Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBERIAN PENGUATAN (REINFORCEMENT) DALAM TEORI


PEMBELAJARAN OPERANT CONDITIONING
Disusun Untuk Memenuni Tugas
Mata Kuliah: Modifikasi Perilaku
Dosen Pengampu: Dr. Juhanaini, M. Ed.

Oleh :

Kelompok 7
1. Hafsyah Milda Friska ( 2010351 )
2. Nur Anisa Rizky ( 2003359 )
3. Tertia Sophia Putri ( 2005264 )
4. Sabila Rosdiah ( 2000630 )
5. Yulia Febriani ( 2007467 )

KELAS 2A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Dr. Juhanaini, M.Ed. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Modifikasi
Perilaku, karena telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan karya tulis ini.
Tidak lupa juga kami ucapkan kepada orang tua yang telah membantu dan memberi
pengertiannya dan kepada teman-teman penulis kelompok 7, karena telah memberikan
kontribusi yang baik dalam menyusun materi makalah ini.

Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Modifikasi Perilaku, kami mengangkat
topik pembahasan yang berjudul “Pemberian Penguatan (Reinforcement) Dalam
Pembelajaran”. Tujuan kami dalam mengangkat topik ini adalah untuk memberikan wawasan
kepada pembaca mengenai pentingnya penerapan reinforcement dalam pendidikan dan
modifikasi perilaku, mengenal macam-macam bentuk penguatan, serta mengetahui bagaimana
teknik dan cara penerapannya serta hasil apa saja yang diharapkan. Selain itu, dalam materi ini
kami juga memberikan pengetahuan tentang wawasan baru mengenai upaya penguatan dalam
pendidikan dan modifikasi perilaku pada anak agar pembaca mampu memahami dan
mengimplemantasikan wawasan yang ada di dalam makalah ini pada kehidupan sehari-hari
terutama pada proses mendidik.

Dalam Jaringan, 28 Februari 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ..iii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................2
A. Pengertian Reinforcement ....................................................................................2
B. Karakteristik Teori Reinforcement ......................................................................3
C. Ciri-Ciri Reinforcement ....................................................................................... 3
D. Macam-macam Reinforcement ............................................................................4
1. Positive Reinforcement ............................................................................ 4
2. Conditioned Reinforcement .....................................................................5
3. Intermittent Reinforcement ......................................................................5
E. Tujuan PenerapanTeori Reinforcement ............................................................... 6
F. Bentuk-bentuk Konsekuensi dalam Penerapan Teori Reinforcement .................6
G. Prinsip-prinsip dalam Menerapkan Teori Reinforcement....................................7
H. Teknik-teknik dalam Menerapkan Teori Reinforcement .....................................8
I. Cara Tepat dalam Mengaplikasikan Teori Reinforcement ..................................9
J. Hasil-hasil yang Diharapkan Dari Penerapan Teori Reinforcement ....................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 11
B. Saran.................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Metode penguatan atau reinforcement yang terdapat dalam teori belajar milik B.F.
Skinner, merupakah bentuk upaya dalam memodifikasi perilaku peserta didik. Upaya ini tentu
sangat penting untuk diketahui oleh kita sebagai calon guru yang kelak akan menemukan
berbagai kasus-kasus perilaku dalam kegiatan mendidik siswa. Memodifikasi perilaku peserta
didik agar menjadi lebih baik merupakan bagian dari upaya mencapai tujuan dari proses
pendidikan.
Untuk itu, kami sebagai penulis mengusahakan yang terbaik dalam menyajikan materi ini
kepada para pembaca dan audiens, supaya kita semua mampu memiliki pemahaman yang baik
dalam salah satu konsep dalam upaya memodifikasi perilaku anak atau peserta didik,
khususnya dalam teori belajar Operant Conditioning.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu reinforcement dalam teori belajar operant conditioning?
2. Apa saja ciri-ciri reinforcement?
3. Bagaimanakah bentuk-bentuk dalam penggunaan reinforcement?
4. Bagaimanakah teknik pemberian reinforcement?
5. Bagaimanakah cara mengaplikasikan reinforcement?
6. Mengapa reinforcement ini diperlukan untuk memodifikasi perilaku?
7. Kapan waktu yang tepat untuk memberikan reinforcement terhadap peserta didik?
8. Tujuan dan hasil apa yang diharapkan dari pemberian rinfoercement?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui definisi reinforcement
2. Mampu mendeskripsikan mengenai ciri-ciri reinforcement
3. Mampu memahami dan menganalisis bentuk-bentuk penggunaan reinforcement
4. Memahami teknik pemberian reinforcement yang tepat
5. Mampu mengetahui berbagai bentuk pengaplikasian reinforcement
6. Memahami makna esensial dari pentingnya reinforcement dalam memodifikasi
perilaku
7. Mengetahui waktu yang tepat untuk memberikan reinforcement terhadap peserta didik
8. Mendeskripsikan tujuan dan harapan pemberian reinforcement
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Reinforcement

Reinforcement (penguatan) atau dapat disebut juga sebagai stimulus, adalah segala
bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku peserta didik, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau feedback (umpan balik) terhadap objek penerima (peserta didik)
atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi (Hamid Darmadi, 2010:2).
Reinforcement ini merupakan bentuk stimulus yang biasanya terdapat pada teori Operant
Conditioning, yakni sebuah teori belajar yang menghubungkan antara perilaku dan
konsekuensi dan istilah reinforcement terdapat pada konsep respon Operant Responsen.

Dalam Operant Conditioning, Skinner memiliki pemahaman bahwa terdapat dua


macam respon dalam teori ini, yakni:

• Respondent Response (reflexive response), yaitu respon yang ditimbulkan oleh


stimulus tertentu. Stimulus yang demikian itu yang disebut eliciting stimuli,
menimbulkan respon-respon yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang
menimbulkan keluarnya air liur.
• Operant Responsen (instrumental response), yaitu respon yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Stimulus yang demikian
itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena stimulus tersebut memperkuat
respons yang telah dilakukan oleh organisme (dalam hal ini orang yang memberikan-
penguat atau bisa juga guru). Jadi, stimulus yang demikian itu mengikuti (dan
karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Contohnya,
jika seorang belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan
menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat) (Suryabrata, 2007:
271-272).
B. Karakteristik Reinforcement
Terdapat tiga karakteristik dalam reinforcement, yaitu:
1. Hasil yang didapatkan diperoleh secara bertahap
2. Memerlukan perincian tujuan yang matang dan terstruktur agar ketika Reinforcement
diberikan dapat mencapai tujuan yang diharapkan
3. Segala tindakan yang dilakukan oleh reinforcer akan mempengaruhi hasil pada
tahapan aplikasi selanjutnya
C. Ciri-Ciri Reinforcement
Dalam materi Operant Conditioning, reinforcement sangat diperlukan untuk menciptaan
bentuk-bentuk modifikasi dari sebuah perilaku. Berikut ciri-ciri dari teori reinforcement:

1. Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil. Respon ini sangat memperhatikan


banyak variabel yang kemungkinan dapat memberikan pengaruh atau yang
mempengaruhi terjadinya perilaku negatif tersebut.
2. Bersifat mekanistis. Mekanistis adalah sebuah pandangan atau teori yang
mengasumsikan perkembangan manusia sebagai serangkaian respons pasif dan dapat
diramalkan untuk rangsangan dan menyamakan manusia seperti mesin yang bereaksi
terhadap masukan lingkungan (Pepper, 1942, 1961)
3. Menekankan peranan lingkungan. Upaya menciptakan reinforcement disini, meyakini
bahwa lingkungan merupakan variabel yang memiliki nilai terbesar dalam
mempengaruhi tingkah laku seseorang (peserta didik).
4. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon. Setiap respon yang dihasilkan dari
setiap pemberian penguatan, merupakan data penting dalam upaya pemberian
penguatan selanjutnya.
5. Menekankan pentingnya latihan atau pengulangan. Dalam memberikan stimulus, kita
perlu memahami bahwa dengan adanya pengulangan secara kontinu dalam
pengaplikasiannya, hasilnya akan progresif dan positif.
6. Mementingkan mekanisme hasil belajar. Konsep ini memperhatikan data yang didapat
dari hasil belajar sebagai salah satu dasar untuk memberikan penguatan.
7. Mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh sebagai bahan
acuan terhadap munculnya perilaku yang diinginkan
D. Macam-macam Reinforcement
Dari terori Operant Conditioning milik B.F. Skinner, terdapat tiga macam
reinforcement yaitu: (1) Positive Reinforcement, (2) Conditioned Reinforcement (3)
Intermittent Reinforcement

1. Positive Reinforcement
Positive Reinforcement, adalah suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu perilaku
tertentu dapat menyebabkan perilaku tersebut akan diulangi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan reinforcement positif, yaitu:
1) Memilih perilaku yang akan ditingkatkan, perilaku yang akan dikukuhkan harus
diidentifikasi secara spesifik. Hal ini akan membantu untuk memastikan reliabilitas dari
deteksi contoh dari perilaku dan perubahan frekuensinya. Serta meningkatkan perilaku
kemungkinan program reinforcement ini dilakukan secara konsisten.
2) Memilih reinforcer, berbeda individu, kemungkinan reinforcer yang digunakan juga
berbeda. Ada juga reinforcer yang merupakan reinforcer bagi semua orang. Lima
macam reinforcer yaitu: Consumable reinforcer – makanan, minuman, Activity
reinforcer – hobi, olahraga, belanja, Manipulative reinforcer – bersepeda,
menggunakan internet, Possesional reinforcer – gelas kesayangan, baju favorit, Social
reinforcer – pujian, pelukan, senyum
3) Membangun pelaksanaan, makin lama periode deprivasi, maka reinforcer akan
makin efektif. Deprivasi adalah selang waktu training sebelumnya, di mana individu
tidak menerima stimulus. Satiasi adalah kondisi di mana individu menerima reinforcer
terlalu banyak sehingga stimulus tidak lagi mengukuhkan.
4) Ukuran reinforcer atau stimulus, ukuran atau jumlah reinforcer merupakan ukuran
yang penting dalam efektivitas reinforcer. Jumlah reinforcer cukup untuk menguatkan
perilaku yang ingin ditingkatkan, namun jangan berlebihan untuk menghindari satiasi.
5) Pemberian reinforcer, reinforcer harus diberikan segera setelah perilaku muncul. Ada
dua macam prinsip, yaitu the direct acting effect dan the indirect acting effect.
6) Penggunaan aturan, instruksi dapat memfasilitasi perubahan perilaku dalam beberapa
cara yaitu: instruksi akan mempercepat proses belajar individu yang mengerti, instruksi
dapat mempengaruhi individu untuk berusaha bagi reinforcement yang ditunda, dan
dapat membantu mengajar individu (seperti anak kecil atau orang yang mengalami
hambatan perkembangan) untuk mengikuti instruksi.
7) Contingent vs Noncontingent Reinforcement, Reinforcement contingent:
reinforcer tergantung pada perilaku, Reinforcement noncontingent: reinforcer
diberikan pada waktu tertentu dan tidak tergantung pada perilaku, Memindahkan
individu dari program dan menggantinya dengan reinforcement yang natural. Setelah
ada penguatan perilaku melalui penggunaan reinforcement positif, ada kemungkinan
bagi reinforcer dari lingkungan alami individu untuk mengambil alih pemeliharaan
perilaku tersebut.
2. Conditioned Reinforcement
Conditioned reinforcer adalah suatu stimulus yang menguatkan perilaku tertentu tanpa
dikondisikan lebih dahulu. conditioned reinforcer. stimulus yang awalnya bukan reinforcer,
tapi kemudian diasosiasikan dengan reinforcer lain (back up reinforcer).
Faktor – faktor yang mempengaruhi conditioned reinforcer: Kekuatan back up
reinforcer, dan macam-macam back up reinforcer, seperti simple conditioned reinforcer dan
generalized conditioned reinforce, Schedule back up reinforce.
Contoh conditioned reinforcement: setiap siswa yang melakukan pelanggaran terhadap
peraturan sekolah akan mendapatkan poin. Ketika poin yang terkumpul sejumlah tertentu,
siswa akan memperoleh hukuman yang telah disepakati terlebih dahulu.
3. Intermittent Reinforcement
Intermittent Reinforcement adalah pemeliharaan perilaku dengan memberikan
reinforcer sewaktu – waktu daripada memberikannya setiap saat perilaku muncul.
Keuntungan intermittent reinforcement: reinforcer tetap efektif dalam waktu yang lebih
lama daripada continuous reinforcement, perilaku yang diberi intermittent reinforcement
cenderung lebih lama hilang daripada yang diberi continuous reinforcement, individu bekerja
lebih konsisten, perilaku yang diberi intermittent reinforcement berlangsung dengan cepat
ketika dipindah ke reinforcer dalam lingkungan yang alami.
Selain itu, keefektifan reinforcement dalam prilaku tergantung pada berbagai faktor,
salah satunya diantaranya adalah frekuensi atau jadwal pemberian reinforcement. Ada empat
macam pemberian jadwal reinforcement, yaitu:
a) Fixed Ratio, yaitu salah satu skedul pemberian reinforcement ketika reinforcement
diberikan setelah sejumlah tingkah laku. Contoh, seorang guru mengatakan “kalau
kalian dapat menyelesaikan sepuluh soal matematika dengan cepat dan benar, maka
kalian boleh pulang lebih dulu”.
b) Variable Ratio, yaitu sejumlah perilaku yang dibutuhkan untuk berbagai macam
reinforcement dari reinforcement satu ke reinforcement lain. Jumlah perilaku yang
dibutuhkan mungkin sangat bermacam-macam dan siswa tidak tahu perilaku mana
yang akan dikuatkan. Contoh, guru tidak hanya melihat apakah tugas dapat
diselesaikan, tapi juga melihat kemajuan-kemajuan yang diperoleh pada tahap-tahap
penyelesaian tugas tersebut.
c) Fixed Interval, yang diberikan ketika seseorang menunjukan perilaku yang diinginkan
pada waktu tertentu. Contoh, setiap 30 menit sekali.
d) Variabel Interval, yaitu reinforcement yang diberikan tergantung pada waktu dan
sebuah respon (Baharudin dan Esa, 2008: 73-74).
E. Tujuan Penerapan Reinforcement
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa
dan bertujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran
2. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
3. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif dan
mereduksi perilaku negatif.
Menurut Saidiman dan Uno, penguatan atau reinforcement bertujuan untuk:
1. Meningkatkan perhatian siswa
2. Melancarkan atau memudahkan proses belajar
3. Membangkitkan dan mempertahankan motivasi
4. Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar
produktif.
F. Bentuk-bentuk Konsekuensi dalam Penerapan Reinforcement
Dalam Reinforcement Theory, terdapat 3 konsekuensi yang berbeda, yaitu:
1) Konsekuensi yang memberikan reward
2) Konsekuensi yang memberikan punishment
3) Konsekuensi yang tidak memberikan apa-apa
Seorang siswa yang bersikap baik di dalam kelas, ia akan mendapatkan reward. Dengan
mendapatkan reward, ia akan bersikap lebih baik lagi. Pemberian reward dilakukan terus
menerus selama dia bersikap baik dikelas sehingga ia pasti akan semakin konvergen dalam
bersikap baik di dalam kelas. Sebaliknya, jika ia bersikap buruk, maka ia akan menerima
punishment. Dengan menerima punishment ia akan merubah sikapnya. Sedangkan sebuah
konsekuensi yang tidak memberikan respon apapun terhadap sebuah perilaku, tidak
memberikan reward ataupun punishment, sehingga tidak terdapat adanya intervensi berupa
respon khusus terhadap suatu perilaku.
Aturan Konsekuensi digunakan dalam urutan tiga langkah yang mendefinisikan proses
penguatan. Kita bisa menyebut langkah ini, When-Do-Get.
Step 1: When in some situation
Step 2: Do some behavior,
Step 3: Get some consequence.
Menurut Teori Penguatan atau reinforcement, orang belajar beberapa hal selama proses
penguatan. Pertama (Langkah 1: Waktu), menunjukkan sebuah situasi dimana perilaku tersebut
terjadi (Langkah 2: Lakukan) menciptakan sebuah respon sebagai bentuk konsekuensi
(Langkah 3: Dapatkan). Objek reinforcer mendapatkan konsekuensi.
Contoh: Seorang siswa menyadari dan merasa senang (Waktu) bahwa jika dia
mengerjakan tugas dengan baik (Lakukan), maka dia akan mendapatkan imbalan konsekuensi
dari stiker cantik (Dapatkan).
G. Prinsip-prinsip dalam Menerapkan Reinforcement
Mengingat bahwa teori belajar Operant Conditioning dari Skinner ini, adalah teori yang
lebih menekankan pada tingkah laku manusia. makhluk reaktif yang memberi respon terhadap
lingkungan, dan pengalaman akan membentuk perilaku mereka. Dalam aplikasi teori
reinforcement ini, kita perlu memperhatikan prinsp-prinsip di dalamnya agar dapat
menghasilkan perubahan tingkah laku menjadi lebih positif seperti tujuan yang diharapkan.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam aplikasi teori reinforcement ada tiga (Sobry
Sutikno, 2010:84) yaitu:
1. Kehangatan dan Keantusiasan. Artinya reinforcer memberikan komitmen terhadap
upaya penguatan yang dilakukan. Melalui pemberian komitmen yang baik dalam upaya
ini akan menghasilkan antusiasme dan memberikan sikap hangat kepada anak yang
akan diberikan penguatan.
2. Kebermaknaan. Artinya upaya penguatan yang dilakukan oleh reinforcer ini memang
memiliki tujan yang jelas, yakni untuk memodifikasi perilaku anak. Sehingga, upaya
penguatan yang dilakukan tersebut jelas maknanya.
3. Menghindari penggunaan respon negatif. Artinya, reinforcer harus memperhatikan
bahwa upaya penguatan yang dilakukan tidak melanggar norma dan aturan yang
semestinya tidak boleh dilakukan dalam upaya mendidik anak. Reinforcer harus
memastikan bahwa upaya penguatan yang akan diterapkan kepada anak merupakan
suatu cara efektif dalam mendidik, agar perilaku-perilaku yang tidak sesuai dalam
dirinya dapat dimodifikasi dengan baik.
H. Teknik-teknik dalam Menerapkan Reinforcement
Setelah memahami prinsip-prinsip dalam memberikan reinforcement, kita juga harus
memahami Teknik-teknik dalam memberikan reinforcement. Dalam buku Kemampuan Dasar
Mengajar karya Hamid Darmadi, 2010:3, Reinforcement (penguatan) terbagi atas dua Teknik
yaitu:
A. Penguatan verbal. Komentar berupa pujian, pengakuan, dorongan yang digunakan untuk
menguatkan perilaku peserta didik merupakan penguatan verbal yang dapat dinyatakan
dalam dua bentuk, yaitu (a) kata, contohnya: Bagus, Benar, Ya, Tepat, Betul, Hebat! (b)
kalimat, contohnya: “Pekerjaanmu bagus sekali, pekerjaanmu makin lama makin baik,
Nak”. Saya senang dengan kemampuan kamu yang terus meningkat”, “Terima kasih nak,
penampilan kamu hari ini lebih baik dari kemarin”.
B. Penguatan nonverbal. Contoh dari penguatan nonverbal antara lain:
a) Penguatan berupa mimik dan gerakan badan (gestural), seperti: senyuman,
anggukan, acungan ibu jari, kadang - kadang disertai penguatan verbal.
b) Penguatan dengan cara mendekati, adalah seperti mendekatnya guru kepada peserta
didik untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pekerjaan atau prilaku
peserta didik. Cara tersebut dapat dilakukan antara lain dengan cara berdiri di samping
peserta didik, duduk disamping peserta didik, berjalan di sisi peserta didik. Seringkali
penguatan ini berfungsi untuk memperkuat penguatan verbal.
c) Penguatan dengan sentuhan. Guru dapat menyatakan persetujuan dan
penghargaannya terhadap perilaku, penampilan peserta didik dengan menepuk-nepuk
bahu peserta didik, menjabat tangan peserta didik yang menang lomba. Cara seperti ini
disebut dengan sentuhan. Penggunaan penguatan ini harus dipertimbangkan dengan
cermat, agar sesuai dengan umur, jenis kelamin, latar belakang budaya.
d) Penguatan dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Guru dapat
menggunakan kegiatankegiatan atau tugas-tugas yang disenangi peserta didik sebagai
penguatan yang terkait dengan penampilan yang diberi penguatan. Contoh: peserta
didik yang berhasil mendapatkan nilai tertinggi dalam ujian, peserta didik diminta
untuk membimbing teman lainnya dalam memahami materi pelajaran tersebut.
e) Penguatan berupa simbol atau benda. Berupa simbol, seperti: tanda √ (cek),
komentar tertulis pada buku peserta didik. Berupa benda, seperti lencana, dan benda
lain yang mempunyai arti simbolis.
Walaupun penguatan berupa benda dapat dipakai sebagai insentif yang berguna. tetapi
sebaiknya jangan terlalu sering, agar tidak terjadi kebiasaan peserta didik mengharap
untuk memperoleh benda sebagai imbalan penampilannya.
f) Penguatan tak penuh. Jika ada peserta didik memberikan jawaban yang hanya
sebagian benar, guru jangan langsung menyalahkannya, tetapi berikan penguatan tak
penuh. Contoh: bila ada peserta didik yang memberikan jawaban sebagian benar,
contoh upaya penguatan guru: “Ya, jawabanmu sudah bagus, tetapi masih perlu
disempurnakan”.
I. Cara Tepat dalam Mengaplikasikan Reinforcement
Pemberian penguatan (reinforcement) sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya,
namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan pada siswa enggan belajar, karena
penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dikehendaki siswa. Dalam pemberian
penguatan (reinforcement) yang penting harus sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh
siswa tersebut, pemberian penguatan yang berlebihan akan berakibat fatal. Untuk itu, maka
guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemberian penguatan.
Ada beberapa cara penggunaan penguatan yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Penguatan Pada Pribadi Tertentu
Penguatan harus ditujukan kepada siswa tertentu. Oleh karena itu pandangan guru harus
tegas diarahkan kepada anak yang memperoleh penguatan serta diusahakan menyebutkan nama
anak yang mendapatkan penguatan serta memandangnya.
b. Penguatan Kepada Kelompok
Penguatan dapat juga diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya jika satu tugas
telah dilaksanakan dengan baik oleh satu kelas, guru dapat mengizinkan kelas tersebut untuk
bermain basket yang memang menjadi kegemaran mereka.
c. Penguatan Yang Tidak Penuh
Sering didapat jawaban yang diberikan anak atas pertanyaan guru sedikit mengandung
kebenaran. Untuk itu penguatan yang digunakan tentu penguatan tidak penuh. Teknik ini dapat
dilakukan dengan mengatakan “jawabanmu ada benarnya, dan lebih sempurna dirinci secara
sistematis”. Tentang bagaimana teknik mengatakan tergantung konteks dan keadaan jawaban
anak. Prinsip dalam penguatan tidak penuh adalah pengakuan guru atas jawaban yang sebagian
jawaban yang salah.
d. Variasi Penggunaan
Untuk menghindari ketidakbermaknaan, guru dapat menggunakan secara bervariasi.
Penggunaan penguatan yang monoton dapat menjadi bahan tertawaan anak. Bahkan anak-anak
ikut serta memberikan penguatan apabila teman lain menjawab dengan benar. Untuk
menghindari lunturnya makna penguatan dan kemungkinan terjadi bahan tertawaan anak, guru
dapat memvariasikan penggunaannya dan lebih penting untuk itu adalah menerapkan prinsip-
prinsip penggunaannya secara matang.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru harus yakin, bahwa
siswa akan menghargainya dan menyadari akan respon yang diberikan guru. Menurut
Djamarah (2005: 119), pemberian penguatan dapat dilakukan pada saat:
• Siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainnya dan benda yang menjadi
tujuan diskusi;
• Siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja di papan
tulis;
• Menyelesaikan hasil kerja (selesai penuh, atau menyelesaikan format);
• Bekerja dengan kulaitas kerja yang baik (kerapian, ketelitian, keindahan, dan mutu
materi);
• Perbaikan pekerjaan (dalam kulaitas, hasil, atau penampilan);
• Ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan tertulis); dan
• Tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri, mengelola tingkah laku
sendiri, dan berinisiatif kegiatan sendiri).
J. Hasil-hasil yang Diharapkan Dari Penerapan Reinforcement
Reinforcement (penguatan) sebagai satu bagian kegiatan dalam proses pembelajaran
dan mempunyai tujuan yang sangat penting. Menurut (Sobry Sutikno 2010:82) disamping
sebagai pendorong bagi peserta didik untuk lebih giat melakukan suatu kegiatan,
Reinforcement (penguatan) juga dapat meningkatkan frekuensi suatu tingkah laku positif yang
ditampilkan oleh peserta didik.
Selanjutnya (Sobry Sutikno 2010:82) mengemukakan tujuan pemberian penguatan
dalam proses pembelajaran:
1) meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pelajaran,
2) merangsang dan meningkatkan motivasi belajar,
3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku peserta didik yang
produktif
Umpan balik berfungsi sebagau penguatan (reinforcement) yang menggalakkan
pembelajaran untuk menghalangi atau tidak menghalangi respon siswa. Dengan kata lain,
penguatan bisa meningkatkan partisipasi siswa dengan memberikan pujian terhadap komentar
siswa, jadi mendorong partisipasi siswa lebih lanjut
Dapat disimpulkan bahwa penguatan berpengaruh terhadap motivasi peserta didik
untuk mempertahankan serta meningkatkan perilaku positif. Tujuan dari penguatan dalam
pembelajaran ialah meningkatkan motivasi serta perhatian peserta didik saat pembelajaran
berlangsung serta dapat mengembangkan cara berpikir peserta didik ke arah yang lebih baik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori penguatan atau reinforcement, merupakan bagian dari konsep respon Operant
Responsen dalam teori belajar Operant Conditioning milik B.F. Skinner yang berfungsi untuk
menguatkan perilaku yang patut dipertahankan dan dapat juga mereduksi atau memodifikasi
perilaku peserta didik yang tidak seharusnya ada melalui upaya kolaborasi dengan hukuman
yang mendidik dan disepakati sebagai bentuk konsekuensi langsung.
Reinforcement merupakan sebuah respon terhadap suatu perilaku dan diberikan kepada
objek berupa stimulus atau rangsangan agar objek mampu menguatkan perilaku yang terjadi
(bisa positif bahkan bisa juga negatif).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguat-penguat positif dan negatif adalah
dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Sedangkan dalam
penguat negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. Agar istilah penguat negatif dan
hukuman tidak rancu, ingat bahwa penguat negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu
prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya prilaku (Santrock, 2008:
273).
Keberhasilan dalam penerapan reinforcement dilatarbelakangi oleh banyak faktor,
seperti pemahaman terhadap teknik, prinsip, cara, jenis, bentuk hingga pemahaman yang baik
terhadap situasi, respon, dan lingkungan. Melalui pemahaman yang baik terhadap hal-hal
tersebut, upaya pennguatan dalam rangka mendidik dan memodifikasi perilaku dapat mencapai
tujuan yang diharapkan
B. Saran
Pemberian reinforcement dalam mengajar merupakan upaya dalam peningkatan hasil
belajar peserta didik.Sehingga alangkah lebih baiknya pemilihan dan penggunaan tekniknya
mengedepankan kebutuhan peseta didik itu sendiri agar tujuan peningkatan melalui penguatan
tersebut dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

▪ Anonim. (2014, February 6). B. F. Skinner Foundation: Behavioral Science.


https://www.bfskinner.org/behavioral-science/definition/. (diakses tanggal 26
Februari 2021)
▪ Darmadi, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta
▪ Fitriani, Samad, A., & Khaeruddin. (2014). Penerapan Teknik Pemberian
Reinforcement ( Penguatan ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Peserta
Didik Kelas VIII.A SMP PGRI Bajeng Kabupaten Gowa. Pendidikan Fisika
Universitas Muhammadiyah Makassar, 2, 192–202.
▪ Jadidah, A. (2019). Penguatan (Reinforcement). http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/12305/5/BAB%20II.pdf. (diakses tanggal 26 Februari 2021)
▪ Putri, Y. (2016). Penerapan Reinforcement pada Kegiatan Pembelajaran di SD
Negeri Grogol Kabupaten Tegal. 28–30.
▪ Sutikno, Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistika.
▪ Skinner, B. (1953). Science and human behavior. New York: MacMillan.
▪ Toni, A. (2014). Teori Reinforcement.
http://tonianthonovbudiluhur.blogspot.com/2014/09/teori-reinforcement-ahmad-toni.
(diakses tanggal 26 Februari 2021)
▪ Zaini, R. (2014). Studi atas Pemikiran B.F.Skinner tentang Belajar. Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Dasar, 1, 118–129.
▪ Zaini, R. (2014). Studi Atas Pemikiran BF Skinner Tentang Belajar. Terampil: jurnal
pendidikan dan pembelajaran dasar, 1(1), 118-129.

Anda mungkin juga menyukai