Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PEMAHAMAN PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM


PENDIDIKAN ORANG DEWASA (POD)

Efriani, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
1. WAHYU PAHRULRAJI
2. JEND RETNO
3. KONING PASARIBU
4. SALMAN
5. ABDUL GOFUR
6. YOEL D. S. WARUWU

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah PEMAHAMAN,
PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM (POD) ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Efriani, S.Pd, M.Pd selaku Dosen mata kuliah
andragogi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Pemahaman, Perencanaan Partisipatif Dalam (Pod). Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari
apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Rancangan pendidikan perlu disusun jika ingin kegiatan pendidikan berhasil. Di Indonesia,
persepsi tentang pendidikan orang dewasa lebih mengarah pada pendidikan luar sekolah atau
pendidikan masyarakat. Ini sesuai dengan pendapat Rahman (1989), yang menyatakan bahwa
istilah seperti pendidikan luar sekolah, pendidikan orang dewasa, pendidikan masyarakat, latihan
keterampilan dapat saling ditukarkan (interchangeable). Sementara itu Soedomo (1989)
menyatakan bahwa bagi orang dewasa yang ingin belajar, yang terbuka lebar adalah pendidikan
luar sekolah dan pendidikan masyarakat, karena hanya sebagian kecil orang dewasa yang mampu
mengikuti pendidikan diperguruan tinggi. Oleh karena itu, untuk membahas perencanaan
pendidikan orang dewasa dapat digunakan pendekatan perencanaan pendidikan luar sekolah atau
pendidikan masyarakat. Perencanaan pendidikan tidak lengkap jika tidak disertai dengan
rancangan pembelajaran. Perencanaan pendidikan dan rancangan pembelajaran diperlukan agar
proses pendidikan dan pembelajaran orang dewasa dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip
pendidikan orang dewasa.

1.2. RUMUSAN MASALAH


a. Apa pengertian dari perencanaan pendidikan orang dewasa ?
b. Komponen-komponen apa sajakah yang saling berinteraksi dalam upaya perencanaan
Pendidikan ?
c. Bagaimana perencanaan partisipatif ?

1.2. TUJUAN PENULISAN

a. Memahami pengertian perencanaan pendidikan orang dewasa


b. Mengetahui macam-macam komponen perencanaan pendidikan
c. Mengetahui perencanaan partisipatif

1.4. MANFAAT PENULISAN

Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan
Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat
dalam kegiatan pembelajaran
Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik guru maupun murid
Sebagai alat ukur keefektifan suatu proses pembelajaran sehingga setiap saat dapat
diketahui ketepatan dan kelambanan kerja
Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.

1.5. RUANG LINGKUP MATERI

Adapun dalam makalah ini membahas mengenai perencanaan pendidikan orang dewasa, rancangan
pembelajaran, agar proses agar proses pendidikan dan pembelajaran orang dewasa dapat berjalan sesuai
prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Reg Revans (Penggagas Action Learning)

Belajar bagi orang dewasa, menurut Reg Revans (1998) adalah proses menanyakan
sesuatu bermula dari pengalaman ketidaktahuan tentang apa yang akan dilakukan karena
jawaban yang ditemukan saat itu tidak lagi valid untuk mengatasi situasi yang sedang terjadi.
Dengan kata lain, Learning is experiencing by exploration and discovery.

2. Bob Sadino

Dalam banyak wawancara yang dikutip oleh sejumlah medi cetak, Bob Sadino, seorang
pakar di bidang agrobisnis, seringkali melontarkan kata-kata pendek tetapi membutuhkan
penjelasan yang tidak cukup dibeberkan dalam satu sessi seminar. Kata-kata itu tidak lain adalah:
Cukup lakukan saja! Pernyataan tersebut megandung makna yang dalam dimana belajar
merupakan bentuk transformasi visi ke suatu tindakan lalu berakhir dengan achievement.

3. Charles Handy

Dalam bukunya Inside Organization (1999), Charles Handy mengemukakan bahwa siklus
belajar orang dewasa diawali dengan mempertanyakan sesuatu dengan kuriositas tinggi;
menemukan jawaban-jawaban teoritis; melakukan testing di lapangan; dan terakhir refleksi-
sebuah pemahaman mengenai sesuatu yang bekerja dan yang mandul di dalam diri. Thomas
Edison, seorang penemu, adalah contoh paling reliable sepanjang zaman. Dikisahkan bahwa
secara pendidikan formal akademik, Edison tergolong siswa yang tidak hebat tetapi ia lebih
banyak menggunakan waktunya untuk mengunjungi perpustakaan publik karena edison
menemukan sesuatu yang lebih bekerja terhadap hidupnya yang ia tidak dapatkan di bangku
sekolah. Dengan proses belajar di perpustakaan tersebut Edison menemukan pelajaran tentang
relaksasi mental. Meski tidak seorang guru pun yang memahamkannya, tetapi naluri Edison tahu
bahwa relaksasi mental lah yang membantunya menciptakan temuan-temuan yang tercatat lebih
dari 1000 hak paten hingga ia wafat tahun 1931.
4. Alvin Toffler

Dari definisi-definisi di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa belajar bagi orang
dewasa, ternyata memiliki berbagai dimensi. Oleh karena itu menjadikan pendidikan (education)
sebagai representasi tunggal dari proses belajar tidak jarang meninggalkan warisan mindset yang
kurang menguntungkan terutama bagi pihak atau individu yang berkemampuan rata-rata atau
minus. Lembaga sekolah, selain menciptakan birokrasi formal yang memberikan stigma bahwa
sekolah adalah escalator tunggal yang mahal harganya, juga menunjukkan ketertinggalannya
dengan kemajuan yng dicapai oleh dunia luar, akibatnya timbul gap antara pendidikan dengan
tuntutan atau kebutuhan yang ada di masyarakat. Hal inilah yang akhirnya menjadi dasar
mengapa pengangguran tidak bisa dihindari lagi. Pendidikan belum sepenuhnya menjadi media
yang mampu menterjemahkan makna belajar. Hal ini karena makna belajar yang sesungguhnya
adalah melakukan sesuatu, kemudian membebaskan diri dari situasi atau tekanan yang
diakibatkan ketidaktahuan. Cara terbaik untuk mempelajari sesuatu adalah dengan
melakukannya, seperti yang ditulis oleh Rex dan Carolyin: We learn about a city from being
there, not afrom a map or guide book. We learned to walk and talk without reading instructions
or following recipes. Learning is doing something, then getting rid of the unwanted parasitic
movements.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Komponen Perencanaan Pendidikan


Setiap perencanaan pendidikan, apapun jenis pendidika Pada dasarnya mempunyai
komponen yang sama. Berdasarkan pemikiran demkian, komponen perencanaan pendidikan kuar
sekolah menurut Rahman (1989) dapat dianggap sebagai komponen perencanaan pendidikan
orang dewasa. Komponen tersebut adalah Peserta didik, Tujuan belajar, Sumber belajar,
Kurikulum, Organisasi pelaksana, Kondisi masyarakat setempat, Kemanfaatan langsung, dan
Struktur organisasi. Dalam perencanaan pendidikan, ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara
lain perencanaan yang tekah ada sebelumnya, perlunya penelitian keadaan lokasi, perkiraan
kebutuhan, penyusunan skala prioritas, penyusunan tujuan dan strategi, rancangan implementasi,
penetapan waktu pelaksanaan, dan penilaian

B. Perencanaan Partisipatif
Dalam perkembangannya pendidikan orang dewasa saat ini lebih banyak menggunakan
metode partisipatif, dimana semua pihak yang terkait dalam pendidikan dilibatkan dalam proses
pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Prinsip Perencanaan
partisipatif adalah Hubungan dengan masyarakat, Partisipasi pihak yang terkait, Ramalan dan
pembuatan program, dan Pengambilan keputusan. Selain itu menurut kesimpulan yang diambil
oleh Pidarta setelah mencermati berbagai pendapat dari berbagai ahli prosedur perencanaan
partisipatif adalah menentukan kebutuhan atas dasar antisipasi terhadap perubahan lingkungan,
melakukan ramalan dan menentukan program, tujuan, misi perencanaan prioritas ,
menspesifikasi tujuan, menentukan standar performansi, menentukan alat pemecahan ,
melakukan implementasi dan menilai, serta mengadakan review.

C. Peristiwa Pengajaran
Dalam pendidikan orang dewasa terdapat proses belajar mengajar diantara peserta didik
dan pendidiknya. Dari sudut pandang pendidik, prises itu disebut dengan peristiwa pengajaran.
Menurut Gange & Briggs (1974) Peristiwa pengajaran adalah dirancang untuk membuat peserta
didik bergerak dari dimasa ia berada pada saat awal pengajaran menuju pencapaian
kemampuan yang telah ditetapkan dalam tujuan khusus pengajaran. Bentuk komunikasi kepada
peserta tidak dapat ditentukan dan berlaku untuk semua pelajaran.
Peristiwa pengajaran mempunyai fungsi untuk memperoleh perhatian peserta didik, memberitahu
tujuan khusu pengajaran kepada peserta didik, membantu peserta didik mengingat kembali
pengetahuan yang telah dimiliki, menyajikan materi pelajaran , memberi bimbinhan belajar,
memperoleh performansi, memberi umpang balik tentang pendidikan, menilai performansi
peserta didik, dan meningkatkan retensi dan transfer.

D. Rancangan Pengajaran
Rancangan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem menurut Dikc dan Carey adalah
identifikasi tujuan umum pengajaran, melakukan analisis pengajaran, identifikasi tingkah laku
dasar dan ciri-ciri peserta didik, merumuskan tujuan reformasi, mengembangkan butir-butir tes
acuan patokan, mengembangkan strategi pengajaran, mengembangkan dan memilih materi
pengajaran, merancang dan melakukan evaluasi formatif, merevisi materi pengajaran, dan
merancang dan melakukan evaluasi sumatif.
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Dalam perencanaan pendidikan orang dewasa diperlukan :

A. KomponenPerencanaanPendidikan
Komponen tersebut adalah Peserta didik, Tujuan belajar, Sumber belajar, Kurikulum,
Organisasi pelaksana, Kondisi masyarakat setempat, Kemanfaatan langsung, dan Struktur
organisasi.

B. Perencanaan Partisipatif
Prinsip Perencanaan partisipatif adalah Hubungan dengan masyarakat, Partisipasi pihak
yang terkait, Ramalan dan pembuaran program, dan Pengambilan keputusan.

C. Peristiwa Pengajaran
Peristiwa pengajaran adalah dirancang untuk membuat peserta didik bergerrak dari
dimasa ia berada pada saat awal pengajaran menuju pencapaian kemampuan yang telah
ditetapkan dalam tujuan khusus pengajaran.

D. Rancangan Pengajaran
Rancangan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem menurut Dikc dan Carey adalah
identifikasi tujuan umum pengajaran, melakukan analisis pengajaran, identifikasi tingkah
laku dasar dan cirri-ciri peserta didik, merumuskan tujuan performansi.

4.2. SARAN

Untuk mendapatkan manfaat yang sempurna dari Makalah yang penulis buat ini, hendaknya
pembaca memberikan kritik dan saran serta melakukan pengkajian ulang (diskusi) terhadap
penulisan sehingga penulis terhindar dari kekeliruan.
DAFTAR PUSTAKA

Atwi Suparman. 1996. Desain Instruksional. Jakarta:PAU-PPAI Universitas Terbuka


Dick, Walter and Robert A.Reiser. 1990. Planning Effective Instruction.
Boston: Allyn and Bacon
Knowles. 1977. The modern practice of Adult Education
Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production
Tom Nesbit, Linda Leach & Griff Foley .2004. Adult Education.

Anda mungkin juga menyukai