PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kontroversi panjang dalam sejarah psikologi adalah penggunaan
metode untuk meneliti fenomena psikologis. Hal ini disebabkan oleh permasalahan
yang sangat mendasar, yaitu bidang kajian (subject matter) psikologi: apakah
psikologi harus dipahami sebagai ilmu tentang jiwa (mind) atau ilmu tentang perilaku
(behavior). Dengan perkataan lain apakah psikologi mempelajari peristiwa-periatiwa
mental pribadi seperti perasaan, fikiran, kesan: atau mempelajari perilaku yang
nampak (over behavior), seperti reaksi terhadap pengaruh alkohol, perilaku agresif,
semangat kerja, dan sebagainya. Secara lebih khusus, apakah psikologi meneliti
“perasaan depresi” atau “perilaku depresif”. Beberapa ahli telah secara tegas
memposisikan dirinya mengikuti salah satu dari “dua” bidang kajian tersebut,
sedangkan yang lain berpendapat bahwa “kedua” bidang kajian tersebut harus
dipelajari. Dengan adanya “dua” bidang kajian tersebut membawa konsekuensi
terdapatnya lebih dari satu metode atau pendekatan di dalam meneliti fenomena
psikologis (Alsa, 2011: 1).
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka
pemecahan suatu permasalahan. Namun, hasil penelitian tidak langsung
memecahkan permasalahan. Tugas penelitian adalah mencarikan alternatif
penjelasan atau jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dapat
digunakan sebagai bagian dari informasi untuk pemecahan permasalahan. Peneliti
hanya memberikan informasi ilmiah melalui temuan dan kesimpulan penelitiannya
(Azwar, 2016: 4).
Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang.
Dilihat dari pendekatan analisisnya, menurut Azwar (2016: 5) penelitian dibagi atas
dua macam, yaitu: penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian dengan
pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka)
yang diolah dengan metoda statistika. Sedangkan penelitian dengan pendekatan
kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan
induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang
diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan
kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi
penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab
pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif.
Berdasarkan pernyataan diatas, diketahui bahwa pendekatan dalam penelitian ada
dua macam, yaitu: pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
Awalnya, penelitian di fakultas psikologi yang ada di Indonesia cenderung
menggunakan penelitian kuantitatif daripada kualitatif. Namun sejak tahun 2000-an,
beberapa fakultas Psikologi di Indonesia sudah mulai memasukkan mata kuliah
Metode Penelitian Kualitatif dalam Kurikulumnya. Masuknya Metode Penelitian
Kualitatif terhadap kurikulum Psikologi tidak lepas dari derasnya kritik terhadap
paradigm positivistik, yang kemudian diamini oleh paguyuban fakultas-fakultas
Psikologi atau Kolokium Fakultas Psikologi se-Indonesia (Rahman, 2016: 75).
Namun Sebenarnya terdapat lebih dari dua pendekatan dalam penelitian
yang masih diperdebatkan. Seperti dikatakan Denzim dan Lincoln (dalam Denzim
dan Lincoln., 1994) dan Merriam (1998) bahwa ada tiga pendekatan utama dalam
penelitian, yaitu kuantitatif, kualitatif dan kritikal. Bahkan ahli-ahli terdahulu
mengemukakan ada empat kemungkinan pendekatan dalam penelitian, yaitu radical
humanist, radical structuralist, interpretivist, dan functionalist. (Burrel & Morgan,
dalam Creswell., 2002). Namun, tak dapat disangkal bahwa popularitas dan
penggunaan secara meluas ada pada dua pendekatan, yaitu kuantitatif dan kualitatif
(Alsa, 2011: 73).
Di bidang psikologi kedua pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif
dapat dilacak akarnya ke belakang pada formulasi Wilhelm Wundt, bapak psikologi
pada abad ke-19. Psikologi “pertamanya” menekankan laboratorium eksperimen
traditional untuk meneliti proses-proses mental level rendah, yang berorientasi pada
pendekatan kuantitatif, sedangkan psikologi “keduanya” melibatkan metode
observasi dan etnografi untuk proses sosiokultural, yang berorientasi pada
pendekatan kualitatif (Cole dalam Boski, Vijer & Chodynicka, Eds., 2002).
Ketepatan pendekatan kuantitatif tidak dipersoalkan ketika yang diteliti adalah
ilmu-ilmu kealaman, akan tetapi akan dipersoalkan ketepatannya bahkan keabsahan
pendekatan kuantitatif tersebut ketika yang dikaji adalah ilmu-ilmu sosial, termasuk
psikologi. Apakah tidak tepat menggunakan pendekatan kuantitatif untuk meneliti
bidang psikologi? Haruskah penelitian psikologi menggunakan pendekatan kualitatif?
Atau bisakah meneliti bidang psikologi dengan menggunakan dua pendekatan?
(Suryabrata, 2000).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Psikologi?
2. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi?
3. Bagaimana Kombinasi pendekatan dalam Penelitian Psikologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Psikologi
2. Untuk mengetahui Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi
3. Untuk mengetahui Kombinasi pendekatan dalam Penelitian Psikologi
D. Manfaat
1. Teoritis
Secara teoritis makalah ini dapat berguna pada mata kuliah Metode Penelitian
Psikologi Lanjut dalam hal menambah pengetahuan tentang pendekatan dalam
penelitian psikologi.
2. Praktis
Secara praktis makalah tentang pendekatan dalam penelitian psikologi ini
diharapkan dapat diketahui, dipahami dan diterapkan oleh mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN