Anda di halaman 1dari 13

GANGGUAN DISOSIATIF DAN SOMATOFORM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Psikologi Abnormal


Dosen Pengampu: Indah Fajriani, M.Psi., Psikolog

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI
1. BADIATUL AMLIA ( 2031060244 )
2. HALIZA DIAN PERTIWI ( 2031060449 )
3. NOVI SAFITRI ( 2031060110 )
4. SRIDATIN TIA MAHARANI ( 2031060377 )

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul Kesesatan Berfikir ini dapat terselesaikan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan. Oleh
karena itu kami berharap saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kesesatan Berfikir ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Bandar Lampung, Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Gangguan Disosiatif...................................................................................................................3
1. Pengertian Gangguan Disosiatif...........................................................................................3
2. Penyebab Gangguan Disosiatif.............................................................................................3
3. Jenis-jenis Gangguan Disosiatif............................................................................................4
4. Gejala yang Timbul pada Gangguan Disosiatif..................................................................6
5. Cara Mencegah Gangguan Disosiatif..................................................................................6
B. Gangguan Somatoform.............................................................................................................7
1. Pengertian Gangguan Somatoform......................................................................................7
2. Penyebab Gangguan Somatoform........................................................................................7
3. Jenis-jenis Gangguan Somatoform......................................................................................7
4. Gejala yang Timbul pada Gangguaan Somatoform...........................................................9
5. Cara Mencegah Gangguan Somatoform.............................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................10


A. Kesimpulan...............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gangguan disosiatif (konversi) adalah kondisi yang ditandai oleh kehilangan sebagian atau

seluruh integrasi normal ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas dan penghayatan, dan kendali

terhadap gerakan tubuh.

Secara fisiologis ada kendali volunter (sadar) terhadap ketiga hal itu. Gangguan disosiatif

diperkirakan terjadi dalam masyarakat yang sistem sosialnya kaku yang mencegah individu

mengekspresikan perasaannya.

Kelainan somatik dianggap mewakili konflik yang tidak dapat diekspresikan, masalah yang

tidak ada solusinya, dan afek yang tidak menyenangkan.

Kelainan motorik dan sensorik yang terjadi tak sesuai dengan jaras anatomi (tidak dapat

diterangkan).Pada gangguan ini ada faktor keuntungan primer dan sekunder. Keuntungan primer

karena afek yang tidak menyenangkan diubah menjadi gejala-gejala fisik, sehingga kecemasan

berkurang. Keuntungan sekunder dengan peran sebagai pasien, individu mendapat perhatian yang

tidak diperoleh bila sehat, dibebaskan dari berbagai kewajiban karena sakit, mendapat dukungan,

bimbingan, dan dengan kondisinya dapat mengendalikan orang lain.

Individu dengan gangguan disosiatif biasanya menyangkal memiliki masalah.Gangguan ini

dapat berlangsung dalam hitungan jam, hari, bahkan tahun. Awitan dan berakhirnya kondisi ini

biasanya mendadak. Bila berkaitan dengan peristiwa traumatik dalam hidup,biasanya berakhir dalam

beberapa minggu atau bulan. Kalau berkaitan dengan problem berkepanjangan, masalah yang tidak

dapat ditolerir atau kesulitan pergaulan, bentuk kelainan dapat berupa paralisis atau anestesi, dan bisa

berlangsung selama 1–2 tahun.Tulisan ini melaporkan seorang pasien yang mengalami gangguan

disosiasi setelah mengalami stresor bertubi-tubi dalam pekerjaannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Gangguan Disosiatif & Somatoform?

2. Apa penyebab Gangguan Disosiatif & Somatoform?

3. Apa Jenis-jenis dari Gangguan Disosiatif & Somatoform?

4. Bagaimana gejala yang timbul pada Gangguan Disosiatif & Somatoform?

5. Bagaiamana mencegah Gangguan Disosiatif & Somatoform?


C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Gangguan Disosiatif & Somatoform.

2. Untuk Mengetahui Penyebab dari Gangguan Disosiatif & Somatoform.

3. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Gangguan Disosiatif & Somatoform

4. Untuk Mengetahui Gejala yang Timbul pada Gangguan Disosiatif & Somatoform.

5. Untuk Mengetahui Cara Mencegah Gangguan Disosiatif & Somatoform.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Gangguan Disosiatif

1. Pengertian Gangguan Disosiatif

Gangguan disosiatif (konversi) adalah kondisi yang ditandai oleh kehilangan sebagian atau

seluruh integrasi normal ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas dan penghayatan, dan

kendali terhadap gerakan tubuh. Secara fisiologis ada kendali volunter (sadar) terhadap

ketiga hal itu.

2. Penyebab Gangguan Disosiatif

Gangguan disosiatif diperkirakan terjadi dalam masyarakat yang sistem sosialnya kaku yang

mencegah individu mengekspresikan perasaannya. Kelainan somatik dianggap mewakili

konflik yang tidak dapat diekspresikan, masalah yang tidak ada solusinya, dan afek yang tidak

menyenangkan. Kelainan motorik dan sensorik yang terjadi tak sesuai dengan jaras anatomi

(tidak dapat diterangkan). Pada gangguan ini ada faktor keuntungan primer dan sekunder.

Keuntungan primer karena afek yang tidak menyenangkan diubah menjadi gejala-gejala fisik,

sehingga kecemasan berkurang. Keuntungan sekunder dengan peran sebagai pasien, individu

mendapat perhatian yang tidak diperoleh bila sehat, dibebaskan dari berbagai kewajiban

karena sakit, mendapat dukungan, bimbingan, dan dengan kondisinya dapat mengendalikan

orang lain. Individu dengan gangguan disosiatif biasanya menyangkal memiliki

masalah.Gangguan ini dapat berlangsung dalam hitungan jam, hari, bahkan tahun.1-4 Awitan

dan berakhirnya kondisi ini biasanya mendadak. Bila berkaitan dengan peristiwa traumatik

dalam hidup,biasanya berakhir dalam beberapa minggu atau bulan. Kalau berkaitan dengan

problem berkepanjangan, masalah yang tidak dapat ditolerir atau kesulitan pergaulan, bentuk

kelainan dapat berupa paralisis atau anestesi, dan bisa berlangsung selama 1–2 tahun.

Gangguan disosiatif (konversi) biasanya diderita individu dengan gangguan kepribadian

antisosial, histrionik, dependen, dan pasif agresif. Gangguan ini relatif banyak terjadi di

negara berkembang, dengan prevalensi 25–33%, lebih sering ditemukan pada perempuan

muda, yang tinggal di desa, dengan tingkat pendidikan rendah, dari kelas sosial ekonomi

lemah, dan kelompok minoritas. Pasien dengan gangguan ini sering berkomorbiditas dengan

depresi (12 - 100%), ansietas (11-80%), somatoform (42-83%), gangguan kepribadian (33–
66%), dan skizofrenia. Sebagian besar penderita mempunyai riwayat perundungan secara

fisik, pelecehan seksual atau inses.

3. Jenis-jenis Gangguan Disosiatif

Gangguan disosiatif terdiri dari tiga macam yaitu: amnesia disosiatif, fugue disosiatif, dan

gangguan depersonalisasi. Para individu yang menderita gangguan ini tidak mampu

mengingat berbagai peristiwa pribadi penting atau selama beberapa saat lupa akan

identitasnya atau bahkan membentuk identitas baru. Mereka bahkan dapat pergi jauh dari

tempat tinggal semula.

a. AMNESIA DISOSIATIF

Amnesia disosiatif adalah hilangnya memori stelah kejadian yang penuh stres. Sesorang

yang mederita amnesia disosiatif tidak mampu menginat informasi yang penting,

biasnaya setelah suatu episode yang penuh stres. Informasi-informasi itu tidak hilang

secraa permanen namun tidak dapat diingat kembali saat episode amnesia. Memori yang

hilang mencakup semua perisiwa dalam kurun waktu tertentu setelah suatu kejadian

traumatik. Macam-macam Amnesia Disosiatif adalah:

 Amnesia Terlokalisasi, dimana peristiwa terjadi dalam suatu periode waktu tertentu

hilang dari ingatan. Orang tersebut tidak bisa mengingat kembali untuk beberapa jam,

atau hari setelah suatu kejadian yang menekan. Contoh: kecelakaan pesawat

 Amnesia Selektif orang lupa hanya pada hal-hal khusus yang mengganggu, yang

terdapat dalam suatu periode waktu tertentu. Contoh: seorang ayah dapat mengingat

seluruh peristiwa perampokan di rumahya, namun tidak bisa mengingat saat anaknya

di sandera dan ditusuk pisau.

 Amnesia Menyeluruh, orang yang melupakan seluruh kehidupannya. Namun, mereka

cenderung tetap untuk mempertahankan kebiasaan, selera, dan keterampilan mereka.

Contoh: seorang mahasiswa dapat mengingat masa kanak-kanaknya dan masa

mudanya hingga ia masuk universitas, namun ia lupa semua hal yang terjadi setelah

awal kuliah saat seorang sahabatnya meninggal karena jatuh dari lantai.

Gejala Amnesia disosiatif Gejala Amnesia tergantung pada penyebabnya , namun

umumnya meliputi : Kehilangan memori, Kebingungan, Ketidakmampuan untuk

mengenali wajah-wajah atau tempat, Setelah orang itu pulih, mereka biasanya tidak bisa
mengingat episode amnesia mereka, dan Kebanyakan orang dengan amnesia dissosiative

setidaknya depresi atau sangat menderita dengan amnesia mereka

b. FUGUE DISOSIATIF

Fugue disosiatif sebelumnya disebut fugue psikogenik. Fugue berasal dari bahasa latin

yaitu fugere, yang berarti melarikan diri. Fugue disosiatif adalah hilangnya memori yang

disertai dengan meninggalkan rumah dan menciptakan identitas baru. Hilangnya memori

lebih besar daripada amnesia disosiatif. Orang yang bersangkutan tidak hanya mengalami

amnesia total, namun tiba-tiba meninggalkan rumah dan bekerja menggunakan identitas

baru. Kadangkala orang tersebut mempunyai nama baru, rumah baru, pekerjaan baru, dan

bahkan serangkaian karakteristik kepribadian baru. Penyebab fugue disosiatif serupa

dengan amnesia disosiatif. Gangguan ini muncul sesudah individu mengalami stress atau

konflik yang berat.

c. GANGGUAN DEPERSONALISASI

Gangguan depersonalisasi, merupakan gangguan dimana persepsi atau pengalaman

seseorang terhadap diri sendiri berubah secara menyedihkan dan mengganggu, di dalam

DSM-IV-TR tercantum sebagai gangguan disosiatif. Namun dalam pencamtumannya

masih terdapat kontroversi karena gangguan depersonalisasi tidak mencakup gangguan

memori, yang merupakan ciri khusus gangguan disosiatif lainnya.

Gangguan depersonalisasi ini umumnya dipicu oleh stres, individu secara mendadak

kehilangan rasa diri mereka. Mereka mengalami pengalaman sensori yang tidak biasa

contohnya ukuran tangan dan kaki mereka tampak berubah secara drastis atau suara

mereka terdengar asing bagi mereka sendiri. Mereka juga merasa berada di luar tubuh

mereka, menatap diri mereka sendiri dari kejauhan. Kadangkala mereka merasa seperti

mesin, seolah-olah mereka dan orang-orang lain adalah robot atau mereka seolah

bergerak di dunia yang tidak nyata. Episode-episode yang sama kadangkala terjadi dalam

beberapa gangguan lain seperti skizofrenia, serangan panik, gangguan stres pascatrauma

dan gangguan kepribadian ambang.

4. Gejala yang Timbul pada Gangguan Disosiatif


Menurut Daradjat (1983: 38) gejala-gejala yang sering muncul saat orang mengalami

gangguan disosiatif adalah badan seluruhnya menjadi kaku, tidak sadar akan diri, kadang-

kadang sangat keras, disertai dengan teriakan-teriakan dan keluhan-keluhan, tapi air mata

tidak keluar. Kejang-kejang ini biasanya terjadi pada siang hari selama beberapa menit saja,

tapi mungkin pula sampai beberapa hari lamanya. Diantara tanda-tanda kejang hysteris adalah

dalam pandangan matanya terlihat kebingungan. Setelah kejadian itu, biasanya penderita

mengalami kebingungan, tidak mau bicara atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan kepadanya. Orang yang terserang biasanya berusaha memegang, atau menarik apa

saja yang dapat dicapainya.

5. Cara Mencegah Gangguan Disosiatif

Hingga saat ini belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya

gangguan Disosiatif.

B. Gangguan Somatoform

1. Pengertian Gangguan Somatoform

Gangguan somatoform merupakan kelainan psikologis atau biasa disebut gangguan jiwa yang

dicirikan dengan gabungan gejala fisik yang tidak jelas dan tidak tampak pada pemeriksaan

fisik. Gangguan somatoform ini selain tinggi prevalensinya dan sulit difenisikan dengan

pemeriksaan medis, gejala somatoform juga dapat membahayakan bagi individu yang terkena

gejala somatoform. Gangguan somatoform merupakan ganguan psikiatrik yang terdiri dari

gangguan somatisasi, gangguan somatoform tak terinci, gangguan konversi, gangguan pegal,

hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatoform yang tidak

tergolongkan (Adrian, 2017).

2. Penyebab Gangguan Somatoform

Gangguan somatoform disebabkan oleh pikiran individu, individu merasa bahwa ada sesuatu

yang salah dengan keadaan dirinya sehingga menyebabkan timbulnya pikiran-pikiran yang

negatif dan keyakinan irasional tentang dirinya dan lingkungan. Hal ini yang rnenyebabkan

individu merasa bahwa jika adanya tekanan, stress, terlalu banyak aktivitas yang dilakukan,

kelelahan yang menguras energi dan tenaga serta ketidak percaya diri dengan kemampuan
dirinya maka dapat memunculkan rasa sakit dan menganggap hal tersebut dapat mengancam

atau membahayakan dirinya. (Emair, 1998).

3. Jenis-jenis Gangguan Somatoform

Gangguan somatoform terdiri dari gangguan nyeri, gangguan dismorfik tubuh,

hipokondriasis, gangguan konversi, dan gangguan somatisasi.

 GANGGUAN NYERI

Gangguan nyeri adalah salah satu gangguan somatoform yang secara signifikan

dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis dalam muncul, menetap dan parahnya rasa

nyeri. Rasa nyeri dapat memiliki keterkaitan temporal dengan semacam konflik atau

stress, atau memungkinkan individu menghindari aktivitas yang tidak menyenangkan

dan mendapat simpati yang tidak diperoleh jika individu dalam keadaan sehat.

 GANGGUAN DISMORFIK TUBUH

Gangguan dismorfik tubuh adalah gangguan dimana seseorang dipenuhi kekhawatiran

dengan kerusakan penampilan yang hanya dalam bayangannya atau dilebih-lebihkan.

Contoh : kerutan pada wajah, bentuk atau ukuran hidung yang tidak proposional, bulu

di wajah yang lebat. Sehingga Beberapa pasien yang menderita gangguan ini dapat

menghabiskan waktu berjam-jam secara kompulsif memandangi diri mereka di cermin

untuk mengecek kekurangan-kekurangan tersebut. Gangguan ini terutama terjadi pada

perempuan, umumnya berawal dari masa remaja akhir, dan sering kali komorbid

dengan depresi, fobia sosial, dan gangguan kepribadian.

 HIPOKONDRIASIS

Hipokondriasis adalah suatu gangguan somatoform dimana individu terpreokupasi

ketakutan mengalami suatu penyakit serius yang menetap terlepas dari kepastian medis

yang menyatakan sebaliknya. Gangguan ini umumnya muncul pada masa dewasa awal,

dan cenderung memiliki perjalanan yang kronis.

Hipokondriasis sering kali muncul bersama dengan gangguan anxietas dan mood, yang

mengarahkan beberapa peneliti untuk berpikir bahwa hipokondriasis bukan merupakan

gangguan tersendiri, namun suatu simtom berbagai gangguan lain. Misalnya terjadi

pada mereka yang sewaktu berusia muda terlalu dijaga dari kegiatan yang

memungkinkan sakit, seperti hujan-hujanan atau panas-panasan.


 GANGGUAN KONVERSI

Gangguan konversi adalah simtom-simtom yang mempengaruhi fungsi sensorik atau

motorik yang mengindikasikan suatu penyakit yang terkait dengan kerusakan

neurologis atau sejenisnya, walaupun organ-organ tubuh dan sistem saraf dalam kondisi

baik. Sifat psikologis dari simtom-simtom konversi juga tercermin dalam fakta

munculnya simtomsimtom tersebut secara mendadak dalam berbagai situasi penuh

stres, yang sering kali memungkinkan individu menghindari beberapa aktivitas atau

tanggung jawab. o Simtom-simtom konversi biasanya berkembang pada masa remaja

atau dewasa awal, umumnya setelah terjadinya suatu stres kehidupan. Suatu episode

dapat berakhir secara mendadak, namun cepat atau lambat gangguan tersebut

kemungkinan akan kembali, baik dalam bentuk awalnya atau dalam suatu simtom yang

memiliki sifat dan tempat yang berbeda.

 GANGGUAN SOMATISASI

Gangguan somatisasi merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan keluhan

somatik berulang dan beragam, sehingga penderitanya merasa perlu perhatian medis

dan kerap kali mencari pertolongan medis, padahal tidak memiliki sebab fisik yang

jelas.

4. Gejala yang Timbul pada Gangguaan Somatoform.

Gangguan somatoform dapat dipicu oleh masalah fisik dan perawatan medis; misalnya, sakit

perut yang parah dapat dimulai setelah infeksi gastrointestinal akut. Cidera yang diikuti

dengan perawatan dengan imobilisasi dapat mendahului hilangnya sensasi atau motilitas pada

tungkai. Tipe flu atau penyakit menular sering menyebabkan sindrom kelelahan kronis.

Peristiwa stres diketahui berkontribusi pada perkembangan atau kelanjutan masalah seperti

nyeri perut berulang. Efeknya dapat dimediasi oleh masalah dalam kompetensi sosial (yaitu

persepsi anak, orang tua dan guru tentang keterampilan sosial anak atau penerimaan teman

sebaya) pada anak dan tingkat stres yang tinggi atau gejala fisik dalam keluarga (Geralda,

2005).

5. Cara Mencegah Gangguan Somatoform

Hingga saat ini belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya

gangguan Disosiatif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan disosiatif (konversi) adalah kondisi yang ditandai oleh kehilangan sebagian atau
seluruh integrasi normal ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas dan penghayatan, dan
kendali terhadap gerakan tubuh. Gangguan disosiatif diperkirakan terjadi dalam masyarakat
yang sistem sosialnya kaku yang mencegah individu mengekspresikan perasaannya. Lalu
Gangguan somatoform merupakan kelainan psikologis atau biasa disebut gangguan jiwa yang
dicirikan dengan gabungan gejala fisik yang tidak jelas dan tidak tampak pada pemeriksaan
fisik. Gangguan somatoform disebabkan oleh pikiran individu, individu merasa bahwa ada
sesuatu yang salah dengan keadaan dirinya sehingga menyebabkan timbulnya pikiran-pikiran
yang negatif dan keyakinan irasional tentang dirinya dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III, Jakarta: Departemen Kesehatan,

1993

International classification of diagnosis 10, classification of mental and behavioural disorders,

Geneva; WHO, 1992

Gladding, S. (2009). Counseling: A Comprehensive Profession. New Jersey: Pearson Education

International.

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1998.

Ardani, Tristriadi. 2011. Psikologi Abnormal. Bandung : CV. Lubuk Agung.

Anda mungkin juga menyukai