Anda di halaman 1dari 20

JEAN PAUL SARTRE

(1905 – 1980)
ANTESEDEN

Dari fenomenologi Husserl ia melihat 2 hal penting,


I. Perlunya menempatkan kesadaran sbg titik tolak
penyelidikan – penyelidikan filsafat
II. Pentingnya filsafat utk “kembali pada realitasnya
sendiri” (Zu den sachen selbst)
DUA TEMA UTAMA FILSAFAT SARTRE:
“KEBEBASAN” & “ADA”
DUA TEMA UTAMA FILSAFAT SARTRE:
“KEBEBASAN” & “ADA” (2)
Dalam pandangan Sartre,
Pengalaman tentang kebebasan & kesadaran
BUKANLAH PENGALAMAN YANG MUDAH & MENGENAKAN Kebebasan itu amatlah rapuh & selamanya berada
dalam posisi yang RENTAN & TERANCAM
Kebebasan penuh dengan PARADOKS & sekaligus “menyesakkan”
ANCAMAN yang berasal dari Benda
Kebebasan “dibebankan” kpd kita OLEH SITUASI YANG TIDAK KITA PILIH
Benda memiliki daya tarik dan daya pikat yang luar
biasa, yang mampu menghancurkan kebebasan
Kebebasan bukanlah sesuatu yang mapan dan padat (masif), yang dapat
kita andalkan sebagai sandaran yang kokoh dalam hidup kita

PANDANGAN INI MEWARNAI SELURUH PEMIKIRAN SARTRE,


DARI AWAL HINGGA AKHIR KARIR FILSAFATNYA
DUA TEMA UTAMA FILSAFAT SARTRE:
“KEBEBASAN” & “ADA” (3)



Sampai Sartre
begitu gigih
mengupayakan
rekonsiliasi dari
kedua hal tersebut?
PERANAN FENOMENOLOGI DALAM
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN SARTRE


PERIODE
PRAFENOMENOLOGIS Komitmen & perhatian Sartre untuk
merekonsiliasikan pertentangan
antara Kebebasan-subjektif & Ada-
subjektif sudah ada

Kebebasan (manusia) & Ada tidak


dapat direkonsiliasikan
? Karena masing – masing punya
cara beradanya sendiri &
karakteristiknya sendiri
Pendekatan & interpretasi Sartre atas
masalah Kebebasan & Ada,
 Lebih ‘ilmiah’ & konkret
PERIODE
 Mulai bebas dari pesimisme yang
PSIKOLOGI muram
FENOMENOLOGIS  Pikiran yang masih diliputi kekaburan

Minat Sartre pada masalah – masalah


psikologi fenomenologis seperti emosi &
imajinasi (mengamati gejala emosi tanpa
perantara asumsi atau teori)

Imajinasi >>> “tindakan menarik diri dari


kenyataan kausal”
Maksudnya ditujukan untuk
melepaskan diri dari determinisme
Ada
PERIODE ONTOLOGI
FENOMENOLOGIS
 Dimulai dengan terbitnya Being and Nothingness (1993),
Di dalam bukunya ada perpaduan baru antara ontologi dengan
berbagai bentuk baru psikoanalisis, yang kemudia disebut
PSIKOANALISIS EKSISTENSIAL

 Sartre kini lebih siap memecahkan persoalan tentang Ada &


Kesadaran-bebas
DENGAN MEMBENTUK SINTESIS BARU ANTARA KEDUANYA
PERIODE ONTOLOGI
FENOMENOLOGIS (2)
 Ontologi Sartre (dalam bukunya) pada asasnya hanya berkenaan dengan kesadaran yang memiliki 4
bagian penting,
Deskripsi tentang esensi
Berkenaan dengan kesadaran sebagai suatu
Adanya bentuk Ada aktivitas & kebebasan
Berkenaan dgn relasi struktur kesadaran
yang baru “pour-
antara ketiadaan dan dalam
autrui” / being-for- Solusi baru utk
struktur kesadaran FAKTISITASnya,
other (perhubungan rekonsiliasi adalah
(kesadaran dalam temporalitas
antara kesadaran yang dengan kesadaran
merupakan gerbang & dalam
satu dengan sebagai negasi
menuju ketiadaan) transendensi ke
kesadaran yang lain terhadap Ada (kesadaran
arah Ada
selalu bergiat menindak
ada)
Tema Penyelidikan Sartre:
KESADARAN
1. Penolakan atau Ego Transendental Husserl
dan Interpretasi Sartre tentang Fenomenologi
Eksistensi Manusia
2. Kesadaran dan Fenomenologi
3. Karakter Negatif Kesadaran
4. Kebebasan
5. Kecemasan
6. Malafide
Metode Fenomenologi dan
Psikoanalisis Eksistensial
Dimulai dengan tahap deskriptif yaitu perilaku-perilaku yang dapat
diamati secara langsung dan diamati bukan hanya melalui metode
Sartre memperkenalkan metode
“introspektif”, tetapi juga melalui metode “objektif” → “mengurai”
fenomenologis “baru”, yang ia sebut makna-makna dari perilaku-perilaku tersebut
“Psikoanalisis Eksistensial”
Dalam tahap penguraian , Sartre menunjuk pada psikoanalisis klasik. Ia percaya
Bertujuan untuk menggali dan mengungkap
bahwa pilihan-pilihan dasar yang terdapat di balik perilaku sadar, dapat dibuat
sampai ke bawah permukaan perilaku sadar melalui prosedur “analitis”. Namun psikoanalisis eksistensial mampu
manusia yang tampak, sesuai dengan memberikan pemahaman yang sesungguhnya mengenai pilihan-pilihan dasarnya
minatnya untuk memahami kesadaran lebih sendiri.
mendalam
(menolak asumsi-asumsi Hal diatas menjadi landasan untuk klaim Sartre, psikoanalisis
psikoanalisis yang deterministik dan eksistensial adalah fenomenologi yang lebih konkret daripada
mekanistik) yang telah dirumuskan oleh para pendahulunya.
Beberapa Ilustrasi tentang Gejala Manusia, Hasil
dari Praktek Fenomenologi Eksistensialis Sartre
Sartre menjelaskan empat ilustrasi
mengenai gejala-gejala dasar manusia
yang berkenaan dengan;
A. Imajinasi
B. Emosi
C. Tatapan
D. Tubuh
IMAJINASI
Terdapat empat perbedaan antara persepsi dan imajinasi, menurut
karakteristik dasarnya

Sartre menegaskan bahwa tidak ada perbedaan Imajinasi menghadirkan suatu objek dengan
yang mendasar antara objek yang karakter negatif, yaitu dilihat sebagai sesuatu
diimajinasikan dengan objek yang yang tidak ada. Artinya, objek yang diimajinasikan
menjadi tidak nyata dan dimana pun menjadi tidak
dipersepsi. Karena sejatinya yang membuat ada. Dengan kata lain imajinasi tidak berkembang.
hal tersebut berbeda adalah cara menyadarinya Dibanding dengan perbuatan perspektif, perbuatan
imajinatif berada dalam posisi yang minim,
Perbedaannya melibatkan cara seseorang
spesifiknya menjadi kekurangan objeknya
mengalami objek. Persepsi yang dialami tidak
harus bergantung pada observasi karena Imajinasi dinilai menjadi lebih spontan, kreatif,
sekali imajinasi awal seseorang terhenti, dan produktif dibanding dengan persepsi. Selain
maka imajinasi berikutnya menjadi tidak ada itu, bandingannya dengan imajinasi, persepsi
adalah hal yang relatif pasif dan kurang kreatif
gunanya lagi.
EMOSI
Emosi mempunyai tujuannya sendiri, bukan sebagai
hasil gangguan yang tidak mengandung arti bagi
kehidupan rasional seseorang.

Bentuk – bentuk perilaku emosional sesungguhnya menunjuk pada posisi


seseorang dalam dunia sebagai suatu yang menyeluruh.

Karena tidak dapat mengubah dunia secara menyeluruh secara efektif dan dengan
cara yang langsung, yakni dengan cara memberikan kualitas yang berbeda dari
yang biasanya seseorang hadapi secara normal.
TATAPAN .

Ciri utama dari tatapan adalah


Tatapan mengarah pada objek –objek Sartre menjadikan landasan untuk
bahwa seseorang mempunyai
yang semata-mata bukanlah objek yang menginterpretasikan relasi antar
akibat nyata pada kesadaran
hadir untuk pribadi. Ada perbedaan yang manusia sebagai suatu “konflik”.
yang mengalami dirinya ditatap
sangat kontras dengan melihat tatapan Yaitu konflik perseteruan yang
oleh orang lain. Tatapan
orang lain yang terarah. Hal ini menjadikan diri sendiri sebagai
mampu “membekukan” atau
dilakukan dengan melihat subjek bagi orang lain.
juga dapat “membuat kaku”
matanya.
orang yang ditatap.
TUBUH
Sartre melihat gejala tubuh dalam perspektif filsafat sosial. Terdapat
tiga dimensi tubuh menurut Sartre:

2. Tubuh Saya Bagi Orang Lain 3. Tubuh Bagi Saya Yang


1. Tubuh Saya Bagi Saya Sendiri Menyadari Adanya Dimensi
Pada tingkat kesadaran pra-reflektif Tubuh seseorang sebagaimana Kesadaran Orang Lain akan
kita “mengada” pada tubuh , dan tampak bagi orang lain Tubuh Saya
kesadaran secara otomatis “terlibat” Rupa-rupa pandangan orang lain
dalam tubuh dan mengindentifikasikan tentang tubuh seseorang sebagai Sartre menegaskan bahwa
diri dengannya. objek pemuas nafsu seks; sebagai seseorang memerlukan orang lain
Fungsi utama tubuh adalah sebagai titik bahan cemoohan; karena untuk mengetahui siapa dirinya
pandang dalam hubungannya dengan kekurangan atau cacat- sebenarnya,
dunia. cacatnya;dan sebagainya.
PENGARUH SARTRE
Di dalam dunia akademis,
pengaruh Sartre dapat Pengaruh dalam filsafat
dibandingkan dengan posisi para barangkali lebih kuat melalui
filsuf besar pada abad provokasinya, ketimbang melalui
pertengahan awal, atau para transmisinya.
Ia tidak punya mahzab, tidak punya
“philosophes” di Prancis.
sekolah tetapi memiliki pengikut yang
fanatik berkat majalah yang ia
terbitkan yaitu “Les Temps
Moderness” meskipun majalahnya
berbau “kesusasteraan” dibanding
fenomenologi.

Anda mungkin juga menyukai