Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

SEKSUAL DISORDER

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3
Ayu Fitriana (J210150085)
Nora Rastika (J210150093)
Wachidah Nurhidayah (J210150099)
Yuli Wahyu Utami (J210150104)
Mey Pamungkasty (J210150106)
Adita Kusfaningrum (J210130110)
Sri Mulyani (J210130111)

KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seks merupakan kegiatan fisik, sedangkan seksualitas bersifat total, multi
determined dan multi-dimensi. Oleh karena itu, seksualitas bersifat holistic yang
melibatkan aspek biopsikososial cultural dan spiritual.(Farida dan Yudi,2012)
Seksualitas dedifinisikan secara luas sebagai sutu keinginan untuk menjalin
hubungan, kehangatan kemesraan, atau cinta. Seksualitas dalam arti yang luas

1
merupakan semua aspek badaniah, psikologi dan kebudayaan yang berhubungan
langsung dengan seks dan hubungan seks manusia.
Kesehatan seksual merupakan suatu aspek kesehatan yang berhubungan
dengan organ-organ kelamin dan perilaku seksual. Kesehatan seksual yaitu
pencegahan penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak di inginkan,
kenikmatan seks sebagai bagian dari hubungan intim dan kendali yang lebih
besar terhadap keputusan seksual seseorang. Perilaku seksual adalah bermacam-
macam dan ditentukan oleh suatu interaksi faktor-faktor yang kompleks.
Seksualitas seseorang adalah terlibat dengan faktor kepribadian yang lain,
dengan susunan biologis dan dengan rasa umum tentang diri sendiri (sense of
self). Ini termasuk persepsi sebagai laki-laki atau wanita, yang mencerminkan
perkembangan pengalaman dengan seks selama siklus kehidupan. Seksualitas
abnormal yaitu perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri dan orang lain,
yang tidak dapat di arahkan kepada seseorang pasangan, yang diluar stimulasi
organ seks primer, dan yang disertai dengan rasa bersalah dan kecemasan yang
tidak sesuai atau, konfulsif.
Rafelia secara harfiah para artinya penympangan filia artinya obyek atau
situasi yang di sukai. Parefilia adalah dorongan seksual yang mendalam dan
berulang yang menimbulkan fantasi seksual yang difokuskan pada obyek yang
bukan pada manusia saja. Parafilia dapat diartikan juga yang menunjukkan pada
obyek seksual yang menyimpang. Penyimpangan ini bisa mengganggu hubungan
seksual yang sehat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sexual disorder ?
2. Apa yang mempengaruhi faktor seksualitas ?
3. Apa pengertian seksualitas normal dan abnormal ?
4. Apa saja jenis-jenis dan gangguan parafilia ?
5. Bagaimana pengkajian pada pasien sexual disorder?
6. Apa diagnosa pada pasien sexual disorder?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari seksual disorder.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas.
3. menjelaskan pengertian seksualitas normal dan abnormal.

2
4. Menyebutkan jenis-jenis dan gangguan parafilia.
5. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien sexual disorder
6. Untuk mengetahui diagnose yang sering muncul pada pasien sexual disorder

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Seksual Disorder
Gangguan seksual merupakan masalah dasar bagi pria dan wanita yang
menggangu kemampuan mereka untuk menikmati seks. Masalah keperawatan
yang terjadi pada kebutuhan seksual dan perubahan disfungsi seksual. Pola
seksual mengandung arti bahwa suatu kondisi seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami perubahan kesehatan seksual, sedangkan kesehatan seksual
sendiri adalah integrasi dari aspek somatis, emosional, intelektual, dan sosial dari
keberadaan seksual yang dapat meningkatkan rasa cinta, komunikasi, dan
kepribadian.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gangguan dalam fungsi
seksual diantaranya sebagai berikut.
1. Tidak adanya panutan (rolle model)
2. Gangguan struktur dan fungsi tubuh seperti adanya trauma, obat, kehamilan,
atau abnormalitas anatomi genitalia.
3. Kurang pengetahuan atau informasi yang salah mengenai seksual.
4. Penganiayaan secara fisik
5. Adanya penyimpangan psikoseksual
6. Konflik terhadap nilai

3
7. Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian.
Menurut Craven dan Himle (1996) dan Taylor (1997) dalam ambarwati
(2012), respon seksual manusia sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak
faktor sehingga membedakan perasaan pribadi terhadap seksualitas yang
diuraikan berikut:

1. Pertimbangan perkembangan
Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional,
dan biologis kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas
individu. Hanya aspek 12 seksualitas yang telah dibedakan sejak fase
konsepsi. Sejak lahir, gender atau seks mempengaruhi perilaku individu
sepanjang kehidupannya.
2. Kebiasaan hidup sehat dan kondisi kesehatan
Tubuh, jiwa, dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat
mencapai kepuasan seksual. Trauma atau stres dapat mempengaruhi
kemampuan individu untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-
hari yang tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya termasuk
penyakit. Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat, dan pandangan hidup
yang positif berkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan.
Kondisi kesehatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Nyeri, dapat menurunkan gairah untuk melakukan kontak seksual.
b. Diabetes mellitus, dapat menimbulkan impoten atau jenis disfungsi seksual
lainnya.
c. Penyakit kardioveskuler, seseorang dengan penyakit kardiovaskuler
mungkin lebih mengalai ansietas karena efek penyakit terhadap seksualitas
dan fungsi seksualnya.
d. Hipertensi, menimbulkan kesulitan bagi yang mengalaminya karena
penggunaan obat-obat hipertensi sering mempengaruhi fungsi seksual.
e. Infark miokard (serangan jantung), kegiatan hidup sehari-hari termasuk
kehidupan seksual, perlu dikurangi termasuk kehidupan yang kurang sehat,
seperti minum alkohol dan menghindari tekanan emosional.
f. Penyakit persendian atau gangguan mobilitas, sering menyerang pada
kelompok usia muda dan usia tua. Nyeri, kelelahan yang berlebihan,

4
kekakuan, dan gangguan pergerakan. Penyakit ini tidak langsung
mempengaruhi fungsi seksual tapi menimbulkan rasa kurang nyaman dan
ansietas.
3. Peran dan hubungan
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat
mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya. Cinta dan rasa percaya
merupakan kunci utama yang memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap
seksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan
dipercayainya.
4. Konsep diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung
terhadap seksualitasnya. Sebagai contoh, seseorang yang merasa harga dirinya
rendah dan kurang percaya diri akan berdampak negatif terhadap fungsi
seksualitasnya.
5. Budaya, nilai, dan keyakinan
Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat
mempengaruhi individu. Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu
tentang identitas dan perilaku seksual. Budaya, turut menentukan lama
hubungan seksual, cara stimulasi seksual dan hal yang lain yang terkait
dengan kegiatan seksual.
6. Agama
Pandangan agama tertentu ternyata berpengaruh terhadap ekspresi
seksualitas seseorang konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai
kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa untuk agama tertentu.
7. Etik
Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang lain.
Ada individu yang menganggap suatu ekspresi seksual tertentu dianggap tidak
normal. Tetapi sebaliknya pada orang lain.

C. Macam-macam seksual disorder


1. Gangguan identitas gender (gig)
Orang yang mengalami Gangguan Identitas Gender (GIG),
disebut transeksualisme. Orang-orang yang mengalami
gangguan ini biasanya sudah terlihat sejak awal masa

5
kanak-kanak, yang di hubungkan dengan banyaknya
prilaku lintas gender, seperti berpakaian seperti lawan
jenisnya, bermain dengan lawan jenisnya dan melakukan
permainan yang secara umum dianggap sebagai
permainan lawan jenisnya.
GIG dalam DSM-IV-TR :
a. Identitas yang kuat dan menetap terhadap lawan jenis
b. Adapun pada anak-anak kriteria (GIG) dapat
dispesifikan lagi, yaitu:
1) Berulangkali menyatakan keinginan untuk menjadi
atau memaksakan bahwa ia adalah lawan jenis.
2) Lebih menyukai memakai pakaian lawan jenis.
3) Lebih suka berperan sebagai sebagai lawan jenis
saat bermain atau terus menerus berfantasi jadi
lawan jenis.
4) Lebih suka melakukan permainan yang stereotype
lawan jenis.
5) Lebih suka bermain dengan teman-teman lawan
jenis.
c. Pada remaja dan orang dewasa, simtom-simtom
seperti keinginan untuk menjadi lawan jenis, berpindah
ke kelompok lawan jenis, ingin diperlakukan sebagai
lawan jenis, keyakinan bahwa emosinya adalah tipikal
lawan jenis.
d. Rasa tidak nyaman yang terus-menerus dengan jenis
kelamin biologisnya atau rasa terasing dari peran
gender jenis kelamin tersebut.
Pada anak laki-laki, merasa jijik dengan penisnya
dan yakin bahwa penisnya akan hilang seiring
berjalannya waktu. Tidak menyukai permainan
streotip anak laki-laki.

6
Pada anak perempuan, menolak membuang air
kecil dengan cara duduk, dan yakin bahwa penis
akan tumbuh, merasa tidak nyaman dengan
payudara membesar dan menstruasi, merasa benci
dengan pakaian perempuan yang konvensional
Pada remaja dan orang dewasa, terwujud dalam
salah satu hal yaitu, keinginan kuat untuk
menghilangkan karakteristik jenis kelamin skunder
melalui pemberian hormon atau operasi medis dan
meyakinkan bahwa dia terlahirkan dengan jenis
kelamin yang salah.
Tidak sama kondisi fisik antar jenis kelamin.
Menyebabkan distress atau hendaya dalam fungsi
social dan pekerjaan.
Penyebab GIG
Faktor-faktor biologis.
Faktor-faktor sosial dan psikologis.
2. PARAFILIA
Dalam DSM-IV-TR, Parafilia adalah sekelompok gangguan
yang mencakup ketertarikan seksual terhadap objek yang
tidak wajar atau aktivitas seksual yang tidak pada
umumnya. Berikut Bagian-bagian dari Parafilia ;
a. Pedofilia
Adalah kelainan seks dengan melakukan seksual untuk memenuhi
hasratnya dengan cara menyetubuhi (pencabulan) anak-anak dibawah
umur. Hal ini dilakukan oleh orang dewasa (16 tahun keatas) terhadap
anak-anak secara seksual belum matang (biasanya dibawah 13 tahun).
Hampir semua yang mengalami gangguan ini adalah pria. Untuk
menarik perhatian anak, penderita bertingkah laku baik misalnya
sangat dermawan ada juga yang berperilaku kasar dan mengancam.

7
Umumnya penderita pedofilia adalah orang yang takut gagal dalam
berhubungan secara normal terutama menyangkut hubungan seks
dengan wanita yang berpengalaman. Akibatnya ia mengalihkan
perhatiannya pada anak-anak karena kepolosan anak tidak mengancam
harga dirinya. Disamping itu ketika anak-anak, perilaku meniru dari
model atau contoh yang buruk. Ada tiga macam pengganggu dalam
berfantasi:
1) Mengganggu situasional (situasional molester) yaitu mempunyai
perkembangan dan perhatian seksual yang normal, tetapi pada
keadaan tertentu seperti stress timbul keinginan seksual terhadap
anak dan setelah melakukan merasa tertekan.
2) Pengganggu yang menjadi pilihan (preference molester)
merupakan kepribadian dan gaya hidupnya.
3) Pemerkosaan anak merupakan perbuatan dari dorongan seksual
yang bersifat musuh.
b. Exibionisme
Adalah dorongan untuk mendapatkan stimulus dan kepuasan
seksual atau untuk membangkitkan fantasi-fantasi dengan melibatkan
alat genital orang yang tidak dikenal. Penderita gangguan ini adalah
pria dan korbannya adalah wanita (anak-anak maupun dewasa).
Menurut teori psikoanalis gangguan ini merupakan cara untuk menolak
ketakukan, kastrasi yang berasal dari tahap odipal, pada tahap ini
penderita mengalami fiksasi.
c. Voyeurisme
Berasal dari bahasa Prancis yaitu kata voir artinya melihat, yaitu
untuk mendapatkan kepuasan dengan cara melihat organ seks orang
lain dan orang yang melakukan aktifitas seksual, yang tidak menyadari
seseorang sedang di intip (bahasa harian peeping tom). Pada gangguan
ini penderita memiliki keinginan yang sungguh-sungguh dan berulang
untuk melihat orang yang tidak menyadari keberadaannya (mengintip).
Gangguan ini memiliki 2 ciri yaitu:
1) Mengintip merupakan kegiatan utama yang disukai.
2) Korban tidak mengetahui.

8
Menurut psikodinamika modern gangguan ini didorong oleh
ketakutan terhadap kemampuan dalam berhubungan dengan wanita
dan merupakan usaha untuk mengkompensasi rasa malu. Adler
menginterpresentasikan gangguan ini sebagai fungsi rasa malu
individu dalam menyelesaikan masalah seksualitas. Teori belajar sosial
mengatakan bahwa gangguan ini berkembang akibat kurangnya seks
individu.
d. Sadomasokis
Istilah sadisme berasal dari Marquis de Sade seorang penulis pada
abad ke-18, ia menggambarkan seorang tokoh yang perlu kepuasan
seks dengan menyiksa pasangannya secara kejam, sadisme seksual
adalah kepuasan seksual didapat dari aktifitas atau dorongan yang
menyakiti pasangan. Siksaan secara fisik (menendang, perkosa, dan
memukul) maupun psikis (menghina, memaki-maki) penderitaan
korban inilah yang bisa membuatnya merasa bergairah dan puas.
Orang ini menjadi gembira atau berimajinasi tentang kesakitan
orang lain, penyebabnya pada kehidupan mula-mula hukuman dan
disiplin banyak berperan. Psikoanalisis memandang gangguan ini
sebagai cara untuk menurunkan kecemasan dalam mencari kepuasan
seksual pada anak-anak.
e. Masokhisme
Istilah masokhisme diambil dari novelis Leopord Von Sacher
Masoch yang seorang tokoh novelnya yang mencapai kepuasan
seksual bila diberlakukan secara sadis, gangguan ini memiliki ciri
mendapatkan kegairahan dan kepuasan seksual yang didapat dari
perangsangan dengan cara diperlakukan secara kejam baik secara fisik
maupun psikis. Perlakuan kejam bisa dilakukan sendiri atau dilakukan
oleh pasangannya. Penyembuhan ini dengan cara terapi individual dan
kelompok berdasarkan prinsip behavoir conditioning.
f. Fetisisme
Ciri utama gangguan ini adalah penderita menggunakan benda
sebagai cara untuk menimbulkan gairah atau kepuasan sosial, benda

9
yang umum yang digunakan adalah benda aksesoris milik wanita
misalnya pakaian dalam wanita, sepatu, kaos kaki, dan lain-lain. Fetis
mengandung tingkah laku seperti kompulsif. Pengalaman pada
kehidupan mula-mula menghasilkan hubungan antara gelora seksual
dan objek fetis.
g. Transverstisme
Gangguan ini hanya terjadi pada laki-laki yang perilakunya seperti
wanita, gambaran utamanya adalah penderita mendapatkan gairah atau
kepuasan seksual bila ia berpakaian seperti lawan jenisnya, ketika
senang berpakain seperti wanita, penderita melakukan masturbasi lalu
sambil membayangkan seorang laki-laki tertarik pada dirinya sebagai
seorang wanita. Gangguan ini memiliki sifat kompulsif, menggunakan
banyak energi emosional.
h. Zofilia
Gangguan ini juga disebut bestiality, ciri utamanya adalah
penderita mendapatkan gairah atau kepuasan seksual dengan cara
melakukan kegiatan seksual dengan binatang. Konteks seksual bisa
dengan melakukan senggama dengan binatang (lewat anus atau vagina
binatang, atau menyuruh binatang manipulasi alat genitalnya).
i. Froterisme
Ciri utama gangguan ini adalah dorongan untuk menyentuh,
meremas-remas, dan mengesek-gesekan organ seks kepada orang tak
dikenal, penderita umunya senang berada ditempat yang penuh sesak
dimana ia bisa melarikan diri dengan mudah, biasanya yang menjadi
korban adalah wanita yang sangat menarik dan pakain yang sangat
ketat. Ketika sedang melakukan aksinya penderita berfantasi sedang
melakukan hubungan yang menyenangkan dengan si korban.
Korban biasanya tidak protes karena ia tidak mengira akan terjadi
tindakan seksual seperti itu ditempat umum. Hal ini didapat dari
pengalaman lampau yang selalu mendapat penguat. Perlakuanya
pemadaman dan conditioning tertutup.

3. DISFUNGSI SEKSUAL

10
Disfungsi seksual adalah tidak berfungsinya alat kelamin
laki-laki ataupun wanita dengan baik. Hal ini disebabkan
oleh kegagalan ereksi pada laki-laki, dan kesukaran
orgasme pada wanita. Penyebab umumnya adalah pada
pengalaman mereka, frustasi, rasa bersalah karena gagal,
kehilangan harga diri, dan masalah emosional dengan
pasangan seksual. Semua itu adalah efek psikologis yang
khas dari disfungsi seksual.
Diskripsi dan Etiologi Disfungsi Seksual
1. Gangguan nafsu seksual
2. Gangguan gairah seksual
3. Gangguan Orgasme
4. Gangguan nyeri seksual

D. Proses Keperawatan pada Pasien Sexual Disorder


1. Pengkajian
Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data yang
berkaitan dengan aspek psikoseksual :
a. Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang
menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah
seksual.
b. Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien.
c. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual,
jangan terburu-buru.
d. Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk
mendapatkan informasi mengenai penngetahuan, persepsi dan dampak
penyakit berkaitan dengan seksualitas.
e. Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas,
biarkan terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang.
f. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari, dan fungsi sebelum sakit
dapat dipakai untuk mulai membahas masalah seksual.
g. Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang
masalah apa yang dibahas, begitu pula masalah apa yang dihindari klien.
h. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang
belum jelas.

11
i. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai klien
sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang
masalah seksual.

Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien


untuk mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :
a. Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan seksual.
b. Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau
ketidakpuasan seksual.
c. Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau
penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual.
d. Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah,
perasaan ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan
secara tuntas.
2. Diagnosa
a. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi
tubuh, penganiayaan fisik (seksual), depresi.
b. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan pilihan seksual yang
berbeda, penyesuaian diri terhadap seksual terlambat.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan psikososial, kognitif, tahap
perkembangan, perceptual.
3. Intervensi
a. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi
tubuh, penganiayaan fisik (seksual), depresi.
Kriteria Hasil :
- Menunjukan dapat beradaptasi dengan ketidakmampuan fisik.
- Mampu mengontrol kecemasan
- Menunjukan pemulihan dari penganiayaan : seksual
- Menunjukan keinginan berdiskusi tentan perubahan fungsi
Intervensi :
- Membangun hubungan saling percaya
- Menyediakan privasi dan menjaga kerahasian
- Berempati terhadap keengganan untuk mengakui
bahwa ia adalah pelanggar hukum.
- Memberitahukan jenis-jenis perawatan yang dapat
membantu mengotrol perilaku dengan baik

12
menunjukkan efek negative yang timbul apabila tidak
dilakukan treatment.
- Memberikan intervensi paradoksikal, dengan
mengekpresian keraguan bahwa orang tersebut
memiliki motivasi untuk menjalani perawatan.
- Terapi psikoanalitis
- Penanganan Kognitif
- Teknik Behavioral
- Penanganan Biologis
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan psikososial, kognitif, tahap
perkembangan, perceptual.
Kriteria Hasil :
- Body image positif
- Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
- Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh

Intervensi :

- Membangun hubungan saling percaya


- Menyediakan privasi dan menjaga kerahasian
- Kaji verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
- Hadirkan presenting reallity

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gangguan seksual merupakan masalah dasar bagi pria dan wanita yang
menggangu kemampuan mereka untuk menikmati seks. Masalah
keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual dan perubahan disfungsi
seksual. Pola seksual mengandung arti bahwa suatu kondisi seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami perubahan kesehatan seksual,
sedangkan kesehatan seksual sendiri adalah integrasi dari aspek somatis,
emosional, intelektual, dan sosial dari keberadaan seksual yang dapat
meningkatkan rasa cinta, komunikasi, dan kepribadian.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas adalah
a. Tidak adanya panutan (rolle model)

13
b. Gangguan struktur dan fungsi tubuh seperti adanya trauma, obat,
kehamilan, atau abnormalitas anatomi genitalia
c. Kurang pengetahuan atau informasi yang salah mengenai seksual
d. Penganiayaan secara fisik
e. Adanya penyimpangan psikoseksual
f. Konflik terhadap nilai
g. Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian.
3. Perilaku seksual yang normal ialah yang dapat menyesuaikan diri, bukan saja
dengan tuntutan masyarakat, tetapi dengan kebutuhan individu mengenai
kebahagian dan pertumbuhan.
4. Beberapa contoh dari parafilia antaranya pedofilia, exibionisme, voyeurism,
sadomasokisme, masokisme, fetisisme, transvertisme, zofilia, dan froterisme

DAFTAR PUSTAKA
HidayatA. Aziz Alimul dan Uliyah Musrifatul.2014.Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia.Jakarta: Salemba Medika
Ambarrwati,Fitri Respati dan Nasution Nita. 2012. Buku pintar asuhan keperawatan
kesehatan jiwa.Yogyakarta: Cakrawala Ilmu
Ardani Tristiadi.2013. Catatan Ilmu Kedokteran Jjiwa. Bandung: Karya putra darwati

14

Anda mungkin juga menyukai