Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

TEORI PSIKOlOGI ANALITIKAL CARL GUSTAV JUNG

Dosen Pengampu: Ibu. Dr. Suwillah, M.Pd.

Disusun Oleh:
Rahmad Syah Dewa F.1810285

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS DJUANDA BOGOR
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulilah adalah kalimat pertama yang pantas saya ucapkan. Nikmat
yang diberikan-Nya, tak pernah berhenti dan terus mengalir layaknya sumber
mata air. Termasuk kita bisa berkumpul di tempat ini merupakan bentuk salah
satu nikmat yang nyata. “Bersyukurlah maka akan aku tambahkan, dan apabila
kalian kufur maka adzabku sangat pedih.” Itulah kalimat-Nya. Tuhan pemilik
Arsy, siapa lagi kalau bukan Allah SWT. Bagi saya kalimat itu menjadi mizan
demi meningkatkan ketakwan.
Dan tak lupa pula sholawat beriring salam tercurah limpahkan kepada sang
proklamator Islam, yang membawa panji kedamaian, yang syafaatnya sangat
dinantikan di hari kemudian, tak lain dan tak bukan ialah Nabi Muhammad Saw.
Berkatnyalah kita bisa merasakan bahwa lampu itu terang.
Selanjutnya saya sampaikan terimakasih yang tiada terhingga kepada para
guru, dosen dan teman-teman. Tanpa kalian sadari sudah banyak ilmu yang saya
dapatkan dari kalian. Untuk itu, selanjutnya mohon maaf apabila dalam penulisan
banyak kekeliruan dan kekurangan. Saran, masukan serta kritikan saya harapkan.
Akhirnya, hanya kepada Allah jualah do’a disampaikan. Semoga penulisan
ini bisa menjadi sebuah hal yang bermanfaat bagi saya khususnya, dan umumnya
kepada kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor, 25 Oktober 2020.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan Penulisan Makalah........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. Struktur Kepribadian.................................................................................2

B. Dinamika Kepribadian............................................................................10

C. Perkembangan Kepribadian....................................................................13

D. Aplikasi...................................................................................................16

E. Evaluasi...................................................................................................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................18

A. Kesimpulan..............................................................................................18

B. Saran........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Jung pada mulanya seorang pengikut setia Freud, namun kemudian
mempunyai beberapa pandangan penting yang berbeda. Pertama, Jung
menolak pandangan Freud mengenai pentingnya seksualitas. Menurutnya,
kebutuhan seks setara dengan kebutuhan manusia lainnya, seperti makan,
kebutuhan spiritual dan pengalaman religious. Kedua, Junga menentang
pandangan mekanistik terhadap dunia dari Freud; bagi Jung tingkah laku
manusia dipacu bukan hanya oleh masa lalu tetapi juga oleh pandangan orang
mengenai masa depan, tujuan dan aspirasinya. Pandangan Jung bersifat
purposive-mechanistic; event masa lalu dan antisipasi masa depan dapat
mempengaruhi atau membentuk tingkah laku. Freud memandang kehidupan
sebagai usaha memusnahkan atau menekan kebutuhan instingyang terus
menerus timbul, sedang Jung memandang kehidupan sebagai perkembangan
yang kreatif. Ketiga, Jung mengemukakan teori kepribadian yang bersifat
racial atau phylogenic. (Filogenik: evolusi genetika yang berkait dengan
sekelompok makhluk hidup. Asal muasal kepribadian secara filogenik berada
di keturunan, melalui jejak ingatan dari pengalaman masa lalu ras manusia).
Dasar kepribadian bersifat archaic, primitive, innate, unconcius, dan
universal. Arsetip (Archetype) seperti personal, earth mother, child, wise old
man, dan anima, semuanya menjadi predisposisi bagaimana orang menerima
dan merespon.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Struktur Kepribadian menurut Carl Gustav Jung?
2. Apa saja Dinamika Kpribadian menurut Carl Gustav Jung?
3. Bagaimana Perkembangan Kepribadian menurut Carl Gustav Jung?
4. Bagaimana Aplikasi teori Psikologi Analitikal menurut Carl Gustav Jung?

4
5. Bagaiamna Evaluasui teori Psikologi Analitikal menurut Carl Gustav
Jung?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui apa saja Struktur Kepribadian menurut Carl Gustav
Jung.
2. Untuk mengetahui apa saja Dinamika Kepribadian menurut Carl Gustav
Jung.
3. Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Kepribadian menurut Carl
Gustav Jung.
4. Untuk mengetahui bagaimana Aplikasi teori Psikologi Analitikal menurut
Carl Gustav Jung.
5. Untuk mengetahui bagaiamna Evaluasi teori Psikologi Analitikal menurut
Carl Gustav Jung.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Kepribadian
Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran,
perasaan dan tingkahlaku, kesadaran dan ketidak sadaran. Kepribadian
membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan social dan
lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan, keprbadian adalah kesatuan atau
berpotensi membentuk kesatuan. Ketika mengembangkan kepribadian, orang
harus berusaha mempertahankan kesatuan dan harmoni antar semua elemen
kepribadian.
Kepribadian tersusun atas sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga
tingkat kesadaran; ego beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi
pada tingkat tak sadar pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat tak sadar
kolektif. Di samping sistem-sistem yang terikat dengan daerah operasinya
masing-masing, terdapat sikap (ntrovers-ekstraves) dan fungsi (fikiran-
perasaan-persepsi-intuisi) yang beroperasi pada semua tingkat kesadaran.
Juga ada self yang menjadi pusat kepribadian.

1. Kesadaran (Consciousness) dan Ego


Consciousness muncul pada awal kehidupan, bahkan
mungkin sebelum sebelum dilahirkan. Secara berangsur kesadaran
bayi yang umum-kasar, menjadi semakin spesifik ketika bayi itu
mulai mengenal manusia dan obyek disekitarnya. Menurut Jung,

6
hasil pertama dari proses diferensiasi kesadaran itu adalah ego.
Sebagai organisasi kesadaran, ego berperan penting dalam
menentukan persepsi, fikiran, perasaan dan ingatan yang bisa
masuk kesadaran. Tanpa seleksi ego, jiwa manusia bisa menjadi
kacau karena terisi oleh pengalaman yang semua bebas masuk ke
kesadaran. Dengan menyaring pengalaman, ego berusaha
memelihara keutuhan dalam kepribadian dan memberi orang
perasaan kontinuitas dan identitas.
2. Taksadar Pribadi (Personal Unconscious) dan Kompleks
(Complexes)
Di dalam tak sadar pribadi, sekelompok idea (prasaan-
perasaan, fikiran-fikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan)
mungkin mengorganisir diri menjadi satu, disebut complex. Istilah
kompleks telah menjadi Bahasa sehari-hari. Orang dikatakan
mempunyai komplek jikalau orang tersebut mengalami jenuh
(preoccupied) dengan sesuatu yang mempengarhui hamper semua
tingkah lakunya, sampai-sampai dikatakan oleh Jung, bukan oaring
itu yang memiliki kompleks, tetapi komplekslah yang memiliki
orang itu. Kompleks mempunyai inti, yang bertindak sebagai
magnet menarik atau mengkonsentrasikan berbagai pengalaman ke
arahnya, sehingga inti itu dipakai untuk menamai kompkleks itu.
Inti dan unsur yang terkait dengannya bersifat taksadar, tetapi
kaitan-kaitan tersebut dapat dan sering menjadi sadar.
3. Taksadar Kolektif (Collective Unconscious)
Disebut juga transpersonal unconscious, konsep asli Jung
yang paling kontroversial; suatu sistem psikis yang kuat dan paling
berpengaruh, dan pada kasus-kasus patologik mengungguli ego dan
ketidaksadaraan peribadi.
Menurut Jung, evolusi makhluk (manusia) memberi cetak
biru bukan hanya mengenai fisik atau tubu akan tetapi juga
mengenai kepribadian. Tak sadar kolektif adalah Gudang ingatan

7
laten yang diwariskan oleh leluhur, baik leluhur dalam wujud
manusia maupun leluhur pramanusia atau binatang. Ingatan yang
diwariskan adalah pengalaman-pengalaman umum yang terus
berulang lintas generasi. Namun yang diwariskan bukanlah hanya
memori atau fikiran spesifik, tetapi lebih sebagai predisposisi
(kecenderungan untuk bertindak) atau potensi untuk memikirkan
sesuatu. Adanya predisposisi membuat orang menjadi peka, dan
mudah membentuk kecenderungan tertentu, walaupun tetap
membutuhkan pengalaman dan belajar.
Manusia terlahir dengan potensi kemampuan tiga dimensi,
nampun kemampuan itu baru diperoleh sesudah manusia belajar
melalui pengalamannya.
4. Arsetip (Archetype)
Tak sadar kolektif berisi image dan bentuk fikiran yang
banyaknya tak terbatas, tetapi Jung memusatkan diri pda image dan
bentuk fikiran yang muatan emosinya besar, yang dinamakannya
archetype (dinamakan juga dominan, primordial image, imago,
mitologic image, atau pola tingkah laku.
Jung mengidentifikasi berbagai arsetip; lahir, kebangkitan
(lahir kembali), kematian, kekuatan, magi, uniti, pahlawan, anak,
tuhan, setan, orang bijak, ibu pertiwi, binatang, dll. Di antaranya
yang paling penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah
laku ialah; pesona, anima-animus, shadow, dan self.
a. Persona
Ialah topeng, wajah yang dipakai seseorang untuk
menghadapi kehidupannya (publik). Itu mencerminkan
persepsi masyarakat mengenai peran yang harus
dimainkan seseorang dalam hidupnya. Persona dibutuhkan
untuk survival, membantu diri mengontrol perasaan,
fikiran dan tingkahlaku. Tujuannya adalah menciptakan

8
kesan tertentu kepada orang lain dan sering juga
menyembunyikan hakekat pribadi yang sebenarnya.
Namun manakala orang mengidentifikasinya dengan
personanya, hal itu akan membuat orang tersebut merasa
asing dengan dirinya sendiri.
b. Anima dan Animus
Manusia pada dasarnya biseks. Begitu pula dalam
kepribadian, ada arsetip feminism dalam kepribadia pria,
maka disebut anima. Dan arsetip maskulin dalam
kepribadian wanita disebut animus.
Anima dan Animus menyebabkan masing-masing
jenis menunjukan ciri lawan jenisnya, sekaligus berperan
sebagai gambaran kolektif yang memotivasi masing-
masing jenis untuk tertarik dan memahami lawan jenisnya.
c. Shadow
Bayangan adalah arsetip yang mencerminkan insting
kebinatangan yang diwarisi manusia dari evolusi makhluk
tingkat rendah. Bayangan bila diprojeksikan keluar apa
adanya akan menjadi iblis atau musuh. Bayangan juga
mengakibatkan ke dalam kesadaran muncul fikiran
-perasaan-tindakan yang tidak menyenangkan dan dicela
masyarakat. Itu sebabnya arsetip tersebut mempengaruhi
taksadar dan pada gilirannya juga mempengaruhi ego.
Namun, apabila bayangan dan ego bekerja sama,
kekuatan bayangan tersalurkan ke dalam tingkahlaku yang
berguna, dan dampaknya orang menjalani hidup dengan
penuh semangat.
d. Self
Konsep keutuhan dan kesatuan kepribadian
dipandang sangat penting oleh Jung. Self adalah arsetip
yang memotivasi perjuangan orang menuju keutuhan.

9
Arsetip self menyatakan diri dalam simbol, seperti
lingkaran magis atau mandala (symbol meditrasi agama
Budha, mandala dalam Bahasa sansekerta yang berarti
lingkaran), di mana self menjadi pusat lingkaran itu.
Self menjadi pusat kepribadian, dikelilingi oleh
sistem lainnya. Self mengarahkan proses individuasi,
melalui self kreativitas dalam ketidaksadaran diubah
menjadi didasari dan disalurkan ke aktivitas produktif.
Namun, sebelum self muncul berbagai komponen
kepribadian harus lebih dahulu berkembang sepenuhnya
dan terindividuasikan. Karena alas an ini, arsetip diri tidak
akan tampak sebelum orang mencapai usia setengah baya.
5. Simbolisasi (Symbolization)
Symbol adalah tanda yang tampak guna mewakili hal lain
(yang tidak tampak). Arsetip yang terbenam di dalam taksadar
kolektif hanya dapat mengekskpresikan diri melalui simbol-simbol.
Simbol beroperasi dalam du acara. Pertama, dalam bentuk
retrospektif, dibimbing oleh insting simbol mungkin secara
sederhana menunjukan implus yang karena alas an tertentu tidak
terpuaskan.
Kedua, dalam bentuk prospektif, dibimbing oleh tujuan akhir
kemanusiaan. Symbol mengekspresikan kumpulan kebijaksanaan
yang telah dicapai, yang dapat diterapkan pada masa yang akan
datang.
6. Sikap dan Fungsi (Attitude and Funcation)
Kecuali ego, semua aspek kepribadian yang telah dibahas
berfungsi pada tingkat taksadar. Ada dua aspek kepribadian yang
beroperasi di tingkat sadar dan taksadar, yakni attitude
(interversion-ekstraversion) dan funcation (thinking, feeling,
sensing dan intuiting).

10
a. Sikap Introversi (introversion) dan Ekstraversi
(Ekstraversion)
Sikap introversi mengarahkan pribadi ke
pengalaman subjektif, memusatkan diri pada dunia dalam
dan privat dimana realita hadir dalam bentuk amatan,
cenderung menyendiri, pendiam atau tidak ramah, bahkan
antisosial. Umumnya orang introvertif itu senang
introspektif dan sibuk dengan kehidupan internal mereka
sendiri.
Sikap ekstraversi mengarahkan pribadi ke
pengalaman obyektif, memusatkan perhatiannya ke dunia
luar, alih-alih berfikir mengenai persepsinya, cenderung
berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif dan ramah.
Orang yang ekstravertif sangat menaruh perhatain
mengenai orang lain dan dunia sekitarnya, aktif, santai,
tertarik dengan dunia luar.
Kedua sikap yang berlawanan itu ada dalam
kepribadian, tetapi biasanya salah satu dominan dan sadar,
sedangkan yang lainnya kurang dominan dan taksadar.
Apabila ego lebih bersifat ekstravert dalam berhubungan
dengan dunia luar, maka taksadar pribadi akan bersifat
introvert. Begitupun sebaliknya. Orang yang sehat
psikisnya adalah orang yang mencapai keseimbangan
antar dua sikap itu, merasa sama-sama nyamannya dengan
dunia dalam dan dunia luarnya.
Fikiran (thinking)-Perasaan (feeling)-Pengindraan
(Sensing)-Intuisi (intuiting)
Fikiran adalah fungsi intelektual, mencari saling
hubungan antar ide untuk memahami alam dunia dan
memecahkan masalah. Perasaan adalah fungsi evaluasi,

11
menerima atau menolak ide dan obyek berdasarkan
apakah mereka membangkitkan perasaan positif atau
negative, memberi pengalaman subjektif manusia sperti
kenikmatan, rasa sakit, marah, takut, sedih, gembira dan
cinta. Fikiran dan perasaan adalah fungsi rasional karena
keduanya melibatkan keharusan memutuskan sesuatu.
Pengindraan melibatkan operasi indera-melihat,
mendengar, meraba, menjilat, membau, serta merespon
rangsangan dari dalam tubuh sendiri. Jadi pengindraan
adalah fungsi perseptual atau kenyataan, menghasilkan
fakta-fakta kongkrit atau bentuk representasi dunia.Intuisi
adalah persepsi secara taksadar atau subliminal,
memperoleh kebenaran tanpa melalui fakta yang konkrit.
Pengindraan dan intuisi adalah fungsi nonrasional.
Keduanya merespon stumuli, baik yang nyata maupun
tidak nyata, tidak melalui fikiran ata evaluasi.
Keempat fungsi itu ada pada setiap orang, biasanya
dalam tingkat operasional dan perkembangan yang
berbeda. Satu fungsi yang paling berkembang dominan
disebut superior, di bawahnya ada fungsi pelengkap
(auxiliary) yang mengambil peran superior kalua fungsi
yang paling dominan itu kerjannya terganggu.
Adapun tujuan ideal yang diperjuangkan oleh
kepribadian ialah mengembangkan keempat fungsi itu
dalam tingkat yang sama, sehingga tidak ada yang
superior dan inferior.
b. Tipologi Jung (Gabungan Sikap-Fungsi)
Jung memakai kombinasi sikap dan fungsi ini untuk
mendeskripsikan tipe-tipe kepribadian manusia. Jadi Jung
yang pada dasarnya mengembangkan teori dalam
paradigma psikoanalisis, pada elaborasi konsep sikap dan

12
fungsi memakai paradigma tipe. Dari kombinasi sikap
(esktravers dan introvers) dengan fungsi (fikiran,
perasaan, pengindraan, intuisi) akan diperoleh delapan
macam tipe manusia ekstraversi-fikiran, ekstraversi-
perasaan, ekstraversi-epngindraan, ekstraversi-intuisi,
introversi-fikiran, introversi-perasaan, introversi-
pengindraan, dan introversi-intuisi.
Iktisar Tipologi Jung
Sikap Fungsi Ciri Kepribadian
Manusia ilmiah, aktivitas
Fikiran intelektual berdasar data
obyektif.
Manusia dramatik,
menyatakan emosi
Perasaan
secara terbuka dan cepat
berubah
Ekstraversi
Pemburu kenikmatan,
memandang &
Pengindraan
menyenangi dunia apa
adanya
Pengusaha, bosan
Intuisi dengan rutinitas, terus
menerus
Manusia filsuf,
Fikiran penelitian intelektual
secara internal
Penulis kreatif,
menyembunyikan
Perasaan perasaan, sering
mengalami badai
emosional
Introversi
Seniman, mengalami
dunia dengan cara
Pengindraan pribadi dan berusaha
mengekspresikannya
secara pribadi pula
Manusia peramal, sukar
Intuisi mengkomunikasikan
intuisinya

13
B. Dinamika Kepribadian
Variasi struktur kepribadian yang kompleks membuat elaborasi
dinamka kepribadian sukar dibuat formulanya. Akhirnya, Jung mencoba
mendekati dinamika itu dari prinsip-prinsip interaksi dan tujaun penggunaan
energi psikis.
1. Interaksi antar Struktur Kepribadian
a. Prinsip Opsisi
Prinsip opsisi paling sering terjadi, karena kepribadian
berisi berbagai kecenderungan konflik. Menurut Jung, tegangan
(akibat konflik) adalah esensi hidup; tanpai itu tida ada enerji
dan tidak ada kepribadian. Oposisi muncul dimana-mana ego
versus shadow, interversi versus eksterversi, berfikir versus
berperasaan, dan anima atau animus versus ego (juga saling
kompensasi).
b. Prinsip Kompensasi
Dipakai untuk menjaga agara kepribadian tidak menjadi
neurotic. Umumnya terjadi antara sadar dan taksadar, fungsi
yang dominan pada kesadaran dikompensasi oleh hal lain yang
direpres.
c. Prinsip Penggabungan
Menurut Jung, kepribadian terus menerus berusaha untuk
menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada. Berusaha
untuk mensintesakan pertentangan untuk mencapai kepribadian
yang seimbang dan integral. Integrasi ini hanya sukses dicapai
melalui fungsi transenden.
2. Enerji Psikis
a. Fungsi Enerji
Jung berpendapat bahwa personality adalah sistem yang
relative tertutup, bersifat kesatuan yang saling mengisi, terpisah
dari sistem enerji lainnya. Kepribadian dapat mengambil enerji
baru dari proses biologic dan sumber eksternal. Yakni

14
pengalaman individu, untuk memperkuat enrji psikis.
Berfugsinya kepribadia bergantung kepada bagaimana enerji
dipakai. Enerji yang dipakai oleh kepribadia disebut enerji
psikis. Adapun enerji psikis berasal dari pengalaman.
Enerji itu tampak dari kekuatan semangat, kemauan, dan
keinginan, serta berbagai proses mengamati, berfikir, dan
memperhatikan. Jung berpendapat ada hubungan saling
mempengaruhi antara kekuatan enerji fisik dengan kekuatan
enerji psikis, namun tidak dijelaskan bagaimana hubungan itu
terjadi.
b. Nilai Psikis (Psyhic Value)
Ukuran banyaknya enerji psikis yang tertanam dalam salah satu
unsur kepribadian disebut nilai psikis dari unsur itu. Suatu ide
atau perasaan tertentu dikatakan memiliki value psikis yang
tinggi kalua ide atau perasaan itu memainkan peran penting
dalam mencetuskan dan mengarahkan tingkahlaku. Nilai psikis
suatu ide atau perasaan tidak dapat ditentukan secara absolut,
tetapi nilai relatifna (mana yang lebih kuat dari yang lain) dapat
dianalisis.
c. Kesamaan
Enerji psikis bekerja mengikuti termodinamika, yakni
prinsip equivalen dan prinsip entropi. Prinsip equivalen
menyatakan, jumlah enerji psikis selalu teap, hanya
distribusinya yang berubah. Prinsip entropi mengemukakan
tentang kecenderungan enerji menuju ke keseimbangan. Adapun
tujuan entropi adalah keseimbangan homeostatik.
Hukum umum dari Jung menyatakan bahwa perkembangan
hanya satu sisi dari kepribadian akan menimbulkan konflik,
sedang tegangan dan perkembangan simultan semua sapek akan
menghasilkan harmoni dan kepuasan. Karena bagian atau sistem
yang lemah akan selalu berusaha untuk menjadi kuat, bagian

15
dari kepribadian yang sangat kuat terus-menerus ditekan oleh
bagian lain yang lemah.
d. Tujuan Penggunaan Enerji
Enerji psikis dipakai untuk dua tujuan utama, memelihara
kehidupan (preservation of life) dan pengembangan aktivitas
kultural dan spiritual (development of cultural and spiritual
activitiy). Tujuan-tujuan itu dapat diraih melalui gerak progresi
dan atau gerak regresi.
1) Progresi adalah gerak maju, berkat keberhasilan ego
sadar menyesuaikan tuntutan lingkungan dan kebutuhan
taksadar secara memuaskan, enerji akan mendukung
gerak progresif dimana kekuatan-kekuatan yang saling
bertentangan disatukan dalam arus yang harmonis.
2) Regresi adalah gerak dari enerji psikis akibat adanya
frustasi, sehingga enerji psikis itu banyak dikuasai atau
dipakai di dalam proses taksadar. Namun, regresi tak
selamanya buruk, karena gerak mundur itu dapat
membantu ego menemukan cara mengatasi hembatan.

Gerakan yang didukung enerji bukan hanya maju atau


mundur. Ketika lingkungan menentang pemuasan kebutuhan
instingtif, ego mempunyai dua masam pilihan pemakaian enerji,
yakni:

1) Sublimasi adalah mengubah tujuan instingtif yang tidak


dapat diterima dengan tujuan yang dapat diterima
lingkungan.
2) Represi adalah menekan insting yang tidak mendapatkan
penyaluran rasional di lingkungan, tanpa menganggu
ego.

C. Perkembangan Kepribadian
1. Mekanistik, Purposif dan Sinkronisitas

16
Jung menyakini bahwa dua pandangan mekanistik dan purposive
dibutuhkan untuk mengetahui pemahaman terhadap kepribadian; masa
kini ditentukan bukan hanya oleh masa lalu tetapi juga oleh masa depan.
Prinsip mekanistik akan membuat manusia menjadi sengsara karena
terpenjara masa lalu. Manusia tidak bisa bebas menentukan tujuan atau
membuat rencana karena masa lalu tak dapat diubah. Sebaliknya, prinsip
purposive membuat orang mempunyai perasaan penuh harapan, ada
sesuatu yang membuat orang berjuang dan bekerja.
Selanjutnya, menurut Jung, peristiwa psikis tidak selalu dapat
dijelaskan dengan prinsip sebab-akibat. Dua peristiwa psikis yang terjadi
secara bersamaan dan tampak saling berhubungan, yang satu tidak
menjadi penyebab dari yang lainnya. Karena keduanya tidak dapat
ditunjuk mana yang masa lalu dan mana yang masa depan. Ini dinamakan
sinkronisitas. Jung menyimpulkan dari pengalaman dalam telepati
mental, pengindraan batin, dan fenomena paranormal lainnya; bahwa ada
banyak jenis aturan lain di alam semesta di samping aturan sebab-akibat,
aturan itulah sinkronisitas.
2. Individuasi dan Transendensi
Tujuan hidup manusia ialah untuk mencapai realisasi diri. Orang
yang dikatakan mencapai realisasi diri, ialah dia yang dapat
mengintegrasikan semua kutub-kutub yang berseberangan dalam
jiwanya, menjadi satu kesatuan anima atau animusnya, menyeimbangkan
introversi dan ekstraversi, serta meningkatkan empat fungsi jiwa dalam
posisi tertinggi.
a. Individual; Proses analitik, memilah-milah, memperinci, dan
mengelaborasi aspek-aspek kepribadian
b. Transendensi; Proses sinetik, mengintegrasikan materi taksadar
dengan materi kesadaran, mengintegrasikan aspek-aspek di
dalam suatu sistem, dan mengintegrasikan sistem-sistem secara
keseluruhan agar dapat berfungsi dalam satu kesatuan yang
efektif.

17
3. Tahap-tahap Perkembangan
Jung tidak Menyusun tahap-tahap perkembangan secara rinci
seperti Freud. Singkatnya, terdapat 4 tahapan perekmbangan, masa anak,
remaja & dewasa awal, usia pertengahan, dan usia tua.
a. Usia Anak
1) Tahap anarkis (0-6 tahun): ditandai dengan kesadaran yang
kacau dan sporadic (kadang ada, kadang tidak). Pengalaman
pada fase anarkis ini sering muncul ke dalam kesadaran
sebagai gambaran primitive, yang tidak dapat dijelaskan
secara akurat.
2) Tahap monarkis (6-8 tahun) pada anak-anak ini ditandai
dengan perkembangan ego, dan mulainya fikiran verbal dan
logika. Pada tahap ini seorang anak menganggap dirinya
obyektif, sehingga sering secara tidak sadar mereka
menganggap dirinya sebagai orang ketiga.
3) Tahap dualistic (8-12 tahun) ditandai dengan pembagian ego
menjadi dua, obyektif dan subjektif.

Jung mengamati bahwa anak-anak sring mengalami kesulitan


emosional. Menurutnya, hampir semua kesulitan itu merefleksikan
‘pengaruh buruk di rumah’. Selanjutnya menurut Jng, anak hidup dalam
atmosfer jiwa yang tertutup yang diberikan oleh orangtuanya, dan
kehidupan psikisnya diatur oleh insting.

b. Usia Pemuda
Tahap pemuda berlangsung mulai dari pubertas sanpai usia
pertengahan. Pemuda berjuang untuk mandiri secara fisik dan
psikis dari orang tuanya; menemukan pasangan, membina
rumah tangga, dan mempunyai tempat tinggal.
Tahap ini ditandai dengan meningkatnya kegiatan,
kematangan seksual, tumbuh-berkembangnya kesadaran, dan
pemahaman bahwa era bebas masalah dari kehidupan anak-anak

18
sudah menghilang. Kesulitan utama yang dihadapi pemuda
adalah bagaimana melupakan hidup seperti anak-anak dan
menolak menghadapi masalah kekinian, disebut prinsip
konservatif. Orang dewasa yang memakai nilai-nilai semasa
anak-anak akan menghadapi kelumpuhan pribadi pada separuh
kehidupannya yang akan dating, mengalami hambatan usaha
mencapai realisasi diri, menciptakan tujuan baru, dan tidak bisa
mencari makna baru kehidupan.
c. Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai anatar usia 35 atau 40 tahun. Puncak
perkembangan sudah lewat, tetapi priode ini justru ditandai
dengan aktualisasi potensi yang sangat bervariasi. Menurut
Jung, tahap ini ditandai dengan munculnya kebutuhan nilai
spiritual. Dimana merpakan kebutuhan yang selalu menjadi
bagian dari jiwa.
d. Usia Tua
Tahap usia tua kurang mendapat perhatian Jung.
Menurutnya, usia tua mirip dengan usia anak-anak; pada tahap
itu fungsi jiwa Sebagian besar bekerja di taksadar.

D. Aplikasi
1. Tes Asosiasi Kata
Jung bukanlah orang pertama yang memakai Teknik asosiasi, tetapi
dia dihargai karena mengembangkan dan menyempurnakan tes itu. Yang
mana pada mulanya dia memakai Teknik tersebut untuk menunjukan
validitas hipotesa Freud, bahwa taksadar beroperasi sebagai proses
otonom. Kini, tujuan tes asosiasi Jung bertujuan untuk mengungkap
perasaan-perasaan yang bermuatan kompleks.
2. Psikoterapi
Secara tidak langsung teori Jung justru tampak pada pendekatan terapi
dari Rogers (fenomenologi) dari Maslow (humanistic), keduanya

19
mengembangkan teori kepribadian memakai paradigma diluar
psikoanalitik. Selanjutnya, ketika melakukan terapi Jung menemukan
empat tahapan yakni pengakuan, pencerahan, pendidikan dan perubahan.
3. Analisis Mimpi
Tujuan interpretasi mempi dari Jung adalah mengungkap elemen-
elemen yang ada di ruang lingkup taksadar pribadi dan taksadar kolektif.
Ada tiga macam jenis mimpi yang sarat dengan muatan arsetip, yakni
mimpi besar atau big dreams (memipi yang memiliki makna khas), mimpi
tipikal atau typical dreams (mimpi yang umum pada banyak orang) dan
mimpi anak-anak atau earliest dreams (ini bukan termasuk mimpi akan
tetapi tentang ingatan-ingatan mimpi pada masa anak-anak).
Interpretasi mimpi membutuhkan pemahaman mengenai sifat
kesadaran pemimpi, karena mimpi timbul dari ketidaksadaran yang
menjadi kebalikan dari kesadaran. Ada tiga metoda analisis mempi dari
Jung yakni amplifikasi, rangkaian mimpi dan imanjinasi aktif.
[ CITATION Alw19 \l 1033 ]
E. Evaluasi
Teori Jung berpengaruh luas, dan lembaga yang melatih model
analisis dan terapi Jung didirikan di banyak negara. Pengikut-pengikut Jung,
sperti Gerhard Adler, Micheal Fordham, Sir Herbert Read, Esther Harding
dan Jolande Jacobi, melanjutkan eksplorasi teori Jung dan elaborasi dari
berbagai konsep Jung.

Pengaruhnya terhadap psikologi modern tampak pada perkembangan


riset asosiasi kata, dan konsepnya mengenai type introversi dan ekstraversi.
Konsep Jung mengenai raealisasi diri muncul dalam teori dan aplikasi
kepribadian dari Horney, Allport, Rogers, Maslow, dan banyak pakar intinya,
namun Jung jara disebut sebagai penemu konsep ini. Teori Jung banyak
menyentuh dunia religious, bak memakai pandangan agama untuk memahami
kehidupan jiwa manusia, atau sebaliknya memakai pendekatan
fenomenologik dari psikologi untuk memahami agama. Teori Jung masi
bersifat konsep-konsep yang membutuhkan banyak hipotesa dan uji

20
eksperimen. Fikiran-fikiran dan konsep-konsep Jung yang orisinil dan berani
dalam mengungkap isi-isi jiwa manusia, setara dengan karya Freud.

Jung dikritik dalam pemakaian metoda riset komparatif, pengabaian


control dalam ekperimen, dan konsepnya mengenai taksadar kolektif, bersifat
spekulatif. Teorinya dikembangkan dari pengalaman-pengalaman pribadi
seperti halusinasi, deprsi-keinginan bunuh diri, dan agresi, sukar dibuktikan
secara ilmiah. Kettarikan atau keterlibatannya dengan okultisme, agama dan
motologi, membuat semakin jauh dari analisis ilmiah.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Jung,
Kepribadian tersusun atas sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat
kesadaran; ego beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada
tingkat tak sadar pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat tak sadar
kolektif. Di samping sistem-sistem yang terikat dengan daerah operasinya
masing-masing, terdapat sikap (ntrovers-ekstraves) dan fungsi (fikiran-
perasaan-persepsi-intuisi) yang beroperasi pada semua tingkat kesadaran.
Juga ada self yang menjadi pusat kepribadian.
Adapun Jung berpendapat Variasi struktur kepribadian yang kompleks
membuat elaborasi dinamka kepribadian sukar dibuat formulanya. Akhirnya,
Jung mencoba mendekati dinamika itu dari prinsip-prinsip interaksi dan
tujuan penggunaan energi psikis.
Selanjutnya, menurut Jung, peristiwa psikis tidak selalu dapat
dijelaskan dengan prinsip sebab-akibat. Dua peristiwa psikis yang terjadi
secara bersamaan dan tampak saling berhubungan, yang satu tidak menjadi
penyebab dari yang lainnya. Karena keduanya tidak dapat ditunjuk mana
yang masa lalu dan mana yang masa depan. Ini dinamakan sinkronisitas.
Kemudian Jung tidak Menyusun tahap-tahap perkembangan secara rinci
seperti Freud. Singkatnya, terdapat 4 tahapan perekmbangan, masa anak,
remaja & dewasa awal, usia pertengahan, dan usia tua.
Demikian pada ranah aplikasi psikologi analitikal Jung menerapkan
tes asosiasi kata, psikotrapi dan analisis mimpi. Dan akhirnya pada evaluasi
teori Jung banyak menyentuh dunia religius, bak memakai pandangan agama
untuk memahami kehidupan jiwa manusia, atau sebaliknya memakai
pendekatan fenomenologik dari psikologi untuk memahami agama. Teori
Jung masi bersifat konsep-konsep yang membutuhkan banyak hipotesa dan

22
uji eksperimen. Fikiran-fikiran dan konsep-konsep Jung yang orisinil dan
berani dalam mengungkap isi-isi jiwa manusia, setara dengan karya Freud.
B. Saran
Demikian makalah ini saya buat. Saya menyadari bahwa makalah yang
saya susun ini jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi lebih baiknya penulisan
makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (Februari 2019). Psikologi Kepribadian edisi revisi. Malang: UMM


Press.

24

Anda mungkin juga menyukai