Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER

KODE ETIK PSIKOLOGI

“ANALISIS FILM GOOD WILL HUNTING”

Dosen Pengampu :
Yuliana Mukti Rahmawati, M.Si

Marsyela Novianti. M.Psi. Psikolog

Disusun Oleh :
Dinar Tri Arwani

0603521016

UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN PENDIDIKAN


2022
Sinopsis Film ‘Good Will Hunting’

Film Good Will Hunting merupakan film drama Amerika yang dirilis pada tahun 1997. Film
ini menceritakan kisah tentang seorang lelaki yang bernama Will Hunting yang berusia 20
tahun, ia orang yang sangat jenius dalam matematika dan Will belajar secara otodidak lalu
bertemu dengan Sean Maguire, ia merupakan seorang Psikiater sekaligus dosen Psikolog di
Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Berawal dari Will yang bekerja hanya sebagai cleaning service di universitas MIT, seiring
berjalannya waktu profesor memberikan pertanyaan yang berisi soal matematika kepada
seluruh mahasiswa yang sebelumnya tidak pernah dipecahkan oleh seorangpun di universitas
tersebut. Disaat itu Will melihat pertanyaan tersebut. Ketika will sedang bekerja di koridor dan
ia menjawab pertanyaan-nya secara diam-diam. Prof. Gerald Lambeau atau yang biasa
dipanggil Profesor Lambeau tertarik dengan Will untuk mempelajari matematika dengannya,
bahkan Prof. Lambeau membebaskan Will dari penjara dikarenakan kasus penganiayaan oleh
Will kepada seorang remaja lain dengan syarat Will mengerjakan soal yang sulit dan dengan
menemui terapis, kemudian Will setuju dengan tawaran Prof. Lambeau tersebut.

Walaupun pada awalnya Will menertawakan tawaran Prof. Lambeau, will tetap
bertemu dengan terapis yang sudah didatangkan Prof. Lambeau. Dikarenakan sudah 5 terapis
yang menyerah untuk menangani Will sehingga Prof. Lambeau menghubungi teman lamanya
yang bernama Prof. Sean Maguire untuk memberikan Will sebuah terapi. Pada awal pertemuan
untuk melakukan terapi, Prof. Sean tidak meminta persetujuan apapun dengan Will yang
langsung saja menghancurkan tembok pertahanan tersebut, hanya saja gagal. kemudian pada
saat terapi Will dan Prof. Sean hanya berbicara santai tentang sejarah, lalu Will melihat sebuah
lukisan dan menggambarkan tentang emosional pada lukisan tersebut, lantas Prof. Sean tidak
memberitahu isi tentang lukisannya dan ia tidak suka dengan Will yang merendahkan
mendiang istrinya dan membuat Prof. Sean marah, kemuadian sempat mencengkik serta
mengancam Will, lalu sesi terapi pertama selesai begitu saja.
Setelah beberapa sesi terapi yang sudah di lewati Will tidak menghasilkan apa-apa. Will
dan Prof. Sean sama-sama membuka diri. Will terkejut dengan cerita Prof. Sean yang
mengawali cerita saat bertemu dengan sang istri dan istrinya telah meninggal karena terkena
penyakit kanker, Prof. Sean menjelaskan tidak menyesali hidup bersama istrinya walaupun ia
harus meninggalkan semua yang berharga serta pertandingan baseball dimana itu yang
membuat Will ingin menjalani hubungan yang cukup serius dengan Skylar. Skylar meruipakan
mahasiswi Universitas Harvard yang kebetulan bertemu dengan Will di salah satu bar café dan
ia tertarik dengan segala pengetahuan Will.

Setelah beberapa kali Will menjalani terapi yang cukup efektif, Prof. Lambeau
memberikan beberapa tawaran pekerjaan kepada Will dengan menyiapkan wawancara kerja
agar Will bisa menggunakan kecerdasannya dengan baik, Namun Will menolak, karena ia
merasa bahwa Prof. Lambeau hanya memanfaatkannya. Bahkan, Prof. Lambeau dan Prof. Sean
juga bertengkar tentang masa depan Will, Will kebetulan menyaksikan argumen ini marah
entah bagaimana bertindak sebagai katalis dalam keputusannya untuk memasuki tingkat yang
lebih dalam kepercayaan dan berbagi dengan Sean.

Kemudian Skylar meminta Will untuk pindah ke California bersamanya karena ia harus
melanjutkan sekolah kedokteran di Stanford University School of Medicine. Will berfikir dan
panik. Will menolak penelitian matematika yang telah dilakukan dengan Prof. Lambeau. Prof.
Sean menunjukan begitu mahir mengantisipasi kegagalan pada masa depannya dalam
hubungan interpersonal bahwa Will sengaja menyabotase dalam rangka menghindari resiko
rasa sakit emosionalnya. Ketika Will menolak dengan memberikan jawaban yang jujur tentang
apa yang ia ingin lakukan untuk hidupnya. Ia menginginkan untuk menjadi buruh selama sisa
hidupnya. Will bercerita dengan sahabatnya yang bernama Chuckie, lalu Chuckie mengatakan
bahwa keputusan Will itu hanya membuang-buang potensinya dan bahwa keinginannya adalah
Will harus meninggalkan untuk mengejar sesuatu yang lebih besar.
Akhirnya Will menerima salah satu pekerjaan yang sempat ditawarkan oleh Prof.
Lambeau di salah satu perusahaan besar. Tepat di hari ia menerima pekerjaan tersebut, pada
sesi akhir terapi, Sean dan Will berbagi cerita bahwa mereka berdua korban penganiayaan anak,
dan Prof. Sean membantu Will untuk menerima bahwa kekerasan yang ia terima itu bukan
salahnya. Setelah membantu Will meyelesaikan masalah itu, Prof. Sean mendamaikan dengan
Prof. Lambeau dan memutuskan untuk mengambil cuti untuk perjalanan dunia. Ketika teman-
teman Will menyajikan dia dengan hadiah mobil Nova Chevrolet untuk ulang tahun ke-21, ia
mengirimkan surat kecil kepada Sean dan pergi bersama mobilnya menuju California untuk
bertemu dengan Skylar.

Film Good Will Hunting disutradarai oleh Gus Van Sant dan mendapatkan berbagai
penghargaan pada masanya. Tidak lupa dengan beberapa tokoh yang di perankan pada film
Good Will Hunting yaitu :

1. Matt Damon : Will Hunting (tokoh utama)


2. Robin Williams : Sean Maguire (Psikiater)
3. Ben Affleck : Chuckie Sullivan (sahabatnya Will)
4. Stellan Skarsgård : Gerald Lambeau (Profesor di Univ. MIT)
5. Minnie Driver : Skylar (kekasih Will)
6. Casey Affleck : Morgan O’Mally (sahabat Will)
7. Cole Hauser : Billy McBride (sahabat Will)

ANALISA KASUS

a. SUDAH DITERAPKAN
1. Menurut aturan Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI) pada BAB III Pasal 11
tentang Masalah dan Konflik Personal yang berisikan Psikolog atau Ilmuwan
Psikologi menyadari bahwa masalah dan konflik pribadi mereka akan dapat
mempengaruhi efektifitas kerja.

dan juga pada BAB IV Pasal 17 tentang Konflik Kepentingan yang berisikan
Psikolog atau Ilmuwan Psikologi menghindar dari melakukan peran profesional
apabila kepentingan pribadi, ilmiah, profesional, hukum, finansial, kepentingan
atau hubungan lain diperkirakan akan merusak objektivitas, kompetensi, atau
efektivitas mereka dalam menjalankan fungsi sebagai Psikolog dan/atau Ilmuwan
Psikologi atau berdampak buruk bagi pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak
yang terkait dengan pengguna layanan psikologi tersebut.

Hal ini didasari oleh perbuatan Prof. Sean seorang Psikiater yang melakukan
pelanggaran terhadap dua pasal diatas dengan mencengkik serta mengancam Will,
dikarenakan Will merendahkan istrinya secara terus-menerus yang dimana Prof.
Sean sempat tidak bisa melanjutkan terapi dengan efektif dan mengakhiri sesi terapi
dengan cepat setelah ia melepas cekikannya pada Will.

2. Menurut aturan Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI) pada BAB V Pasal 24
tentang Mempertahankan Kerahasian Data yang berisikan Psikolog dan/atau
Ilmuwan Psikologi wajib memegang teguh rahasia yang menyangkut klien atau
pengguna layanan psikologi dalam hubungan dengan pelaksanaan kegiatannya.

Hal ini didasari oleh perilaku Prof. Sean tetap mengikuti aturan pada pasal tersebut
yang dimana ia tidak pernah membuka cerita Will ke siapapun termasuk Prof.
Lambeau meskipun sering mengalami emosi. Prof. Sean tetap bisa mengontrol
dirinya untuk untuk tidak berbicara secara keseluruhan selama masa terapinya
bersama Will.

b. BELUM DITERAPKAN
1. Menurut aturan Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI) pada BAB IV Pasal 13
tentang Sikap Profesional yang berisikan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi
dalam memberikan layanan psikologi, baik yang bersifat perorangan, kelompok,
lembaga atau organisasi/institusi, harus sesuai dengan keahlian dan
kewenangannya.

Hal ini didasari oleh perilaku Prof. Sean terhadap Will yang kurang mengutamakan
dasar-dasar profesional kepada klien. Sikap yang ditujukan oleh Prof. Sean seperti
sebagai teman dekat jadi mereka berbincang seolah-olah bukan seorang Psikiater
dan klien maka dari itu sikap profesional Prof. Sean kurang terlihat dalam film ini.

2. Menurut aturan Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI) pada BAB IV Pasal 20
tentang Informed Consent yang berisikan Setiap proses dibidang psikologi yang
meliputi penelitian/pendidikan/pelatihan/asesmen/intervensi yang melibatkan
manusia harus disertai dengan informed consent. Persetujuan dinyatakan dalam
bentuk tertulis dan ditandatangani oleh orang yang menjalani pemeriksaan/yang
menjadi subyek penelitian dan saksi.

Hal ini belum diterapkan oleh Prof. Sean kepada Will saat mereka pertama kali
bertemu sekaligus melakukan tahap terapi yang pertama. Walaupun seperti itu, Will
tidak merasa keberatan dan tidak protes sama sekali akan hal tersebut dan terapi
berjalan dengan lancar.

3. Menurut aturan Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI) pada BAB VIII Pasal 42
tentang Kewajiban Peserta Pendidikan dan/atau Pelatihan untuk Mengikuti
Program Pendidikan yang disyaratkan yang berisikan Bila suatu pendidikan
dan/atau pelatihan atau suatu kegiatan merupakan persyaratan dalam suatu program
pendidikan dan/atau pelatihan, maka penyelenggara harus bertanggung jawab
bahwa program tersebut tersedia.

Hal ini didasari pada saat satu persatu ahli terapi dari berbagai aliran pun menyerah
dan mengundurkan diri sebagai ahli terapi Will. Kemudian, Prof. Lambeau
memutuskan untuk memanggil Prof. Sean untuk mencoba dan membuat terobosan.
Dikarenakan Prof. Sean sudah lama tidak mengobati terapi terhadap klien tetapi
karena Prof. Sean tidak enak hati menolak tawaran Prof. Lambeau untuk mengobati
Will. Untuk itu dalam Psikolog harus mengevaluasi kinerja peserta pendidikan atau
pelatihan atau orang yang disupervisi berdasarkan persyaratan program yang
relevan dan telah ditetapkan sebelumnya dan hal ini membuat kurangnya kode etik
yang diterapkan.

c. METODE ATAU TEKNIK YANG DIGUNAKAN


Dalam film Good Will Hunting, Prof. Sean menggunakan jenis konseling individual
ketika dalam masa mengobati Will. Hal tersebut dilihat ketika Prof. Sean melakukan
konseling didalam ruangan kerja yang hanya terdapat Prof. sean dan Will sebagai
konselor dan klien. Prof. Sean juga meminta Prof. Lambeau dan asistennya keluar
ketika hendak melakukan konseling pertamanya karena untuk menjaga privasi dalam
masa terapi tersebut.
Melihat dari masa konseling yang dilakukan, Prof. Sean menggunakan pendekatan
humanistic dalam melakukan konselingnya terhadap Will. Pendekatannya berorientasi
person centered therapy ini, manusia dipandang sebagai mahkluk yang dilahirkan
dengan pembawaan dasar yang baik, konstruktif, rasional, sosial, berkeinginan maju,
realistis, memiliki kapasitas menilai diri dan mampu membawa diri untuk bertingkah
laku sehat dan seimbang serta cenderung melakukan aktualisasi diri. Dengan demikian
itu membuat setiap orang dipandang mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Dalam hal ini Prof. Sean hanyalah sebagai fasilitator yang membantu Will dalam
memecahkan persoalan yang dihadapinya. Oleh karena itu konselor ataupun seorang
terapis harus memiliki sifat seperti : terbuka atas perasannya sendiri, ketulusan untuk
menolong klien, empati, menghargai tanpa syarat, menerima penuh diri klien, otentik
dan realness (tanpa berpura-pura). Hal ini dapat dilihat pada diri Prof. Sean selaku
konselor yang memiliki ketulusan dalam menolong Will, terbukti ketika Prof. Sean
sedang bertengkar hebat dengan Prof. Lambeau ketika membela Will bahwa Will harus
disembuhkan secara total dan menentukan apa yang ia inginkan tidak hanya mengenai
penelitian matematika semata yang diinginkan oleh Prof Lambeau. Terbuka atas
perasaannya sendiri, hal ini dapat dilihat ketika Prof. Sean ingin menceritakan tentang
kisah hidupnya kepada Will, bagaimna ia sangat mencintai istrinya dan tak pernah
menyesal pernah berjumpa dengan istrinya. Menerima sepenuhnya diri klien, Prof.
Sean sangat menghargai Will sebagai kliennya bahkan ia menganggap Will sebagai
keluarganya sendiri dan walaupun proses konseling telah selesai Prof. Sean tetap
bersedia menjadi teman Will.

Dan dengan metode atau Teknik yang ada dalam film ini, ada beberapa pasal dalam
HIMPSI yang mungkin akan diterapkan dalam film Good Will Hunting :

1. Menurut aturan Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI) pada BAB III Pasal 8
tentang Peningkatan Kompetensi yang berisikan Psikolog dan/atau Ilmuwan
Psikologi wajib melaksanakan upaya-upaya yang berkesinambungan guna
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi mereka.

Dengan adanya pasal ini dapat membantu kinerja dalam menjalankan proses terapi
terhadap klien dengan lebih baik. Dalam film ini terlihat jelas kurangnya
peningkatan kompetensi Prof. Sean dalam menjalani proses pengobatan untuk Will.

2. Menurut aturan Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI) pada BAB X Pasal 56
tentang Hukum dan Komitmen terhadap Kode Etik yang berisikan Psikologi
forensik adalah bidang psikologi yang berkaitan dan/atau diaplikasikan dalam
bidang hukum, khususnya peradilan pidana. Ilmuwan psikologi forensik melakukan
kajian/ penelitian yang terkait dengan aspek-aspek psikologis manusia dalam proses
hukum, khususnya peradilan pidana.

Dengan adanya pasal ini mungkin akan lebih terstruktur dan seorang Psikolog atau
Ilmuwan Psikolog lebih berkomitmen dan selalu bertanggung jawab atas asas
asesmen yang di pegang selama masa praktik. Agar memiliki kompetensi sesuai
dengan tanggung jawab yang dijalaninya, memahami hukum di Indonesia dan
implikasinya terhadap peran tanggung jawab, wewenang dan hak mereka. Dengan
itu Prof. Sean saat menyadari adanya kemungkinan konflik dengan klien maka
mereka akan menyampaikan informasi dan pendapat, dengan keharusan mengikuti
hukum yang ditetapkan sesuai sistem hukum yang berlaku.
3. Menurut aturan Kode Etik Psikologi Indonesia (HIMPSI) pada BAB XII Pasal
tentang Dasar Intervensi yang berisikan Intervensi adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara sistematis dan terencana berdasar hasil asesmen untuk mengubah
keadaan seseorang, kelompok orang atau masyarakat yang menuju kepada
perbaikan atau mencegah memburuknya suatu keadaan atau sebagai usaha preventif
maupun kuratif.

Dengan adanya pasal ini akan membuat gambaran dalam menjalani praktik lebih
jelas dan rinci. Dan dengan mempertegak intervensi dapat membantu
permasalahan pihak tersebut agar dapat selesai. Namun intervensi juga bertujuan
untuk meningkatkan efektivitas klien dalam melaksanakan konsultasi kepada
psikolog.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari sinopsis film ‘Good Will Hunting’ dapat saya simpulkan hubungan antara
konselor (Prof. Sean) dengan klien (Will) dapat dilihat dari hubungan Objektifitas dan
subjektifitas. Keseimbangannya mengacu pada tingkat emosional dan hal-hal yang
mempengaruhi intelektual. Memang sebuah kebetulan kalau kita berlatar belakang yang sama
dengan klien. Namun jika tidak? Kita harus bisa menempatkan diri kita pada posisi klien
tersebut. Dan dari film ini kita juga belajar untuk menjadi psikolog atau ilmuwan psikolog perlu
adanya mempertahankan kode etik agar kita bisa menerapkannya ke dalam sesi terapi saat
bersama klien. Dalam konseling objektifitas dan subjektivitas harus harmonis agar membangun
rasa keprofesionalitas dalam pekerjaan, yang mana seorang konselor menjalankan dua posisi
dan juga menggabungkan kedua elemen tersebut. Objektivitas diperlukan dalam mendiagnosa,
sementara subjektivitas diperlukan dalam membangun suasana konseling itu sendiri.

Saran yang dapat saya sampaikan adalah untuk kedepannya siapapun yang akan
menjadi seorang psikolog ataupun ilmuwan psikolog, hal pertama yang harus dilakukan adalah
ketika melakukan tahap terapi kepada klien haruslah meminta persejutuan terhadap klien agar
keduanya tidak terjadi suatu perselisihan. Hal ini bukan hanya untuk mengikuti aturan kode
etik tetapi juga untuk meminimalisir kesalahpahaman kepada klien. Dan juga agar seorang
psikolog atau ilmuwan psikolog terlihat profesional terhadap pekerjaannya atau tidak
melanggar Kode Etik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai