Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

REINFORCEMENT

DISUSUN OLEH
Aufa Maulid Fatkun Naja 17090000065
Birgayu Ambirawan 19090000119
Maria Vinan Ciana Soi 19090000130
Nisa Lovinantika Putri 19090000121
Riza Alvia Damayanti 19090000132
Lailatul Fadila 19090000140
Yusfia Hadisty Bahjatunnufuz 19090000158

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Modifikasi perilaku merupakan salah satu teknik pengubahan perilaku yang paling
populer di kalangan para pendidik maupun psikolog. Teknik ini sering dipakai karena
keberhasilannya mudah diamati dan mudah diterapkan perilaku yang lain manakala ada
kemiripan karakteristik dari perilaku yang akan diubah dengan perilaku yang telah berhasil
diubah. Modifikasi perilaku secara mendasar bertujuan dalam dua hal. Pertama, mendukung
perilaku-perilaku anak yang adaptif. Perilaku adaptif yang dimaksud adalah perilaku yang
diterima oleh lingkungan dan bermanfaat untuk perkembangan diri si anak itu sendiri. Kedua,
modifikasi perilaku bertujuan menekan atau meniadakan munculnya perilaku anak yang tidak
adaptif. Perilaku tidak adaptif adalah perilaku yang cenderung tidak diterima oleh masyarakat
dan akan merugikan perkembangan anak itu sendiri.
Perlu adanya stimulus atau rangsangan yang sering disebut dengan reinforcer yang
berfungsi sebagai pemerkuat respons yang telah dilakukan oleh seseorang, rangsangan ini
berupa pemberian motivasi. Penguatan (reinforcement) adalah respon terhadap sesuatu
perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut.
Penguatan dapat dilakukan secara verbal dan non-verbal, dengan prinsip kehangatan,
keantusiasan, kebermaknaan dan menghindari respon yang negatif. Penguatan dapat ditujukan
kepada pribadi tertentu, dan kepada kelas secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya
penguatan harus dilakukan dengan segera dan juga bervariasi. Sebagai contoh seorang guru
yang memberikan hasil belajar siswa dengan cara memanggil satu persatu siswa untuk
dibagikan hasil belajarnya dan kemudian dari hasil pujian tersebut baik mendapat nilai yang
baik maupun yang kurang, guru memberikan motivasi kepada siswanya berupa pujian dengan
begitu anak tersebut akan termotivasi untuk lebih rajin dan bersemangat dalam belajar.
Namun kenyataannya guru jarang melaksanakannya karena guru menganggap hal tersebut
memakan banyak waktu dan tidak efisien, padahal dilihat dari segi pendidikan pelaksanaan
tersebut memberikan dampak dan pengaruh yang baik bagi siswa dalam memotivasi dirinya
agar lebih bersemangat dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat
terwujud.
Teori penguatan atau reinforcement sering juga disebut operant conditioning dan
tokoh utama dari teori ini adalah Skinner. Menurut Skinner (dalam Tedi Priatna, 2012:88)
tingkah laku organisme itu dapat dikontrol melalui pemberian reinforcement (penguatan)
yang tepat dalam lingkungan baru. Skinner mengemukakan bahwa setiap memperoleh
stimulus, maka seseorang akan memberikan respons berdasarkan hubungan S-R. Respons
yang diberikan ini dapat sesuai (benar) atau tidak sesuai (salah) dengan apa yang diharapkan.
Respons yang benar perlu diberi Reinforcement (penguatan) agar orang tersebut ingin
melakukannya kembali. Konsepsi Skinner tentang reinforcement (penguatan), yang
membentuk ciri sentral pandangan teorinya tentang belajar, tidak mesti bergantung pada
ganjaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian reinforcement ?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Reinforcement ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari reinforcement.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Reinforcement.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Reinforcement
1. Definisi Reinforcement
Sulzer-Azaroff dan Mayer (dalam Nur Sholehan Saputri, 2019) menyatakan
bahwa Reinforcement terjadi secara ilmiah yang mana hal ini merupakan hasil dari
interaksi yang kita lakukan sehari-hari dengan lingkungan sosial dan fisik kita tau
mungkin direncanakan sebagai bagian dari program modifikasi perilaku yang
digunakan untuk mengubah perilaku seseorang.
Reinforcement atau penguatan merupakan tingkah laku dalam merespon secara
positif dari suatu tingkah laku tertentu yang memungkinkan tingkah laku tersebut
timbul kembali. Melalui definisi yang dikemukakan oleh Hasibuan (dalam
Heryana Try Astuti, 2016) tersebut, dapat dikatakan bahwa Reinforcement dapat
berupa pujian yang dapat memotivasi suatu tingkah laku dalam melakukan
aktifitas tertentu. Sedangkan Eysenk (dalam Fatimah) mengemukakan bahwa
Reinforcement merupakan usaha mengubah perolaku dan emosi manusia dengan
cara yang menguntungkan berdasarkan hukum teori modern proses belajar
Menurut Moh. Uzer Usman (1995) reinforcement adalah segala bentuk respon,
apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkahlaku siswa, yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai
suatu tindakan dorongan ataupun koreksi. Penguatan dikatakan juga sebagairespon
terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya
tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar atau
membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi untuk interaksi
dalam belajar mengajar
Dari berbagai definisi yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa
reinforcement merupakan segala sesuatu respon yang diberikan bagi klien atau
siswa untuk meciptakan perilaku tertentu yang diinginkan melalui modifikasi
perilaku.

2. Jenis-Jenis Reinforcement
Ada tiga macam reinforcement yaitu:
I. Positive Reinforcement; peristiwa yang yang apabila diikuti suatu
perilaku tertentu dapat menyebabkan perilaku yang ingin
dikembangkan dapat diulangi. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi positive reinforcement yaitu:
 Memilih perilaku yang akan ditingkatkan; perilaku yang ingin
ditingkatkan haruslan diidentifikasi secar spesifik agar dapat
menigkatkan kemungkinan program reinforcement untuk
dilakukan secara konsisten
 Memilih reinforce; setiap individu memiliki kepribadian yang
berbeda-beda untuk itu terdapat kemungkinan reinforcer yang
digunakan juga berbeda-beda. Terdapat lima macam reinforcer
yaitu consumable reinforcer (makanan dan minuman). Activity
reinforcer (hobi, olahraga, belanja), manipulatif reinforcer
(gelas kesayangan, baju favorit) dan social reinforcer (pujian,
pelukan senyuman)
 Membangun pelaksanaan; makin lama periode deprivasi, maka
akan semakin efektif pula reinforcer yang diberikan. Deprivasi
merupakan selang waktu training sebelumnya dimana individu
tidak menerima reinforcer sedangkan jika individu menerima
reinforcer terlalu banyak yang mana mengakibatkan reinforcer
tidak lagi mengukuhkan dinamakan satiasi.
 Ukuran reinforcer; jumblah reinforcer harus cukup untuk
menguatkan perilaku yang ingin dikembangkan karena jika
berlebihan akan menyebabkan satiasi
 Penggunaan intruksi; melalui intruksi dapat memfasilitasi
perubahan perilaku melalui beberapa cara yaitu intruksi dapat
mempercepat proses belajar individu yang mengerti dan
intruksi akan mempengaruhi individu yang berusaha
 Contingent vs non-contingent; reinforcer tergantung pada
perilaku vs reinforcer diberikan pada waktu tertentu dan tidak
tergantung pada perilaku.
II. Conditioned Reinforcement
a. Unconditioned reinforcer; perilaku tertentu yang dikuatkan oleh
suatu stimulus tanpa adanya pengkondisian terlebih dahulu
b. Condotioned reinforcer; stimulus yang awalnya bukan reinforcer,
tapi kemudia diasosiasikan menggunakan reinforcer lain. Terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi conditioned reinforcer
yaitu kekuatan back up reinforcer, macam-macam back up
reinforcer (simple condotioned reinforcer dan generalized
conditioned reinforcer) dan schedule back up reinforcer
III. Intermittent Reinforcement; pemeliharaan perilaku dengan
memberikan reinforce secara berkala daripada memberikan reinforce
setiap saat ketika perilaku yang ingin ditingkatkan muncul.

Skinner membagi reinforcement menjadi dua bagian yaitu reinforcement


positif dan reinforcement negatif. reinforcement positif adalah reinforcement
yang didasari prinsip frekuensi respon meningkat karena dikuti oleh rewarding
atau stimulus yang mendukung seperti memberikan hadiah berupa makanan,
perilaku yang menyenangkan seperti senyum dan mengacungi jempol ataupun
memberikan penghargaan berupa nilai A atau pemberian bintang. Sedangkan
reinforcement negatif merupakan penguatan yang didasari prinsip frekuensi
respon meningkat karena diikuti stimulus yang tidak menguntungkan seperti tidak
memberikan penghargaan ketika menjuarai perlombaan ataupun memberikan
respon yang kurang mengenakan seperti raut muka kecewa, menggelangkan
kepala atau mengerutkan kening.

3. Penerapan Reinforcement
penerapan reinforcement adalah sebagai berikut:
(a) Mengumpulkan informasi tentang permasalahan melalui analisis ABC
(b) Memilih perilaku target yang ingin ditingkatkan
(c) Menetapkan data awal (baseline) perilaku awal
(d) Menentukan reinforcement yang bermakna
(e) Menetapkan jadwal pemberian reinforcement

4. Prinsip-prinsip Reinforcement
Menurut Moh. Uzer Usman ada tiga prinsip dalam penggunaan penguatan, yaitu kehangatan
dan keantusiasan,kebermaknaan, dan menghindari respon negatif.
a. Kehangatan dan keantusiasan
Sikap dan gerak guru termasuk suara, mimik, dan gerak badan akan menunjukkan adanya
kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan
b. Kebermaknaan
Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga ia
mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan
c. Menghindari penggunaan respon yang negatif
Respon negatif yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan mematahkan semangatsiswa
dalam mengembangkan dirinya.

5. Kelebihan dan kelemahan Reinforcement


Kelebihan:
(a) dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi
(b) dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif
(c) dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri
(d) dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif
(e) dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kekurangan :
setiap ada kelibihan pasti ada kekurangan.Pemberian penguatan yang berlebihan yang di
lakukan oleh guru maka akan berakibat fatal. Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan
berakibat fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah secara terus-menerus dapat
mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sulzer-Azaroff dan Mayer (dalam Nur Sholehan Saputri, 2019) menyatakan bahwa
Reinforcement terjadi secara ilmiah yang mana hal ini merupakan hasil dari interaksi yang
kita lakukan sehari-hari dengan lingkungan sosial dan fisik kita tau mungkin direncanakan
sebagai bagian dari program modifikasi perilaku yang digunakan untuk mengubah perilaku
seseorang. Reinforcement atau penguatan merupakan tingkah laku dalam merespon secara
positif dari suatu tingkah laku tertentu yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul
kembali. Uzer Usman (1995) reinforcement adalah segala bentuk respon, apakah bersifat
verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap
tingkahlaku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi si
penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindakan dorongan ataupun koreksi.
Penguatan dikatakan juga sebagai respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya tingkah laku tersebut.
I. Positive Reinforcement; peristiwa yang yang apabila diikuti suatu perilaku tertentu dapat
menyebabkan perilaku yang ingin dikembangkan dapat diulangi. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi positive reinforcement yaitu: a. Memilih reinforce; setiap individu memiliki
kepribadian yang berbeda-beda untuk itu terdapat kemungkinan reinforcer yang digunakan
juga berbeda-beda. Deprivasi merupakan selang waktu training sebelumnya dimana individu
tidak menerima reinforcer sedangkan jika individu menerima reinforcer terlalu banyak yang
mana mengakibatkan reinforcer tidak lagi mengukuhkan dinamakan satiasi. b. Condotioned
reinforcer; stimulus yang awalnya bukan reinforcer, tapi kemudia diasosiasikan
menggunakan reinforcer lain. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
conditioned reinforcer yaitu kekuatan back up reinforcer, macam-macam back up reinforcer
(simple condotioned reinforcer dan generalized conditioned reinforcer) dan schedule back up
reinforcer. III. Intermittent Reinforcement; pemeliharaan perilaku dengan memberikan
reinforce secara berkala daripada memberikan reinforce setiap saat ketika perilaku yang ingin
ditingkatkan muncul.

B. Saran

Kami tentunya masih menyadari jika makalah di atas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Untuk selanjutnya kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
Contoh kasus

1. Reinforcement positif :

Dalam suatu kelas yang terdiri dari 30 orang siswa, dimana sebagian besar dari siswa di
kelas tersebut memiliki prestasi akademik yang rendah di sekolah. Seorang guru yang
memperhatikan hal tersebut akhirnya memberikan tantangan dan hadiah kepada siswa-
siswanya, yaitu jika semua siswa di kelasnya mendapat nilai minimal 7 (tujuh) pada mata
pelajaran tertentu saat ujian akhir semester maka akan diadakan karya wisata keluar kota.

2. Reinforcement negatif :

Seorang ibu memarahi anaknya setiap pagi karena tidak merapikan tempat tidur, tetapi
suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan ibu tersenyum
juga tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin dan terbiasa
membersihkan tempat tidurnya diiringi dengan berkurangnya frekuensi sikap kemarahan dari
ibunya.

Penjelasan
Pada contoh kasus 1
Jenis reinforcement Reinforcement positif
Kasus Hampir sebagian siswa disuatu kelas memiliki prestasi akademik
yang di sekolah
Penguatan Adanya karya wisata keluar kota jika semua siswa dikelas
mendapat nilai minimal 7
Perubahan yang Terdapat peningkatan nilai prestasi akademik dari kelas tersebut
diharapkan

Untuk contoh kasus di atas, penguatan positif terjadi saat guru memberikan tantangan pada
siswa-siswa dengan diiming-imingi reward dengan konsekuensi akan terjadi perubahan
pada proses belajar siswa-siswa tersebut agar mendapatkan nilai minimal 7 (tujuh) dalam
mata pelajaran tertentu.

(reinforcement adalah sinonim dari pmberian penghargaan menurut beberapa ahli lainya
menjelaskan reinforcement dengan rewart itu berbeda kalau reinforcement pada dsarnya
memberikan tujuan memunculkan kembali perilaku dikemudian hari, kalau rewart tidak ada
tujuan apapun hanya sebatas membari tanpa mengharap memunculkan sesuatu)

Pada contoh kasus 2


Jenis reinforcement Reinforcement negatif
Kasus Anak yang tidak pernah merapikan tempat tidurnya
Penguatan Sikap marah ibu
Perubahan yang diharapkan Si anak mulai terbiasa untuk membersihkan tempat tidurnya
tiap pagi

Contoh kasus kedua yang diberikan penguatan negatif adalah ketika ibu memarahi anaknya
karena tidak merapikan tempat tidur saat !angun pagi. Ibu yang memarahi anaknya
merupakan aversif atau stimulus yang tidak menyenangkan, yang mana tujuannya adalah
untuk menghilangkan perilaku awal dan membuat perilaku merapikan tempat tidur sendiri
tanpa harus dimarahi ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, Samad, A., & Khaeruddin. (n.d.). Penerapan Teknik Pemberian Reinforcement
(Penguatan) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas
VIII.A SMP PGRI Bajeng Kabupaten Gowa . 195.
LAILIYAH, L. (2008). PEMBERIAN PENGUATAN (REINFORCEMENT) DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SISWA DI SMP NEGERI 18 MALANG . 23.
Madjid, M. D. (2018). Penerapan Intervensi Modifikasi Perilaku untuk Meningkatkan
Perilaku Kepatuhan dan Penyelesaian Tugas pada Anak Usia Sekolah dengan Masalah
Impulsif dan Atensi. 17.
Rahmah, H. (2018). REINFORCEMENT POSITIVE UNTUK MENINGKATKAN RAWAT
DIRI ANAK DENGAN KETERBATASAN INTELEKTUAL. 70.
Ratnawati, E. (2018). KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PENDEKATAN TEORI
REINFORCEMENT DALAM PROSES PEMBELAJARAN. 2.
Heryana Try Astuti. 2016. PENGARUH PEMBERIAN REINFORCEMENT TERHADAP
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III MATA PELAJARAN PKn
SDN SE-GUGUS NGUDI KAWRUH KECAMATAN KARANGLEWAS
BANYUMAS. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
Nur Sholehah Dian Saputri. 2019. Reinforcement. Program Studi Bimbingan dan Konseling
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 2019
Zer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995)
Putri. Janita. 2022. REINFORCEMENT. Diakses dari
https://www.academia.edu/11509388/REINFORCEMENT.
https://journals.usm.ac.id/index.php/philanthropy/article/download/2406/1809
http://eprints.radenfatah.ac.id/278/2/SKRIPSI%20BAB%202.pdf
Mata kuliah studikasus angkatan 2018 . Diakses dari
https://drive.google.com/file/d/1bX9x0GhnO2-mIA_Z8GJ3rCc1-baGkTnV/view?usp=sharing
Wahab, P. (2016). Modifikasi Perilaku Reinforcement. Diakses pada 25 April 2022, dari
https://www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai