Anda di halaman 1dari 6

UAS TRANSPERSONAL

TEORI TRANSPERSONAL MICHAEL WASHBURN

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Transpersonal

Dosen Pengampu :
Muhammad Ariez Musthofa, M.Si.

Disusun oleh:
Vina Sita Ramayanti
1304668

DEPARTEMEN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
UAS TRANSPERSONAL

A. Biografi Tokoh

Michael Washburn, Ph.D. (University of California, San Diego, 1970),

Profesor Emeritus, ahli pada bidang filosofi psikologi, filosofi abad ke 19,
fenomenologi dan eksistensialisme, filosofi Timur.

Karya:

1. Rethinking The Notion Of The Ego, 2012, Journal Of Consciousness


Studies.
2. Human Wholeness In Light Of Five Types Of Psychic Duality, 2005.
3. Embodied Spirituality In A Sacred World, 1999.
4. The Ego And Dynamic Ground, 1995.
5. Transpersonal Psychology In Psychoanalytic Perspective, 1994.

B. Teori Tokoh

1
Michael Washburn (1994, 1995) telah mengembangkan psikologi
transpersonal berbasis psikoanalisa, perkembangan ego dan perspektif
Jungian. Teorinya berfokus pada perupahan perkembangan hubungan antara
dua sistem fundamental: (a) dynamic ground atau nonegoic core dan (b) ego.
Menurut Washburn, jiwa atau psyche sebenarnya lahir sebagai sesuatu yang
dinamis, nonegoic core atau dasar yang memiliki potensi (baik preegoic dan
transegoic). Dengan dorongan dari ego, inti nonegoic menjadi terepresi,
menuju pemisahan fundamental antara ego dan dynamic ground.
Perkembangan transpersonal melibatkan rekoneksi dan integrasi antara ego
dan nonegoic core, menuju regenerasi psiko-spiritual dan suatu penebusan
dosa.

Perkembangan transpersonal secara umum dimulai dari sekitar umur


dewasa ketika ego sudah mencapai kematangan dan sudah menyelesaikan
tugas-tugas perkembangannya. Pada saat ini, dalam rangka memenuhi
kebutuhan yang lebih besar untuk mengintegrasikan seluruh psyche, ego
mundur dari dunia, masuk ke dalam dan mulai untuk membuka diri terhadap
landasan dinamis. Kebutuhan untuk mundur dari dunia sering berujung
kepada pengalaman alienasi dan kebosanan contohnya dark night of the
senses yang dideskripsikan oleh St John dari Cross (1991). Berdasarkan hal
tersebut, ego mendekat kepada ambang dari ketidaksadaran nonegoic core.
Hal ini terjadi secara bertentangan dikarenakan sifat nonegoic core yang
primitif, gelap dan berbahaya, tetapi juga merupakan dasar ketidaksadaran
yang harus didekati untuk membuat suatu hubungan dengan potensi
transegoic yang lebih dalam dan numinus dari landasan dinamis. Hal ini
mungkin akan menghasilkan ekstasi, iluminasi, penglihatan dan pengalaman
akan enerji yang halus. Namun, menurut Washburn, pengalaman seperti itu,
pada tahap ini, merupakan varietas yang semu dan akan memunculkan
sebagaimana yang ditulis pada dark night of the spirit dari St. John Cross
(1991). Berdasarkan hal tersebut, ego masuk kedalam jurang kegelapan,

2
menakutkan, pengalaman negatif seperti rasa bersalah, rendah diri, ketakutan
yang amat sangan, sinisme, paranoia, dekat pada kejahatan, keanehan,
penglihatan terhadap dewa-dewa dan memuja setan.

Ego berjuang melawan tekanan dengan segala kekuatannya namun


pada akhirnya akan menyerah dan dikuasai oleh mereka. Ia akan
ditelan di dalam perut monster. (Washburn, 1994).

Menurut Washburn, perjalanan menuju dasar dari ketidak sadaran


bukan merupakan gangguan psikotik, namun lebih kepada regresi untuk
menuju transendensi. Pada akhirnya, bersamaan dengan ego yang belajar
untuk menahan pengalaman dan mengenalinya sebagai eksresi dari inti
nonego, ego berhenti untuk melawan mereka. Perubahan perilaku ini
menghasilkan ego menjadi sangat terbuka kepada transego positif, potensi
dari inti nonego. Hal ini termasuk sense of enchantment, pengaruh spiritual,
penyatuan, ekstasi relijius, cinta, kelahiran kembali, integrasi, penglihatan
terhadap sesuatu yang baik, dan sense akan koneksi yang lebih kuat terhadap
orang lain, tubuh dan alam. Seiring dengan pengalaman positif yang mulai
untuk mendominasi dari pengalaman negatif, ego bergerak dari tingkat regresi
untuk menuju transendensi menuju regenerasi dalam jiwa. Washburn
berpendapat bahwa tujuan utama dari regenerasi transpersonal adalah
posdualistic integration atau kehidupan yang terintegrasi. Hal ini mewakili
stabilisasi ego dalam lingkup pengalamman transpersonal dan integrasi dari
pengalaman dalam kepribadian, dalam hubungan, dan dalam hubungannya
dengan dunia, sebagaimana yang dikatakan Washburn yaitu bahwa siapa yang
telah mencapai integrasi, maka telah menjadi manusia yang utuh. Hidup yang
telah terintegrasi, menurut Washburn, dicerminkan melalui transparensi
kelekatan, perasaan bahagia, hallowed resplendence (sama seperti konsep
One Taste atau kesadaran kosmik), pemikiran yang dewasa (pemahaman yang
enstatik, dengan atau tanpa bentuk), tertiary cognition (pemikiran kreatif),
dan perwujudan fisik dari kualitas spiritual.

3
Seperti yang kita ketahui, terdapat dua komponen utama pada self
dalam teori Washburn yaitu inti nonego dan ego. Pengalaman transego tidak
mewakili komponen ketiga, namun merupakan hasil dari perubahan ego
terhadap nonego, yang mana selalu melingkupi potensi preego dan transego.
Namun, Washburn juga mengatakan bahwa higher self atau transpersonal
self berada di tengah inti nonego, yang mana berada di dalam prosess
regenerasi jiwa

Ego melihat bahwa dibalik permukaan identitas ego dan ditengah


dalamnya jiwa yang direpresikan terdapat inti yang dapat ditebus,
yaitu a higher self self yang spontan, dan dermawan, sangat terbuka
dan sangat mudah dijangkau yang butuh ditimbukan kedalam
aktivitas dan dipaksa untuk tumbuh.

Masih belum jelas bagaimana Washburn memahami higher self


apakah merupakan pengalaman, metafora, simbol atau arketipe kepribadian
dari manusia yang sempurna, struktur psikologis, potensi, atau sebagai entitas
metafisikal. Wilber (1997) telah mengkritisi teori Washburn secara luas
dengan mengatakan bahwa apa yang dia lihat sebagai asumsi metafisikal yang
direduksi dan gagal untuk membedakan antara potensi preego dan transego.
Menurut Wilber, teori Washburn mencampur adukkan asal usul jiwa dan
raga. Washburn merespon kritik ini dengan mengatakan bahwa teori Wilber
sangat tidak sederhana dan didasari oleh kekeliruan untuk menyimpulkan apa
perbedaan nyata tahap perkembangan (atau pengalaman) antara preego dan
transego, yang menyiratkan eksistensi dari struktur prepersonal dan
transperonal (Washburn, 1998).

Washburn (1994) menyatakan bahwa fenomenologi pengalaman


transpersonal sangat kaya dan komprehensif, dan ia juga memberikan
penjelasan perkembangan analisis yang sangat meyakinkan mengenai
pengalaman ini. Dia juga menyatakan bahwa perkembangan transpersonal
Wilber merepresentasikan proses berliku yang mana ego harus kembali ke

4
kedalaman ketidaksadaran sebelum ia berubah, beregenerasi di dalam jiwa
secara linear dengan prepersonal, menuju personal, lalu transpersonal. Teori
Washburn konsisten dengan banyaknya data klinis dan secara tidak diragukan
lagi bahwa teori ini merepresentasikan pengalaman orang terutama pada
perkembangan transpersona, dan mungkin, orang-orang yang tidak mengikuti
jalan meditasi yang terstruktur (yang mana teori Wilber lebih berpengaruh
pada orang tersebut). Washburn (1994) juga mengatakan bahwa terdapat
perbedaan penting pada kebudayaan, dan menyarankan bahwa paradigma
spiral yang dikemukakan oleh Jung dan Grof mendekati pada pengalaman
Barat tentang perkembangan spiritual, dimana tahapan paradigm lebih
konsisten dengan spiritualitas Timur terutama Buddisme dan Vedanta.

Referensi:

Daniels, M. (2005). Shadow, Self, Spirit: Essays in Transpersonal Psychology.


Exeter: Imprint Academic.

Washburn, M. (1994). Transpersonal Psychology in Psychoanalytic


Perspective. New York: State University of New York Press.

Washburn, M. (1995). The Ego and the Dynamic Ground, Rev. ed. Albany:
State Univ. of New York Press.

Washburn, M. (1998). "The pre-trans fallacy reconsidered". In D. Rothberg &


S. Kelly (eds.). Ken Wilber in Dialogue: Conversations with Leading
Transpersonal Thinkers. Wheaton, Il.: Quest Books.

Anda mungkin juga menyukai