Anda di halaman 1dari 14

GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY

VOLUME 1, NO. 2, MEI 2015: 120 . 134


ISSN: 2407-7798

Konsep Psikoterapi Kawruh Jiwa


Ki Ageng Suryomentaram
Abdul Kholik¹, Fathul Himam²
Program Magister Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract. This research was purposed to explore the concept of psychoterapy based on
kawruh jiwa with ngudari reribet as its basic principle. This qualitative research applied
phenomenological perspective in understanding the phenomena. The respondents in this
research were two students of kawruh jiwa. Data were obtained by in-depth interview
combined with data triangulation. The research result explained that kandha-takon through
nyawang karep in order to nyocokaken raos in ngudari reribet as mawas diri processing worked as
the essence of kawruh jiwa of Ki Ageng Suryomentaram psychotherapy model.
Keywords: kandha takon, nyawang karep, ngudari reribet, nyocokaken raos, mawas diri, kawruh jiwa

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep psikoterapi yang didasarkan
pada ajaran kawruh jiwa dengan ngudari reribetnya yang berbasiskan rasa. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan fenomenologi sebagai perspektif. Responden
dalam penelitian ini adalah dua orang pelajar kawruh jiwa. Data didapatkan melalui metode
wawancara mendalam dan disertai dengan triangulasi data literatur. Hasil penelitian ini
menjelaskan mawas diri dengan jalan kandha-takon melalui nyawang karep untuk nyocokaken
raos dalam ngudari reribet adalah sebagai sebuah esensi model psikoterapi kawruh jiwa Ki
Ageng Suryomentaram.
Kata kunci: kandha takon, nyawang karep, ngudari reribet, nyocokaken raos, mawas diri, kawruh jiwa

Sampai1 tahun 1980 ada lebih dari 250 mungkin ribuan yang tentu saja akan
pendekatan dalam psikoterapi yang tercatat menambah jumlah psikoterapi. Apabila
dalam Handbook of Psychotherapy (Herink, psikoterapi adalah proses penyembuhan
1980). Sekarang sudah milenium ke-3, batin maka dapat di observasi banyaknya
berapa banyak jumlah psikoterapi yang jenis penyembuhan di bumi kita ini
tercatat. Apabila pendekatan paranormal (Prawitasari, 2002).
ataupun terapi gerak yang dikembangkan Selain perkembangan psikologi Barat,
padepokan lemah putih di bawah pimpinan juga berkembang psikologi Timur-Barat
Mulyono Suryosudarmo di Kartasura juga (East-West Psychology). Istilah ini merujuk
bisa termasuk dalam kategori psikoterapi pada integrasi antara praktik psikologi,
yang ada di Indonesia, maka mungkin filsafat, dan agama-agama Timur atau
jumlahnya ada beratus psikoterapi bahkan Oriental dengan teori dan praktik psikologi
Barat. Pendekatan Timur yang digunakan
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan
antara lain berasal dari Confucianism,
melalui: kholikinov@gmail.com
² Atau melalui: fathulhimam@yahoo.com Taoism, Hinduism, Buddhism, dan Shufism

E-JURNAL GAMA JOP 120


PSIKOTERAPI KAWRUH JIWA, KI AGENG SURYOMENTARAM

Islam, sedangkan pendekatan Barat yang pencerahan. Perpaduan teori-teori psikologi


digunakan antara lain teori Psikoanalisis, Barat dengan Timur ini kemudian menga-
Behavioristik, dan Humanistik (Wallock, rah kepada psikologi Transpersonal yang
1994). Titik pertemuan antara tradisi Barat membawa insight dari tradisi dan juga
dan Timur dalam psikologi dapat dirunut psikologi modern (Wallock, 1994).
dari William James yaitu sejak psikologi Ki Ageng Suryomentaram, dengan olah
mulai memperhitungkan konteks spiritual kawruh jiwa sebagai perangkat analisis olah
dalam jiwa manusia.Kondisi ini kemudian rasa memberikan kontribusi bagi pengem-
membawa kepada sebuah ketertarikan dan bangan kesejahteraan dan kualitas hidup
usaha untuk melihat tradisi Timur dalam dengan model analisis diri yang berbasiskan
memandang manusia (Smith, 2001). Bahkan ™Š•Š1 ›ŠœŠ 1 œŽ‹Š•Š’1 •Š—•ŠœŠ—1 ’—•›˜œ™Ž”œ’1
Carl G. Jung, menulis mengenai tradisi Tao diri (Yoshimichi, 2006). Dalam konteks
dalam memandang konsep mengenai masyarakat tradisional Jawa penghayatan
manusia (Karcher, 1999). Termasuk juga akan ilmu dalam bentuk utamanya adalah
pengaruh doa pada kesehatan fisik dan ngelmu, hal ini merujuk pada bentuk mistis
mental (Dossey, 1996). spiritual yang tidak hanya intelektual
Roger Walsh menggambarkan tiga semata namun juga intuitif, sehingga rasa
tingkatan dan tujuan psikoterapi yaitu; (1) memiliki kemampuan untuk mengetahui
Terapi tradisional yaitu mengurangi aspek-aspek intuitif terhadap realitas
patologi dan meningkatkan penyesuaian (Stange, 1998).
diri. (2) Eksistensial yaitu mengkonfrontasi Psikoterapi adalah hal fundamental
pertanyaan dan permasalahan eksistensi. dalam psikologi. Psikoterapi juga merupa-
(3). Soteriologis yaitu mencerahkan dan kan praktik dari berbagai teori yang
bersifat transenden. Walsh kemudian dikembangkan dalam penelitian psikologi.
menyatakan bahwa psikologi dan terapi Dengan hadirnya psikologi lintas budaya
Barat berfokus pada dua tingkatan awal konsep psikoterapi yang berkembang di
(pertama dan kedua), sementara pemikiran dunia Timur mendapat tempat sebagai
Timur berfokus pada tingkatan ketiga bagian dari kontribusinya terhadap kesejah-
(Wallock, 1994). teraan dan kualitas hidup manusia, dibuk-
Sudut pandang Timur lebih dinamis tikan dengan hadirnya psikologi Transper-
dan organik, melihat seluruh kosmos sonal. Hadirnya psikologi Transpersonal
sebagai satu realitas tidak terpisahkan, spirit membantu proses kebangkitan dengan
dan materi pada waktu yang sama. Tradisi menggunakan teknik-teknik yang memper-
Timur telah mengembangkan sebuah tajam intuisi dan memperdalam kesadaran
pendekatan empiris dan personal yang personal dan transpersonal tentang diri
berbeda dengan cara Barat yang saintifik, (Vaughan, Wittine, & Walsh, 1996; Rakh-
impersonal, dan objektif. Sebagai lawan dari mat, 2004). Kemajuan ini membuktikan
pemikiran analitis.logis, pengetahuan ber- bahwa pendekatan dalam memahami
basis pengalaman lebih ditekankan. Dalam manusia tidak hanya melalui pendekatan
tradisi Timur, pemahaman dengan cara fisik semata namun juga jiwa atau rasa,
kontemplatif.meditatif dianggap akurat, komunitas pelajar kawruh jiwa memberikan
sedangkan tradisi Barat hanya mengguna- prioritasnya atas rasa untuk berpikir dan
kan sensasi-empiris dan model konsep- bertindak (Yoshimichi, 2006).
kognisi. Meditasi adalah salah satu praktik Sementara itu, konsep ajaran kawruh
utama dalam metode Timur untuk meraih jiwa dengan ngudari reribet yang di kem-

122 E-JURNAL GAMA JOP


KHOLIK & HIMAM

bangkan oleh Ki Ageng Suryomentaram, Sementara itu wejangan kawruh jiwa


memiliki kemiripan sebagaimana yang dengan ngudari reribet yang di kembangkan
dikembangkan dalam ilmu psikoterapi oleh Ki Ageng Suryomentaram, memiliki
yaitu menekankan pada menelusuri sebab kemiripan sebagaimana yang dikembang-
kesulitan dan mencari penanganannnya. kan dalam ilmu psikoterapi yaitu mene-
Teknik ini murni bersifat alamiah yang kankan pada menelusuri sebab kesulitan
berangkat dari hal-hal yang nyata dan juga dan mencari penanganannya. Teknik ini
ilmiah karena menggunakan metode yang murni bersifat alamiah yang berangkat dari
jelas, dan dipastikan tidak ada unsur hal-hal yang nyata dan juga ilmiah karena
mistik dan klenik di dalamnya. Itulah menggunakan metode yang jelas, dan
sebabnya Ki Ageng Suryomentaram lebih dipastikan tidak ada unsur mistik dan
memilih menggunakan kata kawruh (ilmu klenik didalamnya. Itulah sebabnya Ki
dalam artian yang rasional) daripada kata Ageng Suryomentaram lebih memilih
ngelmu (ilmu dalam pengertian esoteris atau menggunakan kata kawruh (ilmu dalam
mistis) dalam memperkenalkan ajaran- artian yang rasional) daripada kata ngelmu
ajarannya (Bonneff, 1993; Afif, 2012). (ilmu dalam pengertian esoteris atau mistis)
Pendekatan psikoterapi Freud dalam dalam memperkenalkan ajaran-ajarannya
memahami kejiwaan yaitu bagaimana (Bonneff, 1993; Afif, 2012).
meningkatkan kesadaran, memperoleh Selanjutnya, pendekatan psikoterapi
pemahaman intelektual dan memahami Behavioristik yang kebanyakan didasarkan
makna berbagai gejala, tujuannya diarahkan ™Š•Š1 ™Ž—•”˜—•’œ’Š—1 ˜™Ž›Š— 1 û ”’——Ž›ü1
kepada pemahaman, pendidikan ulang meskipun beberapa dibangun di sekitar
intelektual dan emosional yang diharapkan ™Ž—•”˜—•’œ’Š—1 ”•Šœ’” 1 û ŠŸ•˜Ÿüï1 ›˜œŽœ1
mengarah pada perbaikan kepribadian. aktifnya memfokuskan diri pada konse-
Caranya dengan mengembalikan kesadaran kuensi positif perilaku tertentu dan efek-
yang selama ini tidak disadari dirinya efek yang tidak dikehendaki dari orang lain
(Papadopoulos & Parker, 2002). Dengan dan meyakini bahwa perilaku yang dilaku-
kata lain, meningkatkan kesadaran, mem- kan dalam jangka waktu tertentu akan
peroleh pemahaman intelektual atas ting- menghasilkan penguatan positif (positive
kah laku dan memahami makna berbagai reinforcement) (Feist & Feist 2008). Self control
gejala. Tujuannya diarahkan kepada adalah bagian dari konsep psikoterapi ini
pemahaman, pendidikan ulang intelektual yang dikembangkan oleh Bandura, yang
dan emosional yang diharapkan mengarah tujuannya untuk pemecahan masalah. Self
pada perbaikan kepribadian, di samping control ini bisa dikatakan sebagai suatu
mengajak si pasien untuk berani mengha- keterampilan regulasi diri (selfregulation)
dapi beragam kebuntuan dalam hasratnya. yang diperoleh melalui latihan-latihan
Perawatan lainnya adalah terletak pada (Boeree, 2004). Sebagaimana dalam kawruh
upaya untuk mencapai well being dari si jiwa, kita mengenal mawas diri sebagai
pasien dan mendorong sukses dalam kehi- bagian dari ngudari reribet yang mengenal
dupan sosialnya. Cara mengembalikan juga latihan-latihan. Akan tetapi dalam
kesadaran yang selama ini tidak disadari- kawruh jiwa ‹Š Š1 ›Š˜œ1 œŠ•Ž‹Ž•’—•1 ›Š˜œ
nya yaitu dengan menekankan dimensi walaupun tidak dapat dikatakan sebagai
afektif yang menjadikan ketidaksadarannya keterampilan teknis mentalistik sebagai-
mampu diketahui dan dipahami (Zizek, mana dalam konsep behavioristik Skinner
2006). (Jatman, 2000).

E-JURNAL GAMA JOP 123


PSIKOTERAPI KAWRUH JIWA, KI AGENG SURYOMENTARAM

Berikutnya pendekatan psikoterapi dalam ngudari reribet sebagai pencarian titik


Humanistik Rogers, menurut Mayer dan temu rasa yang sama, yang oleh para
Mayer (Atamimi, 2002), pendekatan Client- pengamat disebut sebagai psikoterapi
Centered yang digunakan Rogers yaitu (Bonneff, 1983; Jatman 2000). Demikian juga
pendekatan dengan metode Non-Directive. pemahaman Humanistik Rogers tentang
Psikoterapi Humanistik Rogers tujuan empati yaitu bahwa kemampuan seseorang
terapinya adalah membantu manusia untuk mengenal apa yang dialami oleh orang lain,
mengaktualisasikan diri. Humanistik tampaknya tidak jauh berbeda dengan yang
Rogers mengasumsikan bahwa manusia itu diutarakan oleh Ki Ageng Suryomentaram
terbuka terhadap pengalamannya sendiri, tentang kemampuan untuk menghayati rasa
manusia melandaskan tindakannya atas orang lain (ukuran keempat) (Prihartanti &
kenyataan medan fenomena yang dihaya- Karyani, 1998).
tinya, dan manusia percaya terhadap Selanjutnya, dengan hadirnya pende-
pengalamannya sendiri. Dasar asumsi- katan psikologi transpersonal membantu
asumsi ini tentu saja adalah pengakuan proses pencerahan dengan menggunakan
bahwa manusia itu sama. Asumsi Rogers teknik-teknik yang mempertajam intuisi
tentang manusia tidak jauh berbeda dengan dan memperdalam kesadaran personal dan
kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram yang transpersonal tentang diri (Vaughan,
menyatakan untuk memahami dan merasa- Wittine, & Walsh, 1996). Gagasan dasar dari
kan orang lain perlu ngraos, ngertos, weruh. psikologi transpersonal adalah dengan
Dalam hal ini kramadangsa perlu meneliti mencoba melihat manusia selaras dengan
rasanya sendiri, mencari rasanya sendiri pandangan religius yakni sebagai makhluk
dan mencari rasa sama dengan rasa orang yang memiliki potensi spiritual. Ken Wilber
lain dalam rasanya sendiri. Tepa sarira dari menyebutnya bergerak dari tahap praper-
Ki Ageng Suryomentaram ini didasarkan sonal ke personal sampai ke transpersonal,
atas keyakinan bahwa rasa manusia di sebagai situasi ketika sains dan agama
seantero jagad itu sama. Dengan demikian berintegrasi sebagaimana yang dikonsepkan
pendapat Rogers tentang circular communi- Ken Wilber dalam Marriage of Sense and Soul
cation yang terjadi ketika seseorang berbi- (Rakhmat, 2004).
cara kepada orang lain, sesungguhnya
Wejangan kawruh jiwa tekniknya meli-
dirinya telah menjadi pendengar yang baik
puti nyawang karep sebagai dimensi mawas
dari pembicaraannya sendiri. Artinya
diri yang diwujudkan dalam rasa manusia
berbicara kepada orang lain berarti juga
tanpa ciri yang merupakan pola berpikir
berbicara terhadap dirinya sendiri. Mende-
rasional reflektif menuju kesadaran yang
ngarkan bukan saja penting untuk mema-
universal dan altruistik (Prihartanti, 2004).
hami orang lain, tetapi penting juga untuk
Wejangan kawruh jiwa juga mengenal tahap-
memahami dirinya sendiri (Jatman, 2000).
an seperti dalam psikologi transpersonal
Kemampuan untuk bercermin pada Ken Wilber yaitu mengenai ukuran, yaitu
orang lain ini dimungkinkan apabila ukuran I sebagai juru catat (dimensi fisikal)
seseorang mampu menempatkan diri pada dan ukuran II sebagai kumpulan catatan-
posisi orang lain. Kemampuan inilah yang catatan (dimensi emosi dan persepsi)
dilatih dalam pertemuan-pertemuan œŽ‹Š•Š’1 •Š‘Š™1 ™›Š™Ž›œ˜—Š• ï1 ”ž›Š—1 1
(junggringan) para pelajar kawruh jiwa- sebagai kramadangsa (dimensi kognisi) seba-
wejangan Ki Ageng Suryomentaram yang •Š’1 •Š‘Š™1 ™Ž›œ˜—Š• ï1 ”ž›Š—1 1 œŽ‹Š•Š’1
sering disebut sebagai jawah kawruh atau manusia tanpa ciri (dimensi intuisi) sebagai

124 E-JURNAL GAMA JOP


KHOLIK & HIMAM

•Š‘Š™1 •›Š—œ™Ž›œ˜—Š• ï1 Nyawang karep juga merupakan konstruksi dalam meneliti


sebagai sarana reflektif dan meditatif dalam dirinya sebagai sebuah kecerdasan yang
mencandra dinamika realitas fenomena memberi sumbangan pemikiran bagi
yang melibatkan ukuran ke III (kramadangsa) bangunan psikologi nusantara utamanya
dan ukuran ke IV (manungso tanpo tenger) psikoterapi, sebagaimana yang telah ditulis
(Suryomentaram, 2003). pendahulunya oleh Darmanto Jatman ten-
Sementara itu, pendekatan psikosintesis tang konsep rasa Suryomentaram untuk analisis
Robert Assagioli tujuan terapinya yaitu perilaku orang Indonesia dan Nanik Prihar-
untuk memampukan diri kita menemukan tanti dengan konsep rasa untuk mengurangi
otoritas dan kearifan dunia batin kita juga gangguan penyesuaian diri (Prawitasari,
untuk membantu klien memperbesar 2006).
kemungkinan dan pilihan-pilihan dalam Pertanyaaan dalam penelitian ini yaitu
kehidupan (Hardy & Whitmore, 2011). Hal bagaimana cara kawruh jiwa dengan ngudari
ini dalam kawruh jiwa dilakukan dengan reribet dalam menanggapi persepsi rasanya
caranyawang karep untuk mencandra segala sendiri dengan rasanya orang lain, dan
keinginan yang berkecamuk dalam dunia persepsi gagasan rasa pikirannya sendiri
rasa batin kita untuk ngeweruhinya dan yang menjadi sebuah dasar psikoterapi.
ngonanginya, sedangkan nyococken raos
sebagai cara untuk menyelarasakan rasa
Metode
yang sama (raos sami) antara rasa dirinya
dan rasa orang lain. Pilihan-pilihannya Pendekatan yang akan digunakan
terletak pada konsekuensi tindakan sebagai dalam penelitian ini adalah pendekatan
sebuah kodrat alam dengan sebab dan kualitatif fenomenologi yang memfokuskan
kejadiannya dengan menerima peristiwa pada pengalaman subjektif individu.
saiki kene ngene yo gelem karena telah sesuai Sumber data utama dalam penelitian ini
dengan kasunyatannya. Banyak teknik yang adalah data wawancara ditambah dengan
digunakan dalam psikosintesis termasuk di triangulasi data literatur dalam proses
antaranya adalah interview dan guided pengumpulan data. Wawancara pada pene-
imagery. Pendekatan yang digunakan litian ini dilakukan dengan menggunakan
sebagian besar untuk mengatasi mental teknik wawancara mendalam (in-depth
health permasalahans (Raimy, 1994). interview) dengan menggunakan pertanyaan
Sejalan dengan pendekatan konsep terbuka (open-ended). Pemilihan subjek pene-
psikoterapi (Psikoanalisis Freud, Behavio- litian atau responden dilakukan dengan
ristik Skinner, Humanistik Rogers dan menggunakan prosedur purposive sampling.
Transpersonal) yang pada dasarnya pende- Subjek penelitian atau responden dalam hal
katan tersebut memberikan pemahaman ini adalah dua orang yang merupakan
tentang kesadaran, kemampuan mengana- bagian dari komunitas pelajar kawruh jiwa
lisis diri sendiri, perubahan terhadap cara Ki Ageng Suryomentaram di Yogyakarta
berpikir, (seperti bisa menerima diri sendiri, yang telah lama mendalami kawruh jiwa.
memiliki rasa empati dan lebih optimis dan Karakterstik subjek penelitian adalah subjek
positif pada kehidupan) yang diwujudkan merupakan bagian dari komunitas pelajar
dalam tindakan yang lebih sehat dan nyata. kawruh jiwa yang bisa dikatakan individu
Kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram yang telah memahami dan mengamalkan
dalam penelitian peneliti ingin menyajikan kawruh jiwanya secara turun temurun dari
sebuah konsep yang memiliki kekhasan orang tuanya dan tinggal di Yogyakarta.

E-JURNAL GAMA JOP 125


PSIKOTERAPI KAWRUH JIWA, KI AGENG SURYOMENTARAM

Hasil œŽ—•’›’—¢Š1 –Ž•Š‘’›”Š—1 ›ŠœŠ1 œ’‘ ï1 ŠœŠ1


œ’‘ 1 ’—’1 Š•Š1 •’1 •Š•Š–1 ›ŠœŠ—¢Š1 ’—•’Ÿ’•ž1
Hasil dari penelitian dinamika penga- masing-masing sehingga bisa dirasakan
laman empirik dapat disimpulkan bahwa bersama-sama dalam sebuah junggringan-
pengalaman ngudari reribet adalah bagian kanda-takon. Hal ini dipahami sebagai wujud
dari sarana dalam mencandra rasa melalui individu yang telah mengalami madeg
kandha-takon dalam junggringan.Kandha- pribadi (aktualisasi diri).
takon ini adalah sebagai sarana melatih
raosipun piyambak dalam nyawang karep, Kandha-takon dalam kawruh jiwa meliputi:
yang tujuannya untuk selalu peka dan sadar
terhadap rasanya sendiri. Tujuan kandha- a. KandhaTakon Pasinaon Raos. Kandha-
takon ini adalah menularkan atau menyam- takon ini tujuannya untuk mengembangkan
paikan pengalaman rasa sehat, tentram, teknik ngudari reribet. Tekniknya merupakan
enak, damai, tabah, tatag dan bahagia juga sebuah pengertian, karakteristik, perincian-
pengalaman raos kosok wangsul dalam perincian tentang memahami cathetan-
ngudari reribet seseorang agar mampu cathetan, kramadangsa, woh ing karep, woh ing
dimengerti oleh orang lain yang ikut men- pikiran lan gagasan, ukuran kaping sekawan
dengarkannya. Tujuannya agar menularkan (IV). Meliputi mangertos kodrat alam raos,
rasa sehat, tentram, nyaman, damai, tabah, yaitu kodratgek bungah gek susah yang silih
tatag dan bahagia dapat tercapai. Bukan berganti yang wataknya mulur mungkret,
sebaliknya yaitu memaksakan kebenaran- kodrat raos sami, kodrat raos langgeng.
nya sendiri yang dilandasi oleh karep yang Nyawang karep, meruhi lan ngonangi gagasan
sifatnya mau menangnya sendiri hingga raos pikirane piyambak, pilah cathetan leres lan
timbul suasana perselisihan dan konflik cathetan lepat, pilah potret lan gagasan potret.
yang jauh dari rasa sehat, tentram, enak, mangertosraos kosok wangsul meliputi raos
damai, tabah, tatag dan bahagia. Karena demen sengit, raos untung rugi, raos enak boten
tujuan kegiatan menyampaikan pendapat kepenak, raos beja cilaka, dan saiki, kene, ngene
itu adalah untuk dimengerti oleh pihak lain yo gelem.
dan bukan untuk ditaati dan dituruti. Jika Junggringan ini bisa dilakukan oleh dua
tujuannya sebaliknya yaitu untuk ditaati orang atau lebih, yang pertama disebut
dan dituruti, maka orang akan berusaha •Ž—•Š—1 bangkokan 1 •Š—1 ¢Š—•1 ”Ž•žŠ1
untuk menaklukkan orang lain, padahal •’œŽ‹ž•1 •Ž—•Š—1 ™Ž•Š“Š› . Kandha-takonnya
secara alamiah orang tidak senang ditak- bersifat luluh (sirnaning raos aku-kowe) dan
lukan. Dengan demikian apabila kegiatan relasinya egaliter yang berarti tanpa merasa
kandha takon ini tidak dilaksanakan secara menjadi guru dan murid, karena guru,
benar maka kegiatan penyampaian penda- muridnya pribadi dan murid, gurunya
pat ini dapat berakibat pada timbulnya pribadi. Dalam kandha-takon pasinaon raos,
perselisihan, pertengkaran, dan bahkan sang bangkokan tidak memberikan pakon
kerusuhan. Dalam kawruh jiwa kegiatan penging yang bentuknya harus begini dan
penyampaian pendapat yang dapat beraki- harus begitu, jangan begini dan jangan
bat pada timbulnya konflik ini menyebut- begitu, tidak boleh ini dan tidak boleh itu,
nya dengan kondha.takon ungkul-ungkulan. tidak menakut-nakuti, tidak memberi
Kanda-takon yang tujuannya menular- harapan, tanpa memberikan penilaian baik
kan atau menyampaikan pendapat tentang buruk dan benar salah, dengan artian tanpa
pengalaman rasa sehat, tentram, damai, menyuruh, tanpa melarang, tanpa
tabah, tatag dan bahagia ini dengan memerintah dan tanpa menolak sesuatu

126 E-JURNAL GAMA JOP


KHOLIK & HIMAM

terhadap suatu permasalahan. Kandha- atau introspektif.Nyawang karep dengan cara


takonnya –Ž–•˜”žœ”Š—1 ™Š•Š1 ‘Š•1 ¢Š—•1 merenung dalam kawruh jiwa hanya sebagai
—¢Š•Š 1¢Š’•ž1weruh, ngerti, dan krasa dewe. latihan untuk mencari solusi agar bisa meli-
b. Kandha Takon Jawah Kawruh. Kandha- hat dengan secara jernih suatu perma-
takon ini sifatnya njujug raos (njujug raosipun œŠ•Š‘Š—1œŽ‹Š•Š’1•Š•’‘Š—1ž—•ž”1 —Š’”1”Ž1Š•Šœ 1
tiyang sanes sejatine njujug raosipun piyambak) atau ke ukuran empat. Nyawang karep ini
dengan cara nyocokaken raos yang tujuannya diibaratkan dengan seorang pelatih yang
langsung mengena pada rasanya (dumugi ada dalam permaianan sepak bola. Sang
raos-raosipun) seseorang pada saat menceri- pelatih hanya mengamati suatu permainan
takan pengalaman reribetnya dengan perso- dan tidak ikut bermain di dalam
alan rasanya. Caranya dengan menggiring pertandingan tersebut, tujuannya agar bisa
rasa seseorang dengan reribetnya agar lebih jernih melihat permainan secara utuh.
dirinya weruh, ngerti dan krasa dewe dengan Apabila sang pelatih ikut serta dalam
persoalan yang sedang dihadapi dan mem- permainan sepak bola maka perma-
benarkan secara nyata adanya persoalan salahannya tidak lagi bisa lebih jernih
tersebut dengan segala ketidaknyamanan dalam melihat suatu masalah dan emosinya
rasanya, karena sudah sesuai dan cocok bisa terjebak ikut serta. Begitu juga individu
dengan sebab dan kejadiannya (sebab yang sedang dirundung masalah apabila
kedadosan). Hal ini dipahami agar seseorang emosi dirinya ikut serta masuk dalam
bisa berdamai dengan permasalahannya lingkaran permasalahan, yang terjadi
dan bisa menerima keadaan yang sedang adalah individu tidak lagi bisa melihat dan
dialaminya dengan sepenuh hati yang menangkap secara jernih dan objektif suatu
tanpa kuasa untuk memiliki pilihan yang masalah agar bisa dipecahkan. Pemahaman
lain (saiki, kene, ngene yo gelem). ini dalam kawruh jiwa disebut dengan
nyawang karep yaitu sikap tidak ikut serta,
Kandha takon melalui nyawang karep
tidak memerintah, tidak menolak, tidak
untuk nyocokaken raos dalam ngudari reribet
menyuruh, dan tidak melarang. Dengan
sebagai proses mawas diri ini meliputi:
”Š•Š1•Š’—1™Ž›’œ•’ Š1 œ’1Š”ž1–Ž—•Š Šœ’ 1•Š—1
1) Kandha takon dimensi interpersonal. mengamati gejolak hasrat dan keinginan
Kanda-takon ini biasanya disebut dengan sendiri. Kandha-takon ini kemudian disebut
sharing permasalahan seseorang terhadap dengan introspeksi.
persepsi rasanya sendiri yang sedang dirun-
Kandha-takon ini meliputi; Pertama.
dung reribet suatu persoalan, yang diutara-
Dinamika mawas diri pengalaman
kan kepada sang bangkokan untuk menda-
mencandra rasanya sendiri dengan cara
patkan pencerahan berupa jawah kawruh.
mencandra rasanya orang lain di dalam
Dalam hal ini bagaimana peran dan
rasanya sendiri. Bagaimana Nyawang karep
hubungan antara sang bangkokan dengan
untuk nyocokaken raos sami awakipun
pelajar termasuk juga bagaimana pengala-
piyambak (raos ungkul-ungkulane raos meri
man pelajar dalam proses ngudari reribetnya.
pambegan, rumaos leres, raos kosok wangsul)
Caranya dengan seseorang mengutarakan
dengan raos tiyang sanes (raos ungkul-
masalahnya dengan persoalan rasanya
ungkulane raos meri pambegan, rumaos leres,
kemudian diudari reribetnya.
raos kosok wangsul) mengenai semat, drajat,
2) Kandha-takon dimensi intrapersonal. kramat yang sifatnya sewenang-wenang.
Kandha-takon ini berlangsung dengan diri- Caranya dengan memilah-milah yang mana
nya sendiri yang biasa disebut dengan kondisi rasanya sendiri dengan yang mana
nyawang karep yang bersifat mencandra rasa

E-JURNAL GAMA JOP 127


PSIKOTERAPI KAWRUH JIWA, KI AGENG SURYOMENTARAM

kondisi rasanya orang lain dengan mem- kraos), dan pikir (yang di dalamnya ada
benarkan kesesuaian dan kecocokan adanya gagasan). Model psikoterapinya untuk
peristiwa dengan alur sebab dan kejadian- menerima secara penuh dan sadar (rewes
nya (sebab kedadosan). Ketika raos saminya nggelengü1 œŽ‹Š‹1 •Š—1 ”Ž“Š•’Š—1 ¢Š—•1 —¢Š•Š 1
sudah bisa dipahami dan dirasakan, kemu- dari peristiwa yang dialami sedang berlang-
dian bisa menerima keadaan tersebut de- sung yang tanpa kuasa untuk memiliki
ngan sepenuh hati yang tanpa kuasa untuk pilihan yang lain (saiki, kene, ngene yo gelem).
memiliki pilihan yang lain (saiki, kene ngene Tujuannya agar sang kramadangsa ini tabir-
yo gelem). nya terbuka (Aku weruh) untuk menying-
Kedua. Dinamika mawas diri penga- kapkan dirinya dengan sendirinya dalam
laman mencandra gagasan rasa pikirannya wujud manusia tanpa ciri (manungsa tanpa
sendiri.Bagaimana nyawang karep pada tenger) agar rasa ke-aku-Š—1 •Š—1 ›ŠœŠ1 •’•Š”1
gagasan rasa pikiran sendiri yang tidak —¢Š•Š 1 ¢Š—•1 menempel pada karamadangsa
nyata (ilusi masa silam bentuknya raos getun tereliminir dengan sendirinya untuk menu-
dengan cathetan tatunya dan kecemplung ju pribadi yang sehat, enak, damai, tentram,
gagasan cilaka getun, dan delusi masa depan tabah, tatag dan bahagia.
yang bentuknya raos sumelang dengan
kecemplung gagasan cilaka magang) dengan Diskusi
cara nyocokaken raos pada kondisi pikiran-
nya yang nyata saat ini dengan sepenuh Metode mawas diri kawruh jiwa dengan
hati menerima keadaan yang tanpa kuasa ngudari reribet melalui kandha-takon ini
untuk memiliki pilihan yang lain (saiki, kene, memliki keserupaan dengan pendekatan
ngene yo gelem). psikoterapi yang berbasiskan pada
permasalahan yang digunakan sebagai cara
Dengan demikian, kemudian cara ngu-
untuk meningkatkan keterampilan
dari reribet dengan nyocokaken raos melalui
pemecahan masalah. Utamanya dalam
njujug raos, baik itu secara interpersonal
berdamai dengan masa lalu dengan
yang bentuknya kandha-takon maupun
memahami rasa yang selalu
secara intrapersonal yang bentuknya
memfokuskannya pada kondisipikirannya
nyawang karep dengan mencandra rasanya
¢Š—•1 —¢Š•Š 1 œŠŠ•1 ’—i dan bisa menerima
sendiri dengan cara mencandra rasanya
keadaan dengan sepenuh hati tanpa kuasa
orang lain dan mencandra gagasan rasa
untuk memiliki pilihan yang lain saiki, kene
pikirannya sendiri melalui kandha-takon
ngene yo gelem. Prosesnya dimulai dari
untuk menemukan solusi ini disebut
identifikasi masalah dan diakhiri dengan
dengan mawas diri. Kandha takon melalui
kajian solusi yang akan digunakan.
nyawang karep untuk nyocokaken raos dalam
Tujuannya psikoterapi ini adalah
ngudari reribet sebagai proses mawas diri
membantu individu dalam menangani
inilah yang menjadi sebuah konsep psiko-
permasalahan emosional dan secara praktik
terapi kawruh jiwa yang berbasiskan rasa.
agar dirinya bisa menjalani kehidupan lebih
Pendekatan kandha takon melalui bahagia, lebih sehat dan lebih memuaskan.
nyawang karep untuk nyocokaken raos dalam Hal ini hanya bisa dicapai apabila cara
ngudari reribet sebagai proses mawas diri berpikirnya lebih rasional. Pendekatan
sebagai jalan psikoterapi kawruh jiwa, psikoterapi berfokus pada permasalahan ini
tujuannya untuk terciptanya kondisi harmo- mengajarkan bagaimana menjadikan diri-
ni di antara raga (yang di dalamnya ada nya sendiri sebagai agen atau pusat peru-
rasa karep), manah (yang di dalamnya ada bahan dalam pemecahan masalahnya

128 E-JURNAL GAMA JOP


KHOLIK & HIMAM

sendiri (Neenan & Palmer, 2011). Dalam hal interaksi interpersonal


Keserupaan berikutnya dengan pendekatan kawruh jiwa mengenal dialog antar peserta
psikoterapi yang berfokus pada solusi. yang biasa disebut dengan kandha-takon
Pendekatan ini awalnya adalah pendekatan yaitu sharing bagaimana mencandra persep-
terapi keluarga. Fokus terapinya adalah si rasanya masing-masing. Kandha-takonnya
menjadi perubahan yang diinginkan dan bersifat luluh (istilah kawruh jiwanya
bukan mencari penyebab masalah, seperti sirnaning raos aku-”˜ Ž ) dan relasinya
halnya dalam terapi yang berbasiskan pada egaliter yang berarti tanpa merasa menjadi
permasalahan. Penekanan terapinya lebih guru dan murid, karena guru, muridnya
kepada bagaimana membentuk sebuah pribadi dan murid, gurunya pribadi. Hal ini
masa depan dari yang dilakukan saat ini memiliki kesamaan dengan pendekatan
(Connel, 2011). client-centeredtherapy Carl Rogers yang
Begitu juga dengan kandha takon yang menurut Mayer dan Mayer (Attamimi,
biasa disebut dengan sharing permasalahan 2002), pendekatan client-centered yang
dalam mencandra persepsi rasanya masing- digunakan Rogers yaitu pendekatan metode
masing ataupun kandha takon dalam non-directive dengan kongruensinya. Seba-
menanggapi persepsi mencandra rasanya gaimana pemahaman Humanistik Rogers
sendiri dengan cara mencandra rasanya tentang empati yaitu bahwa kemampuan
orang lain di dalam rasanya sendiri dan seseorang mengenal apa yang dialami oleh
mencandra gagasan rasa pikirannya sendiri orang lain, tampaknya tidak jauh berbeda
yang tujuannya selalu memfokuskannya dengan yang diutarakan oleh Ki Ageng
pada kondisi pikirannya ¢Š—•1 —¢Š•Š 1 œŠŠ•1 Suryomentaram tentang kemampuan untuk
ini dan bisa menerima keadaan dengan menghayati rasa orang lain (ukuran
sepenuh hati tanpa kuasa untuk memiliki keempat) (Prihartanti & Karyani, 1998).
pilihan yang lain (saiki, kene, ngene yo gelem) Metode Analisis transaksional dasar
yang telah sesuai dengan sebabkedadosan asumsinya semuanya OK, yang berarti bah-
(sebab dan kejadiannya) dari sebuah wa setiap individu perilakunya mempunyai
kasunyatan (kenyataan) yang ada. Kandha dasar menyenangkan dan adanya keinginan
takon ini memiliki keserupaan dengan untuk berkembang sebagaimana yang
pendekatan coping. Coping ini adalah sebuah dikonsepkan oleh A. Haris dalam ’ –1 1
strategi dalam mengatasi stres yang umum- ¢˜ž ›Ž1 (Hadjam, 2002). Sebagaimana
nya ditimbulkan oleh benturan individu Konsep ngemong dalam interaksi dengan
dengan dirinya, individu dengan individu anak, istri dan orang lain agar tercipta
lain dan individu dengan lingkungan dan suasana rukun dan nyaman dalam interaksi
sistem yang ada. Biasanya coping yang interpersonal dan terhindar dari konflik
dipakai dalam kehidupan sehari-hari adalah (Subandi, 2008). Sementara dalam konsep
emotional-focused coping untuk mengatasi transaksional kawruh jiwa interaksi inter-
sesuatu yang bergejolak dalam dirinya agar personal dalam keluarga dan orang lain
mampu balance atau homeostatis. yaitu dengan menggunakan konsep saling
Permasalahan-focused coping untuk mengatasi menyenangkan (penak ngepenakke). Artinya
sesuatu yang bergejolak antara dirinya tidak ada yang mengenakkan kecuali
dengan lingkungan atau sistem yang ada salaing membuat senang (Suryomentaram,
agar mampu menyelesaikan masalah yang 2002).
dihadapinya (Lazarus, 1994). Pengalaman mawas diri kawruh jiwa juga
memiliki keserupaan dengan pengertian

E-JURNAL GAMA JOP 129


PSIKOTERAPI KAWRUH JIWA, KI AGENG SURYOMENTARAM

sikap penuh perhatian (mindfullness). Dalam Metode mawas diri ini di dalamnya ada
hal ini individu tidak membiarkan kandha-takon yang merupakan sebuah cara
perhatiannya terpusat pada pikiran atau bagaimana seseorang merefleksikan diri-
perasaan tertentu, melainkan berusaha nya, baik dengan dirinya sendiri maupun
mempertahankan sikap menjadi saksi dengan orang lain. Kandha-takon ini adalah
(nyawang karep) yang netral terhadap sebuah dialog interpersonal berupa sharing
semuanya itu. Sikap penuh perhatian ini antar peserta yang tidak jauh berbeda
dalam diri individu dalam menghadapi dengan konseling kelompok dan dialog
setiap pengalaman, setiap peristiwa intrapersonal berupa perenungan pribadi,
kejiwaan, seolah-olah semua peristiwa itu bahasa sederhananya adalah introspeksi.
baru saja terjadi untuk pertama kalinya. Dalam kandha-takon ini tidak ada guru
Mawas diri ini selain dapat menjaga suatu murid, yang berarti setiap orang bisa
keseimbangan, namun juga membawa menjadi guru sekaligus murid bagi dirinya
peningkatan pengembangan ke arah sendiri. Objek dari kegiatan kandha-takon ini
dimensi yang lebih tinggi yaitu integrasi adalah menyadari raga (rasa ning raga),
pribadi menuju ke pertumbuhan spiritual menyadari pikiran (rasa ning pikir/rasa ning
dalam dimensi identitas manungso tanpo karep), dan menyadari rasanya sendiri (rasa
tenger (Prawitasari, 2012). ning rasa). Singkatnya, menyadari dan
Pengalaman mawas diri kawruh jiwa ‹Ž›•’Š•˜•1 •Ž—•Š—1 Š”ž 1 ¢Š—•1 Š•Š1 œŠŠ•1 ’—’ð1
yang istilah lainnya sebagai mindfullness ini di sini dengan segala yang dipikirkan dan
dalam tradisi Zen Budhism pengalaman ini dirasakan. Kegiatan kandha-takon ini sadar,
•’”Ž—Š•1 •Ž—•Š—1 œŽ‹ž•Š—1 ”˜Š— 1 û Š•–Š—ð1 peka, dan menerima semua realitas diri
2006). Praktik Zen Budhism ini dapat dalam setiap waktunya. Sadar berarti tidak
meningkatkan penghargaan terhadap nilai hanyut pada bayangan masa lalu dan tidak
kehidupan keluarga dan hubungan terpenjara pada khayalan masa depan
personal (Hoebericts, 2004). Sejalan dengan (Prihartanti, 2003; Prawitasari, 2012).
kajian Langer dan Moldoveanu (2000) Tema kawruh jiwa tentang perhatian
tentang konsep meditasi, yaitu sikap penuh terpusat (rewes nggeleng) dan perhatian
perhatian (mindfullness) sebagai proses yang terpencar (rewes pecah-pecah) yang esensinya
mengarahkan pada sejumlah konsekuensi, sama yaitu dengan konsep Flow dari
Pertama, sensitivitas yang lebih besar Csikszentmihslyi adalah perhatian merdeka
terhadap lingkungan. Kedua, lebih terbuka yang efeknya pada rasa abadi. Rasa abadi
terhadap informasi baru. Ketiga, kreasi Š•Š•Š‘1 ›ŠœŠ1 Š”ž1 –Šž1 œŽ”Š›Š—•1 •’1 œ’—’1
untuk kategori baru selama penyusunan ‹Ž•’—’ 1 ûsaiki, kene, ngene, yo gelem), dan
persepsi, dan Keempat, meningkatkan kehadiranya terkadang muncul tidak
kesadaran terhadap berbagai perspektif dengan disengaja (Widyarini, 2008).
dalam pemecahan masalah. Sternberg Konsep Gestalt Fritz Perls ini tidak
(2000) meringkas definisi Langer tentang akan mencari tahu apa yang telah terjadi di
sikap penuh perhatian ini sebagai: (1) masa lalu, namun lebih mendorong untuk
Keterbukaan pada hal-hal yang baru, (2) membicarakan keadaan di sini dan saat ini
berpikir plural, (3) Kepekaan terhadap (here & now). Kerena pemusatan pada masa
konteks hal-hal yang berbeda, 4. Kesadaran lalu akan menjadi jalan untuk menghindari
terhadap perspektif yang jamak, dan (5) masalahnya. Begitu juga, dalam pema-
Berorientasi aktual (kekinian). haman humanistik Rogers, dikenal dengan
istilah unconditional positive regard dan

130 E-JURNAL GAMA JOP


KHOLIK & HIMAM

acceptance yaitu sikap penerimaan keadaan Kesimpulan


diri dengan tanpa syarat (Corey, 2009).
Gestalt ini psikoterapinya diarahkan untuk Pemahaman kawruh jiwa Ki Ageng
meningkatkan dan memfasilitasi kesadaran Suryomentaram tentang manusia seluruh-
dalam memampukan klien menemukan nya bertitik tolak dari pengamatannya
arah mereka sendiri. Perspektifnya tentang terhadap rasanya sendiri. Metode yang
masa lalu yang selalu menjadi masa kini digunakan adalah model fenomenologi
dan menjadi dasar, menjadi bayangan empirik eksperiensial dengan corak weruh
ketika seseorang menyadari masa lalu dewe, ngerti dewe dan krasa deweyang didasar-
dalam bentuk unfinsih business (Gilbert & kan pada pengalaman dan percobaannya
Evans, 2011). Kawruh jiwa juga mengenal dalam interaksinya dengan persepsi me-
konsep the Now seperti dalam konsep Fritz nanggapi rasanya sendiri terhadap rasanya
Perls yaitu saiki, kene, ngene, yo gelem orang lain di dalam rasanya sendiri dan
(sekarang, di sini, dalam keadaan seperti interaksinya dengan persepsi menanggapi
ini, mau menerima), dalam merespons gagasan rasa pikirannya sendiri. Berbagai
penerimaan keadaan diri tanpa syarat yang konsep dan metode dalam pendekatan
menyesuaikan dengan sebab dan kejadian- psikoterapi dewasa ini memiliki padanan-
nya (Suryomentaram, 2002). nya dalam wejangan kawruh jiwa Ki Ageng
Suryomentaram. Kandha takon dengan
Dalam wejangan kawruh jiwa pende-
ngudari reribet antara bangkokan (terapis) dan
katan psikosintesis dengan teknik interview
pelajar (klien) memiliki dasar psikoterapi
dan guided imagery (Raimy, 1994) memiliki
yang ditawarkan kawruh jiwa.
keserupaan dengan teknik kandha takon.
Kandha takon ini adalah sebuah teknik untuk Kandha takon melalui nyawang karep
nular-nulari raos dalam momen interper- untuk nyocokaken raos dalam ngudari reribet
sonal antara bangkokan dan pelajar. Raosipun sebagai proses mawas diri inilah yang
di antaranya, raos sih (sih tanpo wates), raos menjadi sebuah konsep psikoterapi kawruh
tatag, raos beja, raos tentrem. Raos sih (sih jiwa yang berbasiskan rasa. Pemahamannya
tanpo wates) ini sifatnya lintas budaya, ini untuk menjembatani gap (celah atau
agama, ras dan suku bangsa, sehingga jurang), (bahasa kawruh jiwa menyebutnya
sifanya lebih universal. Cara nular-nulari raos kosok wangsul, psikoanalisis Freud
raos dengan kandha takon untuk ngudari menyebutnya dualitas cinta dan benci yang
reribet ini, misalnya menyembuhkan menjadi cikal bakal teori ambivalensi)
cathetan tatu yang dilakukan oleh bangkokan, antara yang bersifat konseptual dengan
maka sang bangkokan ini hendaknya cathetan yang bersifat praktek keseharian. Dengan
tatu dirinya sudah tersembuhkan atau udar demikian berarti adanya pemahaman untuk
(pilah) dahulu baru kemudian bisa ngudari menjembatani gap dengan cara mengafir-
reribetnya raosipun tiyang sanes. Sehingga raos masi (affirmation) menuju kongruensi (cong-
sihnya dirinya (sang bangkokan) bisa nulari ruent), yang dalam bahasa kawruh jiwanya
rasanya orang lain. Raos sih ini memiliki menyebutnya luluh (sirnaning raos aku-kowe)
keserupaan dengan konsep emphatylove dan antara yang konseptual teoritik versus yang
merupakan inti dari psikosintesis Assagioli. empirik eksperiensial, yang nyata versus
yang ilusi, rasanya sendiri versus rasanya
orang lain. Dengan memahami gap ini,
sehingga rasa bisa lebih tenteram dan ber-
damai dengan dirinya dan rasa bisa menjadi
lebih sehat dan selalu memfokuskannya

E-JURNAL GAMA JOP 131


PSIKOTERAPI KAWRUH JIWA, KI AGENG SURYOMENTARAM

pada saiki, kene, ngene yo gelem yang telah Indonesia Cornell Southeast Asian
sesuai dengan alur sebab kedadosan (sebab Program, Indonesia Journal Archipel, 57,
dan kejadian) dari sebuah kasunyatan 49-70.
(kenyataan) yang ada. Connel, B. O. (2011). Terapi berfokus solusi
dalam Palmer, S. (Eds.), Konseling dan
Saran Psikoterapi, edisi Bahasa Indonesia
Relasi yang dibangun dalam hubungan (Introduction to counselling and psycho-
terapeutis antara sang terapis (psikolog) therapy, 2010). (Haris A Setiadjid: Terje-
dan sang klien sifatnya cenderung berjarak mahan) (pp. 550-552). Yogyakarta:
dan elitis. Kecenderungan ini menjadikan Pustaka Pelajar.
pendekatan psikoterapi Barat dalam meme- Corey, G. (2009). (Theory and practice:
cahkan persoalan yang dihadapi klien itu Counceling and psychotherapy, 2005).
menjadikan klien cenderung menjadi keter- Konseling dan psikoterapi: Teori dan
gantungan untuk selalu menemui sang praktik. (Edi Koswara: Terjemahan).
terapisnya. Padahal sang terapis atau psiko- Bandung: Refika Aditama.
log dalam hal ini belum tentu juga mampu
Dossey, L. (1996). (Healing word, 1993).
untuk mengobati atau bahkan menyem-
Healing word: Kata-kata yang menyem-
buhkan dirinya sendiri ketika persoalan itu
buhkan. Jakarta: Gramedia.
menghampirinya, kemudian tidak heran
Š™Š‹’•Š1 Š•Š1 ’œ•’•Š‘1 ™œ’”˜•˜•’1 ž—•ž”1 Š—•Š ï1 Feist, J., & Feist, G. (2008). Theory of perso-
Berbeda yang ditawarkan oleh wejangan nality. Edisi keenam. (Yudi Santoso:
kawruh jiwa sebagai pendekatan psikoterapi Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka
yang menjadikan diri kita sendiri sebagai Pelajar.
agen yang terlatih untuk berani dan man- Gilbert, M., & Evans, K. (2011). Konseling
diri dalam memilah-milah rasanya sendiri, dan psikoterapi gestalt dalam Palmer, S.
memilah-milah rasanya orang lain dan rasa (Eds.), Konseling dan psikoterapi, edisi
pikirannya sendiri dalam menghadapi Bahasa Indonesia (Introduction to
persolan dan menyelesaikannya. counselling and psychotherapy, 2010).
(Haris A Setiadjid: Terjemahan) (pp.
152-155). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daftar Pustaka
Hadjam, M. N. (2002). Transaksional ana-
Afif, A. (2012). Ilmu bahagia menurut Ki lisis. Subandi (Ed.), Psikoterapi pendekatan
Ageng Suryomentaram. Depok: Kepik. konvensional dan kontemporer (pp. 67).
Attamimi, N. (2002). Pendekatan huma- Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
nistik Carl R Rogers dalam psikoterapi. Hardy, J., & Whitmore, D. (2011). Psikosin-
Subandi (Ed.), Psikoterapi pendekatan tesis. Palmer, S. (Eds.), Konseling dan
konvensional dan kontemporer (pp. 46-56). psikoterapi, edisi Bahasa Indonesia
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Introduction to counselling and psycho-
Boeree, G. (2004). (Personality theory, 1997). therapy, 2010). (Haris A Setiadjid:
Personality theory. (Inyiak Ridwan Terjemahan) (pp. 398-399). Yogyakarta:
Munzir: Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Primasophi. Herink, R. (1980). The psychotherapy
Bonneff, M. (1993). Ki Ageng Suryomen- handbook: The A to Z guide to more than
taram Javanese prince and philosopher. 250 different therapies in use today. New
York: The New American Library.

132 E-JURNAL GAMA JOP


KHOLIK & HIMAM

Hoebericts, J. H. (2004). Bringing zen taram dalam perspektif psikologi,


practice home. Journal of Religion and Anima, Indonesian Psychological Journal,
Health, 43(2), 201-216. 18(3), 229-247.
Jatman, D. (2000). Psikologi Jawa. Yogya- Prihartanti, N. (2004). Kepribadian sehat
karta: Yayasan Bentang Budaya. menurut konsep Suryomentaram, Muham-
Jatman, D. (2006). Sangkan paran: Kumpulan madiyah University Press, Surakarta
esai. Semarang: Limpad. Prihartanti, N., & Karyani, U. (1998). Pema-
Karcher, S. (1999). Jung, the Tao, and the haman rasa untuk meningkatkan kompe-
classic of change. Journal of Religion and tensi sosial. Surakarta: Laporan peneli-
Health, 38(4). tian Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah.
Langer, E. J., & Moldoveanu, M. (2000). The
construc of mindfullness. Journal of Raimy, V. (1994). Psychosynthesis. Corsini,
Social Issues, 56, 1-19. R. J., Auerbach, A. J., Anastasi, A. (Eds.),
Concise encyclopedia of psychology (pp.
Lazarus, R. S. (1994). Coping.Corsini, R. J.,
751).New York: Wiley Publication.
Auerbach, A. J., Anastasi, A. (Eds.),
Concise encyclopedia of psychology (pp. Rakhmat, J. (2004). Psikologi agama: Sebuah
326-328).New York: Wiley Publication. pengantar. Bandung: Mizan.

Neenan, M., & Palmer, S. (2011). Konseling Reynolds, D. K. (1994a). Morita thera-
dan psikoterapi berbasis permasalahan py.Corsini, R. J., Auerbach, A. J., Anas-
dalam Palmer, S. (Eds.), Konseling dan tasi, A. (Eds.), Concise encyclopedia of
Psikoterapi, edisi Bahasa Indonesia psychology (pp. 429). New York: Wiley
(Introduction to counselling and Publication.
psychotherapy, 2010). (Haris A Setiadjid: Reynolds, D. K. (1994b). Naikan therapy.
Terjemahan) (pp. 368-375). Yogyakarta: Corsini, R. J., Auerbach, A. J., Anastasi,
Pustaka Pelajar. A. (Eds.), Concise encyclopedia of psycho-
Papadopoulos, L., & Parker, J. (2002). Three logy (pp. 588).New York: Wiley Publi-
main models of psychological coun- cation.
selling. Bor, R., & Palmer, S. (Eds.), A Smith, H. (2001). Agama-agama manusia.
Beginners Guide to Training in Coun- Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
selling& Psychotherapy (pp. 48-60), Sage Stange, P. (1998). Politik perhatian (rasa dalam
Publications. kebudayaan jawa). Yogyakarta: Lkis.
Prawitasari, J. E. (2002). Dasar-dasar psiko- Sternberg, R. J. (2000). Images of mind-
terapi. Subandi (Ed.), Psikoterapi pende- fullness. Journal of Social Issues, 56, 11.
katan konvensional dan kontemporer (pp. 26. http://dx.doi.org//10.1111/0022-
1-5).Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 4537.00149
Prawitasari, J. E. (2006). Psikologi nusantara: Subandi. (2008). Ngemong: Dimensi keluar-
Kesanakah kita menuju? Buletin ga pasien psikotik di Jawa. Jurnal
Psikologi, 14(1). Psikologi, 35(1), 62-79.
Prawitasari, J. E. (2012). Psikologi terapan: Suryomentaram, Ki. A. (2002). (Kawruh jiwa:
melintas batas disiplin ilmu. Jakarta: Wejanganipun Ki Ageng Suryomentaram,
Erlangga. 1989). Falsafah hidup bahagia I: Jalan
Prihartanti, N. (2003). Kualitas kepribadian menuju aktualisasi diri. (Ki Grangsang
ditinjau dari konsep rasa Suryomen- Suryomentaram, Ki Otto Suastiko, Ki

E-JURNAL GAMA JOP 133


PSIKOTERAPI KAWRUH JIWA, KI AGENG SURYOMENTARAM

Moentoro Atmosentono: Terjemahan). A. (Eds.), Concise encyclopedia of


Jakarta: Grasindo. psychology (pp. 277-278).New York:
Suryomentaram, Ki. A. (2003). (Kawruh jiwa: Wiley Publication.
Wejanganipun Ki Ageng Suryomentaram, Widyarini, N. (2008). Kawruh jiwa Suryomen-
1990). Falsafah hidup bahagia II: Jalan taram: Konsep emik atau etik. Buletin
menuju aktualisasi diri. (Ki Grangsang Psikologi, 16(1), 46-57.
Suryomentaram, Ki Otto Suastiko, Ki Yoshimichi, S. (2006). Ideas of public and
Moentoro Atmosentono: Terjemahan). fundamental happiness for the world of
Jakarta: Grasindo. diverging convergence. Murakami. Y.,
Vaughan, F., Wittine, B., & Walsh, R. (1996). Kawamura, N., Chiba, S. (Eds.), Toward
›Š—œ™Ž›œ˜—Š•1 ™œ¢Œ‘˜•˜•¢1 Š—•1 •‘Ž1 peaceable future: Redifining peace, security,
›Ž•’•’˜žœ1 ™Ž›œ˜— 1 •Š•Š– E. P. Shaf- and Kyosei from a multidisiplinary
ranske (ed.) Religion and the clinacal perspective (pp. 247). Thomas S. Foley
practiceof psychology. Washington DC: Institute for Public Policy and Public
American Psychologycal Association. Service
Wallock, S. F. (1994). East-west psychology. Zizek, S. (2006). How to read Lacan. Great
Corsini, R. J., Auerbach, A. J., Anastasi, Britain: Granta Publication.

134 E-JURNAL GAMA JOP

Anda mungkin juga menyukai