Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kontroversi panjang dalam sejarah psikologi adalah penggunaan
metode untuk meneliti fenomena psikologis. Hal ini disebabkan oleh permasalahan
yang sangat mendasar, yaitu bidang kajian (subject matter) psikologi: apakah
psikologi harus dipahami sebagai ilmu tentang jiwa (mind) atau ilmu tentang perilaku
(behavior). Dengan perkataan lain apakah psikologi mempelajari peristiwa-periatiwa
mental pribadi seperti perasaan, fikiran, kesan: atau mempelajari perilaku yang
nampak (over behavior), seperti reaksi terhadap pengaruh alkohol, perilaku agresif,
semangat kerja, dan sebagainya. Secara lebih khusus, apakah psikologi meneliti
“perasaan depresi” atau “perilaku depresif”. Beberapa ahli telah secara tegas
memposisikan dirinya mengikuti salah satu dari “dua” bidang kajian tersebut,
sedangkan yang lain berpendapat bahwa “kedua” bidang kajian tersebut harus
dipelajari. Dengan adanya “dua” bidang kajian tersebut membawa konsekuensi
terdapatnya lebih dari satu metode atau pendekatan di dalam meneliti fenomena
psikologis (Alsa, 2011: 1).
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka
pemecahan suatu permasalahan. Namun, hasil penelitian tidak langsung
memecahkan permasalahan. Tugas penelitian adalah mencarikan alternatif
penjelasan atau jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dapat
digunakan sebagai bagian dari informasi untuk pemecahan permasalahan. Peneliti
hanya memberikan informasi ilmiah melalui temuan dan kesimpulan penelitiannya
(Azwar, 2016: 4).
Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang.
Dilihat dari pendekatan analisisnya, menurut Azwar (2016: 5) penelitian dibagi atas
dua macam, yaitu: penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian dengan
pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka)
yang diolah dengan metoda statistika. Sedangkan penelitian dengan pendekatan
kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan
induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang
diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan
kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi
penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab
pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif.
Berdasarkan pernyataan diatas, diketahui bahwa pendekatan dalam penelitian ada
dua macam, yaitu: pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
Awalnya, penelitian di fakultas psikologi yang ada di Indonesia cenderung
menggunakan penelitian kuantitatif daripada kualitatif. Namun sejak tahun 2000-an,
beberapa fakultas Psikologi di Indonesia sudah mulai memasukkan mata kuliah
Metode Penelitian Kualitatif dalam Kurikulumnya. Masuknya Metode Penelitian
Kualitatif terhadap kurikulum Psikologi tidak lepas dari derasnya kritik terhadap
paradigm positivistik, yang kemudian diamini oleh paguyuban fakultas-fakultas
Psikologi atau Kolokium Fakultas Psikologi se-Indonesia (Rahman, 2016: 75).
Namun Sebenarnya terdapat lebih dari dua pendekatan dalam penelitian
yang masih diperdebatkan. Seperti dikatakan Denzim dan Lincoln (dalam Denzim
dan Lincoln., 1994) dan Merriam (1998) bahwa ada tiga pendekatan utama dalam
penelitian, yaitu kuantitatif, kualitatif dan kritikal. Bahkan ahli-ahli terdahulu
mengemukakan ada empat kemungkinan pendekatan dalam penelitian, yaitu radical
humanist, radical structuralist, interpretivist, dan functionalist. (Burrel & Morgan,
dalam Creswell., 2002). Namun, tak dapat disangkal bahwa popularitas dan
penggunaan secara meluas ada pada dua pendekatan, yaitu kuantitatif dan kualitatif
(Alsa, 2011: 73).
Di bidang psikologi kedua pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif
dapat dilacak akarnya ke belakang pada formulasi Wilhelm Wundt, bapak psikologi
pada abad ke-19. Psikologi “pertamanya” menekankan laboratorium eksperimen
traditional untuk meneliti proses-proses mental level rendah, yang berorientasi pada
pendekatan kuantitatif, sedangkan psikologi “keduanya” melibatkan metode
observasi dan etnografi untuk proses sosiokultural, yang berorientasi pada
pendekatan kualitatif (Cole dalam Boski, Vijer & Chodynicka, Eds., 2002).
Ketepatan pendekatan kuantitatif tidak dipersoalkan ketika yang diteliti adalah
ilmu-ilmu kealaman, akan tetapi akan dipersoalkan ketepatannya bahkan keabsahan
pendekatan kuantitatif tersebut ketika yang dikaji adalah ilmu-ilmu sosial, termasuk
psikologi. Apakah tidak tepat menggunakan pendekatan kuantitatif untuk meneliti
bidang psikologi? Haruskah penelitian psikologi menggunakan pendekatan kualitatif?
Atau bisakah meneliti bidang psikologi dengan menggunakan dua pendekatan?
(Suryabrata, 2000).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Psikologi?
2. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi?
3. Bagaimana Kombinasi pendekatan dalam Penelitian Psikologi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Psikologi
2. Untuk mengetahui Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi
3. Untuk mengetahui Kombinasi pendekatan dalam Penelitian Psikologi

D. Manfaat
1. Teoritis
Secara teoritis makalah ini dapat berguna pada mata kuliah Metode Penelitian
Psikologi Lanjut dalam hal menambah pengetahuan tentang pendekatan dalam
penelitian psikologi.
2. Praktis
Secara praktis makalah tentang pendekatan dalam penelitian psikologi ini
diharapkan dapat diketahui, dipahami dan diterapkan oleh mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Psikologi


1. Latar Belakang
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dimulai sejak
pengetahuan modern. Roger Bacon (1214-1294) mengatakan bahwa
pengalaman menjadi dasar bagi semua ilmu pengetahuan, dan matematika
merupakan satu-satunya untuk mengolah semua ilmu pengetahuan. Pernyataan
Bacon tersebut kemudian didukung oleh kelompok empirisme seperti John Locke
(1632-1704) dan George Barkeley (1685-1753), yang menyatakan bahwa
pengalaman empirik –lahitiah maupun batiniah- merupakan dasar pengetahuan.
Kemudian muncul aliran positivistik dengan tokoh August Comte yang
memperkuat pernyataan-pernyataan ahli di atas, tapi ia menolak pengalaman
batiniah menjadi sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu Comte tidak dapat
menerima psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan kalau kajiannya dalah
pengalaman batiniah. Pengaruh positivism pada psikologi justru terjadi pada
pengukuran psikofisik (kemampuan fisiologis dan fungsi indra) seperti yang
dilakukan oleh Ernst Weber (1795-1878) dan Gustav Theodor Fechner (1801-
1887) dalam penelitian-penelitian mengenai ambang kesadaran dan ambang
perbedaan. Weber menemukan hokum psikologikal kuantitatif (quantitative
psychological) pertama berdasar hasil eksperimennya (Alsa, 2011: 10).
Pengaruh positivisme menurut Alsa (2011: 10) nampak menonjol setelah
Wilhelm Wundt (1832-1920), yang dikukuhkan sebagai bapak psokologi, ketika
pada tahun 1897 mendirikan laboratorium psikologi di Universitas Leipzig,
Jerman. Dengan menggunakan eksperimen dalam meneliti fenomena psikologis,
ia membebaskan psikologi dari pengaruh filsafat. Psikologi sebagai disiplin ilmu
yang bebas dari filsafat dan fisiologi.
Asumsi yang dipakai oleh psikologi adalah berdasar paradigm positivistic,
bahwa manusia merupakan makhluk yang pasif, yang perilakunya dapat
diterangkan melalui hokum-hukum alam yang universal, yang perilakunya tunduk
pada hokum sebab akibat. Seperti halnya taom dan molekul dalam ilmu fisika,
yang dapat diprediksi hokum dan aksiomanya, begitu juga perilaku individu
manusia. Berdasakan asumsi tersebut maka wajar jika penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menemukan hokum-hukum
dan membuat generalisasi dari hasil penelitian yang diperoleh (Alsa, 2011: 11).
Untuk menunjukkan bahwa psikologi dapat menjadi ilmu tanpa harus
meneliti proses mental, psikologi selanjutnya banyak melakukan penelitian
terhadap perilaku yang dapat diamati secara obyektif, termasuk perilaku makhluk
tingkat rendah atau bayi yang tidak mampu melakukan observasi diri (Creswell,
2002).
Pemakaian pendekatan kuantitatif dalam penelitian psikologi semakin
berkembang pesat sejak diciptakannya tes mental yang oertama dan
dikenalkannya statistic korelasi pertamakali pada tahun 1890, selanjutnya
dengan perkembangan metodologi dan statistika di mana variabel-variabel
psikologi dapat dibuat instrumennya dan metode statistika yang semakin
canggih, maka pendekatan kuantitatif di bidang psikologi semakin memantapkan
diri. Dalam psikologi, pendekatan kuantitatif mendominasi jurnal-jurnal utama,
departemen-depatemen akademik, dan kesempatan pelatihan penelitian untuk
psikolog (Richardson dalam Boski, Vijver & Chodynicka, Eds., 2002).
2. Pokok-pokok pikiran
Istilah pendekatan kuantitatif seringkali juga disebut sebagai metode
ilmiah, empirik, behavioristik, positivistik, fungsionalis, deduktif, makro, klasik,
tradisional, reduksionis, atomistik, dan masih banyak lagi. Walupun demikian
metode yang digunakan dalam ilmu alam tidaklah selalu sinonim dengan
statidtika inferensial, karena ia meliputi proses induksi analitik. Dalam induksi
analitik peneliti bergerak dari suatu data menuju formulasi hipotesis untuk
menguji dan memverifikasinya (Znaniecki dan Lindesmith, dalam Brannen, Ed.,
1992).
Pendekatan kuantitatif melaksanakan penelitian dengan cara sistematik,
terkontrol, empiric, dan kritis mengenai hipotesis hubungan yang diasumsikan di
antara fenomena alam. Menurut Creswell (2002) penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berujud bilangan (skor atau
nilai, peringkat atau frekuensi) yang dianalisis dengan menggunakan statistic
untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang bersifat spesifik dan
untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel
yang lain. Oleh karena itu penelitian kuantitatif secara tipikal dikaitkan dengan
proses induksi enumeratif, yaitu menarik kesimpulan berdasar angka dan
melakukan abstraksi berdasar generalisasi.
Sementara itu menurut Sugiyono (2016: 23) Penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai pendekatan yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Jadi yang menjadi
masalah penting dalam penelitian kuantitatif adalah kemampuan untuk
melakukan generalisasi hasil penelitian, seberapa jauh hasil penelitian dapat
digeneralisasi pada populasi. Oleh karena itu, dalam mengambil sampel
diperlukan sampel yang tepat, sehingga sampel yang diperoleh dapat
mempresentasikan keadaan populasinya (Alsa, 2011: 13).

3. Langkah-langkah Penelitian dengan Pendekatan Kuantitatif


a. Mengidetifikasi Problem Penelitian
b. Mereviu Kepustakaan
c. Menetapkan Tujuan Penelitian
d. Mengumpulkan data
e. Menganalisa dan Menginterpretasi data
f. Melaporkan dan mengevaluasi penelitian
4. Rancangan Penelitian Kuantitatif
Rancangan penelitian kuantitatif menurut Alsa (2011: 18-21) adalah
sebagai berikut:
a. Rancangan Penelitian Eksperimental dan quasi eksperimen
Rancangan Penelitian Eksperimental atau rancangan quasi eksperimental
(disebut juga sebagai “penelitian intervensi” atau “penelitian pembandingan
kelompok”) adalah prosedur dalam penelitian kuantitatif di mana peneliti
melakukan intervensi atau memberi perlakuan (treatment) pada sekelompok
subyek dan kemudian mencatat perubahan perilaku yang terjadi pada
kelompok subyek tersebut dengan menggunakan kriteria tertentu (bias
perilaku kelompok subyek tersebut sebelum diberi intervensi atau perlakuan,
bisa perilaku kelompok subyek lain yang tidak diintervensi atau diberi
perlakuan).
b. Rancangan Korelasional
Rancangan korelasional merupakan rancangan yang dipakai untuk penelitian
yang lebih pada pengujian hubungan antara dua atau lebih variabel. Teknik
statistic korelasi dipakai untuk menguraikan dan mengukur seberapa besar
tingkat hubungan antara variabel atau antara perangkat data. Untuk
menerapkan rancangan korelasional ini, peneliti hanya meneliti sekelompok
subyek, bukan dua atau lebih kelompok seperti dalam rancangan
eksperimen.
c. Rancangan Survey
Rancangan survey merupakan prosedur dalam penelitian kuantitatif di mana
peneliti melaksanakan survey atau memberikan angket atau skala pada satu
sampel untuk mendeskripsikan sikap, opini, perilaku, atau karakteristi
responden. Dari hasil survey ini, peneliti membuat claim tentang
kecenderungan yang ada dalam populasi.
5. Perkembangan Penelitian Kuantitatif
Sekarang, perkembangan penelitian kuantitatif telah dinilai tinggi oleh
proyek-proyek penelitian kuantitatif yang dibiayayi oleh pemerintah maupun
yayasan swasta. Hasil-hasil penelitian kuantitatif dihargai dan dimuat dalam
banyak jurnal penelitian di bidang psikologi untuk dipublikasikan (Alsa, 2011: 23).

Perkembangan Sejarah dalam Penelitian Kuantitatif


Prosedur Statistik Praktek Pengetesan dan Rancangan Penelitian
Pengukuran
Tahun 1980-an Tahun 1980-an Tahun 1990-an
Menantang pendekatan Menggunakan cutoff Memfokuskan pada
tradisional untuk scores atas hasil kepekaan dan kekuatan
melakukan pengetesan pengetesan terstandar eksperimen
statistic melalui bagi siswa disekolah
pengujian besaran
hubungan antar
variabel, disebut effect
size estimates
Tahun 1970-an Tahun 1970-an Tahun 1970-an
Mengembangkan teknik Mengembangkan standar Mengolaborasi tipe-tipe
pooling data hasil bagi pengetesan validitas oleh Cook &
beberapa penelitian, psikologi dan pendidikan Campbell
disebut meta-analysis
Tahun 1970-an Tahun 1960-an Tahun 1960-an
Mengidentifikasi model- Mengembangkan teori Mengidentifikasi tipe-tipe
model yang menguji yang menerangkan rancangan penelitian
hubungan kausal antar bagaimana aitem-aitem kuantitatif oleh Kerlinger
variabel, disebut pada satu instrumen
structural equation berbeda kesukaran dan
modeling diskriminasinya, disebut
item response theory
Tahun 1970-an Tahun 1950-an Tahun 1960-an
Menentukan model- Penemuan mesin untuk Menetapkan tipe-tipe
model untuk meneliti skoring hasil eksperimen yang ada
hubungan antar variabel bagi peneliti oleh
kategorikal, disebut log- Campbell & Stanley
linear models
Tahun 1920-an Tahun 1940-an Tahun 1990-an
Menggunakan prosedur Menggunakan tes untuk Melakukan penelitian
untuk menggambarkan menseleksi personil over time oleh The
kesimpulan mengenai selama Perang Dunia II progressive Education
populasi dari suatu Association
sampel, disebut
inferential statistic
Tahun 1900-an Tahun 1930-an Tahun 1930-an
Menggunakan Mengembangkan tes Mengidentifikasi
perbandingan atas prestasi yang prosedur pelaksanaan
perbedaan rerata antara pertamakali eksperimen
dua kelompok disebut t-
test
Tahun 1900-an Tahun 1930-an Tahun 1910-an
Menerapkan prosedur Mendirikan Buros Menggunakan rancangan
untuk mengurangi Institute for Mental penelitian khusus untuk
serangkaian jumlah Measurement eksperimen, seperti
variabel yang banyak Thorndike’s Latin Square
menjadi lebih kecil, Design
disebut factor analysis
Tahun 1890-an Tahun 1920-an Tahun 1900-an
Mengidentifikasi Menyelenggarakan Melakukan survey
kemampuan untuk Scholastic Aptitude Test dropouts sekolah oleh
memprediksi skor yang pertamakali Thomdike
dengan menggunakan
informasi dari
korelasi,disebut garis
regresi
Tahun 1880-an Tahun 1910-an Tahun 1900-an
Mampu Penggunaan tes oleh Membandingkan antar
menghubungkan atau Angkatan Darat selama kelompok dalam
mengkorelasikan dua Perang Dunia I eksperimen oleh
variabel, disebut Schuyten
correlation analysis
Tahun 1890-an Tahun 1880-an
Mengembangkan tes Meneliti anak-anak oleh
mental yang pertamakali G. Stanley Hall
(Sumber: Creswell, J.W., 2002. Educational Research: Planning, Conducting,
and Evaluation Quantitative and Qualitative Research, halaman 46)
B. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi
1. Latar Belakang
Perkembangan psikologi sampai saat ini sebagian besar merupakan hasil dari
penelitian kuantitatif. Namun ada pembuktian bahwa psikologi yang dianggap
ilmiah karena berkembang dari tradisi ilmiah (penelitian kuantitatif) ini, ternyata
tidak menunjang atau tidak ada kemiripan dengan ilmu psikologi seperti yang
secara actual dipraktekkan (Woolgar dalam Boski, Vijer & Chodynicka, Eds.,
2002)
2. Pokok-pokok pikiran
Pendekatan kualitatif berasumsi bahwa manusia adalah makhluk yang aktif, yang
mempunyai kebebasan kemauan, yang perilakunya hanya dapat dipahami dalam
konteks budayanya dan yang perilakunya tidak didasarkan pada hokum sebab
akibat. Oleh sebab itu logis jika penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif bertujuan untuk menemukan hukum-hukum, tidak untuk membuat
generalisasi, melainkan membuat eksplorasi (Brannen, Ed., 1992; Suryabrata,
2000).
Menurut Kirk dan Miller penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan social yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada
manusia, baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. David Williams
menuliskan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar
alamiah, dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang atau
peneliti yang tertarik secara alamiah.

3. Langkah-langkah Penelitian dengan Pendekatan Kualitatif


Alsa (2011: 45-51) mengajukan serta menjabarkan 6 langkah
melaksanakan penelitian dalam pendekatan kualitatif sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi Problem Penelitian
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang memfokuskan pada
diskripsi dan eksplanasi, penelitian kualitatif melakukan penelitian dengan
menggali dan memahami fenomena sentralnya. Penggalian (eksplorasi)
berarti bahwa peneliti hanya mengetahui sedikit tentang fenomena yang akan
diteliti, dan peneliti membutuhkan belajar lebih banyak tentang fenomena
tersebut dari subyek. Sebaliknya pemahaman berarti bahwa peneliti butuh
untuk belajar tentang makna kompleksitas fenomena yang ada. Fenomena
sentral berhubungan dengan gagasan kunci satu penelitian kualitatif , secara
khusus dinyatakan sebagai suatu proses atau konsep.
b. Mereviu Kepustakaan
Dalam penelitian kualitatif, reviu kepustakaan memainkan peran
kurang penting dalam mempersiapkan penelitian. Meskipun peneliti dapat
mereviu kepustakaan untuk keperluan justifikasi tentang pentingnya suatu
masalah untuk diteliti, tapi kepustakaan tidak menjadi arah bagi munculnya
pernyataan penelitian. Pertanyaan penelitian justru muncul dalam dan selama
proses penelitian berlangsung berdasar informasi yang diperoleh dari subyek.
Menggunakan kepustakaan untuk memberi arah bagi penelitian justru tidak
konsisiten dengan pendekatan kualitatif yang bermaksud belajar dari subyek
Misalnya seorang peneliti ingin meneliti faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi belajar para siswa pasca gempa, maka ia akan melakukan
beberapa studi awal untuk menunjukkan tentang pentingnya masalah
tersebut untuk diteliti, tapi ia tidak menggunakan kepustakaan sebagai dasar
menyusun pertanyaan penelitian. Malahan peneliti mengajukan pertanyaan
yang bersifat umum kepada siswa “apa yang mengganggu anda dalam
belajar?” Pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk mempelajari bagaimana
subyek memberikan pandangannya terhadap masalah ini.
Dalam penelitian kualitatif kepustakaan dimaksudkan sebagai dasar
untuk melakukan justifikasi atas problem penelitian dan tidak mengarahkan
pertanyaan penelitian. Ini berarti bahwa kepentingan kepustakaan adalah ke
dua sedangkan yang utama adalah pandangan dan pengalaman subyek.
c. Menetapkan tujuan penelitian
Dalam penelitian kualitatif tujuannya lebih banyak open ended tidak
spesifik dan terbatas. Peneliti mengajukan pertanyaan umum kepada subyek
sehingga mereka dapat belajar secara komprehensif tentang masalah yang
diteliti. Arah umum ini dinyatakan dalam statemen tujuan dimana peneliti
mengidentifikasi satu fenomena tunggal yang menjadi interesnya. Dalam
penelitian kualitatif peneliti memulai dengan pertanyaan yang luas, untuk
memperoleh pandangan subyek tentang masalah tersebut. Maksudnya
memberi kesempatan kepada subyek untuk berbicara secara terbuka
mengenai pengalaman mereka.
d. Mengumpulkan data
Dalam penelitian kualitatif peneliti mencari dan belajar dari subyek
dalam penelitiannya dan menyusun format untuk mencatat data ketika
penelitian berjalan. Selain itu peneliti mencari dan mengumpulkan data teks.
Dari audio recording, trasnkrips teks selanjutnya diketik kedalam bentuk data
base. Dalam melakukan observasi terhadap aktivitas subyek peneliti
mencatat data tersebut menjadi database kualitatif. Ketika subyek diminta
untuk menuliskan pemikirannya dalam buku harian misalnya, maka seluruh
isi buku harian ini menjadi database teks. Dengan masing-masing data,
peneliti kualitatif menghimpun sebanyak mungkin informasi dan
mengumpulkan laporanlaporan detil untuk menyusun laporan final penelitian.
Sampel penelitian kualitatif jumlahnya lebih kecil, observasinya selektif dari
semua observasi yang mungkin. Peneliti kualitatif mengambil sampel, waktu,
situasi, tipe-tipe peristiwa, lokasi, tipe-tipe orang atau konteks yang menarik.
e. Menganalisa dan menginterpretasi data
Dalam penelitian kualitatif, karena datanya terdiri dari teks atau
gambar, maka ada perbedaan pendekatan dalam analisis. Peneliti
menganalisa kata-kata dan gambar untuk menguraikan fenomena sentral
penelitian. Deskripsi ini secara khusus meliputi informasi konstekstual
mengenai orang atau idea yang sedang diteliti seperti waktu, individu yang
terlibat dan peristiwa-peristiwa dimana orang mengalami fenomena tersebut.
Keseluruhan laporan kualitatif umumnya merupakan deskripsi yang panjang.
Peneliti melanjutkan menganalisa kata–kata atau gambar untuk
mengembangkan tema atau kategori penelitian menurut subyek. Dengan
menggunakan dua pendekatan ini, peneliti kualitatif menggeneralisasikan
gambaran komplek tentang fenomena sentralnya. Dari gambaran ini peneliti
membuat interpretasi tentang makna data melalui refleksi. Refleksi berarti
bahwa peneliti merefleksikan bias, nilai, dan asumsi personal mereka
kedalam laporan penelitiannya.
f. Melaporkan dan mengevaluasi penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti melaporkan temuan penelitiannya
dengan menggunakan format laporan yang variasinya luas, tidak seperti
format laporan penelitian kuantitatif yang berisi bagian-bagian yang pasti.
Meskipun secara keseluruhan penelitian kualitatif mengikuti langkah-langkah
standar suatu proses penelitian, sekuensi bagianbagiannya cenderung
bervariasi antara satu laporan kualitatif dengan laporan kualitatif yang lain.
Untuk itu laporan penelitian kualitatif tetap harus realistis dan persuasif agar
dapat meyakinkan pembaca bahwa penelitian tersebut merupakan suatu
laporan yang akurat dan kredibel. Laporan penelitian kualitatif secara khusus
juga berisi pengumpulan data ekstensif untuk menyampaikan kerumitan
fenomena dan proses. Peneliti juga menceritakan pengalamanpengalaman
masa lalu dan latar belakang budaya mereka yang tentunya akan
mempengaruhi interpretasi dan kesimpulan yang akan ditulis dalam laporan
penelitiannya
4. Rancangan Penelitian Kualitatif
Rancangan Penelitian Kualitatif menurut Alsa (2011: 52-56) dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Grounded Theory (Teoretisasi Data)
Rancangan teori grounded merupakan prosedur penelitian kualitatif
yang sistematik, dimana peneliti melakukan generalisasi satu teori yang
menerangkan konsep, proses, tindakan, atau interaksi mengenai suatu topik
pada level konseptual yang luas. Tujuan grounded theory yaitu untuk
menentukan kondisi yang memunculkan sejumlah tindakan/interaksi yang
berhubungan dengan suatu fenomena dan akibatnya.
Dalam dunia pendidikan teori ini digunakan untuk meneliti bagaimana
proses kegiatan pengajaran, proses bimbingan, pengelolaan
kelas/manajemen kelas, dan bagaimana hubungan antara guru dan siswa di
sekolah.
b. Rancangan Penelitian Etnografik
Rancangan penelitian etnografik merupakan prosedur penelitian
kualitatif untuk mendeskripsikan, menganalisa, dan menginterprestasi pola
prilaku, kepercayaan, dan bahasa bersama dari sekelompok budaya yang
berkembang pada seluruh waktu. Dalam lingkungan pendidikan penelitian ini
dirancang untuk meneliti tentang bagaimana kurikulum yang diterapkan, serta
metode apa yang digunakan guru untuk mengajar.
c. Rancangan Penelitian Naratif
Dalam rancangan ini, seorang peneliti mendeskripsikan kehidupan
individual, mengumpulkan dan menceritakan informasi tentang kehidupan
individu-individu, serta melaporkannya secara naratif tentang pengalaman-
pengalaman mereka.Dalam bidang pendidikan misalnya, meneliti bagaimana
perkembangan psikososial anak didik serta aktifitas-aktifitasnya baik di dalam
sekolah maupun di luar sekolah.
d. Rancangan Study Kasus
Penelitian dalam rancangan study kasus dilakukan untuk memperoleh
pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu/subyek
yang diteliti. Penelitian ini lebih mementingkan proses dari pada hasil, lebih
mementingkan konteks dari pada suatu variabel khusus, lebih ditunjukan
untuk menemukan sesuatu dari pada kebutuhan konfirmasi. Penelitian ini
menganalisa bagaimana keadaan individu peserta didik, dalam persoalan
sosialnya maupun pola kehidupannya baik dalam hal pergaulan maupun
sikap di dalam masyarakat.
e. Rancangan Metode Campuran
Dalam penelitian metode campuran, peneliti mengkombinasikan data
kuantitatif dengan data kualitatif, yaitu untuk menerangkan dan mengeksplor
problem penelitian dengan cara terbaik. Rancangan metode ini merupakan
prosedur untuk mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif dalam satu
penelitian tunggal, dan untuk menganalisa dan melaporkan data ini
berdasarkan prioritas, sekuensi, dan level integrasi informasi. Biasanya
rancangan ini ditujukan dalam pengisian hasil studi/nilai akhir sekolah,
menganalisis nilai siswa, serta untuk menentukan pengembangan diri
masing-masing siswa selama mengkuti pembelajaran.
f. Rancangan Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian ini memanfaatkan data kuantitatif dengan data kualitatif
seperti metode campuran, akan tetapi fokusnya lebih merupakan terapan.
Tujuan penelitian ini dalam dunia pendidikan adalah untuk meningkatkan
praktek pendidikan dan pengajaran dimana guru melaksanakannya berkaitan
dengan problem yang mereka hadapi dalam setting sekolah.Dalam bidang
pendidikan dan pengajaran rancangan penelitian tindakan merupakan
prosedur sistematik yang dipakai oleh guru (atau peneliti) untuk
mengumpulkan data kuantitatif dan atau data kualitatif tentang cara-cara
mereka bekerja, bagaimana mereka mengajar, dan bagaimana baiknya siswa
belajar.
5. Perkembangan Penelitian Kualitatif
Sekarang ini, penelitian kualitatif memberikan alternatif bagi para peneliti
psikologi selain penelitian kuantitatif tradisional yang selama ini digunakan.
Penggunaan penelitian kualitatif di bidang psikologi lebih belakangan
dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Gagasan terhadap penelitian kualitatif
sebenarnya mulai berkembang pada akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1900-
an pada disiplin sosiologi dan antropologi (Alsa, 2011: 56).
Perkembangan Sejarah Penelitian Kualitatif
(beberapa tahun belakangan)
Gagasan Filosofis Perkembangan Prosedur Praktek Partisipasi dan
Advokasi
Tahun 200-an. Tahun 1990-an. Tahun 2000-an.
Mengklarivikasi Mengenalkan kerangka Menggunakan
kontroversi, kontradiksi, kerja untuk melakukan pendekatan kolaboratif
dan pertemuan antara penelitian naratif dan parsipatori dalam
paradigm. Tahun 1990-an. penelitian.
Tahun 1980-an. Membedakan antara lima Tahun 1990-an.
Mengidentifikasi prosedur penelitian Menggali isu-isu tentang
perbedaan antara kualitatif yang berbeda identitas kultural dan
penelitian naturalistik Tahun 1990-an. rasial
dan penelitian Mengenalkan Tahun 1990-an.
tradisional pendekatan penelitian Menguji sensitivitas
Tahun 1980-an. alternatif terhadap isu-isu gay
Membedakan antara Tahun 1990-an. Tahun 1990-an.
dua pendekatan filosofis Menyajikan pendekatan Mempercepat perspektif
idealism dan realism. untuk merancang tentang ketidakadilan
Tahun 1970-an. penelitian kualitatif dan marginalisasi
Menyarankan Tahun 1990-an. Tahun 1990-an.
pendekatan alternative, Mempercepat prosedur Mendorong kebutuhan
paradigm naturalistik untuk penelitian kualitatif untuk mengerti identitas
pada penelitian grounded-theory rasial secara lebih baik
tradisional. Tahun 1990-an. Tahun 1990-an.
Mengenalkan ikhtisar Menguji perspektif
dasar penelitian kualitatif feminist mengenai
Tahun 1990-an. penelitian kualitatif
Mempercepat gagasan
tentang penelitian
etnografik
Tahun 1980-an.
Mengenalkan rancangan
penelitian kualitatif
Tahun 1980-an.
Menyajikan prosedur
rinci tentang analisis data
kualitatif
Tahun 1980-an.
Mengenalkan semua
aspek rancangan suatu
penelitian

C. Perbandingan dan alasan memilih Pendekatan


1. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat ditinjau sebagai
berikut:
a. Perbedaan Langkah-langkah dan Proses Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Langkah-langkah dan Karakteristik Kuantitatif Karakteristik Kualitatif
proses penelitian
Mengidentifikasi Berorientasi pada Berorientasi pada
problem penelitian deskripsi dan eksploratori dan
eksplanasi pemahaman
Mereviu literature  Memegang peran  Memegang peran
utama minor
 Untuk justifikasi  Untuk justifikasi
problem penelitian problem penelitian
dan spesifikasi
kebutuhan untuk
penelitian
Menetapkan tujuan  Khusus dan sempit  Umum dan luas
 Data dapat  Pengalaman
diobservasi, diukur partisipan/sibjek
Mengumpulkan data  Instrumen ditentukan  Memunculkan
sebelumnya protokol
 Data berwujud angka  Data teks atau kesan
atau diangkakan  Jumlah subjek atau
 Jumlah subjek banyak tempat sedikit
Menganalisa dan  Analisis statistik  Analisis teks
menginterpretasi data  Mendeskripsikan  Deskripsi, analisis dan
kecenderungan, perkembangan tema
pembandingan  Makna dan hasil
kelompok atau penelitian lebih besar
hubungan antar
variabel
 Pembandingan hasil
dengan prediksi dan
dengan hasil
penelitian sebelumnya
Melaporkan dan  Terstandar dan pasti  Luwes
mengevaluasi  Obyektif dan tidak  Reflektif dan bias
penelitian bias
(Sumber: Creswell, J.W., 2002. Educational Research: Planning, Conducting
and Evaluating Quantitative and Qualitative Researc, halaman 51)

b. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam berbagai variabelnya


Variabel Kuantitatif Kualitatif
Istilah-istilah dalam Eksperimen, data Etnografik, kerja
pendekatan “hard”,outer lapangan, data “soft”,
perspective,empiric,positivist, interaksi simbolik,
fakta sosial, statistik inner perspective,
naturalistic,
etnometodologis,
deskriptif, observasi
partisipan,
fenomenologis,
Chicago school,
dokumen, sejarah
hidup, studi kasus,
ekologis
Konsep Kunci yang Variabel, Operasional, Makna, pengertian
berkaitan dengan reliabilitas, hipotesis, common sense,
pendekatan validitas, secara statistik penggolongan, definisi
signifikan, replikasi situasi, kehidupan
sehari-hari,
pemahaman
(understanding),
proses, negotiated
order, untuk semua
tujuan praktis,
konstruksi social
Nama tokoh Emile Durkheim, Lee Max Weber, Charles
Cronbach, L. Guttman, Horton, Cooley,
Robert Traves, Robert Bates, Margareth Mead,
Fred Kelinger, Edward Eleanor Leacock,
Thorndike, Donald Campbell, Raymond Rist, Herbet
Peter Rossi. Blumer, Everett
Hughes, Harry
Wolcott, George H.
Mead.
Afiliasi Teoritik Fungsionalisme, Interaksi simbolik,
Strukturalisme, realism, etnometodologi,
positivism, behaviorisme, fenomenologi, budaya,
empirisme logis, teori system idealisme
Afiliasi Akademik Psikologi, ekonomi, ilmu Sosiologi, antropologi,
politik sejarah
Tujuan Menguji teori, memantapkan Mengembangkan
fakta, deskripsi statistic, konsep,
menunjukkan hubungan mendeskripsikan
antara variable, prediksi realistas majemuk,
grounded theory,
mengembangkan
pemahaman
(understanding)
Rancangan Terstruktur, ditentuksn Berkembang, fleksibel,
sebelum penelitian, formal, umum
spesifik, rancangan adalah
operasi secara rinci
Proposal Penelitian Ekstensif, fokusnya spesifik Ringkas, spekulatif,
dan detail, prosedurnya menyarankan area
spesifik dan detail, mereviu penelitian yang
banyak literature substantive,mungkin relevan,
menulis sebelum seringkali menulis
mengumpulkan data,setelah semua data
mengajukan hipotesis terkumpul, tidak
mereviu literature
secara ekstensif,
statemen pendekatan
umum
Data Kuantitatif, kode angka, Deskriptif, dokumen
hitungan, pengukuran, personal, catatan
variable-variabel lapangan, fotografi,
teroperasional, statisik kata-kata masyarakat,
dokumen kantor dan
artifak-artifak lain.
Sampel Besar, stratified, kelompok Kecil, tidak
control, tepat, pemilihan representative,
random, pengontrolan sampling teoritik
terhadap variabel luar
Teknik atau Metode Eksperimen, penelitian Observasi, Mereviu
survey, interviu terstruktur, berbagai dokumen
quasi experiment, observasi dan artifak, observasi
terstruktur, seperangkat data partisipan, opened
ended interview
Hubungan dengan Membatasi, jangka pendek, Empati, menekankan
subyek terpisah atau tidak memihak, kepercayaan,
ada jarak, subyek-peneliti kesetaraan, kontak
intensif, subyek
sebagai teman
Instrumen dan Alat Inventori, angket, indeks, Tape recorder,
computer, skala, skor tes merekam/menulis
Analisis Data Deduktif, terjadi pada Terus menerus:
kesimpulan dari model, tema, konsep;
pengumpulan data, statistik induktif: induksi
analitik, metode
komparatif konstan
Problem dalam Mengontrol variable-variabel Membutuhkan banyak
menggunakan lain, validitas, obtrusiveness waktu, sukar
Pendekatan mereduksi data,
reliabilitas, prosedur
tidak standar, sukar
meneliti populasi
besar
(Sumber: Bodgan, R.C. & Biklen, S.K. 1982. Qualitative Research for
Education: An Introduction to Theory and Methods, halaman 45-48)

2. Memilih Pendekatan Kuantitatif atau Kualitatif


Faktor-faktor yang dapat digunakan untuk memilih penelitian kuantitatif
atau kualitatif menurut Alsa (2011: 71-72) adalah:
a. Gunakanlah penelitian kuantitatif apabila problem penelitian menuntut peneliti
untuk:
1) Mengukur variable
2) Mengakses dampak variable
3) Menguji teori-teori atau melakukan eksplanasi
4) Menerapkan hasil pada sejumlah besar subyek
b. Gunakanlah penelitian kualitatif apabila problem penelitian menuntut peneliti
untuk:
1) Mempelajari tentang pandangan-pandangan subyek yang anda
rencanakan untuk diteliti
2) Mengakses proses sepanjang penelitian
3) Mengeneraalisasi teori-teori berdasar pada perspektif subyek
4) Mendapatkan informasi rinci mengenai beberapa orang atau tempat.
D. Kombinasi pendekatan dalam Penelitian Psikologi
1. Dasar Pikiran
Sebenarnya terdapat lebih dari dua pendekatan dalam penelitian yang
masih diperdebatkan. Seperti dikatakan Denzim dan Lincoln (dalam Denzim dan
Lincoln., 1994) dan Merriam (1998) bahwa ada tiga pendekatan utama dalam
penelitian, yaitu kuantitatif, kualitatif dan kritikal. Bahkan ahli-ahli terdahulu
mengemukakan ada empat kemungkinan pendekatan dalam penelitian, yaitu
radical humanist, radical structuralist, interpretivist, dan functionalist (Burrel &
Morgan, dalam Creswell., 2002). Namun, tak dapat disangkal bahwa popularitas
dan penggunaan secara meluas ada pada dua pendekatan, yaitu kuantitatif dan
kualitatif (Alsa, 2011: 73).
Dapatkah pendekatan kuantitatif dan kualitatif dipakai bersama-sama?
Pemakaian dua pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif bukan dalam arti
menggantikan pendekatan yang lain, melainkan penambahan pendekatan
kualitatif pada pendekatan kuantitatif (Creswell, 2002).
Dalam prakteknya, jarang terjadi suatu penelitian di bidang psikologi yang
sepenuhnya murni menggunakan salah satu pendekatan, tapi yang banyak
terjadi adalah lebih cenderung pada pendekatan yang mana: kuantitatif atau
kualitatif (Creswell, 2002). Penelitian kualitatif seringkali berisi unsur-unsur
kuantitatif (angka, frekuensi, persentase) di mana data diarahkan untuk menguji
hipotesis dan sifat-sifat lain yang secara umum berhubungan dengan ilmu
universalis kuantitatif. Beberapa penelitian kualitatif juga melakukan pengecekan
reliabilitas dan memperhitungkan variable-variabel yang penting. Sebaliknya,
metode kuantitatif juga dipakai untuk meneliti problem-problem local secara
murni dan melakukan diskusi kualitatif atas hasil analisis kuantitatifnya,
sedangkan pendekatan kualitatif telah pula membuat claim mengenai
kemampuannya mengeneralisasi hasil penelitian (Alsa, 2011: 74).
Di bidang psikologi, kedua pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif
dapat dilacak akarnya ke belakang pada formulasi Wilhelm Wundt, bapak
psikologi pada abad ke-19. Psikologi “pertamanya” menekankan laboratorium
eksperimen traditional untuk meneliti proses-proses mental level rendah, yang
berorientasi pada pendekatan kuantitatif, sedangkan psikologi “keduanya”
melibatkan metode observasi dan etnografi untuk proses sosiokultural, yang
berorientasi pada pendekatan kualitatif (Cole dalam Boski, Vijer & Chodynicka,
Eds., 2002).
Selanjutnya, Charles Taylor (dalam Boski, vijver&Chodynicka, Eds., 2002)
mengusulkan “hidup berdampingan secara damai” antara kedua pendekatandi
bidang psikologi, dengan menguraikan tiga level penelitian psikologi, yaitu:
a. Domain infrastruktur (pendekatan ilmiah klasik)
b. Kompetensi formal (pendekatan gabungan)
c. Performansi termotivasi secara penuh (pendekatan hermeneutik)
Misalnya untuk meneliti psikopatologi, kita tidak terlepas dari ketiga level
tersebut. Psikopatologi bukannya dapat dikurangi hanya pada gangguan dalam
unsur kimiawi dalam syaraf (level-1) saja, atau gangguan kognisi dan afeksinya
(level-2) saja, atau gangguan perilaku sosialnya (level-3) saja, karena gangguan
tersebut terjadi dalam masing-masing level dan dalam interaksi antara tiga level
tersebut. Melakukan penelitian psikopatologi dan budaya harus melibatkan
pengetahuan dari ketiga level, dan memberikan keuntungan bagi metode
kuantitatif dan kualitatif dalam memberikan penjelasan pada berbagai level,
karena permasalahan yang tersisa dari satu pendekatan dapat dilengkapi oleh
pendekatan yang lain (Alsa, 2011: 76).

2. Model Pendekatan dalam Kombinasi


Ketepatan pendekatan kuantitatif tidak dipersoalkan ketika yang diteliti
adalah ilmu-ilmu kealaman, akan tetapi akan dipersoalkan ketepatannya bahkan
keabsahan pendekatan kuantitatif tersebut ketika yang dikaji adalah ilmu-ilmu
sosial, termasuk psikologi. Apakah tidak tepat menggunakan pendekatan
kuantitatif untuk meneliti bidang psikologi? Haruskah penelitian psikologi
menggunakan pendekatan kualitatif? Atau bisakah meneliti bidang psikologi
dengan menggunakan dua pendekatan? (Suryabrata, 2000).
Penelitian kombinatif antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif mungkin
dilakukan. Penelitian kombinasi atau biasa juga disebut dengan mixed
methodology bias menjadi alternative dalam mengatasi kekurangan penggunaan
satu metode (monomethod design). Penggunaan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif secara sekaligus bias berfungsi sebagai triangulasi. Triangulasi berarti
penggunaan beberapa sudut pandang dalam memahami suatu permasalahan
(Rahman, 2016: 80).
Beberapa peneliti menggunakan kedua pendekatan secara bersama-
sama. Strategi semacam ini umum terjadi, misalnya pertama-tama peneliti
menyusun pertanyaan untuk melakukan interviu open-ended. Atau peneliti dapat
melakukan in-depth observations untuk mengetahui mengapa dua variable yang
ditunjukkan oleh statistic memiliki hubungan. Ada penelitian-penelitian yang
mempunyai komponen kuantitatif dan kualitati, dan yang paling sering terjadi
komponen kuantitatifnya terletak pada statistic deskriptif dan hasil finalnya lebih
bersifat kualitatif (Mercurio dalam Bodgan & Biklen, 1982).
Usaha penggabungan kedua pendekatan itu disebut sebagai strategi
penelitian ganda (multiple research strategies) atau lebih popular disebut sebagai
pendekatan triangulasi.
Macam-macam metode triangulasi (Brannen, Ed., 1993; Suryabrata,
2000) adalah:
a. Multiple Method
1) Antar metode
Menggunakan beberapa metode untuk meneliti hal yang sama
2) Dalam metode
Menggunakan metode yang sama lebih satu kali dengan waktu yang
berbeda untuk meneliti hal yang sama (wawancara atau tes ulang)
b. Multiple Investigators
Penelitian dilakukan oleh tim dimana pandangan atau pendapat masing-
masing anggota tim yang beragam merupakan kontribusi untuk diramu
menjadi satu kesatuan.
c. Multiple Data Set
1) Melihat hal yang sama dengan menggunakan metode pengumpulan data
yang berbeda (missal: wawancara dan observasi)
2) Menggunakan metode yang sama pada waktu atau setting yang berbeda
3) Menggunakan metode yang sama dari sumber data yang berbeda (missal
dari orangtua dan guru)
d. Multiple Theories
Dari proses penelitian kemungkinan menimbulkan beberapa teori atau
hipotesis.
Green, Caracell dan Graham (1989) menyebutkan beberapa fungsi dari
penelitian kombinasi, yaitu untuk memperkuat (triangulasi), melengkapi
(komplementasi), mengembangkan (development), Memunculkan perspektif baru
(inisiasi) dan memperluas (ekspansi) hasil penelitian. Jadi, penelitian kombinasi
memiliki banyak manfaat. Penelitian kombinasi bias menginspirasi munculnya
pemikiran baru mengenai suatu permasalahan. Penelitian kombinasi pun dapat
memperkaya dan memperluas hasil penelitian. Hasil penelitian tidak terbatas
teori-teori yang sifatnya nomotetik, tapi juga meliputi keunikan-keunikan
individual dan kultural yang bersifat ideografik (Rahman, 2016: 80).
Menurut Creswell (1994), penelitian kombinasi bisa dilakukan dengan tiga
model, yaitu:
a. Penelitian kuantitatif dan kualitatif dilakukan dua tahap (two-phase design).
Setiap tahap dilakukan secara sendiri-sendiri. Bisa penelitian kuantitatif
terlebih dahulu, kemudian penelitian kualitatif atau sebaliknya.
b. Penelitian kombinasi dilakukan dengan satu penelitian lebih dominan
daripada penelitian lainnya (dominant-less dominant design). Misal, penelitian
kuantitatif lebih dominan daripada penelitian kualitatif.
c. Penelitian kuantitatif dan kualitatif dipadukan hamper pada setiap tahapan
penelitian, seperti pada tahapan perumusan masalah, pengambilan data dan
analisa data (mixed-mothod design)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai