Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Tes
Ada beberapa definisi mengenai tes :
1. A measurement device or technique used to quantify behavior or aid in
the understanding and prediction of behavior. (Kaplan & Saccuzzo, 2005)
2. Tes is any series of question or exercise or other means of measuring the
skill, knowledge, intelegence, capacities o attitudes or an individual or
group.
Jadi, tes merupakan alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Dalam hal ini mengukur hasil pembelajaran.
Evaluasi hasil pembelajaran bisa mengukur prestasi seseorang dan
bisa juga mengukur kemampuan optimal mahasiswa. Oleh karena itu, tes
harus mengukur kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa melalui mata
ajaran tertentu dan tes harus memiliki derajat kesulitan item yang bervariasi,
sehingga perlu dibuat kisi-kisi untuk menyusun soal tes.
B. Bentuk Tes
Cara pengukuran hasil belajar melalui tes dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk, yaitu dengan cara tes tertulis, tes lisan, dan tes praktek.
Tes tertulis dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang fakta,
pengertian, keterampilan menerapkan prinsip prinsip dasar untuk
memecahkan masalah masalah nyata dan keterampilan menerapkan ide
ide ke dalam suatu uraian bebas. Tes tertulis ini terdiri dari tes uraian, tes
obyektif, dan karya tulis ( makalah ).
Tes lisan tepat digunakan untuk mengukur kesiapan siswa dalam
mengemukakan kembali pengetahuan yang dipelajarinya. Agar tes lisan
memenuhi fungsinya secara maksimal, maka tes harus dilaksanakan dalam
bentuk dialog. Sedangkan tes praktek adalah tes yang tepat untuk mengukur
keterampilan yang bersifat motoris. Materi evaluasinya terdiri atas praktek
melaksanakan suatu tugas. Ketiga bentuk tes tersebut merupakan tes yang

1 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

umum dipakai oleh para guru, namun yang paling sering digunakan adalah
tes tertulis.
C. Ciri Ciri Tes yang Baik
Soal yang akan diteskan kepada peserta didik dapat dikatakan baik
apabila memiliki persyaratan Validitas, Reliabilitas, Obyektivitas, Praktibilitas,
dan Ekonomis.
a. Validitas, validitas diartikan sebagai kesahihan. Sebuah tes dikatakan
tepat apabila memiliki tingkat validitas tinggi atau dapat dengan tepat
mengukur apa yang diukur.
b. Reliabilitas, diartikan dapat dipercaya. Suharsimi mengatakan suatu tes
dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali
kali. Suatu tes dikatakan reliable apabila hasil tes tersebut menunjukkan
ketepatan. Jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada waktu
berlainan, maka setiap siswa akan berada pada urutan yang sama dalam
kelompoknya.
c. Obyektivitas, sebuah tes dilakukan obyektif apabila dalam melaksanakan
tes tidak ada faktor subyektif yang mempengaruhi, terutama pada sistem
skoringnya.
d. Praktibilitas,tes

yang

bersifat

praktis

adalah

tes

yang

mudah

mengadministrasikannya. Menurut Suharsimi, tes yang bersifat praktis


adalah mudah dilaksanakan ( tidak menuntut peralatan yang banyak ),
mudah pemeriksaanya ( tes dilengkapi dengan pedoman skoringnya ),
dan dilengkapi petunjuk yang jelas.
e. Ekonomis, suatu tes dikatakan ekonomis apabila tes dilaksanakan tidak
memerlukan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang
lama.
D. Kriteria Untuk Menentukan Soal Yang Baik dan Tidak Baik
Untuk menentukan apakah suatu soal dikatakan baik atau tidak baik
sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria sebagai berikut :
1. Untuk soal yang berbentuk benar-salah (true-false) :
a. Jika tingkat kesukarannya sama atau lebih kecil dari 0, 16,
dikategorikan soal yang sukar.
b. Jika tingkat kesukarannya sama atau lebih besar dari 0, 84,
dikategorikan soal yang mudah.
2. Untuk soal yang berbentuk pilihan ganda (multiple choice) :

2 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

a. Untuk pilihan ganda dengan option 3 :


- Jika tingkat kesukarannya sama atau lebih kecil dari 0,21,
-

dikategorikan soal yang sukar.


Jika tingkat kesukarannya sama atau lebih besar dari 0,79,

dikategorikan soal yang mudah.


b. Untuk pilihan ganda dengan option 4 :
- Jika tingkat kesukarannya sama atau lebih kecil dari 0,24,
-

dikategorikan soal yang sukar.


Jika tingkat kesukarannya sama atau lebih besar dari 0,76,

dikategorikan soal yang mudah.


Jika daya pembeda soal ini adalah 0 (nol) atau negatif (minus),
maka soal itu perlu direvisi atau diperbaiki.
Untuk menentukan daya pembeda suatu soal, di samping kriteria

pada c tersebut di atas dapat juga dicari dengan menggunakan tabel


koefisien biserial dengan mencari R bis dari tabel tersebut. Tabel tersebut
digunakan untuk menghitung daya pembeda yang didasarkan atas
perhitungan 27 % Upper Group dan 27 % Lower Group.
E. Tes Tradisional
Ciri khas tes tradisional biasanya adalah tes kertas dan pensil di
mana siswa memilih pilihan, menghitung angka, membuat respons singkat
atau menulis esai. Cakupan tes tradisional berfokus pada dua jenis utama
format soal dalam asesmen :
1. Soal respons pilihan (selected-responsen items)
2. Soal respons yang dibuat (constructed-response items)

1. Soal Respons Pilihan


Soal

respon

pilihan

mempunyai

format

objektif

yang

memungkinkan respons siswa untuk dinilai dengan cepat. Kunci asesmen


untuk respons yang benar diciptakan dan bisa diterapkan dan bisa

3 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

diterapkan oleh pemeriksa atau komputer. Jenis-jenis soal yang


digunakan secara luas dalam tes respns pilihan yakni :
a. Soal benar/salah
Soal benar/salah meminta siswa untuk menandai apakah suatu
pertanyaan benar/salah.
Contoh :
Beruang merupakan hewan karnivora.

Benar

Salah

a) Kelebihan dan kelemahan soal benar / salah

Kelebihan soal benar / salah :


a. Soal sangat membantu untuk hasil-hasil yang hanya terdapat
dua alternatif yang mungkin.
b. Diberikan sedikit tuntutan dalam kemampuan membaca dalam
soal pilihan ganda.
c. Ada relatif banyak jumlah soal yang bisa dijawab dalam

periode pengetesan biasa.


d. Asesmennya mudah, objektif, dan dapat dipercaya.
Kelemahan soal benar / salah
a. Hal yang sulit untuk membuat soal pada tingkat pengetahuan
dan pemikiran yang tinggi yang bebas dari ambiguitas.
b. Ketika sebuah pernyataan mengindikasikan dengan benar
bahwa sebuah pernyataan itu salah, respons tersebut tidak
memberikan bukti bahwa siswa mengetahui apa yang benar.
c. Tidak ada informasi diagnostik yang diberikan oleh jawaban
yang salah.
d. Nilai lebih dipengaruhi oleh tebakan daripada jenis soal lain.

b) Strategi Membuat Soal Benar/Salah


Berikut merupakanbeberapa strategi yang bagus untuk membuat
soal benar/salah (Gronlund, 2003, hlm. 78-84) :
a. Menggunakan satu ide utama dalam setiap pernyataan.
Memasukkan
benar/salah

beberapa
harus

ide

dalam

dihindari

sebuah
karena

pernyataan
cenderung

membingungkan siswa dan jawabannya lebih dipengaruhi


oleh kemampuan membaca daripada pembelajaran.

4 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

b. Buat pernyataan yang singkat serta gunakanlah kosakata


dan struktur kalimat yang sederhana
c. Menggunakan kata-kata dengan begitu tepat sehingga
pernyataannya bisa dengan jelas dinilai sebagai pernyataan
yang benar atau salah. Pernyataan yang benar harus benar
dalam semua keadaan, namun bebas dari pemberi sifat,
seperti bisa dan mungkin. Istilah yang tidak jelas seoerti
jarang, sering kali, dan sering harus dihindari.
d. Gunakanlah kalimat negatif dengan hemat dan hindarilah
dua kalimat negatif
e. Hindarilah
memberikan
hubungannya

dengan

petunjuk
jawaban.

yang

tidak

Pernyataan

ada
yang

mencangkup hal-hal mutlak seperti selalu, tidak pernah,


semua, tidak ada, dan hanya cenderung salah. Pernyataan
yang dimiliki pemberi sifat seperti biasanya, mungkin, dan
terkadang cenderung benar. Hiangkanlah petunjuk verbal
untuk jawaban yang benar atau seimbangkanlah antara soal
benar dan soal salah.
b. Soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda (multiple-choice item) terdiri dari dua bagian :

Bagian utama yang merupakan pertanyaan atau pernyataan


Serangkaian respons yang mungkin
Alternatif yang tidak benar disebut pengganggu. Tugas siswa

adalah memilih pilihan yang benar dari pengganggu-pengganggu yang


ada.
Contoh :
Diantara kota-kota berikut, manakah yang tidak terletak di provinsi Jawa
Tengah...
a. Purwokerto
b. Cilacap

5 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

c. Semarang
d. Cirebon
a) Kelebihan dan Kelemahan Soal Pilihan Ganda

Kelebihan soal pilihan ganda


a. Baik hasil belajar yang sederhana maupun kompleks bisa
b.
c.
d.
e.

diukur
Tugasnya sangat terstruktur dan jelas
Sampel presentasi yang luas bisa diukur
Alternatif yang tidak benar memberikan informasi diagnostik
Asesmen tidak begitu dipengaruhi oleh tebakan bila

dibandingkan dengan soal benar/salah


f. Asesmen itu mudah, objektif, dan dapat dipercaya.
Kelemahan soal pilihan ganda
a. Membuat soal yang bagus memakan waktu
b. Sering kali adalah suliy untuk menemukan pengganggu yang
masuk akal
c. Format pilihan ganda tidaklah efektif untuk mengukur
beberapa jenis penyelesaian

masalah dan kemampuan

untuk mengatur dan mengungkapkan ide


d. Nilai bisa dipengaruhi oleh kemampuan membaca.

b) Strategi Membuat Soal Pilihan Ganda


Berikut merupakan beberapa strategi bagus untuk membuat soal
pilihan ganda yang berkualitas tinggi (Gronlund, 2006; Haladyna,
1997, 2002; Linden, 1996; McMillan, 2007; Sax, 1997) :
a. Membuat bagian utama sebagai pertanyaan
b. Memberikan tiga atau empat alternatif yang mungkin untuk
dipilih
c. Menyatakan

soal

dan

pilihan

secara

positif

bila

memungkinkan. Siswa sekolah dasar menganggap kalimat


negatif membingungkan. Apabila Anda menggunakan kata
tidak dalam bagian utama, Anda sebaiknya mencetak miring
atau menggarisbawahi kata tersebut.
d. Memasukkan sebanyak mungkin soal di dalam bagian
utama sehingga membuat bagian utama relatif panjang dan
alternatif yang relatif pendek

6 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

e. Alternatif seharusnya sesuai dengan bagian utama secara


tata bahasa sehingga tidak ada jawaban yang salah secara
f.

tata bahasa.
Membuat soal yang memiliki pilihan terbaik atau benar dan
dapat

dipertahankan

dengan

jelas.

Kecuali

Anda

memberikan arahan alternatif, siswa akan beranggapan


bahwa hanya ada satu jawaban benar atau jawaban terbaik
untuk satu soal.
g. Acaklah penempatan pilihan yang tepat. Siswa-siswa yang
tidak yakin dengan satu jawaban cenderung memilih pilihan
menengah

dan

menghindari

pilihan

yang

ekstrem.

Mengurutkan pilihan respons sesuai dengan abjad (dari


huruf pertama dalam respons) akan membantu mengacak
penempatan pilihan yang benar.
h. Waspadailah petunjuk dalam panjangnya pilihan. Jawaban
yang benar cenderung labih panjang daripada jawaban yang
tidak benar karena kebutuhan untuk mencakup spesifikasi
dan kualifikasi yang menjadikannya benar. Panjangkanlah
pengganggu (respons yang tidak benar) sampai paanjang
i.

yang hampir sama dengan jawaban yang benar.


Jangan mengharap siswa untuk membuat perbedaan yang

j.

tipis di antara pilihan jawaban.


Jangan terlalu menggunakan Tidak ada satu pun dari hal di
atas dan Semua hal di atas. Selain itu hindarilah

penggunaan variasi a dan b atau c dan d, tetapi tidak a.


k. Jangan menggunakan susunan kata yang sama persis
dengan yang ada dalam buku pelajaran ketika membuat
pertanyaan.siswa yang lemah bisa mengenali jawaban yang
benar, tapi tidak benar-benar memahami artinya.
c. Soal Menjodohkan
Digunakan oleh guru yang memiliki siswa yang lebih muda,
menjodohkan

mengharuskan

siswa

untuk

dengan

benar

menghubungkan satu kelompok stimulus dengan kelompok stimulus


kedua untuk menilai asosiasi atau hubungan antara dua kumpulan
informasi. Dalam format menjodohkan, seorang guru menempatkan

7 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

daftar istilah di bagian kiri halaman dan deskripsi atau definisi dari istilah
tersebut di bagian kanan halaman.
Tugas siswa adalah membuat garis antara kolom-kolom yang
dengan

benar

menghubungkan

istilah

dengan

definisi

atau

deskripsinya. Dalam format lain, ada ruang kosong di samping setiap


istilah, di mana siswa menulliskan angka atau huruf yang benar dari
deskripsi atau definisinya. Ketika menggunakan soal menjodohkan
dibatasi hanya delapan atau sepuluh soal .
Tes menjodohkan tidak menyusahkan guru karena :
a. Bentunya yang padat hanya mebutuhkan sedikit tempat sehingga
memudahkan asesmen banya informasi secara efisien
b. Bisa dinilai dengan mudah dengan menggunakan pola jawaban yang
benar.
Sebagian besar tugas menjodohkan mengharuskan siswa untuk
menghubungkan informasi yang telah mereka hafal meskipun soal-soal
dibuat sedemikian rupa sehingga mengukur keterampilan kognitif yang
lebih kompleks.
Format Asesmen Objektif Lainnya.
Tes respon pilihan atau objektif lainnya memanfaatkan peralatan
soal

dan

audiovisual

(Hambelton,

1996).

Format

audiovisual

memanfaatkan kemudahan yang sekarang ini bisa kita gunakan untuk


membuat serta memperhatikan slide dan rekaman video. Siswa-siswa
diberi sebuah persoalan dalam format audiovisual dan diminta untuk
menyelesaikan persoalan tersebut. Siswa memilih jawaban dari kumpulan
pilihan, seperti halnya dalam tes pilihan ganda menggunakan kertas atau
pensil.
Keuntungan dari format audiovisual ini adalah bahwa format ini
bisa menggambarkan dunia nyata dan bisa digunakan untuk mengevaluasi
keterampilan kognitif tingkat lebih tinggi. Kelemahan utamanya adalah
biaya dan waktu.

8 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

d. Kumpulan Soal (Problem Sets)


Melibatkan penyampaian dua atau lebih soal jawaban singkat
yang objektif atau pilihan ganda sehubungan dengan satu stimulus,
seperti sebuah ilustrasi, grafik atau bacaan (Hambelton, 1996). Sebagai
contoh, dalam kelas matematika, sebuah grafik mungkin ditampilkan
bersama dengan serangkaian soal pilihan ganda. Dalam studi sosial
atau sejarah, sebuah peta mungkin merupakan stimulus untuk setengah
lusin pertanyaan. Beberapa siswa melaporkan bahwa format kumpulan
soal tampaknya lebih realistis daripada sekumpulan soal yang mandiri
dan berlainan.

e. Indeks Diskriminasi Soal ( Item Discrimination Index)


Salah satu tujuan diadakannya ujian ialah untuk mengenal
calon/pelajar yang berkemampuan

tinggi untuk sesuatu hal tertentu,

seperti melanjutkan pendidikan dalam bidang tertentu. Item / soal yang


baik akan dapat membedakan atau mendiskriminasikan diantara mereka
yang berkemampuan rendah dan yang berkemampuan tinggi. Indeks
yang digunakan untuk menentukan perbedaan upaya pelajar tersebut
dinamakan Indeks Diskriminasi Item.
Indeks Diskriminasi boleh dilakukan melalui langkah-langkah
Mehrens & Lehmann, (1991), yaitu :
(1) Membagi pelajar menjadi tiga kumpulan, yaitu pelajar berkemampuan
rendah,

pelajar

berkemampuan

sedang

sederhana

pelajar

berkemampuan antara terendah dan tertinggi ), dan pelajar


berkemampuan tinggi.
(2) Menetapkan simbol pelajar yang menjawab dengan betul di kalangan
pelajar berkemampuan rendah (RL Right Lower), simbol pelajar
yang menjawab dengan betul di kalangan pelajar berkemampuan

9 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

tinggi (RU Right Upper) dan jumlah pelajar berkemampuan rendah


dan tinggi (T(L+U) Total).
(3) Indeks Diskriminasi boleh dilakukan dengan membagi perbedaan
(RU RL) dengan setengah T(L+U), seperti berikut :Indeks
Diskriminasi (d) = (RU RL)
(1/2 T(L+U))
(4) Contoh :
Ada 200 orang pelajar menjawab soal tertentu. Ada 54 orang (27%
daripada 200) pelajar berprestasi tinggi yang dikenal berprestasi, 45
orang dari mereka dapat menjawab soal tersebut dengan betul (RU =
45). Selain itu, ada 54 orang pelajar berprestasi rendah, 15 orang
dapat menjawab dengan betul (RL = 15). Sehingga, jumlah pelajar
berprestasi rendah dan breprestasi tinggi adalah 108 orang (T(L+U) =
54 + 54 = 108). Indeks Disckriminasi boleh ditulis seperti berikut :
Indeks Diskriminasi = (RU RL) = (45 15)

= 30 = 0.56

(1/2 T(L+U))= (1/2 x 108) = 54


(5) Dalam contoh di atas, Indeks Diskriminasi boleh bernilai 1.00, jika
semua pelajar berprestasi tinggi dan tidak ada seorang pun pelajar
berprestasi rendah dapat menjawab soal tersebut dengan betul (RU
RL = 54 0 = 54):
Indeks Diskriminasi = (RU RL) = (54 0) = 54 = 1.00
(1/2 T(L+U)) = (1/2 x 108) = 54
(6) Indeks Diskriminasi boleh bernilai 0.00, jika bilangan pelajar
berprestasi tinggi dan rendah yang dapat menjawab soalan ini
dengan betul adalah sama (RU RL = 0).
Indeks Diskriminasi = (RU RL) =
(0)
= 0 = 0.00
(1/2 T(L+U)) = (1/2 x 108) = 54
(7) Indeks Diskriminasi boleh bernilai -1.00, jika semua pelajar
berprestasi rendah dan tiada seorang pun pelajar berprestasi tinggi
dapat menjawab soal tersebut dengan betul (RU RL = 0 - 54 = -54).
Indeks Diskriminasi = (RU RL) = (0 54) = -54 = -1.00
(1/2 T(L+U)) = (1/2 x 108) = 54

Dari contoh di atas, kita dapat melihat bahwa Indeks Diskriminasi


boleh bernilai antara -1.00 hingga 1.00. Item yang mempunyai Indeks

10 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

Diskriminasi positif menunjukkan pelajar berprestasi tinggi lebih sering


dapat menjawab sesuatu soal dengan betul daripada pelajar berprestasi
rendah. Secara logisnya, kita mengandalkan pelajar berprestasi tinggi
akan dapat menjawab sesuatu soal dengan betul dibandingkan pelajar
berprestasi rendah. Ini menjadikan nilai Indeks Diskriminasi hampir 1.00,
yang juga bermakna bahwa soal tersebut baik untuk Penilaian Rujukan
Norma

(PRN)

karena

dapat

membedakan

(discriminate)

pelajar

berkemampuan tinggi / pandai daripada pelajar berkemampuan rendah /


lemah.
Soal - soal yang mempunyai Indeks Diskriminasi positif yang
mendekati 0.00, soal -soal tersebut dikatakan tidak baik untuk PRN,
karena tidak berupaya membedakan pelajar pandai daripada pelajar
lemah. Sedangkan soal - soal yang mempunyai Indeks Diskriminasi
negatif yang mendekati -1.00, soal soal tersebut dikatakan tidak baik
untuk PRN, karena tidak adil membedakan pelajar pandai daripada
pelajar lemah, yaitu lebih mengutamakan pelajar lemah dapat menjawab
soal -soal tersebut dengan betul daripada pelajar pandai.
Maka dari itu, pembuat soal ( misal : guru ) perlu memperbaiki atau
mengganti soal yang mempunyai Indeks Diskriminasi yang rendah atau
pun negatif. Taraf kesukaran item boleh ditafsirkan mengikut nilai p
seperti yang ditunjukkan dalam kolom di bawah ini.

Nilai ( d )
0.00 0.10
0.11 0.20
0.21 0.30
0.31 0.40
0.41 0.10

Penggelompokan Item
Jelek
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik

Menurut Hanna dan Dettmer (2004: 252), soal - soal yang dibuat
oleh guru hanya mempunyai Indeks Kesukaran antara 0.00 hingga 0.50.

11 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

Tetapi, menurut Mehrens dan Lehmann (1991), Indeks Diskriminasi untuk


soal - soal ujian perlu melebihi 0.20, sekiranya pencapaian pelajar
dibagikan kepada dua (sebagian berkemampuan rendah, sebagian
berkemampuan tinggi). Indeks tersebut harus lebih tinggi daripada 0.20,
sekiranya pelajar dibagikan kepada 27% berkemampuan rendah dan 27%
berkemampuan tingggi.
Sedangkan Nitko (2004: 323) menyatakan item yang boleh dipilih
untuk ujian hendaklah mempunyai Indeks Diskriminasi melebihi 0.30.
Sebagai kesimpulan, item atau soal yang baik untuk ujian perlu
mempunyai Indeks Diskriminasi melebihi 0.30. Indeks Diskriminasi yang
lebih tinggi diperlukan untuk ujian-ujian PRN. Maka dari itu, selain menjadi
panduan dalam membina atau membuat item, Indeks Diskriminasi juga
boleh digunakan untuk lima tujuan berikut :
1. Mengenal konsep yang perlu diajarkan semula, yaitu apabila guru
mendapati soal soal yang tidak dapat dijawab oleh sebagian besar
pelajar yang pandai.
2. Mengenal dan melaporkan kekuatan dan kelemahan bagian bagian
kurikulum, yang tidak boleh dikuasai pelajar yang pintar.
3. Memberi kemakluman kepada pelajar yang pandai

tentang

kelemahan mereka pada setiap pokok pengajaran yang diuji.


4. Mengenal soal yang tidak diajarkan dan tidak dibahas selama dalam
pengajaran.
5. Mengenal pelajar-pelajar yang berprestasi tinggi untuk melanjutkan
pengajian dalam bidang-bidang tertentu.

2. Soal Respons yang Dibuat (Constructed-Response Items)


Soal

respons

yang

dibuat

mengharuskan

siswa

untuk

menuliskan informasi daripada memilih respons dari menu. Soal esai


dan jawaban singkat merupakan bentuk soal respons yang dibuat yang
paling umum digunakan.
a. Soal jawaban singkat

12 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

Soal jawaban singkat adalah format respons yang dibuat di


mana siswa diharuskan untuk menulis sebuah kata, frasa pendek, atau
beberapa kalimat untuk merespons tugas. Format jawaban singkat
memungkinkan pengingatan kembali dan bisa memberikan asesmen
penyelesaian soal dari banyak materi. Kerugian dari pertanyaan
jawaban singkat adalah pertanyaan ini membutuhkan asesmen untuk
dinilai

dan

biasanya

mengukur

pembelajaran

yang

dihafalkan.

Melengkapi kalimat adalah variasi dari soal jawaban singkat, di mana


siswa mengungkapkan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan
melengkapi kalimat.
b. Esai
Soal esai memberi siswa lebih banyak kebebasan untuk
merespons pertanyaan, tetapi mengharuskan lebih banyak penulisan
bila dibandingkan dengan format lain. Soal esai biasanya bagus untuk
menilai pemahaman materi, keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
kemampuan untuk mengatur informasi, dan keterampilan menulis siswa.
Soal esai mengharuskan siswa untuk menulis segala hal dari
beberapa kalimat sampai beberapa halaman. Dalam beberapa kasus,
guru meminta semua siswa untuk menjawab pertanyaan esai yang
sama. Dlam kasus lain, guru membiarkan siswa memilih soal dari
sekelompok soal yang ingin mereka tulis, sebuah strategi yang
menyulitkan guru untuk membandingkan respons siswa.
a) Kelebihan dan kekurangan soal esai

Kelebihan soal esai :


a. Tingkat tertinggi dari hasil pembelajaran (analisis, sintesis, dan
evaluasi) bisa diukur.
b. Integrasi dan aplikasi ide bisa ditekankann
c. Waktu persiapan biasanya lebih sedikit daripada untuk format

jenis pilihan.
Kekurangan soal esai :
a. Prestasi mungkin tidak dicoba dengan memadai karena waktu
yang dibutuhkan untuk menjawab setiap pertanyaan.

13 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

b. Barangkali sulit untuk menghubungkan respons esai dengan


hasil pembelajaran yang dimaksud dikarenakan kebebasab
untuk memilih, mengatur, dan mengekspresikan ide
c. Nilai ditingkatkan dengan keterampilan menulis dan bualan
serta direndahkan oleh tulisan tangan yang buruk, kesalahan
dalam pengejaan, dan kesalahan tata bahasa.
d. Asesmen menghabiskan banyak waktu, bersifat subjektif, dan
mungkin tidak bisa dipercaya.

b) Saran untuk membuat soal esai yang bagus meliputi (Sax, 1997):
a. Menentukan pembatasan.
b. Menyusun dan mengklarifikasikan tugas.
c. Mengajukan pertanyaaan secara langsung.

14 |Psikologi Pendidikan : Traditional Assessment

Anda mungkin juga menyukai