0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
738 tayangan1 halaman
Kesiapan mental merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh seseorang untuk memutuskan sesuatu. Kesiapan mental merupakan bentuk kematangan seseorang untuk menghadapi suatu situasi baru. Ketika seseorang memutuskan untuk menikah, hendaknya ia siap dengan segala konsekuensi dari keputusannya itu. Individu harus merasa mampu mengemban segala tanggung jawab dan memahami peran barunya sebagai seorang istri atau seorang suami.
Kesiapan mental merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh seseorang untuk memutuskan sesuatu. Kesiapan mental merupakan bentuk kematangan seseorang untuk menghadapi suatu situasi baru. Ketika seseorang memutuskan untuk menikah, hendaknya ia siap dengan segala konsekuensi dari keputusannya itu. Individu harus merasa mampu mengemban segala tanggung jawab dan memahami peran barunya sebagai seorang istri atau seorang suami.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Kesiapan mental merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh seseorang untuk memutuskan sesuatu. Kesiapan mental merupakan bentuk kematangan seseorang untuk menghadapi suatu situasi baru. Ketika seseorang memutuskan untuk menikah, hendaknya ia siap dengan segala konsekuensi dari keputusannya itu. Individu harus merasa mampu mengemban segala tanggung jawab dan memahami peran barunya sebagai seorang istri atau seorang suami.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pelatihan manajemen pernikahan
dapat memberikan dampak yang positif terhadap kesiapan mental individu masa dewasa awal untuk menikah. Asumsi awal dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif pelatihan manajemen pernikahan terhadap peningkatan kesiapan mental untuk menikah pada individu masa dewasa awal. Setelah mengikuti pelatihan, kesiapan mental untuk menikah meningkat. Subjek dalam penelitian ini adalah individu berusia 21-30 tahun, belum menikah, dan berdomisili di Yogyakarta.. Metode penelitian ini menggunakan Pretest-Postest Control Group Design. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah teknik subject matching design. Adapun skala yang digunakan adalah skala kesiapan mental menikah yang sebagian besar aitem dibuat sendiri oleh peneliti dan beberapa merupakan adaptasi dari skala kesiapan mental dari Sofia (2000). Skala ini terdiri dari 27 aitem berdasarkan aspek-aspek kesiapan mental dari pendapat dari beberapa ahli dan Modul Pelatihan Manajemen Pernikahan mengacu pada Tujuh Prinsip Melanggengkan Hubungan Suami Istri dari Gottman dkk (2001). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode uji beda gain score untuk melihat efek keberhasilan pelatihan Manajemen Pernikahan. Hasil analisis gain score menunjukkan nilai t = 4.61 yang artinya pelatihan manajemen pernikahan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap peningkatan kesiapan mental untuk menikah. Hasil t-test pretest postest kelompok eksperimen menujukkan nilai t = 5.04 dan pretest follow up kelompok eksperimen menghasilkan t = 4.39. Artinya pelatihan manajemen pernikahan masih memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap peningkatan kesiapan mental untuk menikah terhadap subjek kelompok eksperiemen . Jadi, hipotesis penelitian diterima.
Kata Kunci : Pelatihan Manajemen Pernikahan, Kesiapan Mental untuk menikah
Silahkan kunjungi www.skripsilengkap.blogspot.com untuk mendapatkan
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional