Anda di halaman 1dari 11

`

Disusun Oleh:
Raden Dwi

: 20147279

Sri iswatiningrum : 20147279.


Bambang dirgantoro
Nursiah

: 20147279.

: 20147279..

Abdul rizal

: 20147279131

Untuk memenuhi tugas mata kuliah metode penelitian


Dosen pengampu : DR. Supardi. US.,M.Pd.,MM
Fakultas Tehnik Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FTMIPA)
Pascasarjana
2015

Kata pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
karuniaNya lah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini membahas tentang metodologi
penelitian makalah ini pokok topik yang di bahas ialah quasi eksperimen.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai menyusun penilitian yang bersifat quasi
eksperimen atau penelitian yang bersifat kuantitatif .
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
metodologi penelitian pascasarjana Bpk. Dr. Supardi. US.,M.Pd.,MM. Atas bimbingan dan
arahan yang diberikan kepada kami, serta ucapan terima kasih kepada teman - teman yang ikut
berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami mohon kritik dan
saran yang membangun, agar pada pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik. Akhir kata
kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, 9 Oktober 2015

Penulis

Hal. 1

Desain Penelitian Quasi Experiment


BAB I
A. Pendahuluan
Eksperimen dapat diartikan sebagai sebuah tes atau pengujian, atau juga
dapat diartikan sebagai sebuah tes yang tidak terlalu tampak penyebabnya dan
dapat diartikan pula sebagai percobaan atau manipulasi secara sengaja (Cook &
Campbell, 1979). Percobaan tersebut dapat dilakukan dengan simulasi atau dengan
tes secara riil. Namun tes secara riil dianggap lebih valid dibandingkan percobaan
yang hanya dilakukan dengan menggunakan teknik simulasi.
Di dalam melakukan percobaan tersebut dibutuhkan adanya efek perlakuan
dengan menggunakan pembandingan dari satu percobaan dengan percobaan yang
lain. Di dalam rancangan eksperimen, langkah yang dianggap terbaik adalah
dengan menggunakan penugasan secara acak yang memiliki konsep penafsiran
ceteris paribus (segala sesuatu yang lain bersifat sama). Tetapi hal tersebut
seringkali sulit diimplementasikan jika obyek penelitian yang dikenai adalah
manusia. Khususnya di bidang pendidikan yang hampir seluruh obyek penelitiannya
adalah pebelajar, maka penugasan secara acak sangat sulit diimplementasikan.
Dengan melihat kepada fenomena tersebut, maka dibutuhkan sebuah teknik
eksperimen lain yang tidak menggunakan penugasan secara acak. Penugasan
secara acak umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik true experiment,
sedangkan alternatif teknik yang tidak menggunakan penugasan secara acak
disebut sebagai quasi experimental design(Scott & Usher, 2011). Teknik eksperimen
ini umumnya dilakukan jika peneliti tidak memiliki kendali penuh terhadap obyek
penelitian sehingga tidak mampu menerapkan penugasan obyek secara acak.
Quasi experiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan,
pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak
untuk menciptakan perbandingan

dalam rangka menyimpulkan perubahan yang

disebabkan perlakuan(Cook & Campbell, 1979). Jenis ini juga seringkali disebut
sebagai post-hoc research

yang berarti bahwa peneliti dapat melihat efek yang

terjadi dari sebuah variabel setelah kejadian tertentu (Salkind, 2006:234). Quasi
experiment sesungguhnya dapat dikatakan mirip dengan true experiment jika
dilihat dari pemanipulasian variabel independen yang dilakukan (Ary et al,
2010:316).

Hal. 2

Desain Penelitian Quasi Experiment


Beberapa perbedaan yang sangat signifikan dari quasi experiment bila
dibandingkan dengan true experiment adalah jika di dalam true experiment
digunakan untuk menguji sebab-akibat yang sesungguhnya dari sebuah hasil relasi,
sedangkan di dalam quasi experiment hanya melakukan pengujian tanpa adanya
kendali penuh didalamnya (Salkind, 2006:10; Levy & Ellis, 2011). Namun hal ini
bukan berarti bahwa peneliti sama sekali tidak memiliki kendali terhadap obyek
penelitian di dalam quasi experiment, tetapi yang dimaksudkan adalah kendali yang
dimiliki tidak mutlak bisa digunakan.
Beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh desain quasi experiment adalah
terlalu

fokus

terhadap

kejadian

yang

tidak

dapat

diperkirakan

dan

tidak

berkelanjutan sehingga dapat mengaburkan tujuan jika terjadi perubahan yang


tidak terduga akibat faktor fenomena ekonomi atau perkembangan politik. Dan juga
kurang kuatnya pengukuran dalam hal asosiasi yang menjadikan beberapa efek
yang terjadi pengukurannya terbatas. Hal tersebut mengakibatkan beberapa efek
seringkali tidak terlihat pada saat pengukuran terjadi (Caporaso, 1973:31-38).
Di dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, penggunaan quasi
experiment sangat disarankan mengingat kondisi obyek penelitian yang seringkali
tidak memungkinkan adanya penugasan secara acak. Hal tersebut diakibatkan
telah terbentuknya satu kelompok utuh (naturally formed intact group), seperti
kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-kelompok ini juga sering kali jumlahnya
sangat terbatas. Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam true experiment
tidak dapat dipenuhi secara utuh, karena pengendalian variabel yang terkait subjek
penelitian tidak dapat dilakukan sepenuhnya. Sehingga untuk penelitian yang
berhubungan

dengan

peningkatan

kualitas

pembelajaran,

direkomendasikan

penggunaan teknik quasi experiment di dalam implementasinya (Azam, Sumarno &


Rahmat, 2006).
Tidak

adanya

pengacakan

dalam

menentukan

subjek

penelitian

memungkinkan untuk munculnya masalah-masalah yang terkait dengan validitas


eksperimen, baik validitas internal maupun eksternal. Akibatnya, interpreting and
generalizing hasil penelitian menjadi sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu,
pembatasan hasil penelitian harus diidentifikasi secara jelas dan subjek penelitian
perlu dideskripsikan.
Secara umum, pelaksanaan penelitian dengan menggunakan teknik quasi
experiment dapat berhasil jika strategi berikut diterapkan didalamnya. Strategi
Hal. 3

Desain Penelitian Quasi Experiment


tersebut antara lain (Robson et al, 2001:30): menambahkan kelompok kontrol,
melakukan pengukuran sebelum dan sesudah implementasi yang didalamnya
dilakukan

intervensi,

secara

bertahap

memperkenalkan

perlakuan

terhadap

kelompok obyek, menambahkan prosedur terbalik terhadap tiap perlakuan di tiap


kelompok dan menggunakan pengukuran luaran tambahan.

Hal. 4

Desain Penelitian Quasi Experiment


B. Jenis Desain Quasi Experiment
Terdapat beberapa jenis desain di dalam implementasi quasi experiment,
yakni (Ary et al, 2010; Azam, Sumarno & Rahmat, 2006):
1. Nonrandomized Control Group, PretestPosttest Design
Disebut juga sebagai non eqivalent control group design dan dianggap sebagai
desain yang paling banyak digunakan di dalam teknik quasi experiment (Salkind,
2006:235). Desain ini mirip dengan pre-test-posttest di dalam true experiment
namun tidak memiliki penugasan acak didalamnya.Karena adanya pretest, maka
pada desain penelitian tingkat kesetaraan kelompok turut diperhitungkan.
Pretest dalam desain penelitian ini juga dapat digunakan untuk pengontrolan
secara statistik (statistical control) serta dapat digunakan untuk melihat
pengaruh perlakuan terhadap capaian skor (gain score).
Tabel 1: Skema Nonrandomized Control Group, PretestPosttest Design (Ary et
al, 2010)
Group
E
C

Pret
est
Y1
Y1

Independent
Variable
X

Posttest
Y2
Y2

Hal yang penting diperhatikan di dalam desain ini adalah jika posttest yang
dilakukan ternyata tidak berpengaruh kepada subjek eksperimen akibat adanya
pengaruh dari pretest sebelumnya. Sebab hasil posttest bisa jadi hanya
merupakan pengaruh akibat dari adanya pretest. Misal: jika di dalam pretest
terdapat pertanyaan, Apakah Anda sering membaca harian Kompas?, dan
setelah

terjadi

perlakuan

pada

subjek

eksperimen

yang

didalamnya

mengharuskan mereka sering melakukan review terhadap artikel di harian


Kompas, maka jawaban pada saat posttest untuk pertanyaan yang sama bisa
menjadi bias.
Tetapi bias yang terjadi antara hasil pretest dan posttest umumnya dapat
dihindari jika tes yang dilakukan lebih bersifat sebagai achievement test, karena
didalamnya akan menuntut subjek menjawab posttest berdasarkan hasil
perlakuan eksperimen. Namun jika tes yang dilakukan lebih mengarah ke
motivasi atau sikap, maka disarankan untuk tidak menggunakan desain jenis ini
(Ary et al, 2010).
Hasil yang mungkin terjadi di dalam desain ini antara lain (Vockell, 1983:177) :
a. Kelompok yang mendapat perlakuan mendapatkan hasil posttest yang lebih
baik (dianggap sebagai hasil yang terbaik dari eksperimen)
Hal. 5

Desain Penelitian Quasi Experiment

Dengan perlakuan

Tanpa perlakuan
Posttest

Pretest

Gambar 1. Contoh Kemungkinan Pertama


b. Kelompok yang mendapat perlakuan mendapatkan hasil posttest yang sama
baik atau sama meningkat dengan kelompok yang tidak mendapat perlakuan
(diasumsikan sebagai hasil gagal dalam eksperimen karena perlakuan tidak
memiliki pengaruh)

Dengan perlakuan
Tanpa perlakuan
Pretest

Posttest

Gambar 2. Contoh Kemungkinan Kedua dan Ketiga


Secara umum, desain ini cukup memadai untuk dilakukan di dalam situasi yang
tidak memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan penugasan secara acak dan
lebih ditekankan kepada hasil posttest yang bersifat achievement sehingga efek
dari eksperimen dapat lebih terlihat secara jelas. Umumnya desain jenis ini
digabungkan dengan desain lain dari quasi experiment agar dapat mendapatkan
hasil yang lebih optimal (Vockell, 1983:178)
2. Counterbalanced Design
Desain jenis ini umumnya menggunakan lebih dari satu intact class (kelas yang
sudah terbentuk sebelumnya) lalu dirotasi perlakuannya pada interval waktu
tertentu. Perbedaan utama antara jenis ini dengan jenis sebelumnya adalah
bahwa seluruh kelompok akan mengalami perlakuan yang sama, tetapi dengan
urutan yang berbeda-beda (lihat pada skema di tabel 2).

Hal. 6

Desain Penelitian Quasi Experiment


Jenis ini lazim digunakan apabila seorang pembelajar ingin melihat perbandingan
efek perlakuan yang sama kepada kelompok yang berbeda.Desain ini juga dapat
digunakan jika perlakuan yang akan diterapkan lebih dari satu jenis.
Kelebihan dari desain ini dibandingkan desain pertama, yakni bahwa seluruh
kelompok mendapat perlakuan yang sama, sehingga mengurangi risiko akan
terjadinya kekecewaan dari satu kelompok karena merasa diperlakukan tidak
adil di dalam proses eksperimen. Tetapi bisa juga terjadi bahwa jika perlakuan
yang dikenakan harus secara berurutan atau sekuensial, maka hasil eksperimen
pada kelompok tertentu (yang terkena perlakuan tidak urut) akan mendapatkan
hasil yang berbeda. Risiko lain adalah kebosanan dari kelompok yang mendapat
perlakuan, jika perlakuan yang diberikan dianggap terlalu banyak.
Tabel 2: Skema Counterbalanced Design (Ary et al, 2010)

Replicatio
n
1
2
3
4

X1

Experimental Treatments
X2
X3

Group A
Group B
Group C
Group D

B
A
D
C

C
D
A
B

X4
D
B
C
A

3. One-Group Time-Series Design


Desain jenis ini hanya dilakukan pada satu kelompok dengan perlakuan yang
diulang-ulang. Skema di tabel 3 menunjukkan contoh perlakuan pada desain
jenis ini dengan melakukan observasi yang sama secara berulang-ulang
(dilambangkan

dengan

Y)

dan

kemudian

diselingi

dengan

perlakuan

(dilambangkan dengan X) pada waktu tertentu, kemudian dilakukan observasi


lagi secara berulang-ulang.
Tabel 3: Skema One-Group Time-Series Design (Ary et al, 2010)
Y1

Y2
Y3
Y4
X
Y5
Y6
Y7
Y8
Di dalam penerapan desain ini, ancaman terhadap validitas yang mungkin
terjadi adalah adanya perubahan yang radikal yang bisa terjadi hanya pada saat
perlakuan pertama dilakukan, sehingga dapat menimbulkan bias di perlakuan
yang sama pada periode berikutnya. Namun dengan adanya pola data yang
dapat dibaca secara mudah, seharusnya ancaman tersebut dapat dihilangkan
dengan mudah (Vockell, 1983).
Hasil yang mungkin diperoleh dari desain ini tampak pada gambar 3, yakni :
a. Kemungkinan pertama (A)
Perlakuan khusus (X) benar-benar mempengaruhi variabel dependen
b. Kemungkinan kedua (B)

Hal. 7

Desain Penelitian Quasi Experiment


Perlakuan khusus (X) hanya mempengaruhi variabel dependen secara
temporer
c. Kemungkinan ketiga (C)
Perlakuan khusus (X) bukan pengaruh utama variabel dependen, tetapi lebih
karena faktor maturasi
d. Kemungkinan keempat (D)
Terjadi kejadian khusus di rentang waktu eksperimen sehingga hasilnya tidak
beraturan.

Gambar 3. Ilustrasi Kemungkinan Luaran Pada Desain One-Group Time-Series


Design (Ary et al, 2010)
Desain jenis ini memiliki keuntungan yakni mampu mendeteksi adanya
kelemahan faktor maturasi dan regresi. Tetapi di sisi lain, memiliki kelemahan di
faktor sejarah, misal : di saat eksperimen dilakukan, pada tahapan tertentu
(misal Y5) tiba-tiba terjadi kejadian di luar dugaan seperti perubahan cuaca,
perubahan perilaku akibat peristiwa tertentu dan lainnya.
4. Control Group Time-Series Design
Desain jenis ini merupakan pengembangan dari desain jenis sebelumnya dengan
menggabungkan

desain

jenis

ketiga

dengan

desain

jenis

pertama.

Penggabungan tersebut diharapkan dapat mengatasi kelemahan di desain jenis


yang ketiga sehingga faktor sejarah dapat dideteksi dan dihilangkan sebagai
ancaman validitas internal.
Tabel 4: Skema Control Group Time-Series Design (Ary et al, 2010)
Group
Exp.

Y1

Y2

Y3

Y4
Hal. 8

Y5

Y6

Y7

Y8

Desain Penelitian Quasi Experiment


Cont.

Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

Y6

Y7

Y8

C. Faktor Bias Mengukur Perubahan Dalam Eksperimen (Borg& Gall,


1983:720:726)
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam proses pengukuran
yang terjadi pada penelitian yang menggunakan desain berjenis eksperimen.
Beberapa faktor tersebut dapat menyebabkan bias di dalam hasil eksperimen
antara lain:
1. Ceiling effect
Seringkali jangkauan nilai yang digunakan di dalam pelaksanaan tes sulit untuk
dilakukan. Sebagai contoh jika terdapat skala 0-100 dan seorang siswa memiliki
peningkatan nilai dari 85 ke 90, bukan berarti lebih baik peningkatannya
dibanding seorang siswa yang memiliki peningkatan nilai dari 40 ke 60.
Sehingga seakan-akan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 90 memiliki
perkembangan lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan nilai akhir 60.
2. Regression effect
Terdapat kemungkinan bahwa siswa yang mendapatkan nilai lebih rendah pada
saat pre-test nantinya akan mendapatkan nilai lebih tinggi pada saat posttest
dan begitu pula sebaliknya. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya faktor
keberuntungan dan kemungkinan besar bahwa keberuntungan tersebut tidak
terulang lagi. Asumsi lain yang terjadi adalah adanya perlakuan yang dianggap
sama rata untuk tiap peningkatan nilai tes, misal : peningkatan dari nilai 90 ke
95 seharusnya tidak dianggap sama dengan peningkatan dari nilai 40 ke 45.
3. Simpangan pengukuran yang berulang
Seringkali keefektifan pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dalam rentang
waktu tertentu bisa menyebabkan adanya simpangan yang besar dari satu
pengukuran ke pengukuran lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut dapat
dilakukan pengukuran dengan menggunakan analisa kelompok perlakuan dikali
dengan waktu pengujian agar didapat rasio yang signifikan pada perbedaan
antara pre-test dengan posttest.

Hal. 9

Desain Penelitian Quasi Experiment


Daftar Pustaka
Ary, Donald et al, 2010,
Introduction to Research in Education 8 th edition,
Wardswoth Cengage Learning
Azam, Prof. Nurfani SU, Apt, DR. Sumarno & DR Adi Rahmat, 2006, Metodologi
Penelitian Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Penelitian Kuasi
Eksperimen dalam PPKP, Direktorat Ketenagaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Borg, Walter R. & Meredith Damien Gall, 1983, Educational Research, an
Introductionfourth edition, Longman
Caporaso, James .A, 1973, Quasi-Experimental Approaches to Social Science dalam
Quasi-Experimental Approaches (ed. James A. Caporaso & Leslie L. Roos Jr),
Northwestern University Press
Cook, Thomas .D & Donald T. Campbell, 1979, Quasi Experimentation Design &
Analysis Issue for Field Settings, Houghton Mifflin Company:Boston
Levy, Yair & Timothy J. Ellis, 2011, A Guide for Novice Researchers on Experimental
and Quasi-Experimental Studies in Information Systems Research,
Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge, and Management
Volume 6, 2011
Robson, Lynda et al, 2001, Guide to Evaluating the Effectiveness of Strategies for
Preventing Work Injuries: How to Show Whether a Safety Intervention Really
Works, National Institute for Occupational Safety and Health
Salkind, Neil .J, 2006, Exploring Research sixth edition, Pearson International
Scott, David & Robin Usher, 2011, Researching Education 2nd edition, Continuum
International Publishing Group
Vockell, Edward L, 1983, Educational Research, MacMillan Publishing

Hal. 10

Anda mungkin juga menyukai