Aplikasi hypnosis dalam perawatan terhadap gangguan emosional berasal dari sebuah
gerakan misterius yang tak jelas disebut “animal magnetism” yang diperkenalkan oleh Mesmer.
Mesmer yakin bahwa tubuh manusia mengandung kekuatan magnetik yang bekerja sebagai
magnet yang digunakan oleh fisikawan.
Di Inggris, mesmerisme mendapat nama baru dan kredibilitas yang lebih besar ketika
Braid menyebut kondisi yang seperti trans ini dengan neuro-hipnologi.
Hipnosis mendapat pengakuan professional yang lebih besar dengan adanya karya dari
dokter Charcot, kepala klinik neurologis di RSJ khusus perempuan di Paris. Charcot sukses
menggunakan hypnosis untuk merawat pasien histeris. Dan juga, dia menggambarkan gejala-
gejala hysteria dan menggunakan hypnosis dalam terminology medis yang membuatnya dapat
lebih diterima oleh French Academy of Science. Karya Charcot lebih condong ke neurologis,
yang menekankan pada gangguan-gangguan fisik seperti kelumpuhan.
Namun, mahasiswa Charcot, Pierre Janet (1859-1947) menolak opini bahwa hysteria
adalah masalah fisik dan memandangnya sebagai sebuah gangguan mental yang disebabkan oleh
melemahnys memori, pikirsn-pikiran yang menetap, dan kekuatan-kekuatan tak sadar. Janet
memilih hypnosis sebagi metode perawatan dan dunia medis mulai memberi perhatian lebih
besar kepada hypnosis dan sebab-sebab psikologis penyakit mental.
Hal-hal yang dilakukan Charcot dan Janet dalam merawat penderita gangguan mental
telah membantu mengubah gagasan-gagasan psikiatris dari sudut pandang fisik menjadi psikis.
Para dokter mulai berpikir dalam lingkup mengobati gangguan-gangguan emosional dengan
merawat pikiran ketimbang merawat tubuh.
3. Teori Evolusi
Darwin membahas beberapa gagasan yang di kemudian hari menjadi isu sentral Freud
didalam psikoanalisis, termasuk proses-proses dan konflik-konflik mental tak sadar,
signifikansi mimpi, simbolisme tersembunyi dari perilaku tertentu dan pentingnya
rangsangan seksual. Secara keseluruhan, Darwin memfokuskan, seperti yang kemudian
dilakukan Freud, pada aspek aspek non rasional pikiran dan perilaku.
Dengan menunjukkan kontinuitas antara manusia dan hewan lainnya, Darwin (1809-
1882) memperkuat anggapan Freud bahwa manusia, seperti binatang non manusia,
termotivasi oleh naluri dan bukan oleh akal. Menurut Freud, ini adalah naluri binatang
yang hebat seperti naluri kita untuk aktivitas seksual dan agresi yang merupakan
kekuatan pendorong kepribadian, dan naluri inilah yang setidaknya harus dihambat
sebagiannya untuk peradaban. Seperti yang terjadi pada kebanyakan ilmuwan pada
zamannya, pandangan Freud mengenai evolusi menggabungkan prinsip Darwin dan
Lamarckian.