Anda di halaman 1dari 4

PAPER

KONSEP MANUSIA DALAM PSIKOLOGI KOGNITIF


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan Psikologi Komunikasi

Dosen : Ade Rachma, M.Ikom

Disusun Oleh:
KELAS C MALAM
SEMESTER IV

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2019
MANUSIA DALAM KONSEP PSIKOLOGI KOGNITIF

A. Dasar Psikologi Kognitif


Dalam psikologi kognitif, manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu berusaha
memahami lingkungannya dan makhluk yang selalu berfikir (Homo Sapiens). Psikologi
kognitif di dasari oleh rasionalisme Immanuel Kant, Rene Descartes, dan Plato. Kaum
rasionalis mempertanyakan apakah betul penginderaan kita, melalui pengalaman langsung,
sanggup memberikan kebenaran. Kemampuan alat indera kita dipertanyakan karena
seringkali gagal menyajikan informasi yang akurat.
Descartes dan Kant menyimpulkan bahwa jiwa (mind) yang menjadi alat utama
pengetahuan, bukan alat indra. Jiwa menafsirkan pengalaman indrawi secara aktif: mencipta,
mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi dan mencari makna. Manusia tidak
memberikan respons terhadap stimuli secara otomatis. Manusialah yang menentukan makna
stimuli itu, bukan stimuli itu sendiri.

B. Konsep Psikologi Kognitif


Menurut Lewin, perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Dari Lewin terkenal
rumus: B= f (P,E), artinya Behavior (perilaku) adalah hasil interaksi antara person (diri orang
tersebut) dengan environment (lingkungan psikologisnya). Perilaku manusia bukan sekedar
respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang mempengaruhi nya secara spontan.
Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang mempengaruhi manusia sebagai ruang hayat.
Ruang hayat terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor yang di sadari nya, dan
kesadaran diri.
Lewin juga menciptakan konsep dinamika kelompok, yaitu dalam kelompok, individu
menjadi bagian yang saling berkaitan dengan anggota kelompok yang lain. Sejak pertengahan
tahun 1950-an, berkembang penelitian tentang perubahan sikap dengan kerangka teoritis
manusia sebagai pencari konsistensi kognitif. Dimana manusia dipandang sebagai makhluk
yang selalu berusaha menjaga keajegan dalam sistem kepercayaannya dan diantara sistem
kepercayaannya dengan perilaku, contohnya adalah teori disonansi kognitif.
C. Teori Disonansi Kognitif
Dalam teori komunikasi, teori disonansi menyatakan bahwa orang akan mencari
informasi yang mengurangi disonansi, dan menghindari informasi yang menambah disonansi.
Bila kita terpaksa juga dikenai informasi yang disonan dengan keyakinan kita, maka kita akan
menolak informasi itu, meragukan sumbernya, mencari informasi yang konsonan, atau
mengubah sikap sama sekali.
Disonansi artinya ketidak cocok kan antara dua kognisi (pengetahuan). Dalam teori
komunikasi, teori disonansi menyatakan bahwa orang akan mencari informasi yang
mengurangi disonansi dan menghindarkan informasi yang menambah disonansi. Bila kita
terpaksa juga dikenai informasi yang disonan dengan keyakinan kita, maka kita akan
menolak informasi itu, meragukan sumbernya, mencari informasi yang konsonan, atau
mengubah sikap sama sekali
Contoh Kognisi/pengetahuan bahwa “Saya tahu saya senang merokok” disonan dengan
“saya tahu rokok merusak kesehatan”. Dihadapkan dalam situasi disonan seperti itu, maka
saya akan :
1. Mengubah perilaku, berhenti merokok, atau memutuskan “saya merokok sedikit saja”
2. Mengubah kognisi tentang lingkungan, misalnya dengan mengatakan bahwa hanya
perokok berat yang berbahaya.
3. Memperkuat salah satu kognisi yang disonan, misalnya dengan ”Ah, kawan-kawan saya
juga banyak yang merokok.”
4. Mengurangi disonansi dengan memutuskan bahwa salah satu kognisi tidak penting,
misalnya “Tidak jadi soal merokok merusak kesehatan, Toh saya ingin hidup cepat dan
mati muda”

D. Kritikan Terhadap Psikologi Kognitif


Walaupun psikologi kognitif sering dikritik karena konsep-konsep nya sukar diuji,
psikologi kognitif telah memasuk kan kembali “jiwa” manusia yang pada menurut paham
behaviorisme tidak di akui keberadaannya. Manusia kini hidup dan mulai berpikir. Tetapi
manusia bukan sekedar mahluk yang berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas dirinya
dan mencapai apa yang menjadi harapannya.
Pada awal tahun 1970-an, teori disonansi dikritik dan muncul konsepsi manusia sebagai
pengolah informasi. Dalam konsepsi ini, manusia bergeser dari orang yang suka mencari
justifikasi atau membela diri menjadi orang yang secara sadar memecahkan persoalan.
Perilaku manusia dipandang sebagai produk strategi pengolahan informasi yang rasional.
Contoh perspektif ini adalah teori atribusi. Teori ini menganggap manusia sebagai ilmuwan
yang naif, yang memahami manusia dengan metode ilmiah yang elementer. Kenyataannya,
manusia tidak begitu rasional dalam memandang sesuatu. Seringkali malah penilaian orang
didasarkan pada data yang kurang, lalu dikombinasikan dan diwarnai oleh prakonsepsi.
Dimana manusia menggunakan prinsip-prinsip umum dalam menentukan keputusan.
Kahneman dan Tversky (1974) menyebutnya dalil-dalil kognitif (cognitive heuristics).

DAFTAR PUSTAKA:
JalaluddinRakhmat (1998): PsikologiKomunikasi, Edisi 12, PT RemajaRosdakarya Offset,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai