Anda di halaman 1dari 9

Corak Pemikiran Dan Praktik Keagamaan Tasawuf Falsafi Dan Tasawuf

Amali

Oleh:

Ossy Ceah Dwi Utami (1820402037)

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Jl. Prof. K.H Zainal Abidin Fikri Kel. Pahlawan, Kec. Kemuning, Kota Palembang, Sumatera
Selatan 30126

Email: Ossycdu521@gmail.com

Abstrak
Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, berdasarkan
argumentasi tersebut, dikalangan sufi ada 2 tujuan pokok tasawuf. Dalam tasawuf
terdapat berbagai aliran dan ajaran yang berbeda dikarenakan berbagai prespektif
disiplin keilmuwan dan dimensi kerohanian yang mewarnainnya. Dalam penelitian ini
yang menjadi fokus pembahasannya adalah Tasawuf Falsafi dan Tasawuf Amali.
Hasil penelitian bahwa Tasawuf Falsafi adalah suatu konsep ajaran tasawuf yang
mengenal tuhan (ma’rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) Dengan penelitian
Kualitatif Deskriptif. Untuk mencapai hubungan yang dekat dengan Tuhan, seorang
harus menaati dan melaksanakan syariaat atau ketentuan agama. Ketaatan pada
ketentuan agama harus diikuti dengan amalan-amalan lahir batin yang disebut tariqah
sebagai jalan menuju Tuhan.Kemampuan orang mengetahui haqiqah akan
menghantarkan pada ma’rifah, yakni mengetahui dan merasakan kedekatan dengan
Tuhan melalui qalb.
Kata Kunci: Tasawuf Falsafi, Tasawuf Amali dan pemikirannya

Abstract
Sufism is an effort to train the soul with various activities that can free humans
from the influence of worldly life. Based on this argument, among Sufis there are 2
main objectives of Sufism. Both attempts to approach themselves individually to God
through a certain series of rituals. In Sufism, there are various schools and different
teachings because of the various perspectives of scientific disciplines and the
spiritual dimensions that color them. In this study, the focus of the discussion is
Islamic Sufism and Islamic Sufism. The result of the research shows that Falsafi
Sufism is a concept of Sufism that knows God (ma'rifat) with a ratio use deskriptif
kualittif before that in the Islamic tradition, several Sufism thoughts have been
encountered which tend to lead to philosophical Sufism ideas. Namely the thought of
tasawuf falsafi fana'dan baqa ', ittihad, hulul, wahdah al-wujud, isyraq. While the
results of Amali Sufism research are Sufism which emphasizes the amaliah in the
form of wirid and other amaliah, there is also another definition of Sufism Amali is
the way a person wants to connect with Allah, by cleansing his soul. In order to
achieve a close relationship with God, one must obey and carry out the syariaat or
religious provisions. Obedience to religious provisions must be followed by inner and
outer practices called tariqah as a path to God. The ability of people to know haqiqah
will lead to ma'rifah, which is knowing and feeling closeness to God through qalb.

Keywords: Tasawuf Falsafi, Tasawuf Amali dan pemikirannya

A. PENDAHULUAN
Para ahli tasawuf berbeda-beda dalam mencari asal kata dan pengertian
tasawuf sebagai salah satu cabang ilmu keislaman yang menekankan dimensi batin
atau spiritual sehingga aspek lahiri sering dikaburkan atau malah dianggap tidak
benar. Karena sering dinyatakan bahwa tasawuf ini menekankan pada kehidupan
akhirat dari pada dunianya, dan lebih menekankan aspek esoteris (bathiniyah), dari
pada aspek eksoteris (lahiriyah). Untuk mewujudkan cita-cita tersebut para sufi
mempunyai pemahaman, konsepsi, dan bahkan ritual yang berbeda-beda dan di dalam
perbedaan tersebut membentuk suatu karakter-karakter tertentu sehingga akan
melahirkan dampaknya seperti corak pemikiran tasawuf falsafi dan tasawuf amali 1.
Pengertian Tasawuf Falsafi adalah suatu konsep ajaran tasawuf yang mengenal tuhan
(ma’rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) yang mendasarkan pada pemaduan
antara intuisi para sufi dengan cara pandang rasional mereka. Di dalam tasawuf falsafi
mempunyai karakteristik tasawuf umum nya mengandung kesamaran akibat
banyaknya ungkapan dan peristilahan khusus, yang hanya dapat di pahami oleh
mereka yang memahami ajaran tasawuf ini. Sedangkan Tasawuf Amali adalah
tasawuf yang penekanannya pada amaliah berupa wirid dan amaliah lainnya, ada juga
pengertian lain dari tasawuf amali adalah jalan seseorang yang ingin berhubungan
dengan Allah, dengan membersihkan jiwanya. Namun, apapun dan bagaimanapun
bentuk praktek keagamaan tasawuf, semuanya penganutnya percaya bahwa apa yang
mereka percaya dan apa yang mereka kerjakan adalah tempat dalam al-Qur’an dan
contoh nyata adalah perilaku kehidupan Muhammad SAW2. Maka penulis akan
mengkaji Tasawuf Falsafi dan Tasawuf Amali dengan menelaah beberapa corak
pemikiran keagamaan yang berkaitan dengan kedua tasawuf tersebut.

1
Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf (Jakarta: Rajawali Press, 1996), hlm. 23
2
Abdurrakhim, Perkembangan Pemikiran dalam Tasawuf (Jakarta: Pertja, 2001), hlm. 33
B. TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam tinjauan Pustaka ini penelitian perlu membahas mengenai hasil-hasil
penelitian agar dapat memberikan sejarah perkembangan di asia tenggara yang
membahas corak pemikiran dan praktik keagamaan tasawuf falsafi dan tasawuf amali,
penelitian terdahulu digunakan sebagai pedoman bahan pertimbangan, maupun
menjadi perbandingan bagi peneliti dan upaya memperoleh arah, Pertama Tasawuf
Falsafi Dan Refleksi Pendidikan Islam Membentuk Perilaku Ihsanhadarah Rajabiain
Syaikh Abdurrahman Siddik di Bangka Belitung, hasil penelitian ini bertujuan untuk
Membentuk Perilaku Dan Pemahaman Agama Dalam Tasawuf Falsafi., Tinjauan
Buku Tasawuf ‘Amali Sebagai Model Tasawuf Sosial, dan tinjauan buku lainnya.

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif


deskriptif dengan jenis penelitian kepustakaan, yakni peneliti memanfaatkan sumber
perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Sumber data yang diambil dalam
penelitian ini adalah sumber buku-buku, jurnal dan publikasi ilmiah terkait tema
pemikiran praktik agama tasawuf falsafi dan tasawuf amali, sedangkan analisisnya
dengan pendekatan filsafat (Cohen, Manion, & Morrison, 2007, hlm. 475). Adapun
deskriptif kualitatif, yakni suatu teknik yang menggambarkan dan
menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan
perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu,
sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan
sebenarnya (Kriyantono, 2007). Menurut Moleong (2010) dengan menggunakan
metode deskriptif berarti peneliti menganalisa data yang dikumpulkan dapat berupa
kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut mungkin berasal dari
naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau
memo dan dokumen resmi lainnya3

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berikut penjelasan dan hasil Ketaatan pada ketentuan agama harus diikuti dengan
amalan-amalan lahir maupun batin yang disebut tariqah sebagai jalan menuju Tuhan.
Dalam amalan-amalan lahir batin itu orang akan mengalami tahap demi tahap
3
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia(Jakarta: Kencana, 2006),hal 45
perkembangan ruhani. Ketaatan pada syari’ah dan amalan-amalan lahir-batin akan
mengantarkan seseorang pada kebenaran hakiki (haqiqah) sebagai inti syariat dan
akhir tariqah dan beberapa penjelasan corak dan pemikiran dan praktik keagamaan
tasawuf tersebutyang disebut tasawuf amali dan tasawuf falsafi.
Tasawuf falsafi dan amali mulai muncul pada abad ke-tiga dan ke-empat, namun
pada abad ke-lima ada kemunduran dan Kembali bersinar pada abad ke-enam.
Karaktristik tasawuf falsafi secaraumum ialah mengandung kesamaran akibat
banyaknya ungkapandan peristilahan khusus, yang hanya dapat dipahami oleh
merekayang memahami ajaran tasawuf jenis ini. Ajaran tasawufinitidak dapat
dipandang sebagai filsafat murni, karena ajaran danmetodenya didasarkan pada
rasa(dhauq), dan juga tidak biasdikatakan bahasa dan teknologi filsafat.Pada awal
pembahasansudah kita ketahui bahwa awal munculnya tasawuf falsafi yaitupada abad
ke-tiga dan abad ke-empat namun yang palingmenonjol yaitu pada masa abad ke-
enam dank ke-tujuh karnadisitulah adanya masa masa kejayaan atau kebangkitan
tasawuffalsafi.Pada masa abad ke-enam dank ke-tujuh muncul dua halpenting,
yangpertama,yaitu kebangkitan kembali tasawuf semi-Falsafi yang setelah
bersinggungan dengan filsafat berikut penjelasannya.

1. Tasawuf Falsafi

Tasawuf atau di dalam literatur Barat disebut Islamic Mysticsm atau Islamic
esoteric (Chittick, 2008) baik sebagai praktik maupun doktrin, telah melewati sejarah
Panjang. Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi. Selanjutnya Tasawuf
Falsafi, yakni tasawuf yang dipadukan dengan filsafat dari cara memperoleh ilm
menggunakan jasa, sedangkan menguraikan menggunakan rasio, maka ia tidak bisa
diuraikan atau dikatakan tasawuf secara total dan tidak pula bisa disebut filsafat,
tetapi perpaduan antara keduanya dikenal tasawuf falsafi. (Muhammad Fuandi,2013).4

Tasawuf Falsafi adalah suatu konsep ajaran tasawuf yang mengenal tuhan
(ma’rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) yang mendasarkan pada pemaduan
antara intuisi para sufi dengan cara pandang rasional mereka. dalam Islam itu tasawuf
ini muncul abad ke 6 dan 7 H. Mujamil Qomar menjelaskan dalam penelitiannya
bahwa tasawuf falsafi dapat dikembangkan dalam hasilnya menunjukkan bahwa
4
Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta: Erlangga, 2006.), hal 181.
kefanaan yang sangat mendalam kepada Allah SWT 5. Dalam Tasawuf Falsafi
memiliki ajaran tasawuf yaitu :

1) Fana’ dan Baqa’

Fana adalah lenyapnya sifat-sifat basyariah, akhlak yang tercela, kebodohan dan
perbuatan maksiat dari diri manusia. Sedangkan baqa’ adalah kekalnya sifat-sifat
ketuhanan, akhlak terpuji, ilmu pengetahuan, dan kebersihan diri dari dosa dan
maksiaat untuk mencapai baqa’ ini perlu kita melakukan usaha-usaha seperti
bertaubat, berdzikir, beribadah, dan menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji. Maka
bahwa fana adalah meninggalkan sifat-sifat tercela, dan baqa’ adalah melahirkan
sifat-sifat terpuji. Barang siapa yang dikalahkan oleh sifat-sifat tercela, maka sifat
terpuji akan tertutup.6

2) Ittihad

Konsep ini merupakan kelanjutan dari konsep fana’ dan baqa’. Sebagai konsekuensi
lebih lanjut dari pendapatan sufi bahwa jika manusia adalah pancaran dari nur illahi,
7
Menurut Harun Nasution yang dimaksud ittihad satu tingkat tasawuf dimana seorang
sufi telah merasakan diri nya Bersatu dengan tuhan.

3) Hulul

Menurut Abu Nasr ath-Thusi, hulul adalah paham yang mengatakan bahwa tuhan
memiliki tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya setelah
sifat kemanusiaan yang ada di dalam tubuh dilenyapkan. Dalam ini ia menggunakan
kata hulul yakni penyatuan sifat ketuhanan dan sifat kemanusiaan8.

4) Wahdah al-Wujud

Menurut para ahli Ahmad Amin Wahdah al-Wujud mengandung makna bahwa alam
dan Allah adalah satu9. Sementara Ibrahim Hilal mengatakan wahdah al-wujud adalah
suatu keyakinan bahwa sesunggunya yang ada ini hanya satu meskipun banyak ragam
dan bentuknya. Wahdah al-wujud sebenarnya adalah suatu ilmu yang tidak
disebarluaskan ke orang awam, karena sangat di khawatirkan jika apabila ilmu
5
Dahlan, Abdul Aziz, Tasawuf Falsafi dan Tasawuf Amali: Tinjauan Filosofis, dalam Ulumul Qur’an. Vol II
(Jakarta: 1991), hlm. 232
6
Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya di Dunia Islam (Jakarta:Rajawali Press, 1996) Hal 56
7
Harun Nasution, Falsafat danMistisme Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 82
8
Abu Nasr Sarrajath-Thusi, al-Luma’, Dar al- Kutub al- Haditsah (Mesir: 1960), hlm.541
9
Ibid
wahdah al-wujud disebarluaskan akan menimbulkan fitnah dan orang awam akan
salah menerimanya.

5) Isyraq

Konsep ini akan dicetuskan oleh Suhrawardi al-Maqtul, corak pemikirannya


merupakan gabungan antara filsafat dan tasawuf yang bersumber dari berbagai aliran
yang ia tuangkan dalam kitabnya hikmah al Isyraq. Teori ini bersumber cahaya
mutlak

2. Tasawuf Amali

Tasawuf Amali adalah tasawuf yang penekanannya pada amaliah berupa wirid
dan amaliah lainnya, ada juga pengertian lain dari tasawuf amali adalah jalan
seseorang yang ingin berhubungan dengan Allah, dengan membersihkan jiwanya.
Untuk mencapai hubungan yang dekat dengan Tuhan, seorang harus menaati dan
melaksanakan syariaat atau ketentuan agama. Proses penyucian dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah akan melewati jalan Panjang dengan stasiun-stasiun
yang disebut maqomat, dan dalam proses ini seorang memasuki kondisi mental
tertentu yang disebut hal.

Dalam tasawuf Amali dikenal beberapa istilah yang menunjukan derajat seseorang
sufi melalui bimbingan seorang Shaykh yaitu :

a. Al-Manazil, yaitu tempat-tempat perhatian yang dilalui oleh mubtadi.


b. Al-Mashahid, yaitu hal yang terlihat di tengah perjalanan yang sedang
ditempuh oleh mutawasith maupun muntahi.
c. Al-Maqamah, yaitu derajat yang diperoleh oleh seorang sufi setelah
mampu berjuang melawan hawa nafsu.
d. Al-Ahwal, yaitu derajat atau situasi kejiwaan seseorang yang diperoleh
dari Allah SWT, bukan dari hasil utamanya.10
3. Tokoh-tokoh serta pemikirannya Tasawuf Falsafi
1. Ibnu Arabi11

10
Syukur, Amin dan Masharuddin, Inteletualisme Tasawuf StudiIntelektualisme Tasawuf Al-Ghazali (Semarang:
PustakaPelajar, 2002)
11
https://Jurnal.ugm.ac.id.kawista article. Diakses 6 Februari 2021, 13:07
Adapun ajaran pemkirannya, antara lain Wahdat Al Wujud (Kesatuan Wujud),
Haqiqah Muhammadiyah (Pelimpahan utama dari Wujud Tuhan), Wahdatul
Adyan (Kesamaan Agama Tunggal Kepunyaan Allah SWT.

2. Al-Jili

Ada 2 ajaran pemikirannya antara lain Insan Kamil artinya manusia sempurna
hubungan Tuham dengan Insan Kamil bagaikan cermin dimana seseorang tidak
akan dapat melihat bentuk dirinya sendiri kecuali melalui cermin, Maqomat (Al-
Martabah/Jenjang atau tingkat).

3. Ibnu Sab’in

Adapun ajarannya kesatuan mutlak adalah sebuah gagasan esensial pahamnya


sederhana saja, yaitu wujud adalah satu alias wujud alam semesta, dan Penolakan
terhadap logika Aristotelian yang disebut logika pencapaian kesatuan mutlak,
tidak termasuk kategori logika yang bisa dicapai dengan penalaran, bermaksud
penalaran ilahi membuat manusia bisa membuat yang belum pernah dilihatnya. 12

4. Tokoh Pemikian Tasawuf Amali.


1. Robiah Al-Adawiah
2. Dzu Al -Nun Al-Mishri
3. Abu Yazid Al-Bustami
4. Abu Mashur Al-Hallaj

Dari keempat tokoh ajaran pemikiran Tasawuf Amali ini diambil dalam
perkembangan mistisme dalam islam tercatat sebagai peletak dasar tasawuf
dan berdasarkan cinta kepada Allah SWT, Tak lupa pendekatan dengan
menggunakan akal, dengan keadaan moral yang luhr kemudian perpaduan
insan dengan tuhan secara rohaniyah atau makhluk dengan al-khalik serta
kesatuan wujud.13

E. KESIMPULAN

12
A. Rivay Siregar, Tasawuf: Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme, Jakarta; RajaGrafindoPersada, 1999, hal 60
13
Huda, Sokhi. Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah. Yogyakarta: LKiS, 2008. Hal 34
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi
mistis dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaki atau sunni, tasawuf
falsafi menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya serta berasal dari
bermacam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.Tasawuf
falsafi muncul dengan jelas dalam khazanah Islam sejak abad keenam hijriyah meskipun
para tokohnya baru dikenal seabad kemudian. Sejak saat itu, tasawuf jenis ini hidup dan
berkembang, terutama di kalangan para sufi yang juga filosof, sampai menjelang akhir-
akhir ini. Adanya pemaduan antara tasawuf dan filsafat dalam ajaran tasawuf falsafi
menyebabkan ajaran-ajaran tasawuf jenis inibercampur dengan sejumlah ajaran filsafat di
luar Islam, seperti Yunani, Persia, India, dan agama Nasrani. Akan tetapi, orisinalitasnya
sebagai tasawuf tetap tidak hilang.Sedangkan tasawuf ‘amali merupakan kelanjutan dari
tasawuf akhlaqikarena seseorang yang ingin berhubungan dengan Allah maka Ia harus
membersihkan jiwanya, Untuk mencapai hubungan yang dekat dengan Tuhan, seseorang
harus mentaati dan melaksanakan syariat atau ketentuan-ketentuan agama. Ketaatan pada
ketentuan agama harus diikuti dengan amalan-amalan lahir maupun batin yang disebut
tariqah sebagai jalan menuju Tuhan. Dalam amalan-amalan lahir batin itu orang akan
mengalami tahap demi tahap perkembangan ruhani. Ketaatan pada syari’ah dan amalan-
amalan lahir-batin akan mengantarkan seseorang pada kebenaran hakiki (haqiqah)
sebagai inti syariat dan akhir tariqah

F. DAFTAR PUSTAKA
Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf (Jakarta: Rajawali Press, 1996)
Abdurrakhim, Perkembangan Pemikiran dalam Tasawuf (Jakarta: Pertja, 2001)
Abu Nasr Sarrajath-Thusi, al-Luma’, Dar al- Kutub al- Haditsah (Mesir: 1960)

Amin dan Masharuddin, Inteletualisme Tasawuf StudiIntelektualisme Tasawuf Al


Ghazali (Semarang PustakaPelajar, 2002)

Dahlan, Abdul Aziz, Tasawuf Falsafi dan Tasawuf Amali: Tinjauan Filosofis, dalam
Ulumul Qur’an. Vol II (Jakarta: 1991)

Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf (Jakarta: Erlangga, 2006.).

Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di


Indonesia(Jakarta: Kencana, 2006),

Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya di Dunia Islam (Jakarta:Rajawali Press, 1996)

Harun Nasution, Falsafat danMistisme Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1973)

https://Jurnal.ugm.ac.id.kawista article. Diakses 6 Februari 2021, 13:07

Anda mungkin juga menyukai