Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“PERKEMBANGAN PADA MASA DEWASA AWAL”

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Sepanjang
Hayat

Dosen Pengampu:
Nurmala Nasution, M.Psi., Psikolog

Disusun oleh:
Ayu Wandira ; NIM 2008015057
Dita Gadis Kardena ; NIM 2008015085
Meilisa Wulandari ; NIM 2008015219
Septian Nur Choliq ; NIM 2008015278

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

FAKULTAS PSIKOLOGI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perkembangan Pada Masa
Dewasa Awal “ ini dengan tepat waktu. Tentu tanpa adanya pertolongan-Nya kami tidak
akan bisa dan sanggup untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Shalawat serta
salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’at di
akhirat nanti. Kami hanturkan terimakasih banyak kepada dosen kami yaitu Ibu Nurmala
Nasution, M.Psi., Psikolog yang telah membantu kami secara moral maupun materi.

Kami menyadari, bahwa tugas akhir yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak untuk kami jadikan sebagai bahan
evaluasi guna meningkatkan kinerja untuk kedepannya.

Jakarta, 28 Maret 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa dewasa adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu

masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi, periode

komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian

diri pada pola hidup yang baru. Dewasa awal merupakan transisi dari remaja menuju

dewasa yang berawal dari usia 18-25 tahun yang disebut dengan beranjak dewasa dan

berakhir pada usia 35-40 tahun. Dewasa awal ditandai oleh adanya eksperimen dan

eksplorasi.

Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola

kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Penyesuaian diri menjadikan periode ini

suatu periode khusus dan sulit dari rentang kehidupan seseorang, apalagi tugas

perkembangan yang harus dijalankan individu pada rentang usia ini adalah memilih

seorang teman hidup, belajar hidup bersama bersama suami atau istri membentuk suatu

keluarga (Hurlock, 2006). Pada masa dewasa awal diharapkan memainkan peran baru

seperti peran suami atau istri, orangtua, pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap

baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini.

Selama masa dewasa seseorang juga akan mengalami perubahan-perubahan fisik

dan psikologis dalam periode yang cukup lama. Ketika perubahan-perubahan tersebut
tidak bisa diterima dan dimanfaatkan dengan baik, maka hal tersebut akan menjadi suatu

masalah baru bagi sebagian individu.

Erickson mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa

awal berada dalam tahap hubungan hangat dekat dan komunikatif dengan atau tidak

melibatkan kontak seksual. Apabila gagal dalam bentuk keintiman, ia akan mengalami isolasi

(merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dari orang

lain). Menurut para ahli psikologi perkembangan, Santrock, orang dewasa muda termasuk masa

transisi, baik transisi secara fisik, transisi secara intelektual, serta transisi peran sosial.

Agoes Soejanto memandang masa adolescence, sebagai masa peralihan dari masa remaja

atau masa pemuda ke masa dewasa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan pada masa dewasa awal ?

2. Bagaimana kematangan emosi pada masa dewasa awal ?

3. Apa saja tugas perkembangan pada masa dewasa awal ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan latar belakang diatas, maka makalah ini mempunyai tujuan, yaitu untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan tahapan-tahapan perkembangan dan mengidentifikasi
kemungkinan hambatan perkembangan sesuai teori-teori psikologi perkembangan
(holistik) pada masa dewasa awal, terhadap penulis sendiri khususnya dan pembaca
pada umumnya. Dan untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi perkembangan
sepanjang hayat program studi psikologi semester dua di Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
1.4 Manfaat Penelitian

Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menambah


wawasan atau keilmuan pada ilmu Psikologi, khususnya cabang Psikologi Sosial dan
Psikologi Perkembangan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Dewasa Awal

Secara etimologi, istilah adult atau dewasa awal berasal dari bahasa latin, bentuk
lampau kata adult yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang
sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah individu yang
telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat
bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 1999).

Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa peran dan tanggung
jawabnya tentu makin bertambah besar. Ia tak lagi harus bergantung secara ekonomis,
sosiologis maupun psikologis pada orang tuanya (Dariyo, 2003).

Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18
tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat pertumbuhan-pertumbuhan fisik dan psikologis
yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Sementara itu, Santrock (dalam
Dariyo, 2003) mengatakan bahwa secara umum mereka yang tergolong dewasa awal
(young adulthood) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.

Valliant (dalam Papalia, dkk 1998) membagi tiga masa dewasa awal yaitu masa
pembentukkan, masa konsolidasi dan masa transisi. Masa pembentukkan dimulai pada
usia 20 hingga 30 tahun dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua,
membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan. Masa
konsolidasi (usia 30-40 tahun) merupakan masa konsolidasi karir dan memperkuat ikatan
pernikahan, sedangkan masa transisi (sekitar usia 40-tahun) merupakan masa
meninggalkan kesibukan pekerjaan dan melakukan evaluasi terhadap hal yang telah
diperoleh.
2.2 Ciri-ciri Masa Dewasa Awal

Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap
pola- pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut
untuk memulai kehidupannya dalam memerankan peran ganda seperti peran sebagai
suami atau istri dan peran dalam dunia kerja atau biasa disebut berkarier.

Masa dewasa juga dikatakan sebagai masa sulit bagi seorang individu karena pada
masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan
berusaha untuk dapat mandiri. Ciri-ciri masa dewasa awal yaitu :
1. Masa Pengaturan (Settle Down)
Pada masa ini, seseorang akan “mencoba-coba” sebelum ia menentukan mana
yang sesuai, cocok, dan memberi kepuasan permanen. Ketika ia sudah menemukan pola hidup
yang diyakininya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia akan
mengembangkan pola-pola seperti perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan
menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.

2. Masa Usia Produktif


Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini merupakan masa-
masa yang cocok dalam menentukan pasangan hidup, menikah, dan berproduksi atau
mempunyai anak. Pada masa ini, organ reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan
keturunan (anak).

3. Masa dewasa dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah.


Hal ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran
barunya (perkawinan atau pekerjaan). Jika ia tidak dapat mengatasinya, maka akan
menimbulkan masalah. Ada tiga faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu ;
Pertama, individu ini kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya dan tidak
dapat menyesuaikan dengan babak atau peran baru ini.
Kedua, karena kurang persiapan, maka ia kaget dengan dua peran atau lebih yang harus
dilakukannya secara serempak.
Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau siapa pun dalam menyelesaikan
masalah.

4. Ketika seseorang berumur 20-an (sebelum 30-an), kondisi emosionalnya tidak


terkendali.
Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi
seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia juga khawatir dengan status dalam
pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai orang tua. Namun, ketika ia
telah berumur 30-an, maka seseorang akan cenderung stabil dan tenang dalam emosi.

5. Masa Keterasingan Sosial


Masa dewasa awal adalah masa di mana seseorang mengalami “krisis isolasi”, ia
terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial. Kegiatan sosial dibatasi karena
berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan teman-teman sebaya yang
juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat
bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir.

6. Masa Komitmen dan Ketergantungan


Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen.
Ia mulai membentuk pola hidup, tanggung jawab, dan komitmen baru. Pada masa dewasa
awal sampai akhir usia 20-an, seseorang masih punya ketergantungan pada orang tua atau
organisasi atau instansi yang mengikatnya.

7. Masa Perubahan Nilai


Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada dalam masa dewasa awal berubah
karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai
dipandang dengan kacamata orang dewasa. Nilai-nilai yang berubah ini dapat meningkatkan
kesadaran positif alasan kenapa seseorang berubah nilai-nilainya dalam kehidupan
karena agar dapat diterima oleh kelompoknya yaitu dengan cara mengikuti aturan-aturan
yang telah disepakati. Pada masa ini seseorang akan lebih menerima atau berpedoman
pada nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme akan berubah menjadi
sosial ketika ia sudah menikah.

8. Masa Penyesuaian Diri Dengan Hidup Baru


Ketika seseorang telah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih bertanggung
jawab karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda (peran sebagai orang tua
dan pekerja).

9. Masa Kreatif
Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas dalam
berbuat apa yang diinginkan. Namun kreativitas tergantung pada minat, potensi, dan
kesempatan. Menurut Dr. Harold Shyrock dari Amerika Serikat, ada lima faktor yang
dapat menunjukkan kedewasaan yaitu: kemampuan mental, pertumbuhan sosial, emosi,
dan pertumbuhan spiritual, dan moral.

Sementara itu Erikson sebagaimana dikutip oleh F.J. Monks menyebutkan ciri-ciri
setiap tahapan usia dewasa sebagai berikut:
1. Usia dewasa awal di tandai oleh penemuan intimitas ataupun isolasi diri.
Artinya, ia dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat menemukan keakraban dengan
pasangannya, atau sebaliknya, menjadi pribadi yang selalu mengisolasi dirinya. Hal
tersebut tergantung dari sikap dan pola asuh orangtua serta lingkungan keluarga yang
membentuknya.
2. Masa dewasa pertengahan ditandai dengan perkembangannya seseorang ke arah
generativitas atau stagnasi.
Artinya dalam fase ini seseorang dapat menjadi produktif dan kreatif, yakni memiliki
kesempatan untuk mendidik generasi selanjutnya dan mengembangkan kultur budaya
yang telah ada, atau sebaliknya bersikap kaku dan egois terhadap perubahan dan sesuatu
yang baru.
3. Masa tua atau lanjut usia merupakan masa akhir kehidupan seseorang, yang ditandai
dengan perkembangannya seseorang ke arah integritas ego ataupun putus asa.
2.3 Karakteristik Dewasa Awal

Setiap tahap perkembangan mempunyai karakteristik tersendiri. Seperti halnya


tahap perkembangan lain, masa dewasa awal ditandai dengan berbagai karakteristik
khas. Dariyo (2003) mengatakan bahwa secara fisik, seorang dewasa awal (young adulthood)
menampilkan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan
aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Mereka memiliki daya tahan dan
taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif,
kreatif, energik, cepat dan proaktif.

Dalam perkembangan psikososial masa dewasa awal terdapat krisis intimacy


versus isolation (Erickson dalam Papalia, dkk: 1998) pada dewasa awal inilah individu
membuat komitmen personal yang dalam dengan orang lain, yakni dengan
membentuk keluarga. Apabila individu dewasa awal tidak mampu melakukannya,
maka akan merasa kesepian dan krisis keterasingan (isolation).

Valliant (dalam Papalia. dkk, 1998) mengatakan bahwa masa dewasa awal ini
merupakan masa adaptasi dengan kehidupan. Sekitar usia duapuluhan hingga tiga puluh
individu dewasa awal mulai membangun apa yang ada pada dirinya, mencapai
kemandirian, menikah, mempunyai anak, dan membangun persahabatan yang erat.
Valliant (dalam Papalia, olds, & Feldmen, 1998) mengidentifikasi empat karakter dari
masa dewasa awal sebagai mekanisme adaptasi yaitu menjadi matang, tidak matang,
psikosis, neurosis. Individu yang matang, secara fisik dan mental lebih sehat, lebih
bahagia, dan lebih puas dalam kehidupan pribadinya.

Sementara itu menurut Havighurst (dalam Dariyo,2003) menjelaskan beberapa


tugas perkembangan pada masa dewasa awal, diantaranya mencari dan menemukan calon
pasangan hidup, membina kehidupan rumah tangga, meniti karier dalam rangka
memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga dan menjadi warga negara yang
bertanggung jawab.
2.4 Perkembangan Fisik Pada Masa Dewasa Awal

Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal dan mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat pada tahun pertama dalam kehidupan post natal.
Pertumbuhan cepat berikutnya akan terjadi pada masa pubertas (adolesent). Pertumbuhan
cepat kedua ini bagi wanita dimulai pada usia kurang lebih 9 sampai 12 tahun, dan akan
mencapai puncaknya pada umur 13 tahun. sejak itu, kecepatan bertumbuh cepat
berkurang dan hampir berakhir pada usia 16 tahun. setelah usia ini, pertumbuhan fisik
seorang wanita berjalan lambat. Pola pertumbuhan cepat juga terjadi pada anak laki-laki,
namun mulainya lebih lambat dan berlangsung lebih lama dibandingan dengan anak wanita.
Pada pria pertumbuhan cepat berlangsung kira-kira usia 11 sampai 16 tahun yang diikuti
berkurangnya pertumbuhan secara sedikit demi sedikit dan akhirnya hampir berhenti di
usia 20 tahun.

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi perkembangan aspek-aspek lain


dalam diri setiap individu, termasuk usia dewasa awal. Individu tersebut cenederung
berkembang secara normal pula. Dengan fisik yang normal, usia dewasa awal akan
memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi, emosi yang stabil, dan mampu menjalani
kehidupan sosialnya dengan baik. Mereka akan menjadi pribadi yang menyenangkan.
Sebaliknya, perkembangan fisik yang terhambat dan berelangsung kurang normal
menyebabkan usia dewasa awal cenderung menarik diri dari pergaulan, merasa rendah
diri, bahkan sering memiliki emosi yang tidak stabil.

Kuhlen dan Thompson, sebagaimana dikutip oleh Syamsu Yusuf,


mengungkapkan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
1. Sistem syaraf.
Organ halus yang berpusat di central nervous system yaitu pusat sistem jaringan
yang ada di otak. perkembangan dan pertumbuhan sistem syaraf ini sangat
mempengaruhi kecerdasan atau intelegensi seorang anak. Otak (brain) merupakan aspek
fisiologi terpenting dari sistem syaraf, sebab otak adalah sebagai sentral dari segala
perkembangan.
2. Otot-otot
Aspek otot ini berfungsi untuk mempengaruhi perkembangan dan kekuatan
motorik seseorang. Perubahan dan perkembangan pada otot berlangsung sejalan dengan
masukan gizi, makanan, kesehatan dan latihan-latihan fisik seperti olah raga. Kekuatan
otot-otot ini mencapai puncaknya di usia 30 tahun dan menurun secara derastis saat usia
40 tahun.
3. Kelenjar Endokrin.
Kelenjar ini menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, misalnya
perasaan tertarik untuk aktif di kegiatan olah raga tertentu. Hal ini menyebabkan setiap
individu mempunyai kecenderungan berbeda antara satu dengan lainnya. Kelenjar
endokrin ini menghasilkan beberapa hormon. Diantaranya adalah hormon tetosterone
yang bertanggungjawab terhadap pertumbuhan sistem reproduksi pria dan hormon
estrogen yang berfungsi dalam mengarahkan pertumbuhan seksual dan reproduksi pada
wanita. Berhentinya pertumbuhan kelenjar seks ini di masa remaja akhir bukan berarti
kegiatan hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar endokrin menjadi statis. Proses
produksi hormon-hormon seks akan tetap berlangsung di usia dewasa muda sampai usia
lanjut. Bagi wanita, produksi hormon tersebut akan berakhir saat mengalami
“menopause” atau berhentinya mentrurasi. Sedangkan bagi pria, berhentinya produksi
hormon tersebut pada saat terjadinya ”climacteric” atau berkurangnya kemampuan
seksual.
4. Struktur Fisik.
Struktur fisik atau tubuh ini meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
Struktur fisik usia dewasa awal dipengaruhi oleh dua faktor, yakni:
a) Faktor hereditas.
Sangat penting di jumpai seorang anak yang berpostur tinggi pada umumnya
mempunyai orang tua yang tinggi pula ukuran tubuhnya. Pengecualian dalam hal ini bisa
saja terjadi meskipun sangat jarang.
b) Faktor lingkungan.
Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik dewasa
muda, yang juga termasuk faktor lingkungan ini adalah peningkatan gizi dan makanan maupun
kesehatan. Ditunjang oleh gizi yang cukup dan kesehatan yang semakin bagus, struktur
fisik dan bentuk tubuh usia dewasa awal saat ini mengalami perbedaan yang cukup jauh
dengan generasi orang tuanya. Pemahaman orang tua tentang makanan bergizi dan
keadaan sosial ekonomi yang lebih baik sangat berpengaruh terhadap perbaikan bentuk
tubuh atau fisik seorang anak memasuki usia dewasa awal.

2.5 Perkembangan Kognitif (Intelektual) Pada Masa Dewasa Awal

Piaget (dalam Papalia, 1995) menyatakan bahwa perkembangan kognitif dari


bayi sampai pubertas menghasilkan kombinasi kematangan dan pengalaman. Dalam
masa dewasa awal, pengalaman memainkan peranan penting dalam fungsi intelektual.

Pengalaman orang dewasa menjadikan mereka untuk mengevaluasi ulang kriteria


mereka dalam menentukan apa yang benar dan adil. Pengalaman pula yang memiliki
peranan penting seorang dewasa dalam memecahkan masalahnya. Karena pengalaman
setiap orang dewasa berbeda-beda, maka efek yang ditimbulkan ke perkembangan
kognitifnya pun berbeda.

Namun, dalam segi psikologis secara umumnya, dalam masa perkembangan


kognitif dewasa awal usia 20 tahunan sampai pertengahan 30 tahun, kebanyakan orang
dewasa akan berubah peran dan tanggung jawab menuju kematangan, belajar berbisnis,
memilih pekerjaan atau memiliki tujuan karir, mengejar pendidikan yang lebih tinggi,
dan menikah. Serta memperoleh atau membangun kemampuan, hobi atau minat baru.
Sementara di usia 40 tahunan, orang dewasa cenderung untuk lebih mantap dan pasti
dalam kehidupannya, membuat komitmen yang lebih dalam dalam pekerjaan dan keluarganya,
menyusun waktu untuk mencapai tujuan hidup lain yang lebih spesifik (Havighurst dalam
Wrightsman, 1994).

2.6 Perkembangan Sosio Emosional Pada Masa Dewasa Awal


Dalam perkembangan sosio emosional, seorang dewasa akan mengalami
perubahan hubungan dewasa dengan orang tuanya, membangun hubungan yang dekat
dan aman dengan sekitarnya, bekerja sama dengan sekitarnya, memiliki kemampuan untuk
berhubungan lebih baik dengan orang lain, mengekspresikan dan mengatur emosi,
kemampuan untuk menghadapi kehidupan dengan sikap serius, serta kemampuan dan
kesediaan untuk mengatasi kesulitan.

Namun, Jean Piaget berpendapat lain bahwa perkembangan kognitif atau


intelektual tidak dapat terlepas dari perubahan kualitatif selama masa dewasa muda.
Artinya, usia dewasa muda dapat meningkatkan intelektualnya dengan cara terus
menerus memperluas pengalaman belajarnya dan juga berusaha belajar beradaptasi dan
mengatur lingkungannya dengan lebih baik. Dengan demikian, setiap usia dewasa muda
akan mengalaami perkembangan kognitif atau intelektual secara unik tergantung pada
pengalamannya masing-masing.

2.7 Perkembangan Emosi Masa Pada Dewasa Awal

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, emosi adalah ”setiap keadaan pada diri
seseorang yang disertai warna afektif, baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang
luas dan mendalam”. Yang dimaksud warna afektif adalah perasaan-perasaan tertentu
yang dialami pada saat menghadapi situasi-situasi tertentu, misalnya gembira, bahagia, putus
asa, terkejut, benci, was-was. Warna afektif ini kadang-kadang kuat, lemah atau samar-
samar saja. Emosi merupakan salah satu peristiwa psikologis yang mengandung ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan
dan berfikir.
2. Bersifat fluktuatif.
3. Banyak berasangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indra.

Menurut teori James dan Lange, emosi itu timbul sebagai hasil persepsi seseorang
terhadap perubahan-perubahan jasmani sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan
dari luar. Emosi dapat dikatakan sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan
yang stabil terhadap suatu objek permasalahan sehingga untuk mengambil suatu keputusan
atau bertingkah laku didasari dengan suatu pertimbangan dan tidak mudah berubah-ubah dari
satu suasana hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 2004). Walgito (2002)
menjelaskan bahwa bila seseorang telah matang emosinya, maka individu tersebut telah
dapat mengendalikan emosinya, sehingga individu akan berpikir secara matang, berpikir
secara baik, dan berpikir secara obyektif.

Ketika seseorang memasuki usia dewasa awal, terjadi pemantapan dan kestabilan
dalam emosi sebagai hasil belajar dan pengalaman yang telah dilalui. Usia dewasa awal
telah berkemampuan menghadapi rangsangan yang makin rumit dan semakin mampu
mengendalikan emosinya. Rangsangan yang menimbulkan emosi direspon dengan
prilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang dihormati. Selain itu, usia dewasa awal
semakin diplomatis dan mampu berpura-pura menutupi perasaannya, sangat mungkin
mereka bersikap tersenyum memuji, namun dengan rasa benci di hati, mereka semakin
mampu berdrama dengan topeng kepribadian yang sedang mencari bentuknya.

2.8 Perkembangan Sosial Pada Masa Dewasa Awal

Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan


diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi masyarakat agar dapat
melemburkan diri menjadi satu kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja sama
sebagai proses belajar, perkembangan sosial ini akan berlangsung sepanjang hayat
seseorang sesuai dengan uisia perkembangannya. Kemampuan sosial tumbuh dan
berkembang sejak bayi hingga seseorang belajar dan bergaul untuk menyesuaikan diri
dan berusaha menerima keberadaan pihak lainnya. Lingkungan keluarga, masyarakat dan
budaya ikut mewarnai proses perkembaangan sosial seorang anak. Proses perlakuan dan
bimbingan orang tuaterhadap anaknya dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan
sosial, mengenalkan norma-norma kehidupan bermasyarakat, serta memberikan contoh
dalam penerapan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut
sebagai “sosialisasi”.
Betapa berat tantangan dan tugas yang dihadapi usia dewasa awal, karena
menurut John P. Dworetzki menyebut usia dewasa awal sebagai masa coba-coba dan masa
timbulnya banyak kesulitan dalam kehidupan sosial. Mereka harus menghadapi
beberapa keputusan penting yang berhubungan dengan kehidupan sosial, seperti
hubungan dengan lawan jenis, anak-anak, teman seprofesinya, persahabatan baru dan
tugas kenegaraan lainnya. Masa Dewasa awal disebut sebagai usia yang belum matang dalam
hubungan sosial sehingga pertumbuhan jiwa sosialnya masih tetap berkembang sejalan
usia kedewasaannnya.

Dari segi sosial, semua usia dewasa mempunyai minat atau keinginan untuk lebih
berarti dan berdaya guna bagi lingkungan masyarakatnya. Mereka menginginkan posisi
dan kedudukan tertentu dalam lingkungan sosial, baik dalam keluarga, karier,
maupun masyarakatnya. Mereka menolak adanya keterkecualian atas penolakan orang
lain, atas dasar inilah banyak usaia dewasa awal yang mengarahkan minat sosialnya
dalam aktivitas-aktivitas sosial dalam masyarakat. Menurut Andi Mappiare, memasuki
usia 30 tahun, pada umumnya dewasa awal baik laki-laki maupun perempuan, telah
mencapai penyesuaian dan pemantapan diri terhadap berbagai perubahan dalam aktivitas
sosialnya yang baru.

2.9 Perkembangan Keagamaan Pada Masa Dewasa Awal

Selain mengalami pembentukan fisik, intelektual, emosi (psikis) dan sosial, usia
dewasa awal juga mengalami perkembangan dalam kematangan beragama. Kematangan
dari berbagai segi ini merupakan unsur pembentuk kepribadian usia dewasa awal. Tugas
utama orang tua adalah membawa anak-anak mereka menuju kedewasaan penuh dalam
berbgai segi perkembangan. Dengan begitu, mereka akan menjadi pribadi yang matang
dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya di dunia dan di akhirat. Menurut Charles
Glock, terdapat lima dimensi yang dapat digunakan untuk mengukur kematangan beragama
seseorang, yaitu :
1. Ideologi, yaitu dimensi yang berorientasi pada aktivitas mental untuk
memperlihatkan keterikatan dan komitmennya terhadap agama.
2. Ritual, merupakan dimensi yang berkenaan dengan intensitas dan frekuensi
seseorang di tempat-tempat ibadah dalam berbagai situasi.
3. Pengalaman khusus yang mengarahkan perhatian dan pengalaman mistik yng pernah
dilaluinya.
4. Itelektual, dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan mengenai praktek-praktek
keagamaan.
5. Konsekuensional, digunakan untuk mengetahui realitas tingkah laku orang yang
beragama dalam kehidupannya sehari-hari, terutama dalam hubungan dengan
sesamanya.

Melihat beberapa kriteria kematangan beragama tersebut, maka tidak dapat


ditentukan pada umur berapakah seseorang akan mencapai kematangan beragamanya.
Yang jelas, kematangan beragama baru akan terjadi saat berakhirnya masa remaja dan
memasuki usia dewasa.

2.10 Tugas-tugas Perkembangan Pada Dewasa Awal

Pada akhir masa remaja, hampir seluruh aspek kehidupan individu telah
berkembang dan siap untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai orang dewasa.
Havinghurts membagi kehidupan masa dewasa atas tiga fase, yaitu dewasa awal, dewasa, dan
usia lanjut. Pada dewasa awal tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu
adalah :
1. Memilih pasangan hidup.
2. Belajar hidup bersama pasangan hidup.
3. Memulai hidup berkeluarga.
4. Memelihara dan mendidik anak.
5. Mengelola rumah tangga.
6. Memulai kegiatan pekerjaan.
7. Bertanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warga negara.
8. Menemukan persahabatan dalam kelompok sosial.
2.11 Kematangan Emosi Pada Dewasa Awal

Tahapan dewasa awal dimulai umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan
reproduktif (Hurlock, 1999). Lebih lanjut Hurlock menekankan untuk mencapai
kematangan emosi harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat
menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya dengan membicarakan berbagai
masalah pribadi dengan orang lain. Hurlock juga mengungkapkan bahwa pada dewasa
awal sebagai masa ketegangan emosional dimana seseorang bingung dan mengalami keresahan
emosional.

Pada masa dewasa awal, perkembangan dan pembentukan sikap dapat terjadi
secara maksimum dan diharapkan pada periode ini individu dapat mencapai tingkat kematangan.
Menurut Allport (dalam Duane Schultz, 2005) ada enam dimensi kematangan pada masa
dewasa awal. Enam dimensi ini mencakup :
1. Perluasan diri
Individu secara bertahap memperluas pemahaman mereka yang meliputi berbagai
segi atau unsur lingkungan pada awalnya keterlibatan individu terbatas dalam keluarga,
tapi dengan berjalannya waktu maka keterlibatannya berkembang dengan kelompok
teman sebaya dalam kegiatan sekolah dan sebagainya.
2. Berhubungan hangat dengan orang lain
Kapasitas intiminasi kearah ingin menyenangkan hati orang lain. Intiminasi
diartikan sebagai memahami, penerimaan, dan empati terhadap orang lain.
3. Rasa Aman Emosional
Ada 4 hal penting dalam hal ini, yaitu: (1) penerimaan diri adalah kemampuan
untuk mengakui diri kita seutuhnya dalam kekurangan atau ketidaksempurnaan kita, (2)
penerimaan emosi yang matang, orang menerima emosinya sebagai bagian yang wajar,
(3) toleransi terhadap frustasi adalah kapasitas untuk tetap berfungsi meskipun dalam
keadaan stres sejauhmana keyakinan kita dalam pengungkapan diri kita itu diperhatikan,
(4) percaya diri, orang yang sadar akan emosinya sendiri tidak merasa takut diperhatikan
memiliki kontrol dalam pengungkapan diri mereka
4. Persepsi yang realistik
Dalam hal ini, kematangan diartikan sebagai tetap berhubungan dengan realita
tanpa mengubah lingkungan untuk melihat tujuan dan kebutuhan individu.
5. Keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki
Seseorang yang memiliki beberapa keterampilan dasar, sebenarnya tidak
memungkinkan untuk memelihara kenyamanan yang penting untuk berkembangnya
kematangan orang yang memiliki kemampuan atau orang yang terampil di dirinya oleh
kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan melalui berbagai jenis kegiatan.
6. Pengetahuan atau pemahaman diri
Menurut Allport, pengetahuan akan diri mencakup tiga kapasitas: mengetahui apa
yang dapat dilakukan, tidak dapat dilakukan dan yang harus dilakukan.

2.12 Fase-fase Perkembangan Pada Usia Dewasa Awal

1. Struktur Dalam Rentang Kehidupan


Teori pertahapan biasanya banyak dikenal dari mulai zaman dahulu kehidupan
orang dibagi menjadi fase-fase tertentu. Pembagian dalam fase-fase kehidupan
kebanyakan mempunyai suatu sifat normatif, apabila hal tersebut tidak dimaksudkan
demikian, namun masih sering dipakai sebagai standar tingkah laku.

Namun fenomena “social clock” belum seluruhnya hilang. Masyarakat masih


manaruh pengharapan tertentu mengenai tingkah laku yang sesuai untuk usia tertentu.
Menjadi nenek atau kakek pada usia 50 tahun dianggap tepat waktu; mempunyai cucu
pertama pada usia 75 tahun dianggap “terlambat”. Diduga bahwa pengharapan
masyarakat yang terlihat pada “social clock” tadi akan banyak berubah, misalnya kakek atau
nenek pada usia di atas 50 tahun akan dianggap normal. Dengan menggunakan metode
pertahapan dimungkinkan untuk membandingkan jalan hidup seseorang secara
thematic. Dengan demikian maka terciptalah pengertian yang formal dan universal.
2. Dua Jenis Teori Pertahapan
a) Erikson
Mengenai teori tentang hidup Erikson (1963). Setelah masa remaja yaitu masa
penemuan identitas seseorang sekaligus memasuki masa dewasa awal yang ditandai
dengan penemuan intimitas atau isolasi, maka seseorang tinggal mengalami dua fase lagi
yang meliputi sebagian besar masa hidup seseorang. Dalam fase ketujuh atau masa
dewasa pertengahan seseorang dapat berkembang ke arah generativitas atau stagnasi,
sedangkan dalam fase kedelapan atau fase terakhir seseorang dapat berkembang ke rah
integritasego atau putus asa.
b) Levinson
Levinson dkk (1978) mempelajari fase-fase hidup manusia. Perhatiannya lebih
tertuju kepada siklus hidup dari pada jalan hidup seseorang. Ia mencari pola universalnya
dari pada periode hidup yang berurutan. Jalan hidup seseorang berbeda-beda dari orang
yang satu dengan orang yang lain. maka yang berubah selama orang hidup adalah
stuktur kehidupannya. Struktur kehidupan seseorang mengatur transaksi antara
struktur kepribadian dengan struktur sosial.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjabaran diatas mengenai masa dewasa awal dapat disimpulkan bahwa
dewasa awal merupakan masa dimana fisik dan tertentu mengalami perubahan yang
bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap
perubahan yang muncul pada dirinya. Masa dewasa awal yaitu individu yang
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat,
pertumbuhan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak dan berusia antara 20
hingga 40 tahun.

Transisi dari remaja ke dewasa kini disebut sebagai tumbuh dewasa. Seperti masa
muda, rentang usia bagi tumbuh dewasa kira-kira di antara usia 18 hingga 25 tahun.
Percobaan pencarian menandai seseorang yang berada pada masa tumbuh dewasa.

Perkembangan fisik pada masa dewasa awal berada dipuncak kesehatan, kekuatan
energi dan daya tahan, serta dipuncak fungsi sensori dan motorik.

Perkembangan kognitif pada masa dewasa awal terjadi peralhan dari pendalaman
informasi dan keterampilan (apa yang perlu saya tahu) ke integrasi praktis pengetahuan
dan keterampilan (bagaimana menerapkan apa yang saya tahu).

Perkembangan sosial-emosional pada masa dewasa awal adalah puncak dari


perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal terjadi peralihan padangan
egosentris menjadi sikap yang empati.
DAFTAR PUSTAKA

Maulidya, F., & Adelina, M. (2018). Periodesasi Perkembangan Dewasa. Periodesasi


Perkembangan Dewasa, 1-10.

Nurpratiwi, A. (2010). Pengaruh kematangan emosi dan usia saat menikah terhadap
kepuasan penukahan pada dewasa awal.

Sukaesih, T. (2017). Pendidikan Keimanan Bagi Usia Dewasa Awal Menurut Perspektif


Islam (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Anda mungkin juga menyukai