MODIFIKASI PERILAKU
Kelompok 3:
Annisa Puspitasari (2007422)
Fathia Ramadanty (2008081)
Novalianti Yuma Al Zahra (2002885)
Shafa Shalihah (2007418)
Triana Hidayati (2000961)
KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Juhanaini, M.Ed. dan Drs.
Sunaryo, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Modifikasi Perilaku yang telah
memberikan kami ilmu dan menugaskan kami untuk mencari tahu lebih dengan
menyusun makalah ini, sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai Differential Reinforcement of Incompatible Behavior.
Kami sadar penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini dan juga
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
memperbaiki danjuga menyusun makalah dengan lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi dan membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam contoh ini, duduk di meja dan memuji teman adalah contoh perilaku
positif dan incompatible yang dapat menggantikan perilaku tidak pantas seperti
berkeliaran di kelas atau agresif secara verbal.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kemudian, fokusnya adalah mengganti perilaku negatif dengan perilaku
positif (Pusat Peningkatan Pelatihan IRIS, 2005, hlm. 8).
Vismara, Bogin & Sullivan (2010: 3) mengemukakan ide dasar DRI adalah
target perilaku pengganti yang tidak dapat dilakukan secara sekaligus atau
bersamaan dengan masalah perilaku. Didukung oleh Sundel & Sundel (2005,
hlm. 68) DRI membutuhkan perilaku yang secara khusus tidak kompatibel.
Tidak kompatibel, didefinisikan sebagai perilaku yang tidak dapat dilakukan
pada satu waktu dengan perilaku sasaran yang terungkap. Sehingga dapat
dikatakan bahwa DRI adalah program untuk memberikan penguatan pada
perilaku yang tidak kompatibel (tidak dapat dilakukan bersamaan dengan
perilaku yang dihilangkan). Selanjutnya, masalah perilaku akan dihilangkan
atau dikurangi.
Contoh kasus
4
dan berlarian. Catatan pujian akan diberikan kepada siswa yang menjaga
kebersihan ruang makan, duduk dengan tenang saat makan, dan berjalan
dengan tenang di ruang makan siang.
Dalam contoh ini, duduk di meja dan memuji teman adalah contoh perilaku
positif dan incompatible yang dapat menggantikan perilaku tidak pantas seperti
berkeliaran di kelas atau agresif secara verbal.
5
Langkah-langkah untuk Menggunakan DRI, yaitu:
a. Identifikasi perilaku masalah yang terjadi pada tingkat yang cukup sering
dan kumpulkan data dasar jika perlu.
b. Lakukan curah pendapat tentang perilaku alternatif (tidak sesuai) yang
akan mencegah siswa terlibat dalam perilaku bermasalah.
c. Tentukan dan berikan penguatan saat siswa terlibat dalam perilaku
alternatif / tidak sesuai.
d. Berikan konsekuensi yang sesuai jika siswa melakukan perilaku negatif.
Martin & Pear (2011: 95) menjelaskan terdapat 5 langkah penerapan DRI.
Langkah-langkah ini harus dilakukan secara koheren, yaitu:
1. Pilih perilaku yang baik untuk memperkuat perilaku yang tidak kompatibel
dengan yang akan dihilangkan.
2. Ambil data dasar dari perilaku yang baik selama beberapa sesi atau lebih
untuk menentukan seberapa sering perilaku yang baik harus diperkuat
untuk menaikkan sampai ke tingkat yang akan menggantikan perilaku
yang tidak pantas.
3. Pilih jadwal penguatan yang sesuai untuk meningkatkan perilaku yang
baik.
4. Selagi memperkuat perilaku yang tidak kompatibel, terapkan pedoman
untuk menghilangkan masalah perilaku.
5. Tingkatkan persyaratan jadwal secara berangsur-angsur untuk perilaku
yang baik dengan sedemikian rupa hingga terus berlanjut sampai
menggantikan perilaku yang tidak pantas selagi penguatan frekuensi
menurun.
Intervensi dilakukan melalui 10 sesi atau sampai data menjadi stabil dengan
menerapkan DRI. Hal itu dilakukan oleh para peneliti yang dibantu dengan
6
guru kelas. Pada tahap intervensi, para peneliti melakukan pengamatan peserta
untuk memberikan intervensi dan masih menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data. DRI sebagai intervensi dimulai dengan membuat kontrak
perilaku. Pernyataan kontrak adalah "seorang siswa yang baik adalah siswa
yang menyelesaikan tugas tersebut, duduk diam, dan tidak nakal seperti
memukul teman atau melemparkan kasus pensil saat belajar. Jika Anda bisa
duduk diam selama 30 menit, Anda bisa mendapatkan stiker lucu 'Saya bisa
duduk diam-diam' pada akhir waktu belajar, dan jika Anda menyelesaikan
tugas Anda, Anda bisa mendapatkan stiker 'hurray, tugas saya selesai!' Anda
tidak bisa mendapatkan stiker ini jika Anda tidak menebus dengan teman
sekelas Anda atau Anda tidak menyelesaikan tugas Anda.
7
3. Penguatan disesuaikan dengan kesukaan subjek yang diperoleh dari
wawancara dengan guru kelas.
4. Penguatan sosial segera saat perilaku yang diharapkan ditampilkan.
5. Kegiatan penguatan berupa kegiatan mewarnai setelah mata pelajaran
menyelesaikan tugas memberikan pengaruh, karena pada saat siswa
mewarnai halaman mewarnai mereka senang mewarnai dan lupa
melakukan perilaku mengganggu.
6. Pemberian stiker di akhir sesi. Dengan memberikan stiker di akhir sesi,
subjek berusaha duduk dengan tenang dan menyelesaikan tugas hingga
akhir pembelajaran. Sehingga subjek mencoba menahan perilaku
mengganggu selama pembelajaran. Stiker dengan gambar yang lucu juga
membuat subjek berusaha menyelesaikan tugas dan duduk dengan tenang.
Efek pemberian stiker hanya pada subjek yang duduk diam dalam interval
30 menit dan menyelesaikan tugas, berkontribusi pada penurunan perilaku
mengganggu.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dan harga diri yang berkurang ditambah dengan konsep diri yang rendah.
Perilaku mengganggu dapat diartikan sebagai perilaku yang secara substansial
atau berulang kali mengganggu kemampuan instruktur untuk memimpin kelas
atau siswa lain, hal ini disebabkan masalah disiplin di sekolah yang
mempengaruhi hak dasar peserta didik untuk merasa aman dan diperlakukan
dengan hormat di lingkungan belajar . Dengan kemampuan mental yang rendah
dan obsesif kompulsif, DRI diterapkan untuk merancang program
meminimalkan perilaku isolasi dan ritualistik dengan penambahan kegiatan
dan waktu senggang. Kajian-kajian relevan tersebut menerapkan DRI dengan
memberikan penguatan atas perilaku positif yang tidak sesuai dengan masalah
perilaku yang telah dipraktikkan
B. SARAN
Dari penulisan yang telah dipaparkan kami berharap bagi para orang tua jika
memiliki anak dengan gangguan tunagrahita bisa menggunakan metode DRI
ini karena berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa DRI efektif
untuk mengatasi perilaku disruptif pada anak tunagrahita.
iii
DAFTAR PUSTAKA
The IRIS Center. (2005). Addressing disruptive and noncompliant behaviors (part 2):
Behavioral interventions. Diakses
dari https://iris.peabody.vanderbilt.edu/module/bi2/