Disusun Oleh:
Kelompok 4
Kelas : 2B
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Yang Berpusat Pada
Pribadi Carl Rogers Dan Teori Eksistensial Rollo May” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Moniqa
Siagawati, M.Psi., PSIKOLOG pada mata kuliah Psikologi Kepribadian. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang psikoanalisis bagi para pembaca dan
juga bagi penulis
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Moniqa Siagawati, M.Psi., PSIKOLOG,
selaku dosen Psikologi Kepribadian yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Teori Yang Berpusat Pada Pribadi Carl Rogers
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Teori Yang Berpusat Pada Pribadi Carl Rogers
Rogers adalah salah satu dari banyak ahli yang mengembangkan teori humanistic
dan menentang teori-teori sebelumnya yaitu psikoanalisis dan behavioristik, orang-orang
humanis memandang kedua teori sebelumnya bersifat “dehumanizing” (melecehkan
nilai-nilai manusia). Teori humanistik dipandang sebagai “third force” (kekuatan ketiga)
dalam psikologi, kekuatan humanistik ini memiliki minat yang eksklusif terhadap tingkah
laku manusia. Humanistik dapat diartikan sebagai “Orientasi teoritis yang menekankan
kualitas manusia yang unik, khususnya terkait dengan free will (kemauan bebas) dan
potensi untuk mengembangkan dirinya”. Para ahli humanistik memiliki pandangan yang
optimis terhadap hakikat manusia. Mereka meyakini bahwa :
• Manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran,
kebutuhan irrasional, dan konflik
Fokus utama Rogers adalah proses psikoterapi dan teori kepribadiannya bersumber
dari teori terapi. Rogers secara berkesinambungan melakukan penelitian empiris untuk
mendukung teori perkembangannya maupun pendekatan terapinya. Teori Rogers yang
disebut dengan teori yang berpusat pada pribadi atau istilah yang lebih luas person-
centered. Berkaitan dengan teori, teori psikoanalitis menekankan dorongan biologis,
bawah sadar, peredaan ketegangan, dan perkembangan karakter di usia awal. Sebaliknya,
pendekatan fenomenologis Rogers menekankan persepsi sadar, perasaan berkaitan
dengan interaksi sosial, motif aktualisasi diri, dan proses perubahan. Berkaitan dengan
metode riset, psikoanalis percaya bahwa wawancara klinis atau tes proyektif harus
digunakan untuk menghalangi tindakan mekanisme pertahanan diri. Sebaliknya, Rogers
percaya bahwa orang memiliki kapasitas untuk melaporkan karakteristik pengalaman
psikologis mereka dengan cara yang amat bermanfaat; dengan demikian riset dapat
menggunakan metode self-report (evaluasi diri) yang sederhana.
1.2 Biografi Tokoh
Carl Ransom Rogers lahir pada 8 Januari 1902 di Oak Park,Illinois, Amerika
Serikat. Rogers merupakan anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Walter dan
Julia Cushing Rogers. Rogers lebih dekat kepada ibunya dibandingkan sang ayah. Hal ini
terjadi karenaprofesi ayahnya sebagai seorang insinyur dan kontraktor, membuatnya
sering bepergian meninggalkan rumah sejak Rogers masih kecil.Kesuksesan yang diraih
sang ayah membuat keluarga Rogers menikmatigaya hidup kelas menengah atas Amerika
kala itu. Rogers belajar darikedua orang tuanya tentang nilai-nilai yang mereka anut yaitu
religiusitasdan prinsip kerja keras.
Ketika Rogers berusia 12 tahun, ayahnya membawa seluruh keluarga untuk pindah
ke sebuah peternakan yang jauhnya 25 mil darikota Chicago. Meskipun sang ayah
bukanlah petani dan masih menjadi seorang kontraktor yang sukses, namun keputusan ini
diambil oleh kedua orang tuanya dengan harapan dapat memberikan lingkungan yang
lebih kondusif dan relijius bagi perkembangan anak-anak mereka. Dilingkungan inilah
Rogers muda menemukan gairahnya terhadap ilmu pertanian. Ia seperti seorang ilmuwan
kecil yang bersikap ilmiah danmelakukan observasi dengan catatan-catatan detil tentang
tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya.
Rasa tertariknya pada ilmu pertanian membawanya untuk mendalami ilmu alam
dan ilmu hayat di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun 1924, ia melanjutkan
studinya ke Union Theological Seminary di New York City. Di tempat inilah ia
berkenalan dengan pandangan liberal dan filosofis mengenai agama dan merasa tergugah
untuk mempelajari dirinya sendiri. Minatnya pun berubah lagi ke psikologi pendidikan
dan psikologi klinis yang kemudian ditekuninya di Teachers College of Columbia
University dan mendapat gelar doktornya padatahun 1931. Di sanalah ia terpengaruh oleh
filsafat John Dewey dan diperkenalkan pada psikologi klinis oleh Leta Hollingworth.
Pertemuannya dengan Alfred Adler telah mengubah orientasi Rogers dalam metode
psikoterapi dan mendorongnya untukmencetuskan teknik terapi yang berpusat pada klien
atau pribadi. Teknikini ia kembangkan secara terus menerus di berbagai tempat
kerjanyaseperti di Rochester Guidance Center (pusat bimbingan untuk anak terlantar). Ia
juga mendirikan Pusat Kajian Pribadi (The Center forStudies of The Person) di La Jolla
California. Selain itu, Rogers juga pernah menjadi presiden American Psychological
Association pada tahun 1946-1947.
Teori Rogers sangat bersifat klinis, karena didasarkan pada pengalaman bertahun-
tahun tentang bagaimana seharusnya seorang terapis menghadapi seorang kliennya.
Dalam dunia psikologi teori ini disebut dengan teori teori yang berpusat pada klien dalam
istilah carl rogers disebut sebagai “client centered theraphy” atau “person-centered
psychotherapy”.
Maksud dari berpusat pada klien adalah karena teori ini terapis harus mampu masuk
pada hubungan yang s angat pribadi dan subjektif dengan klien, yang hubungannya
tersebut bukan seperti ilmuan dengan objek penelitian namun lebih pada antara pribadi
dengan pribadi. Terapis memandang bahwa klien; memiliki pribadi, memiliki harga diri
tanpa sarat, memiliki nilai nilai tak peduli bagaimana keadaannya, tingkah lakunya atau
perasaannya.
Carl Rogers mendeskripsikan teori the self sebagai konstruk yang menjelaskan
bagaimana individu melihat dirinya sendiri. Konsep pokok teori kepribadian yang
dikemukakan oleh Rogers ini adalah self, yang mana menjadi struktur kepribadian itu
sendiri. Self terbagi menjadi dua, yaitu Real Self serta Ideal Self. Real self adalah kondisi
individu saat ini, sedangkan ideal self adalah kondisi individu yang mana ingin dilihat
dan dicapai oleh individu itu sendiri. Perhatian dna fokus Rogers lebih mengutamakan
pada cara organisme serta self itu sendiri dapat dibuat menjadi lebih kongruen.
Konsep self merupakan konsep menyeluruh yang mana tergorganisir dan tersusun
atas persepsi ciri-ciri mengenai “I” (aku sebagai subjek atau objek) serta persepsi
hubungan “I” dengan lainnya dalam berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang
berkaitan di dalam persepsi tersebut. Konsep self lebih menggambarkan mengenai konsep
orang terhadap dirinya sendiri serta ciri-ciri yang dianggap dalam bagian dirinya. Selain
itu, konsep self juga menggambarkan mengenai pandangan dirinya yang berkaitan
dengan perannya yang ada di dalam kehidupan serta kaitannya dengan interpersonal.
• Asumsi Dasar
Rogers mengajukan dua asumsi umum, yaitu :
1. Kecenderungan Formatif
Feist (2013) yakin terdapat bahwa kecenderungan dari setiap hal, baik organik
maupun non-organik, untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi
bentuk yang lebih kompleks.
2. Kecenderungan Aktualisasi
Asumsi yang saling berkaitan dan relevan adalah kecenderungan aktualisasi atau
kecenderungan setiap manusia (selain hewan lain dan tanaman) untuk bergerak
menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi (Feist, 2013).
• Aspek-Aspek Kepribadian
Perhatian utama Rogers adalah kepada perkembangan atau perubahan, maka tidak
menekankan kepada struktur kepribadian, walaupunbegitu dia mengajukan dua
konstruk pokok dalam teorinya, yaitu organisme dan self.
1. Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual). Organisme memiliki
sifat-sifat berikut:
2. Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan
maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
3. Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan,
mempertahankan dan mengembangkan diri.
4. Organisme mungkin melambangkan pengalamannya,sehingga hal itu disadari,
atau mungkin menolakpelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu
takdisadari, atau mungkin juga organisme itu takmemperdulikan pengalaman-
pengalamannya.
• Self, yaitu bagian medan phenomenal yangterdiferensiasikan dan terdiri dari pola-
pola pengamatandan penilaian sadar daripada “I” atau “me”. Self mempunyai
bermacam-macam sifat:
1. Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
2. Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain danmengamatinya dalam
cara (bentuk) yang tidak wajar.
3. Self mengejar(menginginkan)consistency(keutuhan/kesatuan, keselarasan).
4. Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras(consistent) dengan self.
5. Pengalaman-pengalaman yang tak selaras denganstuktur self diamati sebagai
ancaman.
6. Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan(maturation) dan belajar.
Rogers mengatakan bahwa konsep diri manusia seringkali tidak tepat secara
sempurna dengan realitas yang ada. Misalnya, seseorang mungkin memandang dirinya
sebagai orang yang sangat jujur namun kenyataannya seringkali berbohong kepada
atasannya tentang alasan mengapa dia datang terlambat. Rogers menggunakan istilah
inkongruensi (ketidaksejajaran) untuk mengacu pada kesenjangan antara konsep diri
dengan realitas. Di sisi lain, kongruensi, merupakan kesesuaian yang sangat akurat antara
konsep diri dengan realitas.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya inkongruensi ini ketika mereka
memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan
menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak
tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika
orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa
mengembangkan kongruensinya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih
sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk
mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka
terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan
mengubah perbuatannya sehingga mereka masih akan tetap mampu berpegang pada
konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat inkongruensi yang lebih tinggi akan
merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara
terus menerus.
• Contoh:
Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia
seringkali sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips yang
sedikit atau bahkan tidak memberikan tips sama sekali saat di restauran. Ketika teman
makan malamnya memberikan komentar pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap
bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu sudah layak dibandingkan pelayanan yang
dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku pemberian tipsnya pada pelayanan
yang buruk, sehingga dia dapat terhindar dari kecemasan serta tetap menjaga konsep
dirinya yang katanya dermawan.
1.7 Perkembangan Kepribadian
Secara ideal, anak mendapatkan kasih sayang dan penerimaan yang cukup pada
setiap saat dari orang lain (orang tua). Kondisi ini disebut “unconditional positive
regard”. Kondisi ini mengimplikasikan bahwa cinta kasih ibu kepada anak tidak
diberikan secara conditional, tetapi secara bebas dan penuh.
Orang yang telah mencapai “fully functioning person” ini memiliki karakteristik
pribadi sebagai berikut :
• Memiliki kesadaran akan semua pengalaman. Tidak ada pengalaman yang ditolak,
semuanya disaring melalui self.
• Mengalami kehidupan secara penuh dan pantas pada setiap saat.berpartisipasi dalam
kehidupan bukan sebagai pengamat.
• Memiliki rasa percaya kepada dirinya sendiri,seperti dalam mereaksi atau merespon
sesuatu. Dalam arti, dia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri
berdasarkan data pengalaman yang diperoleh.
• Menjalani kehidupan secara konstruktif dan adaptif terhadap perubahan yang terjadi
di lingkungan, serta berpikir kreatif
Contoh sederhana dapat dilihat sebagai berikut: seorang gadis kecil yang memiliki
konsep diri bahwa ia seorang gadis yang baik, sangat dicintai oleh orangtuanya, dan yang
terpesona dengan kereta api kemudian menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin
menjadi insinyur mesin dan akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang tua gadis
tersebut sangat tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih pekerjaan yang
diperutukan laki-laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep dirinya. Dia
memutuskan bahwa dia adalah gadis yang “tidak baik” karena tidak mau menuruti
keinginan orang tuanya. Dia berfikir bahwa orang tuanya tidak menyukainya atau
mungkin dia memutuskan bahwa dia tidak tertarik pada pekerjaan itu selamanya.
Beberapa pilihan sebelumnya akan mengubah realitas seorang anak karena ia tidak
buruk dan orangtuanya sangat menyukai dia dan dia ingin menjadi insinyur. Self image
dia akan keluar dari tahapan pengalaman aktualnya. Rogers berkata jika gadis tersebut
menyangkal nilai-nilai kebenarannya dengan membuat pilihan yang ketiga – menyerah
dari ketertarikannya – dan jika ia meneruskan sesuatu sebagai nilai yang di tolak oleh
orang lain, dirinya akan berakhir dengan melawan dirinya sendiri. Dia akan merasa
seolah-olah dirinya tidak mengetahui dengan jelas siapa dirinya sendiri dan apa yang dia
inginkan, maka ia akan berkepribadian keras, tidak nyaman,
Jika penolakan menjadi style, dan orang tidak menyadari ketidaksesuaian dalam
dirinya maka kecemasan dan ancaman muncul akibat dari orang yang sangat sadar dengan
ketidaksesuaian itu. Sedikit saja seseorang menyadari bahwa perbedaan antara
pengalaman organismik dengan konsep diri yang tidak muncul ke kesadaran telah
membuatnya merasakan kecemasan. Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan
ketidaknyamanan atau ketegangan yang sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin
menyadari ketidaksesuaian antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan
berubah menjadi ancaman terhadap konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman
yang menjadi indikasi adanya ketidaksesuaian diri dengan pengalaman membuat orang
berada dalam perasaan tegang yang tidak menyenangkan namun pada tingkat tertentu
kecemasan dan ancaman itu dibutuhkan untuk mengembangkan diri memperoleh jiwa
yang sehat.
Rollo Reese May lahir tanggal 21 April 1909 di Ohio dan merupakan anak laki-laki
pertama pasangan Earl Tittle May dan Matie Boughton May. Keluarga May bukanlah
keluarga dengan tingkat pendidikan dan intelektual tinggi, ayahnya bekerja sebagai
sekretaris di Young Men’s Christian Association dan ibunya sibuk merawat dirinya
sendiri. Saat May masih kecil, keluarganya pindah ke Marine City, Michigan dan
ditempat inilah May menghabiskan masa kecilnya. Selama di Marine City, May banyak
menghabiskan waktu di pinggiran sungai St. Claire untuk menghilangkan rasa sepi dan
melarikan diri dari konflik keluarganya.
May melanjutkan studi di Michigan State University jurusan bahasa Inggris tetapi
May dikeluarkan dari kampus karena menjadi editor di sebuah majalah radikal.
Kemudian, May pindah ke Oberlin College di Ohio dan mendapatkan gelar sarjana tahun
1930. Tiga tahun berikutnya, May berkerja sebagai tutor bahasa Inggris di Anantolia
College, Saloniki dan menjadi seniman jalanan di daerah Eropa Timur dan Selatan.
Setahun kemudian, May mulai merasa bosan dan memutuskan untuk menjadi guru namun
tak lama kemudian May berhenti. Selama di Eropa, May mengikuti seminar yang
diadakan oleh Adler di penginapan di atas pegunungan Viena pada tahun 1932. Semenjak
itu, May mengagumi Adler dan belajar tentang perilaku manusia dan dirinya sendiri.
Tahun 1933, May kembali ke Amerika dan bergabung dengan seminary Union
Theological New York. Salah satu peserta seminari ini adalah Rogers tetapi berbeda
dengan Rogers yang ingin menjadi pastor, May mengikuti seminari ini karena ingin
mencari tahu tentang sifat alamiah manusia. Selama mengikuti seminari, May bertemu
dengan Paul Tillich yaitu seorang filsuf dan teolog eksistensial Jerman. Dari Tillich-lah
May belajar tentang filsafat dan berteman selama lebih dari 30 tahun. Pada tahun 1938,
May mendapat gelar master dibidang teologi dan menjadi pastor selama dua tahun
meskipun awalnya May tidak berniat menjadi pastor. Selanjutnya May belajar tentang
psikologi terutama tentang psikoanalisa di William Alanson White Institute of
Psychoanalysis and Psychology. Pada saat yang sama May menjadi konselor di City
College of New York dan berteman dengan Sullivan dan Fromm.
Pada tahun 1939, May menderita penyakit tuberculosis dan menghabiskan 3 tahun
di Saranae Sanitarium, New York. Pada saat inilah, May mengembangkan suatu
pandangan tentang sifat alami dari penyakit dimana suatu penyakit mengambil
keuntungan dari perasaan tidak berdaya dan sikap positif manusia. Artinya individu yang
menerima secara pasrah penyakitnya memiliki kecenderungan untuk meninggal
sedangkan individu yang berjuang melawan penyakitnya cenderung mampu bertahan
hidup. Maka untuk bisa sembuh maka manusia harus menjadi partisipan aktif dalam
pengobatannya.
Tahun 1946, May membuka praktik sendiri dan bergabung dengan William
Alanson White Institute pada tahun 1948. Selama masa pemulihan yaitu sekitar tahun
1949, May mendapatkan gelar Ph.D., bidang psikologi klinis dari Colombia University
dari hasil tulisannya tentang kecemasan yang diilhami dari karya Freud dan Soren
Kierkegaad (teolog dan filsuf eksistensial Denmark). Dalam disertasinya yang berjudul
‘The Meaning of Anxiety’ menjelaskan bahwa kecemasan merupakan suatu usaha untuk
menghadapi non-being atau kehilangan kesadaran. Setelah itu, May bekerja sebagai
asisten psikiatri di William Alanson White Institute dan menjadi seorang penulis buku.
Buku keduanya dipublikasikan pada tahun 1953 dengan judul ‘Man’s Search for
Himself’’ kemudian May berkolaborasi dengan Ernest Angel dan Hendri Ellenberger
dalam menerbitkan ‘Existence: A New Dimension of Psychiatry and Psychology’ yang
menjelaskan tentang konsep terapi eksistensial.
Pada tahun 1969, May bercerai dengan istri pertamanya yaitu Florence DeFrees
setelah 30 tahun menikah dan mempunyai 3 anak yaitu Robert dan putri kembarnya
Allegra dan Carolyn. Selanjutnya, May menikah dengan Inggrid Kepler Scholl yang
diakhiri dengan perceraian. May meninggal pada tanggal 22 Oktober 1994 di Tiburon,
California dan meninggalkan istri ketiganya yaitu Gergia Lee Miller Johnson dan 3
anaknya dari istri pertamanya. Selama karirnya, May telah bekerja sebagai professor tamu
di berbagai institusi seperti Harvard, Princenton, dan lain-lain. Selain itu, May juga
menjadi professor pembantu di New York University.
Konsep dasar dari teori eksistensial merupakan konsep yang mendasari semua
konsep-konsep eksistensial berikutnya. Dalam konsep dasar ini terdapat dua hal yaitu:
• Being In The World
Istilah Being In The World dalam bahasa Indonesia lebih tepat dimaknai sebagai hadir
dalam dunia karena makna “being” dalam tata bahasa Inggris berarti present atau yang
sekarang. Being in the world bisa dikatakan jugaDasein(bahasa Jerman), diartikan
sebagai ‘ada di sana’ (Da + di sana; sein = ada) (Olson, 2013:889). Seacar bebas
diartikan persatuan dasar dari manusia dan lingkungannya atau kesatuan antara subjek
dan objek. Banyak individu yang merasa sedih dan cemas disebakan adanya alienasi
dari dalam diri atau dunia mereka. Sehingga mereka tidak memiliki gambaran yang
jelas akan dirinya dan merasa terisolasi dari dunianya. Alienasi dimanifestasikan
dalam tiga area yaitu a) keterpisahan dari alam; b) kurangnya hubungan interpersonal
yang bermakna; dan c) keterasingan dari diri yang autentik. Ada tiga bentuk Being In
The World yaitu Umwelt, Mitmel, dan Eigenwelt yang akan dijelaskan pada konsep
berikutnya. Individu dikatakan sehat apabila hidup dalam ketiga bentuk Being In The
World yang ditandai dengan kemampuan beradaptasi dengan dunia alam,
berhubungan dengan orang lain sebagai manusia, dan kesadarran akan antusia atas
apa arti dari semua pengalaman.
• Non Being
Non Being merupakan kebalikan dari Being In The World dimana Non Being
merupakan kehampaan atau ketakutan akan ketiadaan yang diakibatkan oleh
kesadaran manusia. Bentuk dari Non Being adalah kematian, kecanduan alcohol dan
obat-obatan, aktivitas seksual yang bebas, perilaku kompulsif, konformitas buta atas
ekspektasi masyarakat, sikap permusuhan, perilaku merusak, dan sebagainya. Non
Being menyebabkan individu hidup secara defensive dan menerima sedikit kehidupan
dan untuk mengatasi Non Being, individu dapat meredupkan kesadaran diri dan
menyangkal individualitasnya yang berarti akan membuat individu sedih dan kosong.
Alternatif lainnya adalah menghadapi kematian sebagai hal yang tidak dapat dihindari
dan menyadari bahwa Non Being merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
keberadaan manusia.
• Konsep Kecemasan
Kecemasan kemudian dapat muncul dari kesadaran atas nonbeing seseorang atau
dari ancaman atas nilai-nilai yang dianggap penting untuk eksistensi seseorang.
Sehingga, kecemasan ada saat seseorang menghadapi masalah pemenuhan potensi
dan hal tersebut dapat berakibat stagnasi dan kehancuran, namun juga dapat berakibat
pada pertumbuhan dan perubahan. Dan kecemasan, dapat dibagi menjadi 2, yaitu
kecemasan normal dan kecemasan neurotik.
a. Kecemasan normal
b. Kecemasan neurotic
Di lain sisi, takdir dapat didefinisikan sebagai rancangan dari alam semesta yang
berbicara lewat rancangan dari masing-masing kita. Takdir kita yang utama adalah
kematian, namun dalam skala yang lebih kecil, takdir mencakup karakteristik biologis
lainnya seperti intelegensi, gender, ukuran dan kekuatan serta predisposisi genetic atas
kecenderungan dari beberapa penyakit.
Konsep Kepribadian Psikologi Eksistensial May terdiri dari tiga bagian yaitu
Umwelt, Mitwelt, dan Eigenwelt:
c. Umwelt (lingkungan disekitar kita)
Adalah dunia objek dan benda, akan tetap ada walaupun manusia tidak memiliki
kesadaran. Umwelt adalah dunia alam dan hukum alam, termasuk dorongan biologis
(lapar) dan fenomena alami (kelahiran dan kematian). Teori Freud banyak berkutat
dengan Umwelt.
d. Mitwelt (hubungan kita dengan orang lain)
Kita harus berhubungan dengan manusia sebagai manusia, bukan sebagai benda.
Kriteria yang paling penting adalah bahwa dasein orang lain dihargai. Teori Sullivan
dan Rogers banyakberkutatdenganMitwelt.
e. Eigenwelt (hubungan kita dengan diri sendiri)
Sadar atas dirinya sendiri sebagai manusia dan memahami siapa diri kita saat
berhubungan dengan dunia kebendaan dan dunia manusia. Orang yang sehat hidup
dalam Umwelt, Mitwelt dan Eigenwelt secara bersamaan.
Kasus philip
Philip adalah seorang arsitek, mempunyai istri bernama Nicole dengan tingkah yang tidak
dapat diprediksi dan “gila”. Nicole pernah berkata pada philip bahwa ia tidak akan
meninggalkannya setelah perselingkuhan yang pertama, philip kaget dan bingung namun
ia menerimanya. Setahun kemudian Nicole kembali melakukan perselingkuhan kedua
dan ketiga, namun Nicole meyakinkan philip bahwa selingkuhannya tidak berarti baginya
dan hanya mencintai philip saja. Philip marah dan cemburu namun ia tidak bisa
meninggalkan Nicole. Philip seperti lumpuh, ia tidak bisa mengubah hubungannya atau
memutuskan hubungan dengan Nicole. Philip mencari bantuan melalui terapi pada Rollo
May.
1. Tahap kepolosan adalah tahap yang merupakan tahap pra-kesadaran diri yang ada
pada bayi.Kepolosan adalah tahap pra-moral, artinya perilaku yang dilakukan bayi
tidak bisa dianggap baik ataupun jelek.
2. Tahap Pemberontakan adalah tahap di mana kesadaran diri anak-anak dan remaja
mengalami perkembangan ke arah perlawanan dengan orang dewasa. Pribadi
pemberontak menginginkan kebebasan tanpa memahami apa tanggung jawab di balik
kebebasan tersebut.
3. Tahap Awam adalah tahap kesadaran diri orang dewasa yang normal. Pribadi tahap
ini belajar bertanggungjawab namun merasakan beban yang terlalu berat sehingga
berusaha berontak dari nilai-nilai tradisional.
• Konseling
• Psikoterapi
May yakin bahwa tujuan psikoterapi adalah membuat manusia bebas. Dia
berpendapat bahwa terapis yang berkonsentrasi kepada simtom-simtom pasien akan
kehilangan gambar yang lebih penting. Simtom-simtom neurosis hanyalah cara
melarikan diri dari kebebasan dan indikasi bahwa potensi batiniah pasien tidak
digunakan. Ketika pasien menjadi lebih bebas dan lebih manusiawi, simtom-simtom
neurosis mereka biasanya akan hilang dengan sendirinya, kecemasan mereka yang
nerurotik akan menjadi kecemasan yang normal, dan rasa bersalah neurotik akan
diganti dengan rasa bersalah yang normal. Namun keberhasilan seperti ini hanya
sekunder saja dan tidak menjadi tujuan utama terapi. May mengatakan bahwa
psikoterapi mestinya lebih difokuskan membantu manusia untuk eksis (mengada),
sedangkan simtom-simtom yang menghilang itu hanyalah efek samping dari
pengalaman tersebut.
BAB III
Kesimpulan
Carl Rogers mendeskripsikan the self atau self-structure sebagai sebuah konstruk yang
menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu : Real
Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini, sementara Ideal Self adalah
keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai
oleh individu tersebut
Bila seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami keterpaduan,
maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya maka disebut Inkongruen
(tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit mental, seperti merasa terancam,
cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik.
Rogers juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena
ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau
yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang mengalami
suatu penyakit psikologis.
Kecemasan menurut Rollo May dibagi menjadi dua, yaitu kecemasan normal yang
dialami oleh semua orang sebagai bentuk pertumbuhan dan perubahan dari diri seseorang, dan
kecemasan neurotik yang merupakan reaksi yang tidak proposional dengan sebuah ancaman.
Kecemasan mulai muncul dan bangkit saat manusia dihadapkan dengan masalah
pemenuhan potensi mereka, dan rasa bersalah muncul saat manusia menyangkal potensinya,
gagal melihat secara akurat kebutuhan dari sesamanya atau lupa akan ketergantungan dengan
alam. Kecemasan dan rasa bersalah bersifat ontologis yaitu merujuk pada sifat alamiah dari
suatu keadaan dan bukan perasaan yang muncul dari situasi atau pelanggaran yang spesifik.
Secara keseluruhan, May mengidentifikasikan tiga bentuk perasaan ontologis yang masing-
masing berkorelasi dengan tiap bentuk being-in-the world, yaitu Umwelt, Mitwelt, dan
Eigenwelt
May mengidentifikasi empat macam cinta dalam tradisi Barat, yaitu: (1) Seks, (2) Eros,
(3) Philia dan (4) Agape. Dan Kebebasan datang dari pemahaman akan takdir kita. Sehingga,
kebebasan dibagi dengan dua bentuk, yaitu: (1) Kebebasan untuk melakukan (freedom of
doing) yang dapat disebut dengan kebebasan eksistensial, dan (2) Kebebasan untuk menjadi
(freedom of being) juga dapat disebut sebagai kebebasan esensial.
DAFTAR PUSTAKA
https://justalittlescience.wordpress.com/2016/06/23/teori-kepribadian-menurut-carl-roger/
https://bkpemula.wordpress.com/2011/12/12/teori-kepribadian-rogers/
https://www.bimkar.com/teori-eksistensialisme-teori-kepribadian-rollo-may/
http://vnalyliana.blogspot.com/2011/03/pendapat-rogers-mengenai-kepribadian.html
https://fitrinsnewblog.blogspot.com/2019/05/psikologi-eksistensial-rollo-may.html
http://www.psikogenesis.com/2017/12/konsep-dasar-kepribadian-rollo-
may.html#:~:text=Menurut%20May%2C%20jika%20individu%20merasa,hanya%20memilik
i%20arti%20yang%20sedikit.
https://dosenpsikologi.com/teori-kepribadian-carl-rogers