Anda di halaman 1dari 3

A.

PENGERTIAN PENGUKURAN

Pengukuran (measurement) merupakan cabang ilmu statistika terapan yang bertujuan


untuk membangun dasar-dasar pengembangan tes yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan
tes yang berfungsi secara optimal, valid dan reliable.

Pengukuran adalah sebagai suatu prosedur pemberian angka (kuantitatif) terhadap atribut
atau variable sepanjang garis kontinum. Dengan demikian, secara sederhana pengukuran dapat
dikatakan sebagai suatu prosedur membandingkan antara atribut yang hendak diukur dengan alat
ukur (Azwar, 2010).

Menurut Umar (1991) pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi
data secara kuantitatif. Hasil dari pengukuran dapat berupa informasiinformasi atau data yang
dinyatakan dalam berntuk angka ataupun uraian yang sangat berguna dalam pengambilan
keputusan, oleh karena itu mutu informasi haruslah akurat.

Pengukuran memiliki arti yang sering dipertukarkan dengan pengertian tes. Sebagian ahli
psikometri membatasi tes sebagai suatu prosedur khusus yang merupakan bagian dari pengukuran
secara keseluruhan. Tyler (1971) mengatakan bahwa pengukuran adalah “….assignment of
numerols accoding to rules.” Jadi pemberian angka seperti dilakukan dalam tes memang
merupakan suatu bentuk pengukuran.

Ciri pokok pengukuran adalah:

1. Adanya pembandingan atribut dengan alat ukur secara deskriptif.


2. Deskriptif artinya menyatakan hasi ukur secara kuantitatif hanya dengan satuan atau besar
ukurnya saja tanpa memberikan penilaian kualitatif.
3. Hasil pengukuran bersifat deskriptif, yaitu hanya sebatas memberikan angka yang tidak
diinterprestasikan lebih jauh.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu


prosedur yang sistematis untuk memperoleh informasi data kuantitatif baik data yang dinyatakan
dalam bentuk angka maupun uraian yang akurat, relevan, dan dapat dipercaya terhadap atribut
yang diukur dengan alat ukur yang baik dan prosedur pengukuran yang jelas dan benar.
B. PENGERTIAN TES

Tes pada dasarnya merupakan suatu pengukuran yang obyektif dan standar terhadap
sampel perilaku (Anastasi, 1976). Brown (1976) mengatakan bahwa tes adalah prosedur yang
sitematik guna mengukur sampel perilaku seseorang. Menurut Cronbach (1970) prosedur
sistematik adalah untuk meneliti perilaku seseorang dan menggambarkannya dengan tujuan dari
skala numerikal atau sistem kategori.

Tes juga merupakan alat ukur berbentuk sutu set pertanyaan untuk mengukur sampel tingkah laku
dari perserta tes. Dalam hal ini, objek pengukuran berupa atribut psikologis dan sample perilaku
yang tampak yang dapat diukur secara langsung melalui tes. Dengan kata lain, kesimpulam
mengenai atribut psikologis hanya dapat di[eroleh melalui pengukuran sampel perilaku (Azwar,
2010).

Dilihat dari wujud fisiknya, tes merupakan sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab
dan/atau tugas yang harus dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis
tertentu berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan atau cara dan hasil subjek dalam
melakukan tugas-tugas tersebut.

Dari berbagai macam batasan mengenai tes, dapat ditarik beberapa kesimpulan pengertian, antara
lain:

1. Tes adalah prosedur yang sistematik, artinya:

a. Aitem disusun menurut cara dan aturan tertentu.

b. Administrasi dan skoring harus jelas dan terperinci.

c. Setiap orang yang menjalani tes harus menerima aitem yang sama dengan kondisi
sebanding (terstandarisasi).

2. Berisi sampel perilaku, artinya:

a. Tetap tidak dapat mencakup seluruh perilaku, hanya sampel perilakunya saja.
b. Kelayakan suatu tes tergantung pada sejauhmana aitem-aitem dalam tes mewakili]
secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur.
3. Tes mengukur perilaku, artinya aitem-aitem dalam tes menghendaki agar subjek
menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang telah dipelajari subjek dengan cara
menjawab pertanyaan- pertanyaan atau mengerjakan tugas-tugas yang dikehendaki oleh
tes.

Azwar, S. 2010. Metode penelitian. Yogyakarta: pustaka pelajar.

Anda mungkin juga menyukai