Anda di halaman 1dari 5

lewitherapist

Program Modifikasi Perilaku (Contoh)


LATAR BELAKANG
Dalam milestones of language development, terdapat serangkaian tahap
perkembangan bahasa yang dilalui individu. Diketahui bahwa pada usia 7 tahun,
seorang anak akan mampu menguasai pola pemenggalan suku kata, menangkap
arti kata berdasarkan definisinya, menyempurnakan struktur tata bahasa kompleks
seperti bentuk pasif dan frasa infinitif, dan menyajikan perkembangan pesat
dalam metalinguistic awareness.
Pada kasus ini akan dibahas mengenai pelatihan mengenali alfabet dengan tepat,
mengeja suku kata dengan benar dan mampu membaca kata yang terdiri dari dua
suku kata pada anak berusia 7 tahun, yang mengalami kesulitan dalam mengenal
alfabet, mengeja dan membaca.

Metode yang digunakan untuk melatih kemampuan membaca dua suku kata pada
anak usia 7 tahun adalah modifikasi perilaku. modifikasi perilaku merupakan
metode yang melibatkan prinsip-prinsip operant dalam mengubah perilaku yang
tidak dikehendaki dengan cara mengganti konsekuensi tertentu yang memperkuat
perilaku yang muncul dan juga memperkuat respon-respon sosial yang lebih dapat
diterima (Wenar & Kerig, 2006). Secara spesifik, teknik modifikasi perilaku yang
akan digunakan dalam program pelatihan ini adalah
teknik reinforcement dan token economy. Token economy adalah pemberian satu
tanda sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku sasaran muncul. Pada intinya,
token economy dapat digunakan sebagai penguat yang dapat bertahan lama (Garry
Martin & Joseph Pear, 1992).
RINGKASAN KASUS
Saat berusia 5 tahun, S pernah masuk TK sampai TK besar. Namun, menurut
Ibunya, di sekolah tersebut anak tidak diperkenalkan mengenai alfabet. Anak
langsung diajari dua huruf dua huruf, seperti MA, MI dan sebagainya, tetapi anak
tidak tahu huruf M, A, I dan alfabet lainnya. Sehingga anak seperti hanya
menghafalkan bentuk kata MA, MI dan sebagainya tersebut. Oleh karena itu, Ibu S
akhirnya tidak lagi menyekolahkan S. Selain itu juga Ibu S sering berkata dan
menganggp bahwa S adalah anak yang bodoh dan hal itu juga yang menjadi salah
satu alasan mengapa Ibu S berhenti menyekolahkan S.

Ibu S juga tidak mengajari S untuk belajar membaca. Hanya Ayahnya saja yang
sesekali mengajari S mengenai huruf. Oleh karena itu, sampai saat ini, S tidak
dapat membaca. Saat belajar, S sering tidak serius sehingga tidak ada kemajuan
dan ayahnya memarahinya, akhirnya S pun menangis dan mengakhiri kegiatan
belajarnya.
Dalam kegiatan sehari – hari, S dapat mengenal benda-benda di sekitarnya, S juga
dapat mengenal warna dan angka. S sendiri memiliki keinginan untuk dapat
mengenal huruf dan membaca, namun S sangat mengalami kesulitan untuk
memahaminya. S dapat menghafalkan huruf A sampai Z ketika dalam nyanyian,
tetapi S mengalami kesulitan ketika diminta untuk menyebutkan setiap huruf
secara satu persatu. S mengalami kesulitan dalam menghafal setiap bentuk secara
satu persatu, sehingga dalam menyebutkan huruf S sering tertukar- tukar. Ketika
diminta untuk menyebutkan huruf-huruf S suka menerka-nerka atau
melakukan trial and error. Sampai saat ini setiap kali diminta untuk menyebutkan
salah satu huruf, S akan mengeja satu-persatu secara berurutan dari A sampai pada
huruf yang di maksud.
PROGRAM MODIFIKASI PERILAKU
 TUJUAN
Program modifikasi perilaku dilakukan agar S mampu untuk membaca kata yang
terdiri dari dua suku kata.

 TARGET PERILAKU
S mampu untuk mengenali alfabet dengan tepat, mengeja suku kata dengan benar
dan mampu membaca kata yang terdiri dari dua suku kata.

 BASELINE
 Tujuan
Pembuatan baseline dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai
kemampuan S dalam mengenali alfabet dan kemampuan membaca S.
 Metode Pengambilan Baseline
Pengambilan data baseline dilakukan menggunakan metode observasi. Observasi
dilakukan terhadap perilaku S dalam membaca, yaitu mengenal dan menghafal
alfabet, membaca satu kata.
 Pencatatan
Pencatatan dilakukan secara naratif agar dapat diperoleh gambaran mengenai
kemampuan yang dimiliki S dalam membaca dan hal-hal yang berpengaruh
terhadap keterampilan membaca yang ia miliki. Gambaran tersebut mencakup:

 Kemampuan S untuk membaca alfabet baik secara berurutan maupun acak.


 Kemampuan S membaca satu kata yang terdiri dari dua suku kata.
Pencatatan dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan perilaku membaca yaitu:

Tabel 1.1. Tabel tahapan langkah-langkah perilaku membaca

Tahap Perilaku

1 Mengenali dan menghafal alfabet


Tahap Perilaku

·         Membaca dan menghafal alfabet secara berurutan.

·         Membaca dan menghafal alfabet secara acak.

2 Membaca dengan mengeja satu suku kata.

·         Menyebutkan huruf yang akan dieja.

·         Mengeja huruf-huruf tersebut kemudian menyebutkanya sebagai suatu suku


kata.

3 Membaca satu kata yang terdiri dari dua suku kata.

·         Mengenali huruf-huruf yang ada pada kata.

·         Mengeja suku kata yang terdapat pada kata dan menyebutkannya sebagai suatu
suku kata.

·         Menggabungkan kedua suku kata yang sudah dieja dan menyebutkannya
sebagai suatu kata.
 Jumlah Sesi Pengambilan Baseline
Pengambilan baseline akan dilakukan sebanyak 1 kali pertemuan atau hingga
data baseline yang ada dianggap sudah menjadi gambaran yang tetap dari perilaku
membaca S.
 Waktu dan Tempat Pengambilan Baseline
Pengambilan baseline dilakukan pada jam belajar S,di ruang tamu S.
 Instruksi
Instruksi yang digunakan dalam pengambilan baseline adalah “Sebutkanlah
alfabet secara berurutan dari A-Z”, “ Sebutkan huruf-huruf yang saya tunjukan”,
“Bacalah kata ini”.
 Hasil Baseline
Dari 1 sesi baseline, S mampu membaca alfabet bila berurutan namun secara
konsisten tidak mampu menyebutkan huruf yang ditunjuk secara acak oleh
observer. Data-data yang diperoleh dari 1 sesi pertemuan tersebut dianggap sudah
cukup representatif karena data-data yang diperoleh cukup konsisten. Data-data
yang diperoleh adalah sebagai berikut:
 Pada saat S diminta untuk menyanyikan lagu alfabet, S mampu
menyanyikannya dengan benar, begitu pula ketika S diminta menyebutkan
huruf-huruf yang ditunjuk secara berurutan. Namun saat diminta
menyebutkan huruf-huruf secara acak, S belum bisa menyebutkannya
dengan benar. Stetlah diminta menghafalkan dua kali lagi, observer pun
menunjukkan kembali huruf yang harus disebutkan oleh S. S mampu
menyebut huruf A dan C namun salah di huruf-huruf selanjutnya. Setelah
diminta menghafalkan dengan bantuan dari observer berupa karakteristik
huruf yang ada, S tetap tidak bisa menyebutkan huruf dengan benar
terutama B,D,E,F,R,M,N,S.
 RANCANGAN PROGRAM MODIFIKASI PERILAKU
Berdasarkan hasil baseline, maka rancangan program modifikasi perilaku yang
akan dilaksanakan agar S mampu membaca, yaitu mengengal dan menghafal
alfabet, mengeja suku kata, dan membaca kata dengan dua suku kata adalah
sebagai berikut:
 Strategi Pelatihan
 Teknik yang digunakan untuk melatih S agar mampu menghafal alfabet,
mengeja suku kata, dan membaca kata dengan dua suku kata adalah dengan
teknik reinforcement dan token economy. Dalam hal ini S diajarkan
membaca secara bertahap dan jika suatu sesi S berhasil menguasai pelajaran
yang diberikan maka S mendapatkan reinforcement positif dan 1 buah
barang yang harus dikumpulkan untuk mendapatkan semua barang yang
akhirnya ditukarkan dengan suatu hadiah. Reinforcement berupa tepuk
tangan, pujian, toast dan sticker.
 Target pelatihan perilaku berpakaian menggunakan
teknik reinforcement berdasarkan rincian yang tertera pada tabel 1.1. Tabel
tahapan langkah-langkah perilaku membaca.
 Agar S dapat mencapai tujuan pelatihan maka S perlu dapat mengenali dan
menghafal alfabet. Untuk membantu S menghafal alfabet digunakan alat
bantu papan tulis dan karton yang berisi huruf-huruf alfabet, serta buku tulis
untuk memberikan S latihan menulis dan membaca di rumah setiap sesi.
 Jumlah sesi yang direncanakan adalah 10 sesi.
 Dalam pelatihan yang dilakukan 2 orang pemeriksa berperan sebagai guru
untuk mengajarkan S membaca dan jika S berhasil semua pemeriksa
memberikan reinforcement bersama-sama.
 Pencatatan
Pencatatan dilakukan secara naratif. Adapun data-data yang dicatat adalah serupa
dengan data baseline. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukan perbandingan
antara hasil baseline dengan hasil pelatihan.
 Waktu dan Tempat Pelatihan
Pelatihan dilakukan pada hari yang telah disepakati besama dengan ibu adalah hari
Kamis sore ( pukul 16.00-17.00) dan Jumat pagi ( pukul 10.00-11.00) setiap
minggu sampai jumlah sesi yang direncanakan terpenuhi.

Tempat pelaksanaan pelatihan adalah di ruang tamu rumah salah seorang


pemeriksa. Ruang tamu rumah pemeriksa di perkirakan berukuran 3 x 4 m. Di
ruang tersebut terdapat dua jendela dan satu pintu masuk. Jendela tersebut
menambah penerangan di ruangan sehingga dapat memperjelas S dalam belajar
membaca. Terdapat pula 2 meja kaca dan 1 white board yang digunakan untuk S
belajar membaca. Searah dengan pintu masuk terdapat pintu yang menuju ruang
tidur, dapur, dan kamar mandi. Di sisi yang bersebrangan dengan jendela terdapat
dua ruangan yang merupakan kamar tidur tamu.
 Instruksi
Instruksi yang digunakan dalam pelatihan adalah “Sebutkanlah alfabet secara
berurutan dari A-Z”, “ Sebutkan huruf-huruf yang saya tunjukan”, “Bacalah kata
ini”.

Anda mungkin juga menyukai