DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI
1. BADIATUL AMLIA ( 2031060244 )
2. HALIZA DIAN PERTIWI ( 2031060449 )
3. NOVI SAFITRI ( 2031060110 )
4. SRIDATIN TIA MAHARANI ( 2031060377 )
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul Kesesatan Berfikir ini dapat terselesaikan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan. Oleh
karena itu kami berharap saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kesesatan Berfikir ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Gangguan Disosiatif...................................................................................................................3
1. Pengertian Gangguan Disosiatif...........................................................................................3
2. Penyebab Gangguan Disosiatif.............................................................................................3
3. Jenis-jenis Gangguan Disosiatif............................................................................................4
4. Gejala yang Timbul pada Gangguan Disosiatif..................................................................6
5. Cara Mencegah Gangguan Disosiatif..................................................................................6
B. Gangguan Somatoform.............................................................................................................7
1. Pengertian Gangguan Somatoform......................................................................................7
2. Penyebab Gangguan Somatoform........................................................................................7
3. Jenis-jenis Gangguan Somatoform......................................................................................7
4. Gejala yang Timbul pada Gangguaan Somatoform...........................................................9
5. Cara Mencegah Gangguan Somatoform.............................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan disosiatif (konversi) adalah kondisi yang ditandai oleh kehilangan sebagian atau
seluruh integrasi normal ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas dan penghayatan, dan kendali
Secara fisiologis ada kendali volunter (sadar) terhadap ketiga hal itu. Gangguan disosiatif
diperkirakan terjadi dalam masyarakat yang sistem sosialnya kaku yang mencegah individu
mengekspresikan perasaannya.
Kelainan somatik dianggap mewakili konflik yang tidak dapat diekspresikan, masalah yang
Kelainan motorik dan sensorik yang terjadi tak sesuai dengan jaras anatomi (tidak dapat
diterangkan).Pada gangguan ini ada faktor keuntungan primer dan sekunder. Keuntungan primer
karena afek yang tidak menyenangkan diubah menjadi gejala-gejala fisik, sehingga kecemasan
berkurang. Keuntungan sekunder dengan peran sebagai pasien, individu mendapat perhatian yang
tidak diperoleh bila sehat, dibebaskan dari berbagai kewajiban karena sakit, mendapat dukungan,
dapat berlangsung dalam hitungan jam, hari, bahkan tahun. Awitan dan berakhirnya kondisi ini
biasanya mendadak. Bila berkaitan dengan peristiwa traumatik dalam hidup,biasanya berakhir dalam
beberapa minggu atau bulan. Kalau berkaitan dengan problem berkepanjangan, masalah yang tidak
dapat ditolerir atau kesulitan pergaulan, bentuk kelainan dapat berupa paralisis atau anestesi, dan bisa
berlangsung selama 1–2 tahun.Tulisan ini melaporkan seorang pasien yang mengalami gangguan
B. Rumusan Masalah
4. Untuk Mengetahui Gejala yang Timbul pada Gangguan Disosiatif & Somatoform.
PEMBAHASAN
A. Gangguan Disosiatif
Gangguan disosiatif (konversi) adalah kondisi yang ditandai oleh kehilangan sebagian atau
seluruh integrasi normal ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas dan penghayatan, dan
kendali terhadap gerakan tubuh. Secara fisiologis ada kendali volunter (sadar) terhadap
Gangguan disosiatif diperkirakan terjadi dalam masyarakat yang sistem sosialnya kaku yang
konflik yang tidak dapat diekspresikan, masalah yang tidak ada solusinya, dan afek yang tidak
menyenangkan. Kelainan motorik dan sensorik yang terjadi tak sesuai dengan jaras anatomi
(tidak dapat diterangkan). Pada gangguan ini ada faktor keuntungan primer dan sekunder.
Keuntungan primer karena afek yang tidak menyenangkan diubah menjadi gejala-gejala fisik,
sehingga kecemasan berkurang. Keuntungan sekunder dengan peran sebagai pasien, individu
mendapat perhatian yang tidak diperoleh bila sehat, dibebaskan dari berbagai kewajiban
karena sakit, mendapat dukungan, bimbingan, dan dengan kondisinya dapat mengendalikan
masalah.Gangguan ini dapat berlangsung dalam hitungan jam, hari, bahkan tahun.1-4 Awitan
dan berakhirnya kondisi ini biasanya mendadak. Bila berkaitan dengan peristiwa traumatik
dalam hidup,biasanya berakhir dalam beberapa minggu atau bulan. Kalau berkaitan dengan
problem berkepanjangan, masalah yang tidak dapat ditolerir atau kesulitan pergaulan, bentuk
kelainan dapat berupa paralisis atau anestesi, dan bisa berlangsung selama 1–2 tahun.
antisosial, histrionik, dependen, dan pasif agresif. Gangguan ini relatif banyak terjadi di
negara berkembang, dengan prevalensi 25–33%, lebih sering ditemukan pada perempuan
muda, yang tinggal di desa, dengan tingkat pendidikan rendah, dari kelas sosial ekonomi
lemah, dan kelompok minoritas. Pasien dengan gangguan ini sering berkomorbiditas dengan
depresi (12 - 100%), ansietas (11-80%), somatoform (42-83%), gangguan kepribadian (33–
66%), dan skizofrenia. Sebagian besar penderita mempunyai riwayat perundungan secara
Gangguan disosiatif terdiri dari tiga macam yaitu: amnesia disosiatif, fugue disosiatif, dan
gangguan depersonalisasi. Para individu yang menderita gangguan ini tidak mampu
mengingat berbagai peristiwa pribadi penting atau selama beberapa saat lupa akan
identitasnya atau bahkan membentuk identitas baru. Mereka bahkan dapat pergi jauh dari
a. AMNESIA DISOSIATIF
Amnesia disosiatif adalah hilangnya memori stelah kejadian yang penuh stres. Sesorang
yang mederita amnesia disosiatif tidak mampu menginat informasi yang penting,
biasnaya setelah suatu episode yang penuh stres. Informasi-informasi itu tidak hilang
secraa permanen namun tidak dapat diingat kembali saat episode amnesia. Memori yang
hilang mencakup semua perisiwa dalam kurun waktu tertentu setelah suatu kejadian
Amnesia Terlokalisasi, dimana peristiwa terjadi dalam suatu periode waktu tertentu
hilang dari ingatan. Orang tersebut tidak bisa mengingat kembali untuk beberapa jam,
atau hari setelah suatu kejadian yang menekan. Contoh: kecelakaan pesawat
Amnesia Selektif orang lupa hanya pada hal-hal khusus yang mengganggu, yang
terdapat dalam suatu periode waktu tertentu. Contoh: seorang ayah dapat mengingat
seluruh peristiwa perampokan di rumahya, namun tidak bisa mengingat saat anaknya
mudanya hingga ia masuk universitas, namun ia lupa semua hal yang terjadi setelah
awal kuliah saat seorang sahabatnya meninggal karena jatuh dari lantai.
mengenali wajah-wajah atau tempat, Setelah orang itu pulih, mereka biasanya tidak bisa
mengingat episode amnesia mereka, dan Kebanyakan orang dengan amnesia dissosiative
b. FUGUE DISOSIATIF
Fugue disosiatif sebelumnya disebut fugue psikogenik. Fugue berasal dari bahasa latin
yaitu fugere, yang berarti melarikan diri. Fugue disosiatif adalah hilangnya memori yang
disertai dengan meninggalkan rumah dan menciptakan identitas baru. Hilangnya memori
lebih besar daripada amnesia disosiatif. Orang yang bersangkutan tidak hanya mengalami
amnesia total, namun tiba-tiba meninggalkan rumah dan bekerja menggunakan identitas
baru. Kadangkala orang tersebut mempunyai nama baru, rumah baru, pekerjaan baru, dan
dengan amnesia disosiatif. Gangguan ini muncul sesudah individu mengalami stress atau
c. GANGGUAN DEPERSONALISASI
seseorang terhadap diri sendiri berubah secara menyedihkan dan mengganggu, di dalam
Gangguan depersonalisasi ini umumnya dipicu oleh stres, individu secara mendadak
kehilangan rasa diri mereka. Mereka mengalami pengalaman sensori yang tidak biasa
contohnya ukuran tangan dan kaki mereka tampak berubah secara drastis atau suara
mereka terdengar asing bagi mereka sendiri. Mereka juga merasa berada di luar tubuh
mereka, menatap diri mereka sendiri dari kejauhan. Kadangkala mereka merasa seperti
mesin, seolah-olah mereka dan orang-orang lain adalah robot atau mereka seolah
bergerak di dunia yang tidak nyata. Episode-episode yang sama kadangkala terjadi dalam
beberapa gangguan lain seperti skizofrenia, serangan panik, gangguan stres pascatrauma
gangguan disosiatif adalah badan seluruhnya menjadi kaku, tidak sadar akan diri, kadang-
kadang sangat keras, disertai dengan teriakan-teriakan dan keluhan-keluhan, tapi air mata
tidak keluar. Kejang-kejang ini biasanya terjadi pada siang hari selama beberapa menit saja,
tapi mungkin pula sampai beberapa hari lamanya. Diantara tanda-tanda kejang hysteris adalah
dalam pandangan matanya terlihat kebingungan. Setelah kejadian itu, biasanya penderita
diajukan kepadanya. Orang yang terserang biasanya berusaha memegang, atau menarik apa
Hingga saat ini belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya
gangguan Disosiatif.
B. Gangguan Somatoform
Gangguan somatoform merupakan kelainan psikologis atau biasa disebut gangguan jiwa yang
dicirikan dengan gabungan gejala fisik yang tidak jelas dan tidak tampak pada pemeriksaan
fisik. Gangguan somatoform ini selain tinggi prevalensinya dan sulit difenisikan dengan
pemeriksaan medis, gejala somatoform juga dapat membahayakan bagi individu yang terkena
gejala somatoform. Gangguan somatoform merupakan ganguan psikiatrik yang terdiri dari
gangguan somatisasi, gangguan somatoform tak terinci, gangguan konversi, gangguan pegal,
Gangguan somatoform disebabkan oleh pikiran individu, individu merasa bahwa ada sesuatu
yang salah dengan keadaan dirinya sehingga menyebabkan timbulnya pikiran-pikiran yang
negatif dan keyakinan irasional tentang dirinya dan lingkungan. Hal ini yang rnenyebabkan
individu merasa bahwa jika adanya tekanan, stress, terlalu banyak aktivitas yang dilakukan,
kelelahan yang menguras energi dan tenaga serta ketidak percaya diri dengan kemampuan
dirinya maka dapat memunculkan rasa sakit dan menganggap hal tersebut dapat mengancam
GANGGUAN NYERI
Gangguan nyeri adalah salah satu gangguan somatoform yang secara signifikan
dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis dalam muncul, menetap dan parahnya rasa
nyeri. Rasa nyeri dapat memiliki keterkaitan temporal dengan semacam konflik atau
dan mendapat simpati yang tidak diperoleh jika individu dalam keadaan sehat.
Contoh : kerutan pada wajah, bentuk atau ukuran hidung yang tidak proposional, bulu
di wajah yang lebat. Sehingga Beberapa pasien yang menderita gangguan ini dapat
perempuan, umumnya berawal dari masa remaja akhir, dan sering kali komorbid
HIPOKONDRIASIS
ketakutan mengalami suatu penyakit serius yang menetap terlepas dari kepastian medis
yang menyatakan sebaliknya. Gangguan ini umumnya muncul pada masa dewasa awal,
Hipokondriasis sering kali muncul bersama dengan gangguan anxietas dan mood, yang
gangguan tersendiri, namun suatu simtom berbagai gangguan lain. Misalnya terjadi
pada mereka yang sewaktu berusia muda terlalu dijaga dari kegiatan yang
neurologis atau sejenisnya, walaupun organ-organ tubuh dan sistem saraf dalam kondisi
baik. Sifat psikologis dari simtom-simtom konversi juga tercermin dalam fakta
stres, yang sering kali memungkinkan individu menghindari beberapa aktivitas atau
atau dewasa awal, umumnya setelah terjadinya suatu stres kehidupan. Suatu episode
dapat berakhir secara mendadak, namun cepat atau lambat gangguan tersebut
kemungkinan akan kembali, baik dalam bentuk awalnya atau dalam suatu simtom yang
GANGGUAN SOMATISASI
somatik berulang dan beragam, sehingga penderitanya merasa perlu perhatian medis
dan kerap kali mencari pertolongan medis, padahal tidak memiliki sebab fisik yang
jelas.
Gangguan somatoform dapat dipicu oleh masalah fisik dan perawatan medis; misalnya, sakit
perut yang parah dapat dimulai setelah infeksi gastrointestinal akut. Cidera yang diikuti
dengan perawatan dengan imobilisasi dapat mendahului hilangnya sensasi atau motilitas pada
tungkai. Tipe flu atau penyakit menular sering menyebabkan sindrom kelelahan kronis.
Peristiwa stres diketahui berkontribusi pada perkembangan atau kelanjutan masalah seperti
nyeri perut berulang. Efeknya dapat dimediasi oleh masalah dalam kompetensi sosial (yaitu
persepsi anak, orang tua dan guru tentang keterampilan sosial anak atau penerimaan teman
sebaya) pada anak dan tingkat stres yang tinggi atau gejala fisik dalam keluarga (Geralda,
2005).
Hingga saat ini belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya
gangguan Disosiatif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan disosiatif (konversi) adalah kondisi yang ditandai oleh kehilangan sebagian atau
seluruh integrasi normal ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas dan penghayatan, dan
kendali terhadap gerakan tubuh. Gangguan disosiatif diperkirakan terjadi dalam masyarakat
yang sistem sosialnya kaku yang mencegah individu mengekspresikan perasaannya. Lalu
Gangguan somatoform merupakan kelainan psikologis atau biasa disebut gangguan jiwa yang
dicirikan dengan gabungan gejala fisik yang tidak jelas dan tidak tampak pada pemeriksaan
fisik. Gangguan somatoform disebabkan oleh pikiran individu, individu merasa bahwa ada
sesuatu yang salah dengan keadaan dirinya sehingga menyebabkan timbulnya pikiran-pikiran
yang negatif dan keyakinan irasional tentang dirinya dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III, Jakarta: Departemen Kesehatan,
1993
International.