Anda di halaman 1dari 20

PENGANTAR TES

PENGERTIAN TES
• Dari kata testum (bahasa Perancis Kuno) –
piring untuk menyisihkan/menyaring logam
mulia – semacam dulang.
• Kata tes pertama kali digunakan oleh James
Mc Cattell tahun 1890.
• Pelopor dalam konstruksi tes psikologi adalah
Alfred Binet yang mengembangkan tes
inteligensi untuk pertama kali.
PENGERTIAN TES
• Salah satu cara untuk mendapatkan informasi
tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa (Elliott,
1999).
• Rangkaian prosedur tes dari administrasi hingga
interpretasi (Drummond & Jones, 2006).
• Penilaian yang komprehensif terhadap seorang
individu atau terhadap keseluruhan usaha evaluasi
program (Encyclopedia of Educational Evaluation).
PENGERTIAN TES PSIKOLOGI
• Serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, inteligensi, kapasitas atau bakat
seseorang atau kelompok (Miriam Webster)
• Prosedur dalam karakteristik psikologi di mana
sampel tingkah laku testee didapatkan, diskor dan
dievaluasi dengan prosedur yang terstandar
(Cohen& Swerdllk, 2005).
• Ukuran yang obyektif dan baku mengenai sampel
prilaku (Anne Anastasi)
• Sampel perilaku:
 Pengukuran dalam tes dilakukan terhadap sampel prilaku
yang kecil jumlahnya namun dipilih secara seksama.
 Jumlah dan sifat soal menentukan kememadaian
cakupan sampel perilaku.
 Nilai diagnostik atau prediktif dari tes psikologi bergantung
pada sejauh mana tes tersebut bertindak sebagai
indikator dari bidang prilaku yang relatif luas & bermakna.
 Butir soal tidak perlu sama betul dengan prilaku yang
hendak diramalkan oleh tes, tapi yang perlu adalah ada
hubungan antara butir dengan prilaku yang dites sebab tes
adalah sampel perilaku, yang berarti harus merupakan
perwakilan dari semesta perilaku yang hendak diukur.
• Standardisasi
Ada keseragaman dalam prosedur pelaksanaan dan
pemberian skor tes (kondisi tes harus sama).
Ada petunjuk yang rinci mengenai
pengadministrasian tes yang jelas dan difahami
sama oleh setiap orang.
Keseragaman juga harus ada pada alat/materi yang
digunakan, batas waktu atau lamanya tes, instruksi
lisan (kecepatan, tekanan suara, ekspresi muka,
perhentian, dan lain-lain), peragaan awal, cara
menangani pertanyaan dari peserta tes, dan hal-hal
lainnya yang berhubungan dengan situasi tes.
• Standardisasi
Harus ada norma tes (prestasi normal atau rata-
rata) karena skor tes seseorang diinterprestasi
dengan cara membandingkannya dengan
prestasi orang lain dalam tes yang sama.
JENIS-JENIS TES
• TES PROFISIENSI vs TES PRESTASI
• TES TERSTANDAR vs TES TIDAK TERSTANDAR
• POWER TEST vs SPEED TEST
• PENGUKURAN TIPIKAL vs PENGUKURAN
MAKSIMAL
• TES PROYEKTIF vs TES NONPROYEKTIF
• TES INDIVIDU vs TES KELOMPOK
• TES PROFISIENSI :
Sifatnya lebih luas karena tidak tergantung pada
satu intervensi secara eksklusif, materinya relatif
luas, item-item disusun berdasarkan spesifikasi
yang ditetapkan

• TES PRESTASI :
Terkait dengan intervensi tertentu (silabus,
tujuan belajar) yang disusun lebih ketat
• TES TERSTANDAR
Tes yang proses administrasi hingga skoring
menggunakan prosedur yang baku dan diuji
validitas dan reliabilitasnya.

• TES TIDAK TERSTANDAR


Tes yang disusun secara informal, tanpa uji
validitas dan reliabilitas.
• POWER TEST
Administrasi tes dilakukan dengan waktu yang
lama karena bertujuan untuk mengukur
kemampuan pengatasan masalah, biasanya
memuat item dengan taraf kesukaran tinggi

• SPEED TEST
Biasanya bertujuan mengukur kecepatan/
ketangkasan dalam mengatasi masalah, skor
biasanya menunjukkan frekuensi masalah yang
diatasi
• PENGUKURAN TIPIKAL
Skor dimaknai berbeda-beda, ketepatan ukur
bergantung pada kejujuran subjek/testee, dan
stimulusnya tidak terstuktur.

• PENGUKURAN MAKSIMAL
Skor dimaknai dengan benar/salah, ketepatan
ukur Bergantung pada kesiapan subjek,
stimulusnya berstruktur
• TES PROYEKTIF
Tes di mana kepada subjek diminta menanggapi
stimulus yang relatif ambigus (tidak jelas), tester
menyimpulkan motif dan emosi yang mendasari
persepsi testee berdasakanr tanggapan dan cara
tanggap subjek terhadap stimulus

• TES NON PROYEKTIF


Tes di mana disajikan stimulus yang cukup jelas
• TES INDIVIDU
Tes yan diadministrasikan secara individual/
perorangan

• TES KELOMPOK
Tes yang diadministrasikan secara kelompok
KELEBIHAN TES
• Atribut psikologis dalam tes dapat didiskripsikan
dengan jelas dan tepat
• Memiliki tata pikir dan tata kerja yang tertib, konsisten,
dan terbuka (diperlukan untuk memajukan ilmu
pengetahuan)
• Analisis tes dilakukan secara matematis/statistik
(metode yang sangat kuat)
• Memungkinkan prediksi (karena metodenya kuantitatif)
• Daya pengkomunikasiaannya tinggi (karena
pendekatannya yang kuantitatif)
KETERBATASAN TES
• Tidak ada pendekatan tunggal dalam pengukuran
Perbedaan teori dapat menyebabkan pula perbedaan
objek ukur
• Perilaku manusia tidak terbatas sehingga bisa
menimbulkan permasalahan pengambilan sampel
perilaku
• Ada unsur eror dalam pengukuran sehingga bisa
menyebabkan masalah konsistensi & ketepatan
pengukuran
• Satuan dalam pengukuran yang beragam sehingga
berpotensi menyebabkan permasalahan interpretasi
hasil pengukuran
• Hubungan dengan konstrak lain
Hasil pengukuran dapat dikaitkan dengan
fenomena lain yang dapat diamati
Kelemahan lain
• Kadang tes secara psikologis terpaksa ”menyinggung”
pribadi individu, baik dalam soal, pelaksanaan,
maupun penyampaian hasil. Misalnya, tes yang bersifat
kompetitif untuk seleksi.
• Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi
hasil tes yang murni.
• Tes mengkategorikan individu secara tetap sehingga
individu bisa mendapat ”cap”.
• Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi.
• Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat
terbatas. Ada begitu banyak sifat manusia yang tidak
dapat diukur melalui tes.
CIRI-CIRI TES YANG BAIK
• Valid (sahih)
Tes memenuhi fungsinya sebagai tes, yakni mengukur
dengan baik apa yang seharusnya diukur.
• Reliabel (konsisten/ajeg) – dapat dipercaya
Konsistensi skor yang diperoleh seseorang ketika dites
kembali dengan tes yang identik atau bentuk
ekuivalennya.
• Obyektif
Tidak ada unsur subyektivitas yang mempengaruhi. Hal
ini terutama dalam sistem skoringnya.
• Praktis
Mudah dalam pengadministrasian (pelaksanaan
dan skoring).
• Ekonomis
Pelaksanaannya tidak memerlukan biaya yang
mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

Anda mungkin juga menyukai