Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I

CARL ROGERS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Psikologi Kepribadian I Dosen
Pengampu : Annawati D. Purba, S.Psi, M.Si, Psikolog

Disusun Oleh :

KHOLIZAH RA. PAKPAHAN (22860049)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul
“CARL ROGERS” ini dengan baik, dan InsyaAllah dapat disampaikan dengan baik pula.
Dan saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Anna, selaku dosen pengampuh mata kuliah
Psikologi Kepribadian I. Saya juga mengucapkan terimakasih pada diri sendiri, karena tidak
berhenti dipertengahan proses pembuatan makalah ini, dan terus mengerjakannya sampai tuntas.
Saya menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam materi materi yang saya sampaikan.
Namun, berbagi ilmu bukanlah dilihat dari berapa banyaknya ilmu yang disampaikan. Tetapi,
dilihat dari diterima atau tidaknya ilmu yang disampaikan.
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengkaji dan mempelajari
lebih dalam mengenai teori kepribadian yang diungkapkan oleh Carl Rogers. Dan harapan saya
menulis makalah ini, ilmu-ilmu yang saya dapatkan selama pencarian materi dapat diterima
dengan baik bagi pembaca dan dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya.

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi kepribadian merupakan salah satu cabang dari ilmu psikologi. Dimana psikologi
kepribadian ini didalamnya membahas tentang perbedaan pribadi antar individu serta
dinamikanya dalam membangun relasi intrapersonal dan interpersonal. Dalam bidang psikologi
khusus terdapat banyak teori yang diungkapkan olah para ahli yang bergerak di bidang ini. Salah
satu teori psikologi kepribadian yaitu yang dikemukakan oleh Carl Rogers.
Carl Rogers merupakan seorang psikolog beraliran humanime yang terkenal dengan
pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centred). Rogers kemudian menyusun
teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip
dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers
menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers
memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit
jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari
kecenderungan alamiah.
Teori yang dikemukakan oleh Carl Rogers ini menjadi salah satu teori yang banyak
digunakan di bidang koseling dan terapis, karena memang pada dasarnya Carl Rogers ini
bergerak di bidang psikoterapi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah biografi Carl Rogers?
2. Bagaimanakah konsep diri menurut Carl Rogers?
3. Seperti apakah struktur kepribadian menurut Carl Rogers?
4. Seperti apakah yang dimaksud dengan aktualisasi diri?
5. Seperti apakah dinamika kepribadian menurut Carl Rogers?
6. Bagaimanakah pribadi yang berfungsi sepenuhnya menurut Carl Rogers?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mengenal biografi Carl Rogers secara singkat.

iv
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep diri menurut Carl Rogers.
3. Untuk mengetahui dan memahami struktur kepribadian menurut Carl Rogers.
4. Umtuk mengetahui dan memahami mengenai aktualisasi diri.
5. Untuk mmengetahui dan memahami dinamika kepribadian menurut Carl Rogers.
6. Untuk mengetahui dan memahami pribadi yang berfungsi sepenuhnya menurut Carl
Rogers.

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Carl Rogers


Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illionos,sebagai anak
keempat dari enam bersaudara pasangan Walter dan Julia CushingRogers. Rogers lebih dekat
dengan ibunya daripada ayahnya, yang pada masa awal kehidupannya harus sering berpergian
karena pekerjaannya sebagai insinyur sipil.Walter dan Julia Rogers merupakan orang relegius
yang taat, dan Carl menjaditertarik pada kitab Injil, sehingga ia sering membaca Injil dan buku-
buku lain,bahkan sebelum masuk sekolah.Pada tahun 1924, Rogers bergabung dengan Seminari
Union Theological di New York dengan intensi menjadi pastur.
Saat berada di seminari, ia mengikuti beberapa kelas psikologi dan pendidikan di
Colombia University. Rogers terpengaruh oleh pergerakan pendidikan progresif oleh John
Dewey, yang pada saat itu sangat kuat di Teachers College, Columbia. Akhirnya, pada musim
gugur tahun 1926, ia meninggalkan seminari untuk menghadiri Teachers Collegese penuhnya
serta mengambil jurusan psikologi klinis dan pendidikan.
Sejak saat itu, ia tidak pernah kembali ke pendidikan agama formal. Hidupnya memiliki
arah baru, ke arah psikologi dan pendidikan.Rogers menerima gelar Ph.D., dari Columbia pada
tahun 1931, setelah pindah ke New York untuk bekerja dengan Rochester Society of the
Prevention of Cruelty to Childreen (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan
kekerasan terhadap anak). Pada tahun 1939, Rogers menerbitkan buku pertamanya, “The Clinical
Treatment of the Problem Child”. Didorong oleh mahasiswanya di Ohio State, Rogers secara
bertahap mulai mengonseptualisasikan gagasannya dalam psikoterapi walaupun tidak
mengingkan hal tersebut untuk menjadi unik dan tentunya tidak kontroversial .Gagasan ini
kemudian dimasukkan ke dalam Counseling and Psychoterapy yang dipublikasikan pada tahun
1942. Dalam buku ini, yang merupakan reaksi dari pendekatan lama terhadap terapi, Rogers
meminimalisasi penyebab-penyebab dari gangguan serta identifikasi dan penamaan gangguan.
Rogers menerima banyak penghargaan selama kehidupan profesionalnya. Ia adalah ketua
pertama American Association for Applied Psychology dan membantu menyatukan kembali
organisasi tersebut dengan American Psychological Association (APA). Pada awalnya, Rogers

1
melihat hanya sedikit kebutuhan untuk teori kepribadian. Akan tetapi, di bawah tekanan dari
orang lain dan juga untuk memuaskan kebutuhan internal agar dapt menjelaskan fenomena yang
sedang diobservasi, ia membentuk teorinya sendiri. Teorinya baru didukung secara penuh dalam
client-centered therapydan dikemukakan secara lebih detail dalam seribuku Koch. Akan tetapi,
Rogers selalu menekankan bahwa teorinya harus selalu bersifat tentatif, dan seseorang harus
selalu berpegangan pada pemikiran tersebutsaat melakukan pendekatan diskusi atau teori
kepribadian Rogers.

2.2 Konsep diri dalam teori kepribadian Carl Rogers


Definisi Diri menurut Carl R. Rogers
Sebenarnya Rogers memulai istilah diri dalam sebuah kebingungan karena ketika itu
tidak ada definisi yang tepat untuk menjelaskan „diri‟. Dari proses psikoterapis yang ia
lakukan saat menghadapi klien-kliennya, istilah diri sangat sering mereka gunakan. Lewat
sesi-sesi dengan para kliennya, Rogers memahami bahwa keinginan mereka yang terkuat
sebenarnya adalah untuk menjadi „diri yang sebenarnya‟. Dari proses inilah, Rogers
menyadari bahwa memahami „diri‟ merupakan hal yang amat penting dan efektif dalam
proses manusia untuk tumbuh dan berkembang sehingga diri menjadi konsep utama dalam
teori kepribadian Rogers yang didefinisikannya sebagai berikut:
“Gestalt konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi
tentang sifat-sifat dari „diri subjek‟ atau „diri objek‟ dan persepsi-persepsi tentang
hubungan-hubungan antara „diri subjek‟ atau „diri objek‟ dengan orang-orang lain dan
dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-persepsi ini.
Gestaltlah yang ada dalam kesadaran meskipun tidak harus disadari. Gestalt tersebut bersifat
lentur dan berubah-ubah, suatu proses, tetapi pada setiap saat merupakan suatu entitas
spesifik”. (Hall dan Lindzey, 1993: 134)

Menurut Rogers, individu mempersepsi objek eksternal dan pengalaman-pengalaman


yang ia rasakan dan kemudian memberi makna terhadap hal-hal itu. Keseluruhan sistem
persepsi dan pemberian makna ini merupakan medan fenomenal individu. Medan fenomenal
tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui inferensi empatis dan selanjutnya tidak
pernah dapat diketahui dengan sempurna. Bagaimana individu bertingkah laku tergantung

2
pada medan fenomenal itu (kenyataan subyektif) dan bukan pada keadaan-keadaan
perangsangnya (kenyataan luar).
Rogers melihat diri sebagai suatu perangkat persepsi dan kepercayaan diri yang konsisten
dan teratur (Feist dan Feist, 1998:461). Perangkat sentral persepsi yang paling menentukan
perilaku adalah persepsi mengenai diri atau konsep diri. Diri terdiri dari semua ide, persepsi,
dan nilai-nilai yang memberi ciri atau me, yang meliputi kesadaran tentang seperti apakah
saya atau what I am (awareness of being) dan apakah yang dapat saya lakukan atau what I
can do (awareness of function). Pada gilirannya diri mempengaruhi persepsi orang tentang
dunia dan perilakunya. Seorang individu dengan konsep diri yang kuat dan positif tentu akan
memiliki pandangan yang berbeda tentang dunia dengan orang yang memiliki konsep diri
yang lemah yang akan berpengaruh pada perilakunya.
Konsepsi Rogers sangat berbeda dengan konsepsi behavioristik yang melihat manusia
sebagai pion kekuatan eksternal. Meskipun ide-ide Rogers mengenai manusia berasal dari
pengalaman-pengalamannya menghadapi orang-orang yang terganggu secara kejiwaan,
namun konsepsi Rogers tentang sifat dasar manusia adalah positif, optimistik dan jauh
berbeda dengan konsepsi Freud yang menganggap manusia sebagai makhluk yang didorong
oleh impuls-impuls yang destruktif. Rogers melihat perilaku sebagai respon terhadap
persepsi individual dari stimuli eksternal dan bukan sebagai respon terhadap stimuli
eksternal. Dengan kata lain Rogers melihat semua perilaku adalah respon terhadap realitas
sebagaimana yang dirasakan dan dipahami individu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa menurut Rogers diri adalah gestalt konseptual yang
terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi tentang sifat-sifat dari
„diri subjek‟ atau „diri objek‟ dan persepsi-persepsi tentang hubungan-hubungan antara „diri
subjek‟ atau „diri objek‟ dengan orang-orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan
beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-persepsi ini.
7. Struktur kepribadian dalam teori Carl Rogers
Rogers lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian. Namun demikian ada
tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu :
organisme, medan fenomena, dan self.
8. Organime, mencakup :
Secara psikologis, organisme adalah lokus atau tempat dari seluruh pengalaman. Pengalaman

3
meliputi segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran organisme pada setiap
saat. Keseluruhan pengalaman ini merupakan medan fenomenal. Medan fenomenal adalah”frame
of reference” dari individu yang hanya dapat diketahui oleh orang itu sendiri. ”Medan fenomenal
tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui inferensi empatis dan selanjutnya tidak
pernah dapat diketahui dengan sempurna”. Bagaimana individu bertingkah laku tergantung pada
medan fenomenal itu (kenyataan subjektif) dan bukan pada keadaan-keadaan perangsangannya
(kenyataan luar).
Harus dicatat bahwa medan fenomenal tidak identik dengan medan kesadaran. ”Kesadaran
adalah perlambangan dari sebagian pengalaman kita”. Dengan demikian, medan fenomenal
terdiri dari pengalaman sadar (tidak dikembangkan). Akan tetapi, organisme dapat membedakan
kedua jenis pengalaman tersebut dan bereaksi terhadap pengalaman yang tidak dilambangkan.
a) Makhluk hidup. Organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya,
tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadar
setiap saat.
b) Realitas subjektif. Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya. Realita
adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan benar-salah.
c) Holisme. Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan
mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni
tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2) Medan fenomena
Rogers mengartikan medan fenomena sebagai keseluruhan pengalaman, baik yang internal
maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Medan fenomena merupakan
seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya.
3) Self
Lama kelamaan, sebagian dari medan fenomenal ini menjadi terpisah. Inilah yang disebut
sebagai diri atau konsep-diri. Dijelaskan sebagai berikut :
Konsep Gestalt berisikan tentang organisasi dan konsistensi yang terdiri dari persepsi-persepsi
tentang sifat-sifat dari ‘diri subjek’ atau ‘diri objek’ dan persepsi-persepsi tentang hubungan-
hubungan antara ‘diri subjek’ atau ‘diri objek’ dengan orang-orang lain dan dengan berbagai
aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-persepsi ini. Gestalt lah yang ada
dalam kesadaran meskipun tidak harus disadari. Gestalt tersebut bersifat lentur dan berubah-

4
ubah, merupakan suatu proses, tetapi pada setiap saat merupakan suatu entitas spesifik.
Diri merupakan salah satu konstruk sentral dalam teori Rogers, dan ia telah memberikan suatu
kejelasan yang menarik bagaimana ini terjadi:
Berbicara secara pribadi, saya memulai karir saya dengan keyakinan yang mantap bahwa
“diri” adalah suatu istilah yang kabur, ambigu atau bermakna ganda, istilah yang tidak berarti
secara ilmiah, dan telah hilang dari kamus para psikolog bersama menghilangnya para
introspeksionis. Dari sebab itu, saya lambat menyadari bahwa apabila klien-klien diberi
kesempatan untuk mengungkapkan masalah-masalah mereka dan sikap-mereka dalam istilah-
istilah mereka sendiri, tanpa suatu bimbingan atau interpretasi, ternyata mereka cenderung
berbicara tentang diri… Tampaknya jelas,…bahwa diri merupakan suatu unsur penting dalam
pengalaman klien, dan aneh karena tujuannya adalah menjadi ‘diri-sejati’-nya. Di samping “diri”
sebagai bagian dari struktur diri, terdapat suatu diri ideal, yakni apa yang diinginkan orang
tentang dirinya.
Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya adalah :
a) terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu;.
b) bersifat integral dan konsisten;
c) menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman;
d) dapat berubah karena kematangan dan belajar.

2.4 Aktualisasi diri


Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar
dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak–kanak. Rogers lebih melihat pada masa
sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana
seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun
ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh
pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan
berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu
(adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.

5
2.5 Dinamika kepribadian
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang
diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin
luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya
tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan.
Rogers menambahkan suatu ciri baru pada konsep pertumbuhan ketika ia mengamati bahwa
tendensi gerak maju hanya dapat beroperasi bila pilihan-pilihan dipersepsikan dengan jelas dan
dilambangkan dengan baik. Seseorang tidak dapat mengaktualisasikan dirinya kalau ia tidak
dapat membedakan antara cara-cara tingkah laku progresif dan regresif. Tidak ada suara hati
dari dalam yang akan memberitahu seseorang manakah jalan menuju aktualisasi itu, tidak ada
suatu rasa keharusan organisme yang akan mendorongnya maju. Orang harus mengetahui
sebelum mereka dapat memilih, tetapi bila mereka benar-benar mengetahui maka mereka selalu
memilih untuk maju dan bukan untuk mundur. “Pada dasarnya tingkah laku adalah usaha
organisme yang berarah pada tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan sebagaimana
yang dialaminya dalam medan fenomenal(sebagaimana medan itu dipersepsikan)”. Pernyataan
yang jelas-jelas menyinggung tentang adanya banyak “kebutuhan” ini tidak berlawanan dengan
pengertian tentang motif(dorongan) tunggal. Meskipun ada banyak kebutuhan, namun
semuanya mengarah kepada tendensi dasar organisme untuk mempertahankan dan
mengembangkan diri.
Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri
melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana,
minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta
generasi.
2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.
3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan,
yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi penuh :
pertama, Keterbukaan pada pengalaman yang berarti bahwa seseorang tidak bersifat kaku

6
dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan
oleh kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan lahirnya
persepsi dan ungkapan-ungkapan baru. Kedua Kehidupan eksistensial adalah orang yang
tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman melainkan menyesuaikan diri
karena kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman baru. Ketiga Kepercayaan
terhadap organisme orang sendiri yang berarti bertingkah laku menurut apa yang dirasa
benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang
lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor risional atau intelektual. Pertama, Perasaan
bebas adalah semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin mengalami kebebasan
untuk memilih dan bertindak. Kelima Kreativitas adalah seorang yang kreatif bertindak
dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta dapat
mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan.

2.6 Pribadi yang berfungsi sepenuhnya


Rogers menggambarkan kehidupan yang baik sebagai
berikut:
“Kehidupan yang baik, dari sudut pandang pengalaman saya, adalah proses pergerakan yang
melalui arah yang dipilih organisme manusia jika secara internal bebas bergerak ke arah
manapun, dan sifat umum dari arah yang dipilih ini tampak memiliki persamaan”. (Rogers,
2012: 289)
Perkembangan yang optimal menurutnya lebih merupakan sebuah proses, bukan sebuah
keadaan yang statis. Menurutnya, kehidupan yang baik adalah saat seseorang memiliki tujuan
untuk memenuhi semua potensi yang ia miliki sepenuhnya secara terus menerus. Beberapa
karakteristik dari orang yang berfungsi sepenuhnya adalah:
9. Meningkatnya keterbukaan terhadap pengalaman
Ini adalah sebuah proses meningkatnya keterbukaan seseorang terhadap pengalaman,
tidak menutup diri dan tidak memiliki subception (sebuah mekanisme diri yang
mencegahnya dari pengalaman apa pun yang mengancam dirinya). Hal ini berarti lawan dari
pembelaan diri yang muncul sebagai respon seseorang terhadap pengalaman yang dianggap
atau diduga mengancam, tidak harmonis dengan gambaran seseorang tentang dirinya, atau
tentang kaitannya dengan dunianya.

7
Rogers mengatakan:
“...merupakan gerakan menjauh dari kutub pembelaan menuju kutub keterbukaan terhadap
pengalaman. Individu semakin mampu mendengarkan dirinya sendiri, mendengarkan apa
yang terjadi dalam dirinya. Ia lebih terbuka terhadap rasa takut, keputusasaan, dan rasa sakit.
Ia juga semakin terbuka terhadap rasa beraninya, kebaikan, dan kekaguman. Ia bebas
mengalami perasaannya secara subjektif, sebagaimana perasaan itu ada dalam dirinya, serta
juga bebas menyadari perasaan ini. Ia lebih mampu sepenuhnya menjalani pengalaman
organismenya, tidak menyembunyikannya dari kesadaran”. (Rogers, 2012: 290)
Seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya
menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya
dalam membuka kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan- ungkapan baru.

2. Kecenderungan terhadap hidup yang eksistensial


Seseorang yang memiliki kecenderungan terhadap hidup yang eksistensial akan menerima
setiap momen yang ia alami sepenuhnya, bukan membelokkan, menginterpretasikan atau
memutarbalikkan momen tersebut agar sesuai dengan gambaran dirinya. Bisa dikatakan,
bahwa diri dan kepribadian itu muncul sebagai hasil belajar dari pengalaman yang
sebenarnya. Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman
melainkan menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada
pengalaman baru
.
3. Meningkatnya kepercayaan pada organisme
Yang dimaksud dengan meningkatnya kepercayaan pada organisme adalah bahwa pada tahap
ini seseorang akan mempercayai penilaian mereka sendiri, mempercayai keputusan yang
mereka ambil dan tindakan yang mereka pilih saat menghadapi suatu masalah. Ia tidak hanya
mendasarkan perilakunya pada norma-norma atau standar sosial yang ada namun justru akan
terbuka pada pengalamannya dan menemukan sense benar atau salah dari dalam dirinya
sendiri. Sebuah kemampuan intuitif yang ada dalam diri yang menjadi solusi perilaku bagi
hubungan manusia yang kompleks dan bermasalah.

4. Kebebasan memilih

8
Ia percaya bahwa ia memiliki peranan dalam menentukan perilakunya dan bertanggung
jawab atas pilihan yang diambil. Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin ia
mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.

5. Kreativitas
Seorang yang kreatif bertindak dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang
konstruktif, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan
cara yang memuaskan.
“Dengan keterbukaannya yang peka terhadap dunia, kepercayaannya terhadap
kemampuannya sendiri untuk menciptakan hubungan yang baru dengan lingkungannya, ia
akan menjadi orang yang akan menghasilkan produk dan kehidupan yang kreatif”. (Rogers,
2012: 299)

10. Konstruktif dan terpercaya


Menurut Rogers sifat dasar manusia saat ia berfungsi dengan bebas adalah konstruktif dan
terpercaya. Saat seseorang terbebas dari pembelaan terhadap dirinya sehingga ia terbuka
terhadap berbagai kebutuhannya serta berbagai tuntutan dan lingkungan sosial, reaksinya
diyakini akan positif, berkembang, dan konstruktif. Ia akan mampu menyeimbangkan segala
kebutuhan dirinya, bahkan jika memang ada kebutuhan agresif, ia dapat menempatkannya
secara realistis dan tidak berlebihan.

11. Kehidupan yang kaya warna.


Rogers menggambarkan kehidupan seseorang yang berfungsi sepenuhnya sebagai kehidupan
kaya warna dan menarik dan menyarankan untuk bisa mengalami suka dan duka, jatuh cinta
dan patah hati, ketakutan atau pun keberanian. Seperti yang Rogers tuliskan:

“This process of the good life is not, I am convinced, a life for the faint-hearted. It involves
the stretching and growing of becoming more and more of one’s potentialities. It involves the
courage to be. It means launching oneself fully into the stream of life”.
(www.wikipedia.com).

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rogers lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian. Namun demikian
ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu :
organisme, medan fenomena, dan self. Rogers mengartikan medan fenomena sebagai
keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang
tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang
hidupnya.
Berdasarkan pengalaman klinisnya, Rogers sampai pada kesimpulan bahwa dalam diri
setiap manusia terdapat sebuah inti yang secara esensial memiliki tujuan, bergerak maju,
konstruktif, realistis dan dapat diandalkan. Dia lebih melihat manusia sebagai kekuatan energi
aktif yang berorientasi pada tujuan-tujuan masa depan bagi dirinya daripada memandang
manusia sebagai makhluk ciptaan yang dipaksa oleh kekuatan yang berada di luar dirinya.
Rogers beranggapan bahwa kekuatan-kekuatan yang memimpin perilaku manusia ada di dalam
diri manusia itu sendiri dan apabila kondisi-kondisi sosial tidak mengubahnya kekuatan-kekuatan
tersebut akan mengarahkan manusia menuju perkembangan yang positif. Rogers percaya bahwa
manusia mempunyai kecenderungan bawaan untuk mengaktualisasi diri yang apabila dibebaskan
menyebabkan manusia berusaha untuk kesempurnaan dirinya. Secara singkat bisa dikatakan
bahwa Rogers memiliki penghargaan profan dalam memandang manusia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol (2004), Psikologi Kepribadian,


Malang: UMM Press
Biscof,L.F. 1970. Intepreting Personality Theories, Singapore: Harper
International Edition. Bab 15
Ensiklopedia Dunia Baru; Carl Rogers, www.google.com.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id http://konselingindonesia.com
Jess Feist dan Gregory J. Feist, (2008), (diterjemahkan oleh: Yudi Santoso)
Theories of Personality, Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Pervin, L.A, Cervone D, John, O.P. (2005) Personality: Theory And
Research" USA: John Wiey & Sons,Inc. Bab 4
Schultz, Duane. Psikologi Pertumbuhan: Model – Model Kepribadian
Sehat. Jogjakarta: Kanisius, 1991

11

Anda mungkin juga menyukai