggap bahwa kemampuannya secara mandiri dan sebagian responden perlu
merupakan sesuatu yang wajar atau biasa saja, dukungan moral. TAK tidak dapat memfasilitasi
sama dengan kemampuan orang lain. untuk menyelesaikan masalah dan perasaan
yang dialami mereka sebelumnya. TAK yang
Hasil perubahan perilaku pada kelompok inter- diberikan pada kelompok kontrol belum mampu
vensi lebih baik dibandingkan dengan kelompok memenuhi kebutuhan perasaan yang dialami
kontrol. Pada kegiatan logoterapi, responden responden.
mendapatkan penguatan positif dari dalam dan
dari luar yaitu dukungan dan penerimaan dari Kesimpulan
anggota kelompok lainnya. Penguatan positif
dari dalam diperoleh dari penghayatan dan Terdapat perbedaan yang signifikan harga diri
keyakinan individu terhadap nilai kreatif yang (respon kognitif, perilaku dan afektif) sebelum
dimilikinya sebagai salah satu sumber makna dan sesudah logoterapi pada kelompok intervensi
atau potensi yang menimbulkan makna bagi Hasil berbeda ditemukan pada kelompok kontrol
kehidupannya (Shantall, 1999). Nilai kreatif yaitu tidak ada perbedaan harga diri (respon
dapat dicapai melalui berbagai perilaku atau kognitif, perilaku dan afektif) sebelum dan
kegiatan yang terarah. Kegiatan atau perilaku sesudah pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
terarah, yaitu upaya yang dilakukan secara sadar Dapat disimpulkan bahwa logoterapi merupakan
dan sengaja berupa pengembangan potensi diri terapi yang bermanfaat untuk membantu seseorang
(bakat, kemampuan, keterampilan) yang positif untuk meningkatkan konsep diri khususnya harga
serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk diri yang diperoleh dari penerimaan diri secara
menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup kognitif, afektif dan perubahan perilaku yang
(Weber, 2002). adaptif. Hasil penelitian ini memperkaya rujukan
tentang manfaat logoterapi pada populasi nara-
Responden pada kelompok kontrol, hanya melaku- pidana. Terapi ini dapat dipertimbangkan untuk
kan kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan diterapkan pada narapidana di Lapas dengan
positif yang dimilikinya tanpa ada kebutuhan pelaksana seorang perawat yang mempunyai
dan alasan/sumber makna sehingga kegiatan kewenangan dan kompetensi melakukan logo-
yang dilaksanakan bersifat rutin dan dilakukan terapi (MR,AG)
dengan terpaksa hanya akan menguatkan identitas
atas kemampuan positif yang dimilikinya. Katz
(1960, dalam Depkes 2002) menjelaskan peru-
Referensi
bahan perilaku individu tergantung kebutuhan. Asagba, R.B. (2009). Logotherapeutic Management
of persons with substance abuse/dependence.
Hasil perubahan afektif pada kelompok inter- Ife Psychologia, 17 (1). Diperoleh dari:
vensi lebih baik daripada kelompok kontrol. https://www.questia.com/library/journal/1P3-
Melalui logoterapi, responden dilatih untuk 1868494141/logotherapeutic-management-
membuka diri dalam rangka menemukan potensi of-persons-with-substance.
makna yang baru di balik penderitaan, rasa
kehilangan dan bersalah yang dialami selama Bastaman, H.D. (1996). Meraih hidup bermakna
di Lapas. Perubahan sikap memberikan umpan kisah pribadi dengan pengalaman tragis.
Jakarta: Paramadina.
balik positif yang membantu manusia menjadi
lebih terbuka dan memudahkan dalam mencari ---------------------. (2007). Logoterapi: Psikologi
makna dan arti baru dalam situasi krisis atau untuk menemukan makna hidup dan meraih
penderitaan. hidup bermakna. Jakarta: Raja Grafindo.

Responden pada kelompok kontrol hanya menun- Caulkins, J.P. (1997). Are mandatory minimum
jukkan perubahan sikap dalam mengambil drug sentences cost-effective? Santa Monica,
Maryatun, et al., Logoterapi Meningkatkan Harga Diri Narapidana Perempuan 55

CA: RAND Corporation. Diperoleh dari: Kausch, K.D., & Amer, K. (2007). Self-
http://www.rand.org/pubs/research_briefs/ transcendence and depression among
RB6003.html. AIDS memorial quilt panel makers. J
Psychosoc Nurs Ment Health Serv., 45(6),
Darsana. (2007). Gangguan mental dan perilaku 44–53.
akibat narkoba. Disampaikan pada Seminar
tentang Narkoba di Universitas Airlangga, Keliat, B.A., & Akemat. (2005). Keperawatan jiwa
Surabaya. terapi aktivitas kelompok. Jakarta : EGC.

Depkes RI. (2002). Pedoman nasional penang- Koesno, A. (2007). Faktor-faktor kriminogenik
gulangan tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI. perempuan melakukan kejahatan narkotika.
Jurnal Yustika, 10 (2), 153–170.
Ferszt, G.G., Hickey, J.E., & Seleyman, K. (2013).
Advocating for pregnant women in prison: Mauer, M. & Huling, T. (1995). Young black
The role of the correctional nurse. Journal Americans andthe criminal justice system:
of Forensic Nursing, 9 (2), 105–110. doi: Five years later. Diperoleh dari: http://www.
10.1097/JFN.0b013e318281056b sentencingproject.org/wp-content/uploads/
2016/01/Young-Black-Americans-and-the-
Frankl, V.E. (2000). On the theory and therapy of Criminal-Justice-System-Five-Years-Later.
mental disorders: An introduction to Pdf.
logotherapy and existential analysis. New
York and Hove: Brunner-Routlede Taylor Mujiran, P. (2006). Kejahatan dan gangguan jiwa.
& Francis Group. Diperoleh dari http://groups.yahoo.com/.

Gillien, R. (2001). Purpose in life and self Noblejas de la Flor, M.A. (1997). Meaning levels
perceived anger problem among college and drug-abuse therapy: An empirical study.
students. International Forum for International Forum for Logotherapy; 20,
Logotherapy, 18, 74–82. 46–51.

Gutsman, D. (1996). Logotherapy for helping Nova.S. (2008). Tingkat depresi pada narapidana
profesional: Meaningful social work. New wanita di lembaga pemasyarakatan IIA
York: Springer. Palembang (Skripsi, Tidak Dipublikasi).
Program Studi Ilmu Keperawatan UNSRI,
Hazell, R.R., & Windmill, M.E. (2000). The use of Palembang.
logotheraphy tehnique in thetreatment of
multiple personally disorder. Diperoleh Pujianto, R. (2010). Angka pengangguran. Diperoleh
dari http://www.webspace.ship.edu/cgboes/ dari: http://www.MediaIndonesia.com.
.Frankl.html.
Ramdani, B. (2005).Upaya mengatasi stress
Hergenhahn, B.R., & Henley, T.B. (2013). An narapidana saat menjalani pidana penjara di
introduction to the history of psychology lembaga pemasyarakatan melalui rancangan
(7th Ed.). Belmont, CA: Wadsworth program okulasi stress. Tesis Tidak
Publishing. Dipublikasi. Depok: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.
Inayatika. (2011). Self efficacy pada narapidana di
lapas kelas I Palembang (Skripsi, Tidak Shantall, T. (1999). What is meant by meaning? In
dipublikasi). Program Studi Ilmu F.Crous, A.A. Havenga Coetzer & G. Van
Keperawatan UNSRI, Palembang. den Heever (Eds). On the way to meaning:
Essays in remambrance of Viktor Frankl;
James, D.J., & Glaze, L.E. (2006). Beraue of (pp.57-72). Benmore: Viktor Frankl
justice statistic special report: Mental Foundation of South Africa.
health problem of prison and jail inmates.
Diperoleh dari: https://www.bjs.gov/content/ Shofia, F. (2009). Optimisme masa depan nara-
pub/pdf/mhppji.pdf. pidana (Skripsi, Tidak Dipublikasi). Fakultas
56 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 17, No. 2, Juli 2014, hal 48-56

Psikologi Universitas Muhammadiyah Weber, K., & Stefen, A. (2002). The hidden crisis:
Surakarta, Surakarta. Women in prison. San Fransisco: National
Council and Crime Delincquency.
Sutejo, Keliat, B.A., Sutanto Priyo Hastono, S.P.,
& Daulima, NHC. (2011). Penurunan Wong, P.T.P. (2000). Implicit theories of personal
ansietas melalui logoterapi kelompok pada life and the development of the personal
penduduk pasca-gempa di Kabupaten meaning profile. The human quest for
Klaten. Jurnal Keperawatan Indonesia, 14 meaning: A handbook of psychologycal
(2), 107–112. research and clinical applications. Mahwah,
N.J: Lawrence Erlbraum Associates.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun
1992 tentang Kesehatan.

Videbeck, S.L. (2008). Psychiatric mental health


nursing. (4rd Ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai